Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BATA RINGAN

Dosen Pengampu
1. Dr. Agus Santoso, M.Pd.

Disusun oleh
Evan Abhista
21510334074

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bata Ringan”
Ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Bapak Dr. Agus Santoso, M.Pd.
pada mata kuliah Bahan Bangunan dan Teknologi Beton. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengenalan Alat Praktik Kerja
Kayu I bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Agus Santoso, M.Pd., selaku
dosen pada mata kuliah Bahan Bangunan dan Teknologi Beton yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun semua yang telah membaca, serta dapat memberi
wawasan yang lebih luas. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, saya
selaku penulis memohon maaf.

Purwokerto, 11 Oktober 2021

Evan Abhista
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2


BATA RINGAN ................................................................................................... 4
Bata Ringan Jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC).................................. 5
Bata Ringan Jenis Celullar Lightweight Concrete (CLC) ................................. 5
BAHAN-BAHAN BATA RINGAN DAN KOMPOSISINYA ........................... 5
1. Semen ............................................................................................................. 6
2. Pasir................................................................................................................ 9
3. Air ................................................................................................................ 11
4. Foam Agent.................................................................................................. 11
PROSES PEMBUATAN BATA RINGAN ....................................................... 12
Pembuatan Bata Ringan Dengan Cara Kimiawi ( Autoclave Aerated Concrete/
AAC) ................................................................................................................ 13
Pembuatan Bata Ringan Dengan Cara Mekanis ( foamed
concrete atau cellular concrete) ....................................................................... 13
PROSES PEMBUATAN BATA RINGAN DALAM DINDING BERSERTA
BAHAN BAHAN YANG DIPERLUKAN ........................................................ 14
KARAKTERISTIK BATA RINGAN ................................................................ 16
KEUNGGULAN BATA RINGAN .................................................................... 18
KEKURANGAN BATA RINGAN .................................................................... 19
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 21
BATA RINGAN

Bata ringan adalah material bangunan yang fungsinya sama dengan batu bata merah untuk
membuat dinding. Dari luar, material bahan baku bata ringan menyerupai beton pada
umumnya tetapi bobotnya lebih ringan. Permukaannya pun halus dan bentuknya pun seragam
dari segi ukuran dan ketebalannya karena dicetak dengan cetakan press beton
Bata ringan umumnya dibuat secara masal oleh pabrik dengan olahan bahan dari campuran
pasir kuarsa, semen, kapur, gypsum, dan alumunium pasta. Menurut Gatut Susanta, 2008,
bata ringan memiliki karakteristik yang ringan, halus dan sangat rata. Pada umumnya, bata
ringan memiliki ukuran 60 cm x 20 cm dengan ketebalan yang bervariasi 7–15 cm.
Bata ringan memiliki berat jenis kering sekitar 530 Kg/m3. Karena beratnya yang lebih
ringan ketimbang batu bata merah, maka produktivitas pekerja untuk bata ringan tentu
berbeda dengan produktivitas dinding bata merah. Menurut Birdyant Goritman, 2012 dalam
jurnalnya meyebutkan bahwa dengan komposisi pekerja 0,1 OH mandor, 0,3 OH kepala
tukang, 2 pembantu tukang dan 3 tukang batu dari hasil penelitian didapaatkan hasil rata-rata
pekerjaan perhari dapat memasang 43,62 m2 bata ringan.

Bata Ringan Jenis Autoclaved Aerated Concrete (AAC)

Bata ringan AAC merupakan bata ringan yang dimana proses pemubuatan gelembung udara
disebakan oleh reaksi kimia, yaitu pada saat bubuk alumunium atau alumunium pasta
mengembang seperti pada pembuatan roti saat penambahan bahan ragi untuk pengembangan
adonan. Adonan bata ringan jenis AAC umumnya terdiri dari pasir kwarsa, kapur, gypsum,
semen, air, dan alumunium pasta. Setelah semua adonan tercampur, nantinya adonan akan
mengembang selama 4-6 jam. Bahan alumunium pasta tadi berfungsi juga sebagai pengeras
beton. Volume alumunium pasta ini yaitu sebanyak 5-8% dari volume adonan yang akan
dibuat. Kemudian adonan tersebut dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan dimasukan
kedalam autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam
autoclave chamber sekitar 180ºC-200 ºC dan tekanan antara 1,5 – 1,6 Mpa. Hal ini dilakukan
sebagai proses pengeringan atau pematangan. Pada jenis AAC ini, gelembung udara yang
terbentuk saling berhubungan satu dengan yang lainnya, hal ini menyebabkan air mudah
diresap oleh bata ringan, oleh karena itu, harus diberikan pelindung kedap air seperti plaster.
Untuk mendapatkan nilai kuat tekan tinggi, proses pengeringan (curing) pada jenis ini
menggunakan tabung autoklaf yang bertekanan tinggi. Namun juga proses curing tersebut
dapat mengganggu proses hidrasi dari semen. Oleh karena itu bata ringan jenis AAC harus
terlindungi dari kelembaban. Proses pembuatan bata ringan jenis AAC berbeda dengan bata
ringan jenis CLC dan peralatan canggih serta modal yang relatif besar namun kapasitas yang
didapatkan cukup tinggi yaitu sekitar 300 m3 perhari.

