Anda di halaman 1dari 10

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

Jl. Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283 Indonesia


Telp. (0274) 4477701, 4477703, 4477704, Ext : 122, Fax. (0274) 4477702
Email: spmi@gunabangsa.ac.id Web: www.gunabangsa.ac.id

LAPORAN DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL (DOPS)


STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI :
Pengukuran TTV (Tekanan Darah)

Disusun Oleh :
Nahdya Rahmi, S.Kep. (20400101)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2021
Kata pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah-Nya kelompok
dapat menyelesaikan laporan directly observed procedural skill (dops) dengan judul
“Pemeriksaan TTV (Tekanan Darah)”. Laporan ini disusun setelah pelaksanaan Kepaniteraan
Umum (PANUM) monitoring proses.
Penulis ucapkan kepada pembimbing akademik stase keperawatan dasar profesi yang
telah membantu dalam penyelesaikan laporan directly observed procedural skill (dops) stase
Keperawatan Dasar Profesi (KDP) ini:
1. Ns. Nessy P, M.Kep.
2. Ns. Rista Islamarinda, M.Kep.
3. Ns. Jennifa, M.Kep.
Saran dan masukan dalam pembuatan laporan ini penulis harapkan agar terciptanya
laporan directly observed procedural skill (dops) stase keperawatan dasar profesi (KDP)
lebih baik lagi. Semoga laporan directly observed procedural skill (dops) stase keperawatan
dasar profesi (KDP) ini dapat bermanfaat untuk pembaca. Akhir kata kelompok ucapkan
terima kasih.

Yogyakarta, Februari 2021

Penulis

Nahdya Rahmi

i
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Studi Kasus................................................................................................................ 1
B. Laporan Analisis........................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori Pemeriksaan TTV : Tekanan Darah ................................................................ 3
B. Standar Operasional Prosedure.................................................................................. 6
C. Link Youtube.............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Studi kasus

Seorang pasien laki-laki berumur 45 tahun dibawa ke IGD rumah sakit Sehat

Bangsa dengan diantar oleh istri dan anaknya, pasien didiagnosa medis CHF. Pasien

mengatakan sejak tadi malam dada kirinya terasa sakit dan nyeri seperti ditekan

dengan durasi 5-10 menit dengan skala 7, pasien juga mengeluh jika dadanya terasa

sesak jika berbaring telentang, keluarga mengatakan bahwa pasien mempunyai

penyakit hipertensi turun temurun dari keluarganya. Pasien juga mengatakan terakhir

kali mengkonsumsi obat hipertensi 3 tahun yang lalu dan sekarang jarang cek tekanan

darah ke puskesmas, pasien tidak mengetahui memiliki alergi atau tidak terhadap

obat. Pasien saat ini tampak terpasang oksigen 3 lpm dengan nasal kanul, dari hasil

pengkajian tekanan darah pasien 160/90 mmHg, fekuensi nadi 94x/menit, frekuensi

pernafasan 28x/menit dan suhu 36,9°C, tidak ada mual, muntah dan kejang, akral

teraba dingin, dan kulit tampak pucat.

B. Laporan analisis
No Item Analisa/Jawaban
1 Identifikasi kata sulit (beserta artinya) a. IGD : (instalasi gawat darurat) merupakan
tempat pelayanan kesehatan untuk menangani
pasien yang gawat darurat.
b. CHF : (Congerstive Heart Failure) atau gagal
jantung kongestif merupakan kegagalan jantung
dalam memompa pasokan darah yang
dibutuhkan tubuh, dikarenakan terjadi kelainan
pada otot-otot jantung sehingga jantung tidak
bisa bekerja secara normal.
c. Hipertensi : atau tekanan darah tinggi adalah
kondisi ketika tekanan darah di 130/80 mmHg
atau lebih, jika tidak ditangani hipertensi dapat
menyebabkan penyakit serius mengancam nyawa
seperti gagal jantung, penyakit ginjal dan stroke.
d. Alergi : adalah reaksi sistem kekebalan tubuh
manusia terhadap benda ternetu, yang

1
seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh
orang lain. Reaksi tersebut dapat muncul dalam
bentuk pilek, ruam kulit yang gatal, atau
bahkan sesak napas.
e. Lpm : liter per menit
f. Nasal kanul : salah satu model terapy oksigen
dg meletakan selang pada hidung
2 Identifikasi data subyektif a. Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
b. Pasien jarang cek tekanan darah di puskesmas.
c. Pasien mengatakan berhenti mengkonsumsi
obat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu
3 Identifikasi data obyektif a. Tekanan darah 160/90 mmHg
4 Menentukan masalah keperawatan a. Risiko perfusi serebral tidak efektif
berhubungan dengan hipertensi
5 Intervensi keperawatan a. Monitor peningkatan TD
b. Dokumentasi hasil pemantauan
c. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk memantau kesehatan sirkulasi darah

dalam tubuh. Ada beragam faktor yang dapat memengaruhi tekanan darah Anda, mulai

dari pola hidup, aktivitas, hingga psikis. Pemeriksaan tekanan darah rutin biasanya

disarankan oleh dokter. Terdapat dua angka yang tertera pada alat pengukur tekanan darah.

