Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN STUDI KASUS

PROSEDUR PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY (CT)

KEPALA DENGAN KONTRAS PADA KASUS CHEPALGIA

DI RS USADA INSANI TANGERANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan 5

Disusun Oleh:

Syafiuddin Nizar

P1337430214017

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK RADIOLOGI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas mata

kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) 5 atas mahasiswa Jurusan Radiodiagnostik dan

Radioterapi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang yang bernama :

Nama : Syafiuddin Nizar

NIM : P 1337430214017

Kelas : 4C

Dengan judul laporan “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan Klinis

Chepalgia di Instalasi Radiologi RS Usada Insani Tangerang”.

Tangerang, 18 November 2017

Pembimbing

Ratna Dessy Witrianti


NIK. 0904242
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan

judul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan Klinis Chepalgia di

Instalasi Radiologi RS Usada Insani Tangerang”. Penulisan laporan kasus tersebut

bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan 5.

Dalam penulisan laporan kasus tersebut penulis menemui beberapa kendala,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Rini, S.Si, M.Kes selaku ketua jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi,

2. Ibu Siti Masrochah, S.ST, M.Si selaku ketua prodi D-IV Teknik

Radiologi,

3. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada

penulis,

4. Ibu Ratna Dessy Witrianti, Amd.Rad, selaku Clinical Instructure yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Teman sejawat Maulana Herbayu Aji, Agi Febrian, Rizky Setyaningrum

dan Ana Nabielah yang telah menjadi sahabat seperjuangan selama penulis

menimba ilmu praktik klinik di RS Usada Insani Tangerang.

6. Teman sejawat PKL 5 yang telah menjadi sahabat seperjuangan selama

penulis menimba ilmu praktik klinik di RS Usada Insani Tangerang.


Penulis menyadari dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat

kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan masukan dari semua pihak.

Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa dan

dijadikan studi bersama.

Tangerang, 18 November

2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................
iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................
3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
4
A. Anatomi Otak......................................................................................
4
B. Definisi Chepalgia..............................................................................
13
C. Klasifikasi dan Etiologi......................................................................
13
D. Patofisiologi........................................................................................
14
E. Manifestasi Klinis...............................................................................
15
F. Penunjang Diagnostik.........................................................................
18
G. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemeriksaan........................................
18
H. Media Kontras....................................................................................
19
I. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras..................................
21
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................
28
A. Paparan Kasus.....................................................................................
28
B. Ilustrasi Kasus.....................................................................................
28
C. Jenis Tindakan....................................................................................
29
D. Pembahasan........................................................................................
35
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
37
A. Kesimpulan.........................................................................................
37
B. Saran...................................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
38
LAMPIRAN..............................................................................................................
39
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan pemanfaatan sinar X dalam bidang radiodiagnostik

semakin berkembang seiring dengan ditemukannya media kontras. Media

kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk

meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah

pencitraan diagnostik medik. Pemanfaatan bahan kontras ini dipakai untuk

lebih meningkatkan radiolucent (hitam) maupun radioopaque (putih)

suatu gambaran organ. Sehingga media kontras dapat digunakan untuk

membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam radiografi

konvensional biasa maupun pada CT Scan. CT-Scan merupakan

perpaduan antara teknologi sinar-x, computer dan televisi sehingga

mampu menampilkan gambar anatomis tubuh dalam manusia dalam

bentuk irisan atau slice. Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat

melakukan scanning tubuh dengan irisan melintang tubuh atau dalam

bentuk potongan axial. Namun dengan pemanfaatan teknologi komputer

maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat diformat kembali

sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique, diagonal bahkan

bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. (Rasad, 2011)

Pada umumya ada banyak jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan

dengan menggunakan prinsip Computed Tomography Scan (CT-Scan)

1
salah satunya adalah teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala. Prosedur,

teknik dan penanganan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan perlu

diperhatikan dan dipahami dengan cermat untuk penegakkan diagnosa

pasien.

Pemeriksaan CT Scan Kepala terdiri dari dua jenis, yaitu

pemeriksaan dengan menggunakan media kontras atau tanpa

menggunakan media kontras (Kontras). Kedua jenis pemeriksaan CT Scan

Kepala ini sama-sama dapat membantu menegakkan diagnosa atas

berbagai kelainan atau patologi yang timbul. CT-Scan kepala Kontras

biasanya dilakukan pada kasus kepala dengan klinis khusus. Salah satu

kelainan adalah Chepalgia atau pusing kepala. Dengan dilakukan CT Scan

kepala, harapannya dapat diketahui apakah ada lesi yang mempengaruhi

rongga otak, mengetahui luas lesi dan mengetahui kondisi cerebrum

pasien.

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut

mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan kepala Kontras pada kasus

Chepalgia dan mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan judul “Teknik

Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras Dengan Klinis Chepalgia di Instalasi

Radiologi RS Usada Insani Tangerang“.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur dan teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras

dengan data klinis Chepalgia di RS Usada Insani Tangerang?