Bata Ringan Jenis Celullar Lightweight Concrete (CLC)

Bata ringan jenis CLC merupakan bata ringan yang proses curing-nya secara alami. Bata
ringan CLC merupakan beton konvensional dimana agregat kasar (kerikil) digantikan oleh
gelembung udara yang dihasilkan dari foam agent. Peralatan dan pabrikasi yang digunakan
pada produksi jenis ini merupakan alat standar, 7 sehingga produksinya mudah dapat
disamakan dengan pabrikasi beton konvensional. Hanya semen, pasir, air dan foam agent.
Berat jenis yang diinginkan dapat disesuaikan mulai dari 350 kg/m3 sampai dengan 1.800
kg/m3 dan nilai kekuatan dapat juga dicapai dari 1,5 sampai lebih dari 30 N/mm2 . Bata
ringan jenis CLC ini sama halnya dengan beton konvensional yang mana kekuatan akan
bertambah seiring dengan berjalan-nya waktu. Meskipun bata ringan jenis ini tidak seringan
jenis AAC. Jenis CLC ini tetap memberikan penurunan berat yang cukup besar jika
dibandingkan dengan beton konvensional.

BAHAN-BAHAN BATA RINGAN DAN KOMPOSISINYA


Bahan Dasar Bata Ringan Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu
semen, agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk
mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan. Semen merupakan bahan
campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak
memainkan peranan yang penting dalam reeaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai
bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah
pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan.

1. Semen

Beton mulai ditinggalkan orang seriring dengan mundurnya kerajaan romawi. Baru sekitar
tahun 1790, J. Smeaton dari inggris menemukan bahwa kapur yang mengandung lempung
dan dibakar akan mengeras dalam air. Bahan ini mirip dengan semen yang dibuat bangsa
Romawi.
Nama semen Portland (Portland cement) diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824
karena campuran air, pasir, dan batu-batuan yang bersifat pozzolan dan berbentuk bubuk ini
pertama kali diolah di pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen Portland pertama
kali diproduksi di pabrik oleh David Saylor di Coplay Pennsylvania, Amerika Serikat pada
Tahun 1875. Sejak itu semen Portland berkembang dan terus dibuat sesuai kebutuhan.
a. Semen Non-Hidrolik
Semen non-hidrolik dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di
udara. Contoh utama dari semen nonhidrolik adalah kapur. Kapur dihasilkan oleh proses
kimia dan mekanis dari alam. Kapur telah digunakan selama berabad-abad lamanya sebagai
bahan adukan dan plesteran untuk bangunan. Hal tersebut dapat dilihat pada piramida-
piramida di Mesir yang dibangun 4500 tahun sebelum masehi. Kapur digunakan sebagai
bahan pengikat selama zaman Romawi dan Yunani. Pondasi jalan pada zaman Romawi,
termasuk jalan Via Appia, merupakan tanah yang distabilkan dengan kapur. Kini kapur
digunakan dalam bidang pertanian, industri kimia, industri karet, industri kayu, industri
farmasi, industri baja, industri gula dan industri semen.
Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang
tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan
mengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah berhubungan dengan air. Kapur telah
dihasilkan dengan membakar batu kapur atau kalsium karbonat bersama beserta bahan-bahan
pengotornya, yaitu magnesium, silikat, besi, alkali, alumina dan belerang. Proses pembakaran
dilaksanakan dalam tungku tanur tinggi yang berbentuk vertikal atau tungku putar pada suhu
800-1200o C. Kalsium karbonat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon dioksida dengan
reaksi kimia sebagai berikut :
CaCO3 → CaO + CO2
Kalsium oksida yang terbentuk disebut kapur tohor dan jika berhubungan dengan air akan
menjadi kalsium hidroksida serta panas. Dengan reaksi kima adalah :
CaO + H2O → Ca(OH)2 + panas
Proses ini dinamakan dengan proses mematikan kapur (slaking) dan hasilnya, yaitu kalsium
hidroksida, sering disebut sebagai kapur mati. Kecepatan berlangsungnya reaksi terutama
bergantung pada kemurnian kapur, sehingga semakin tinggi kemurnian kapur yang
bersangkutan makin besar daya reaksinya terhadap air. Kapur mati dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu: Dapat dimatikan dengan cepat, Dapat dimatikan agak lambat, Dapat
dimatikan dengan lambat.
Kapur mati dapat didapatkan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar sepertiga dari
kapur tohor). Dempul kapur diperoleh dengan menambahkan air yang berlebihan pada kapur
tohor.pengikatan kapur terjadi akibat kehilangan air akibat penyerapan oleh batu bata atau
akibat penguapan. Proses pengerasan berlangsung akibat reaksi karbondioksida dari udara
dengan kapur mati. Reaksinya adalah sebagai berikut :
Ca(OH)2 + CO2 → CaCO3 + H2O
Dari reaksi kimia diatas dapat terlihat bahwa akan terbentuk kembali kristal-kristal kalsium
karbonat, yang mengikat massa heterogen itu menjadi massa padat. Proses pengerasan ini
berjalan lambat dan dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum mencapai kekuatan yang
penuh. Agar dapat berlangsung, diperlukan aliran udara bebas untuk persediaan
karbondioksida yang dapat menembus bagian terdalam dari adukan sehingga proses
pengerasan dapat berlangsung menyeluruh. Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan
plesteran langit-langit, untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau
untuk membasmi kutukutu dalam kandang.
b. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air. Contoh
semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen
portland, semen portland-pozollan, semen portland terak tanur tinggi, semen alumina dan
semen expansif. Contoh lainnya adalah semen prtland putih, semen warna dan semen-semen
untuk keperluan khusus
c. Semen Portland
Semen Portland adalah bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan
beton. Menurut ASTM C-150, 1985, semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang
digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi persayaratan SNI.0013-81
atau standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam standart tersebut (PB.1989:3.2-8).
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen portland di Indonesia (SII 0013-81) dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu :
1. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi umum yang tidak
memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai
pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan
lain-lain.
Komposisi Semen Portland type I
• Tricalsium Silicate(C3S) 51%
• Dicalsium Silicate(C2S) 24%
• Tricalsium Aluminate(C3A) 6%
• Tetracalsium Aluminate Ferrit(C4AF) 11%
• Magnesium Oksida(MgO) 2,9%
• Sulfur Trioksida(SO3) 2,5%