Angka di atas menunjukkan tekanan sistolik, sedangkan angka di bawah menunjukkan tekanan

diastolik.

Tingkat tekanan darah diukur dalam skala mmHg atau milimeter air raksa (merkuri).

Di dunia medis, raksa digunakan sebagai unit pengukuran standar untuk tekanan darah.

Dari hasil pemeriksaan tekanan darah, dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Normal

Tingkat tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg dapat dikatakan normal. Jika tekanan

darah Anda normal, pertahankan dengan makan dengan nutrisi seimbang dan

berolahraga secara rutin.

2. Prahipertensi

Tekanan darah Anda dapat masuk dalam kategori ini jika berkisar antara 120-129 mmHg

sistolik dan 80 mmHg diastolik. Apabila tidak segera diatasi, prehipertensi dapat berisiko

menjadi gejala hipertensi.

3. Hipertensi derajat 1

Tekanan darah Anda berkisar 130-139 mmHg sistolik atau 80-89 mmHg diastolik,

termasuk hipertensi derajat 1. Namun, Anda belum tentu mengalami hipertensi derajat 1

jika pemeriksaan ini baru dilakukan satu kali. Dokter akan mengulang pemeriksaan

untuk memastikan.

3
4. Hipertensi derajat 2

Anda dapat didiagnosa hipertensi derajat 2 apabila tekanan darah Anda secara konstan

berada di atas 140/90 mmHg. Jika tekanan darah Anda mencapai batas ini, dokter akan

meresepkan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah tinggi yang perlu dikonsumsi

secara rutin, serta menyarankan Anda untuk menerapkan pola hidup lebih sehat.

5. Krisis Hipertensi

Jika tekanan darah Anda mencapai lebih dari 180/120 mmHg, tunggu selama lima menit

lalu ulangi pemeriksaan Anda. Jika tekanan darah Anda masih sama, maka Anda harus

memeriksakan diri ke dokter karena sudah masuk dalam kategori krisis hipertensi.

Waspadai juga gejala lain yang mungkin menyertai yaitu nyeri di dada, napas tersengal-

sengal, nyeri punggung, rasa lemas atau mati rasa, perubahan pada penglihatan, atau

kesulitan berbicara.

Sebaliknya, jika tekanan darah Anda sering berada di bawah 90/60 mmHg, Anda

mungkin mengalami tekanan darah rendah atau hipotensi. Hipotensi juga bisa disertai

dengan rasa pusing, karena kurang pasokan oksigen dalam darah.  Kondisi hipotensi

maupun hipertensi dapat berisiko tinggi pada kesehatan dan perlu segera ditangani oleh

dokter.

Pemeriksaan tekanan darah secara rutin terutama sangat diperlukan pada penderita

tekanan darah tinggi. Selain untuk memahami pola tekanan darah, pemeriksaan ini juga

dapat membantu pemberian obat dan memantau efektivitas pengobatan yang diberikan,

serta membantu dokter memperkirakan potensi komplikasi.

Sebelum melakukan pemeriksaan, ada yang perlu dilakukan atau dihindari agar

pemeriksaan tekanan darah lebih akurat:

4
1. Jangan makan, merokok, dan minum kafein serta alkohol, setidaknya 30 menit sebelum

pemeriksaan. Selain itu, jangan lupa buang air kecil terlebih dulu. Saluran kemih yang

penuh dapat meningkatkan tekanan darah walau hanya sedikit.

2. Usahakan dalam kondisi tenang saat pemeriksaan tekanan darah. Anda dapat mencoba

santai dengan duduk selama lima menit dalam posisi senyaman mungkin sebelum

pemeriksaan dilakukan. Usahakan untuk tidak membicarakan dan memikirkan hal-hal

yang memicu stres.

3. Posisikan lengan Anda setinggi jantung, di meja atau lengan kursi. Pastikan telapak

tangan berada di atas. Letakkan bantal atau alas di bawah lengan Anda agar lengan

sejajar dengan jantung.

4. Gulung lengan baju ke atas. Alat pemeriksaan tekanan darah (manset

sphygmomanometer) seharusnya langsung menyentuh kulit agar hasil pemeriksaan

akurat.

5. Jika perlu, ulangi pemeriksaan beberapa kali dengan jeda 2-3 menit. Catatlah setiap

hasil pemeriksaan sesuai keperluan Anda.

Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara mandiri di rumah berguna untuk

memonitor tekanan darah, terutama diperlukan oleh penderita tekanan darah tinggi.

Lakukan sesuai dengan rekomendasi dokter. Jika hasil pemeriksaan tekanan darah Anda

berada di luar batasan normal atau timbul gejala-gejala tertentu, sebaiknya

segera periksakan diri ke dokter.

B. Standar Operasional Prosedur


No Tindakan
1 Tahap pre-interaksi
1. Baca catatan catatan medis
2. Siapkan alat
a. Stetoskop
b. Spignomanometer
c. Buku catatan dan alat tulis
3. Cuci tangan

5
2 Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil nama klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien atau keluarga
4. Jaga privacy klien
3 Tahap kerja
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum melakukan
kegiatan
2. Menanyakan keluhan utama saat ini
3. Memulai kegiatan sesuai dengan prosedur
4. Memposisikan pasien senyaman mungkin (duduk, berbaring)
5. Menyingsingkan lengan baju ke atas
6. Memasang manset ±1 inci (2,5 cm) diatas nadi brakialis
7. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) menutup
sekrup balon manset, kemudian membuka kunci reservior
8. Meraba arteri brachialis, memompa manset sampai tekanan 30mmHg diatas
titik hilangnya denyut arteri
9. Meletakkan diafragma stetoskop diatas tempat denyut nadi tanpa menekan
10.Mengendorkan pompa secara perlahan sehingga air raksa turun rata-rata 2-3
mmHg per detik.
11.Mencatat bunyi detak pertama (sistole) dan terakhir (diastole)
12.Melonggarkan pompa segera sesudah bunyi terakhir hilang dengan cepat dan
total
13.Jika pengukuran perlu diulang, tunggu 30 detik dan lengan di tinggikan diatas
jantung untuk mengalirkan darah dari lengan
14.Melepas manset
15.Mengembalikan posisi senyaman mungkin
4 Tahap terminasi
1. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
5. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
6. Dokumentasi (tanggal, jam, respon, kegiatan yang dilakukan)

C. Link youtube
https://youtu.be/5kpPfK6PWvM

6
Daftar Pustaka

Understanding Hospital Floors and Unit - https://www.verywellhealth.com/hospital-


floors-and-units-3156895?_ga=2.167396923.44414824.1528270135-
496436983.1528066151 diakes pada 6 Mei 2018.
When Your Child In The Picu - https://www.verywellhealth.com/hospital-floors-and-
units-3156895?_ga=2.167396923.44414824.1528270135-496436983.1528066151
diakses pada 6 Mei 2018
Ini Loh Perbedaan UGD, IGD, PICU, dan ICU
http://jogja.tribunnews.com/2017/09/12/ini-lho-perbedaan-ugd-igd-picu-dan-icu
Wellens, et al. NCBI. Risk stratification for sudden cardiac death: current status and
challenges for the future. European Heart Journal. 2014. 35(25), pp. 1642-1651.
National Heart, Lung, and Blood Institute NHLBI. 2019. Heart Failure.
Victoria State Government Better Health Channel Australia 2018. Congestive heart
failure (CHF).
Mayo Clinic. 2017. Diseases & Conditions. Heart failure.
American Heart Association AHA. Congestive Heart Failure and Congenital
Defects.
American Heart Association AHA. Types of Heart Failure.
Macon, B. & Cherney, K. Healthline. 2018. Congestive Heart Failure (CHF).
WebMD. 2017. How Does Heart Failure Affect Your Body?
Mayo Clinic. 2018. Diseases & Conditions. High Blood Pressure (Hypertension).
WebMD. 2020. What Is High Blood Pressure?
Lack, G. 2012. Update on Risk Factors for Food Allergy. J Allergy Clin Immunol.
129(5), pp. 1187-97.
Platts-Mills, T. A. E., & Woodfolk, J. A. 2011. Allergens and Their Role in The Allergic
Immune Response. Immunological Reviews 242 (1), 51-68.
American Academy of Allergy Asthma and Immunology. 2019. Allergies.
NHS UK (2016). Health A-Z. Allergies.
Krans, B. Holland, K. Healthline. 2018. Everything You Need to Know About Allergies.
Mayo Clinic. 2018. Diseases and Conditions. Allergies.
WebMD. 2018. What Is an Allergic Reaction?
WebMD. 2018. Who Gets Allergies?
American Heart Association. 2017. Monitoring Your Blood Pressure at Home.
American Heart Association. 2017. Understanding Blood Pressure Readings.
Mayo Clinic. 2018. Get the Most Out of Home Blood Pressure Monitoring.
Healthline. 2018. Blood Pressure Readings Explained.
WebMD. 2017. Know Your Blood Pressure Numbers.

Anda mungkin juga menyukai