2
2. Bagaimana rekonstruksi dan pengolahan citra pada pemeriksaan CT-

Scan Kepala Kontras dengan data klinis Chepalgia di RS Usada Insani

Tangerang?

C. Tujuan Penulisan

Pembuatan laporan kasus ini bertujuan untuk :

1. Tujuan Umum :

Memenuhi tugas Praktik Kerja Lapangan 5

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui prosedur dan teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala

Kontras dengan data klinis Chepalgia di RS Usada Insani

Tangerang.

b. Mengetahui langkah-langkah rekonstruksi dan pengolahan citra

pada pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan data klinis

Chepalgia di RS Usada Insani Tangerang.

c. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang teknik

pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan data klinis

Chepalgia di RS Usada Insani Tangerang.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dibuatnya laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi penulis adalah menambah pengetahuan penulis tentang

teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan data klinis

Chepalgia.

2. Manfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan dan ilmu tentang

pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras dengan data klinis Chepalgia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Otak

Otak adalah jaringan yang teksturnya kenyal menyerupai agar-agar

dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium

(tengkorak), Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari

permukaan luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak, selaput otak

(meninges), dan cairan cerebrospinalis. Selaput otak terdiri atas tiga lapisan

(dari luar ke dalam) : duramater, arakhnoid, dan piamater. Di dalam tempat

tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan membaginya

menjadi tiga kompartemen. (Listiono, 1998).

4
Gambar 1. Penampang melintang otak (Syaifudin, 1997)

Keterangan gambar 1:

1. Medulla oblongata 7. Konvolusi


2. Pons 8. Dienchepalon
3. Otak tengah 9. Cerebellum
4. Meningens 10. Cerebrum
5. Hind brain 11. Medulla spinalis
6. Otak depan
Otak Besar (Cerebrum)

Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,

berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Otak

mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan bawah.

Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada

bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang

mengandung serabut saraf. (Syaifudin, 1997)

Fungsi Otak Besar, yaitu:

1 Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

2 Pusat persarafan yang menangani aktifitas mental, akal, intelegensi,

keinginan dan memori.

3 Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

Batang Otak (Truncus Enchepali)

Batang otak terdiri dari beberapa bagian.

5
1. Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara

cerebellum dengan mesenchepalon. (Syaifudin, 1997)

Fungsi disenchepalon:

a) Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.

b) Respiratory, membantu proses persarafan.

c) Mengontrol kegiatan refleks.

d) Membantu pekerjaan jantung.

2. esenchepalon, atap dari mesenchepalon terdiri dari empat bagian yang

menonjol ke atas, dua di sebelah atas disebut corpus kuadrigeminus

superior dan dua di sebelah bawah disebut corpus kuadrigeminus

inferior. (Syaifudin, 1997)

Fungsi mesenchepalon:

a) Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.

b) Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

3. Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenchepalon

dengan pons naroli dan cerebellum terletak di depan cerebellum

diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat

premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.

(Syaifudin, 1997)

Fungsi pons varoli:

a) Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara

medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar.

b) Pusat saraf nervus trigeminus.

6
4. Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. (Syaifudin,

1997)

Fungsi medulla oblongata:

a) Mengontrol pekerjaan jantung.

b) Mengecilkan pembuluh darah (vase konstruktor).

c) Pusat pernafasan (respiratory).

d) Mengontrol kegiatan refleks.

Otak Kecil (Cerebellum)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang

tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura trans versalis

dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medulla oblongata. (Syaifudin,

1997)

Fungsi otak kecil:

1. Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk keseimbangan dan

rangsangan pendengaran otak.

2. Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat penerima impuls

dan nervus vagus kelopak mata rahang atas, rahang bawah, dan otot

pengunyah.

3. Neocerebellum (pontocerebellum), korteks cerebellum menerima

informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan

dan mengatur gerakan sisi badan.

Selaput Otak (Meningen)

7
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,

melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan

cairan sekresi (cairan cerebro spinalis). Memperkecil benturan atu gerakan

yang terdiri dari tiga lapisan. ( Syaifudin, 1997)

a. Durameter (lapisan sebelah luar)

Selaput keras pembunaringgkus otak yang berasal dari jaringan

ikat dan kuat dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak

dan durameter propia dibagian dalam di canalis vertebralis, kedua

lapisan ini terpisah. (Syaifudin, 1997)

b. Arakhnoid (lapisan tengah)

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan

piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak

yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. (Syaifudin, 1997)

c. Piameter (lapisan sebelah dalam)

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan

otak. Piameter berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-

struktur jaringan ikat yang disebut trakekel. (Syaifudin, 1997)

Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak yang

saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima (semacam sel epitel yang

membatasi semua rongga otak dan medulla spinalis) dan mengandung CSF

(Cerebrospinal Fluid). Ventrikel otak terdiri dari ventrikel lateral, ketiga dan

keempat. (Price Sylvia, 1995)

8
Otak (encephalon) dapat dibagi dalam tiga komponen utama : hemisfer

cerebri (otak besar), batang otak, dan cerebellum (otak kecil). Cerebri adalah

bagian otak terbesar (85%) yang berasal dari pronsecephalon. Ia terdiri dari

sepasang hemisfer yaang berstruktur sama, yang dipisahkan oleh flax cerebri

dan dihubungkan oleh sekumpulan serabut saraf yang disebut corpus

callosum, yang berfungsi untuk menyampaikan impuls di antara keduanya.