2. Semen Portland type II


Komposisi Semen Portland type II
• Tricalsium Silicate (C3S) 51%
• Dicalsium Silicate(C2S) 24%
• Tricalsium Aluminate(C3A) 6%
• Tetracalsium Aluminate Ferrit(C4AF) 11%
• Magnesium Oksida(MgO) 2,9%
• Sulfur Trioksida(SO3) 2,5%
• 0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0% bebas CaO

Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa
yang memerlukan ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung
sulfat antara 0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir
laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan
landasan jembatan.

3. Semen Portland type III

Komposisi Semen Portland type III

• Tricalsium Silicate (C3S) 57%


• Dicalsium Silicate(C2S) 19%
• Tricalsium Aluminate(C3A) 10%
• Tetracalsium Aluminate Ferrit(C4AF) 7%
• Magnesium Oksida(MgO) 3,0%
• Sulfur Trioksida(SO3) 3,1%
• 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3% bebas CaO

4. Semen Portland type IV


Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan yang
memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan
terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi,
bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan
sulfat 4. Semen Portland type IV Fungsi Semen Portland type IV digunakan untuk
keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton
dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan
untuk struktur beton masif seperti dan gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur
akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.

Komposisi Semen Portland type IV

• Tricalsium Silicate (C3S) 28%


• Dicalsium Silicate(C2S) 49%
• Tricalsium Aluminate(C3A) 4%
• Tetracalsium Aluminate Ferrit(C4AF) 12%
• Magnesium Oksida(MgO) 1,8%
• Sulfur Trioksida(SO3) 1,9%
• 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO

5. Semen Portland type V

Komposisi Semen Portland type V

• Tricalsium Silicate (C3S) 38%


• Dicalsium Silicate(C2S) 43%
• Tricalsium Aluminate(C3A) 4%
• Tetracalsium Aluminate Ferrit(C4AF) 9%
• Magnesium Oksida(MgO) 1,9% f. Sulfur Trioksida(SO3) 1,8%
• 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO

Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunanbangunan pada


tanah/ air yang mengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan,
dan pembangkit tenaga nuklir.

2. Pasir

Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di
beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur. Hanya
beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena rongga-rongganya yang
besar. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir juga penting
untuk bahan bangunan bila dicampur Semen. Berdasarkan asal dan sumbernya, pasir
dibagi menjadi dua jenis :

1. Pasir Alam , yaitu pasir yang bersumber dari gunung, sungai, pasir laut,
bekas rawa dan ada juga dari pasir galian .
• Pasir Galian, Pasir ini diperoleh langsung dari permukaan atau dengan
menggali tanah. Pasir jenis ini pada umumnya berbutir tajam, bersudut,
berpori dan bebas kandungan garam yang membahayakan. Namun karena
diperoleh dengan menggalu maka pasir ini sering bercampur dengan kotoran
atau tanah, sehingga sering dicuci terlebuh dahulu sebelum digunakan.
• Pasir Sungai, Pasir sungai diperoleh langsung dari dasar sungai, sehingga
umumnya berbutir halus dan berbentuk bulat akibat proses pergesekan. Karena
butirannya halus maka baik untuk plester tembok. Namum karena bentuknya
yang bulat, daya rekat antar butir pasir ini menjadi agak kurang baik.
• Pasir Laut, Pasir ini diambil dari pantai. Bentuk butirannya halus dan bulat
akibat proses gesekan. Pasir ini banyak mengandung garam, sehingga kurang
baik untuk bahan bangunan. Pasir yang mengandung garam akan menyerap
kandungan air dari udara, sehingga pasir akan selalu agak basah dan juga
menyebabkan pengembangan setelah bangunan selesai dibangun. Oleh karena
itu, sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan untuk bahan bangunan

2. Pasir Pabrikasi, yaitu pasir yang didapatkan dari penggilingan bebatuan


yang kemudian diolah dan disaring sesuai dengan ukuran maksimum dan
minimum aggregat halus. Adapun pasir yang digunakan untuk pembuatan bata
ringan adalah pasir yang lolos ayakan (Standart ASTM E 11-70) yang
diameternya lebih kecil 5 mm. Penggunaan bahan pasir yang lolos ayakan
lebih kecil dari 5 mm adalah untuk mengantisipasi adanya kerapuhan saat
kondisi beton kering. Karena pada dasarnya sifat pasir hanyalah sebagai bahan
pengisi bukan sebagai bahan perekat. Pasir yang baik untuk digunakan adalah
pasir yang berasal dari sungai dan tidak mengandung tanah lempung karena
dapat mengakibatkan retakretak.

Selain syarat-syarat diatas, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
bahan-bahan yang akan digunakan, sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh ASTM, yaitu sebagai berikut : Agregat normal yang dipakai
dalam campuran beton sesuai dengan ASTM, berat isinya tidak boleh kurang
dari 1200 kg/m3. Untuk Agregat halus: Modulus halus butir 2,3 sampai 3,12.
Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm atau
No.200) dalam persen berat maksimum. Untuk beton yang mengalarni abrasi
sebesar 3,0%. Untuk beton jenis lainnya sebesar 5%.

Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah dirapikan maksimum 3%.
Kandungan arang dan lignit; Bila tampak permukaan beton dipandang penting
(beton akan diekspos), maksimurn 0,5 %, Beton jenis lainnya, maksimum (l -
0.5) %. Kadar zat organik yang ditentukan dengan mencampur agregat halus
dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3%, tidak menghasilkan warna yang
lebih tua dibanding warna standar. Jika warnanya lebih tua maka ditolak
kecuali ; Warna lebih tua timbul karena sedikit adanya arang lignit atau yang
sejenis, Ketika diuji dengan uji perbandingan kuat tekan beton yang dibuat
dengan pasir standar silika hasilnya menunjukan nilai lebih besar dari 95%.
Uji kuat tekan sesuai dengan cara ASTM C.87

Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau yang berhubungan dengan bahan
yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, dimana penggunaan semen yang
mengandung natrium oksida tidak lebih dari 0,6%. Kekalan jika diuji dengan
natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10%, dan jika dipakai
magnesium sulfat, maksimum 15%

3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membahasi agregat lalu memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air
yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air
yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton
akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton
yang dihasilkan (Tri Mulyono MT 2003 : 51).

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air,
maka bukan perbandingan jumlah air terhadap berat total campuran yang
penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut
sebagai faktor air semen (water cement ratio). Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.

4. Foam Agent

Foam agent adalah suatu bahan yang terbuat dari larutan pekat dari bahan
surfaktan, dimana apabila hendak digunakan harus dilarutkan dengan air.
Salah satu bahan yang mengandung surfaktan adalah Detergent
(CH3(CH2)15OSO3-Na+).

Foam agent merupakan bahan kimia campuran yang berasal dari campuran
bahan alami maupun bahan buatan. Foam agent dengan bahan alami berupa
protein memiliki kepadatan 80 gram/liter, sedangkan bahan buatan berupa
bahan sintetik yang memiliki kepadatan 40 gram/liter.

Foam agent dapat dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan kimia yang


sifatnya sebagai pengembang, sama halnya seperti bahan kimia pembuat sabun
busa pada sabun. Bahan pengembang busa pada sabun biasanya memakai
bahan texapon. Texapon adalah bahan kimia yang mempunyai fungsi salah
satunya mengangkat lemak dan kotoran atau zat yang memiliki sifat surfaktan.
texapon sudah sangat di kenal dalam industri pembuatan bahan untuk
kebersihan seperti cairan pencuci piring, cairan pencuci tangan, shampoo dan
lain sebagainya.

Texapon adalah surfaktan buatan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar
dalam pembuatan sabun cair, sampo, dan pasta gigi. Texapon akan beraksi
dengan air dan akan menghasilkan busa. Texapon disebut juga sodium
laurilsulfate (C12H25SO4Na)

Foam agent dalam pembuatan bata ringan yang berbahan dasar texapon harus
dicampur lagi dengan bahan sikacim agar mudah mengikat dengan bahan
mortar beton dan mempercepat proses pengerasan Beton, dengan
perbandingan sebagai berikut :
Texapon (1,5L) : Air (40 L)

Sikacim (0,05%) : Texapon + Air (100%)

Tujuan penggunaan bahan foaming agent adalah untuk menambah volume


bata ringan tanpa menambah berat dari bata ringan itu sendiri, dengan
demikian akan membuat fisik bata ringan dapat dibuat lebih besar dari bata
pada umumnya tetapi mempunyai berat yang hampir sama atau bahkan lebih
ringan.

Foam Agent saat dicampur dengan kalsium hidroksida yang terdapat pada
pasir dan air akan bereaksi sehingga membentuk hydrogen. Gas hydrogen ini
membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi.
Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali
lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pembusaan, hydrogen akan
terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga-rongga
tersebutlah yang membuat bata beton menjadi ringan menurut ASTM C 796-
87A, Tabel 1, Foaming Agents for use in Producing Cellular Concrete Using
Preformed Foam, banyaknya foaming agent yang digunakan dalam suatu
percobaan.

Wuf adalah massa jenis foaming agent (kg/m3 ). Wuf biasanya berkisar antara
32 sampai 64 kg/m3 . Vfa adalah volume foaming agent yang diperlukan (m3
) : Biasanya Vair:Vfa berkisar 40:1.

PROSES PEMBUATAN BATA RINGAN


Pembuatan Bata Ringan Dengan Cara Kimiawi ( Autoclave Aerated Concrete/
AAC)
Cara ini disebut juga dengan Beton Aerated Cellular Concrete atau biasa disebut Beton
AAC. Cara ini pada umumnya digunakan oleh pabrikan dengan investasi yang besar.
Bahan baku yang digunakan adalah Pasir kwarsa (Si), Ca0 (Kapur), Aluminium (Al)
sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi), Semen.

Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam.
Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai
pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta
ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan.
Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran dan dimasukkan Autoclave
Camber.

Pembuatan Bata Ringan Dengan Cara Mekanis ( foamed concrete atau cellular
concrete)
Cara mekanis berbeda bahan baku dan proses. Bahan baku yang digunakan adalah pasir,
semen dan busa (foam). Bahan tersebut dicampur dengan busa pengisi udara dan
langsung dituangkan dalam cetakan sesuai dengan ukuran yang dinginkan.

Keuntungan lain dari Beton Ringan atau Batu Bata Ringan antara lain:

• Tahan panas (thermal insulation yang baik)


• Memiliki peredaman suara yang baik
• Tahan api (fire resistant)
• Lebih ringan dari batu bata biasa
• Transportasi mudah karena ringan
• Dapat mengurangi kebutuhan bekisting (formwok) dan perancah (scaffolding).

Link video proses pembuatan bata ringan :


• https://youtu.be/obFJ3uIIMG4
• https://youtu.be/_s7eo_yU8c8
• https://youtu.be/rNVvz2whpAY
PROSES PEMBUATAN BATA RINGAN DALAM DINDING BERSERTA
BAHAN BAHAN YANG DIPERLUKAN

Seperti halnya bata merah dan batako, struktur material dinding menggunakan bata ringan
juga membutuhkan bahan-bahan lainnya seperti perekat, plesteran, serta acian.
Pengerjaan finishing tersebut akan membuat bata ringan lebih awet sehingga bangunan Anda
tetap tampil prima dalam jangka waktu yang lama.

Untuk memberikan hasil yang optimal serta penggunaan bahan yang efisien, maka
diperlukan langkah-langkah pemasangan bata ringan secara tepat dan benar. Dengan langkah
dan jumlah material yang tepat, Anda dapat membuat konstruksi dinding bata ringan yang
lebih kuat, rapi, awet, serta tidak boros bahan.

• Jika material bahan berupa bata ringan, semen instan, serta air sudah siap,
maka yang pertama kali dikerjakan adalah menentukan arah kerataan dinding
dengan menggunakan benang.
• Rendam bata ringan dalam air untuk mencegah pengerasan semen terlalu
cepat. Bata ringan cukup direndam beberapa saat saja.
• Buat pasta untuk perekat bata ringan dari campuran air dengan semen instan.
Rasio campuran adalah 9,5-10,5 liter air untuk 40 kg semen instan. Gunakan
air bersih agar daya rekat semen instan dapat maksimal.
• Siapkan perekat dengan ketebalan 3 mm pada tiang kolom serta 10-20 mm
untuk bagian alas bata ringan. Pasang mulai dari sudut dinding. Gunakan palu
untuk meratakan pemasangan dengan cara mengetok-ngetok bata ringan.
• Gunakan perekat setebal 3 mm antar pasangan bata. Pastikan pasangan bata
terpasang dengan rapi dan rata. Gunakan waterpass untuk memastikan
kerataan pasangan bata.
Langkah finishing terakhir setalah membiarkan bata selama 24 jam agar mengering sempurna
sebelum siap untuk diplester adalah sebagai berikut.

• Plesteran Bata Ringan


Setelah menyelesaikan pemasangan bata ringan, berikutnya dinding bata ringan
diberikan plester. Fungsi dari plester adalah untuk menutup pasangan bata tadi.
Dengan diplester, dinding akan menjadi rata dan lebih kokoh. Sebelum diplester,
dinding bata ringan dibersihkan terlebih dahulu. Caranya bisa dengan disiram atau
diperciki air secukupnya. Dengan dibasahi, plesteran juga akan terikat semakin
kuat serta tidak cepat kering saat dipasang.

• Plester dan Acian pada Dinding Bata Ringan


Selanjutnya, memasang papan pembatas bidang kerja pada tepi dinding. Lajur
dipasang setiap ±1 meter dengan ketebalan sekitar 10 mm (sesuai ketebalan
plesteran). Pasta untuk plesteran dibuat dengan campuran air dan semen instan
dengan rasio 6-6,5 liter air untuk 40 kg semen. Ketebalan yang disarankan adalah
10 mm. Apabila dinding terpapar matahari, gunakan pelindung atau terpal untuk
melindungi dinding dari sinar matahari agar tidak mengering terlalu cepat.
Diamkan plesteran selama 2-3 minggu ketika penyusutan telah berhenti. Apabila
pengacian dilakukan ketika plesteran masih basah, akan berpotensi menimbulkan
retak rambut pada dinding akibat penyusutan pada material plesteran.

• Acian Bata Ringan


Setelah diplester, dinding bata ringan perlu diberikan lapisan acian. Acian
berfungsi untuk menutupi pori-pori pada dinding dan membuat dinding terlihat
lebih halus. Acian juga melindungi dinding dari lembab karena terbukanya pori-
pori pada dinding.
Pasta untuk acian dibuat dengan campuran semen instan dan air dengan rasio
13,5-14,5 liter air untuk 40 kg semen instan. Ketebalan yang disarankan adalah 1–
3 mm. Namun, apabila Anda ingin membuat acian dengan ketebalan 3 mm,
pengacian perlu dilakukan dalam dua tahap. Pertama, dibuat acian dengan
ketebalan sekitar 1-1,5 mm, kemudian dibiarkan mengering. Setelah itu, diberi
lapisan acian lagi hingga mencapai ketebalan 3 mm.

Gunakan roskam untuk mengaplikasikan acian. Acian diaplikasikan dengan


gerakan searah. Kemudian, acian dihaluskan dengan kuas basah dan digosok
dengan kertas semen.

Demikian hal yang harus diperhatikan dalam perlakuan proses pengerjaan


plesteran dan acian pada dinding bata ringan. Teknik aplikasi serta campuran
material yang benar akan membuat dinding bata ringan menjadi halus, rata, serta
mulus. Bangunan Anda tentu akan menjadi lebih kokoh, rapi dan menawan.

Link video proses pemasangan bata ringan https://youtu.be/W1cihV4tNgk

KARAKTERISTIK BATA RINGAN

Karakteristik Bata Ringan, menawarkan berbagai keuntungan. Bahkan di berbagai negara


maju, penggunaan material beton ringan aerasi semacam ini dapat mengurangi biaya premi
asuransi kebakaran.

1. BOBOT LEBIH RINGAN

AAC Powerblock® adalah satu-satunya material yang ringan dapat digunakan sebagai
dinding pengisi. Karena memiliki struktur yang homogen dan bobotnya yang ringan, produk
AAC Powerblock® dapat mengurangi gaya-gaya yang ditimbulkan oleh gempa dan
mengurangi beban yang harus dipikul oleh struktur. Kemudahan lain yang diperoleh karena
bobot ringan ini adalah dalam penanganan dan transportasi produk. Di samping itu produk
AAC Powerblock® adalah produk yang solid, lebih homogen dan lebih mudah dalam
pemasangan.

2. DAYA SERAP AIR RENDAH


Meski komposisi AAC Powerblock® sebagian besar terdiri atas pori-pori, hal ini tidak
menjadikan AAC Powerblock® memiliki daya serap air yang tinggi. Karena proses Steam
Curing yang dilakukan dalam proses produksinya mengakibatkan struktur pori pada material
ini mengkristal. Hasilnya adalah satu pori dengan pori lain memiliki kekedapan yang cukup
tinggi. Maka proses penyerapan air hanya akan terjadi pada lapisan terluar. Setelah itu lapisan
tersebut akan menjadi pelindung bagi penyerapan air selanjutnya.

3. TAHAN TERHADAP KEBAKARAN


AAC Powerblock® adalah material yang non-combustible (tidak mudah terbakar) dan
karena memiliki konduktivitas panas yang rendah, aliran panas pada material ini sangat kecil.
Hasilnya adalah suatu material yang memiliki ketahanan yang baik terhadap kebakaran. AAC
Powerblock® bahkan digunakan untuk melindungi material lain. Karena itu di
berbagai negara maju, penggunaan material beton ringan aerasi semacam ini dapat
mengurangi biaya premi asuransi kebakaran, serta direkomendasikan untuk penyekat ruang-
ruang pengolahan dan penyimpanan data seperti ruang komputer dan ruang arsip karena
ketahanannya terhadap kebakaran.

4. TINGKAT PENYUSUTAN RENDAH


Masalah retak pada dinding adalah masalah klasik yang sering dijumpai. Penyebab
keretakan itu sendiri dapat dikelompokan dalam 2 hal, yaitu:

Faktor Eksternal.
Disebabkan oleh terjadinya pergerakan-pergerakan diluar material itu sendiri,
seperti pergerakan kolom struktur, defleksi pada balok atau lantai dan gaya-gaya eksternal
lainnya seperti benturan dan lain sebagainya.

Faktor Internal.
Disebabkan oleh terjadinya pergerakan-pergerakan pada material dinding itu sendiri
seperti penyusutan dan pemuaian bahan dinding, plesteran atau perekat dinding. AAC
Powerblock® memiliki penyusutan yang lebih kecil sehingga mengurangi keretakan dinding
akibat faktor internal.

5. DAYA TAHAN TINGGI TERHADAP TEKANAN


AAC Powerblock® memiliki kuat Tekan (N/mm²) ≥ 4.00 untuk berat Jenis
Kering 550±50 kg/m³. Bila ditelaah dari beratnya, maka material ini relatif memiliki
kekuatan yang tinggi. Sangat sedikit bahan bangunan lain yang dapat mencapai tingkat ini.

6. INSULATOR SUARA YANG BAIK


AAC Powerblock® merupakan insulator suara yang lebih baik dibandingkan dengan bahan
bangunan yang lain. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa AAC
Powerblock® memberikan insulasi suara yang baik.

7. AKURASI TINGGI DALAM UKURAN


Baku standard dan mutu proses produksi menjamin AAC Powerblock® memiliki ukuran
yang akurat dengan toleransi ukuran panjang ± 2 mm, tinggi ± 2 mm, lebar ± 2 mm. Akurasi
ukuran ini akan mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan hasil akhir yang lebih
rapi. Akurasi ukuran yang tinggi ini juga memungkinkan penggunaan perekat yang tipis yaitu
cukup setebal 2 – 3 mm dan memungkinkan finishing dengan cara langsung diaci tanpa
plesteran.

8. RAMAH LINGKUNGAN
AAC Powerblock® adalah produk yang ramah lingkungan, tidak beracun dan tidak
berbahaya. Material yang digunakan tidak dapat dijadikan tempat tinggal bagi kutu, serangga
dan hewan sejenis lainnya.
9. TAHAN LAMA
AAC Powerblock® tahan terhadap perubahan cuaca, tahan lama dan stabil.

10. DAYA TAHAN TINGGI TERHADAP GEMPA BUMI


Perencanaan gaya lateral yang bekerja pada suatu bangunan karena gempa sebagian
besar ditentukan oleh massa (berat) bangunan dan percepatan gerak tanah akibat gempa.
Secara sederhana gaya lateral gempa yang bekerja pada suatu bangunan didasarkan pada
rumusan terkenal Newton. ada beberapa factor lain yang juga mempengaruhi gaya gempa
misalkan jenis tanah di bawah pondasi dan tingkat kelenturan struktur bangunan.

Ilustrasi di atas menunjukan bahwa massa AAC Powerblock® yang kecil pada
dasarnya memberikan manfaat dalam disain terhadap gempa. AAC Powerblock® dapat
mengurai massa struktur dan secara otomatis memperkecil pengaruh gaya gempa terhadap
bangunan. Sebagai tambahan, sifat AAC Powerblock® yang tidak mudah terbakar dan tahan
terhadap kebakaran merupakan pelindung terhadap kebakaran yang biasanya timbul
bersamaan dengan terjadinya gempa.

Sejak lama AAC Powerblock® telah digunakan didaerah rawan gempa seperti di Aceh,
Yogyakarta dan Padang. Bangunan yang menggunakan AAC Powerblock® baik secara
keseluruhan maupun sebagian pada kenyataannya memiliki ketahanan yang baik terhadap
gempa.

KEUNGGULAN BATA RINGAN

Bata ini menjadi salah satu struktur bangunan yang digemari oleh para kontraktor dan mulai
banyak digunakan untuk proyek perumahan. Anda juga berminat menggunakan bahan
material bangunan ini? Sebelum itu, kenali dulu kelebihan dan kekurangannya. Sekarang
mari kita bahas beberapa keunggulan/manfaat dari bata ringan dibandingkan dengan bata
merah:
• Lebih kuat dan ringan. Sesuai dengan namanya, jenis beton pracetak yang satu ini
memiliki bobot yang lebih enteng dan kekuatan yang lebih baik sehingga tidak
membebani struktur. Struktur beton ringan jenis AAC ini menyebabkan bangunan
yang dihasilkan lebih tahan dari guncangan akibat gempa bumi. Kalau memakai
bata biasa, akan lebih sulit untuk melakukan penambahan lantai atau meningkat
rumah, karena dikhawatirkan struktur tidak kuat.
• Transportasi material beton ringan lebih cepat. Karena bobotnya yang enteng,
transportasi dan pengangkutan jadi lebih mudah.
• Lebih presisi dan seragam baik ukuran maupun bentuknya. Bata ringan tidak
dibentuk dengan dicetak satu persatu seperti bata merah ataupun batako. Bata
ringan dipotong dengan menggunakan mesin potong khusus sehingga ukuran dan
bentuknya presisi.
• Pemasangan lebih cepat. Karena presisi, maka pemasangan bisa dengan
menggunakan mortar atau perekat instan sehingga pengerjaan lebih mudah dan
lebih cepat, sehingga biaya jadi lebih efisien.
• Lebih rapi dan bersih. Berbeda dengan pengerjaan pasangan batu bata merah biasa
yang membutuhkan campuran mortar dari pasir dan semen, hebel block hanya
membutuhkan semen instan yang dicampur sedikit air. Hasilnya, pemasangan bata
ringan membuat hasil akhir dinding lebih bersih dan praktis permukaannya,
terhindar dari noda pasir yang berceceran.
• Tidak perlu plesteran/tidak perlu plesteran yang tebal. Bentuk bata ringan
memiliki karekteristik yang sangat halus. Karenanya, tampilan bata ringan yang
sudah terpasang dengan sendirinya akan terlihat lebih rapi nyaris tidak dibutuhkan
plasteran untuk bata ringan ini. Namun sebaiknya plasteran tetap dilakukan untuk
menambah estetika dan melindungi material dinding dari rembesan air hujan dan
cuaca buruk.
• Pengerjaan lebih cepat. Bata ringan memiliki ukuran per satuannya yang lebih
besar sehingga proses pengerjaan bangunan jadi lebih cepat dibandingkan
menggunakan bata merah yang ukurannya lebih kecil. Dengan ukuran yang lebih
besar, yaitu berdimensi 60 cm x 20 cm. Tebalnya bervariasi, mulai 7,5 cm sampai
15 cm.
• Lebih sulit untuk terbakar. Beton ringan AAC termasuk jenis campuran beton
yang tahan terhadap suhu tinggi, sehingga bata ringan menjadi tahan api.
Bangunan yang dihasilkan pun menjadi lebih sulit untuk terbakar jika terjadi
bencana kebakaran. Otomatis, area yang terbakar akan terbatas dan tidak meluas
ke seluruh rumah atau bangunan.
• Lebih kedap suara dan tahan air. Karena adanya rongga-rongga udara di dalam
material bata ringan membuat jenis beton pracetak ini lebih kedap suara. Bata
yang dibuat di pabrik ini juga diklaim lebih kedap air, sehingga rumah akan lebih
tahan terhadap cuaca hujan yang lembab.

KEKURANGAN BATA RINGAN

• Harga lebih mahal. Dengan segala kualitas dan keunggulannya, bata ringan
dipatok dengan harga yang lebih mahal daripada bata merah konvensional.
• Membutuhkan tukang yang berpengalaman. Pemasangan bata hebel berbeda dari
pengerjaan pasangan bata biasa. Roskam yang dipakai adalah roskam bergigi.
Karenanya, dibutuhkan tukang yang lebih ahli dan telah berpengalaman dalam
memasang bata ringan. Sebaiknya Anda teliti lebih dahulu apakah pemborong
yang dipakai sudah berpengalaman dalam memasang bata hebel ini.
• Hanya dijual di toko/distributor besar. Sayangnya, sampai saat ini bata ringan
hanya bisa dijumpai di department store bahan bangunan atau toko distributor
besar saja. Kontraktor atau pemborong yang biasa memesan batu bata di penjual
biasa harus beralih ke toko besar.
• Membutuhkan perekat khusus yang lebih mahal. Untuk memasang bata ringan
dibutuhkan perekat yang berbeda, yaitu mortar atau semen instan khusus.
Harganya tentu saja lebih mahal bila dibandingkan dengan mortar biasa campuran
semen dan pasir.
• Proses pengeringan lebih lama. Kalau bata ringan ini sampai terlalu basah akibat
hujan, maka proses pengeringan hebel block yang sudah terpasang butuh waktu
yang lebih lama.
Daftar Pustaka

Jurnal Analisa Penggunaan Foam Agent Sebagai Dasar Pembuatan Bata Ringan. DANIEL
PARTOGI SIAGIAN 2016

Anda mungkin juga menyukai