Cerebri dari luar ke dalam tersusun oleh korteks (massa kelabu atau subtansia

grisea atau grey matter), massa putih (subtansia alba). (Listiono, 1998)

1
3

4
5
7
6
8

Gambar 2. Potongan basis otak (Woodruff, 1993)

Keterangan Gambar :

1. Lobus frontalis
2. Lobus temporalis
3. Lobus parietalis
4. Mesencephalon
5. Pons
6. Medula
7. Cerebellum
8. Lobus oksipitalis

9
4
3

Gambar 3. Potongan lateral otak (Woodruff, 1993)

Keterangan :

1. Lobus frontalis
2. Lobus parietalis
3. Lobus temporalis
4. Lobus oksipitalis
5. Cerebellum

Korteks cerebri (subtansi gricea) terdiri dari sel-sel saraf. Subtansia

alba cerebri berisi serabut-serabut saraf (akson) dalam saluran-saluran yang

menonjol, contoh korona radiata. Serabut-serabut ini arahnya konvergen,

membentuk kapsula interna, di sefalad otak tengah. Ganglia basalis yang

terletak di sebelah dalam cerebri, berbatasan dengan ventrikel III, terdiri dari

nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Nukleus kaudatus berjalan di

lateral ventrikel lateralis dan talamus. Talamus dan hipotalamus juga

termasuk dalam substanis gricea (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

Batang otak, dari sefalad ke kaudal, terdiri dari empat komponen

utama : disencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla (Woodruff, 1993).

Diencephalon terdiri dari talamus, hipotalamus, epitalamus, dan sub talamus.

Mesencephalon atau otak tengah terdiri dari tektum, tegmentum, substansia

nigra, dan pedunkulus cerebri. Saraf III dan IV keluar dari mesensefalon.

Akuaduktus silvii yang menghubungkan ventrikel III dan IV terletak dalam

otak tengah bagian dorsal. Pons merupakan penghubung antara otak tengah

10
dan medulla oblongata, terdiri dari bagian ventral (basis) dan bagian dorsal

(tegmentum). Ia membentuk komponen utama dari batang otak dan berlokasi

di bagian fossa medio-posterior. Saraf V-VII berasal dari pons. Permukaan

dorsal pons membentuk dasar ventrikel IV. Medulla merupakan komponen

yang paling kaudad dari batang otak. Saraf VIII-XII berasal dari medula.

Medula akan melanjutkan diri ke kaudal sebagai medula spinalis. Medula

meruncing ke kaudal dan bergabung dengan medula spinalis servikal pada

foramen magnum (Listiono, 1998; Woodruff, 1993).

Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri, yaitu arteri karotis interna dan

arteri vertebralis. Di dalam rongga cranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus willisi. 2/3

aliran darah cerebri dialirkan kesebagian besar cerebri dan diensefalon

melalui sistem karotis dan 1/3 sisanya dialirkan ke medula oblongata, pons,

otak tengah, lobus temporalis bagian medial dan inferior, lobus parietalis,

lobus oksipitalis, dan cerebellum melalui sistem vertebralis.

11
Gambar 4. Gambar arkus aorta beserta cabang-cabang besarnya (Osborn, 1994)

Keterangan :
11. Arteri subklavia kiri
1. Arkus aorta 12. Arteri vertebralis kiri
2. Trunkus brakhiosefalika 13. Arteri vertebralis bergabung menjadi
3. Arteri subklavia kanan arteri Basilaris
4. Arteri vertebralis kanan 14. Sirkulus willisi
5. Arteri karotis komunis kanan 15. Arteri serebri anterior
6. Arteri karotis interna kanan 16. Arteri serebri media
7. Arteri karotis eksterna kanan 17. Arteri mammaria internal
8. Arteri karotis komunis kiri 18. Trunkus tiroservikal
9. Arteri karotis interna kiri 19. Trunkus kostoservikal
10. Arteri karotis eksterna kiri

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui

venula-venula ke vena serta didrainase ke sinus duramater. Dari sinus,

melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. Vena

serebral dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem vena

serebral eksterna (drainase darah dari korteks dan subkorteks) dan sistem

vena serebral interna (menerima aliran darah balik dari jaringan otak yang

lebih dalam) (Listiono, 1998).

12
Gambar 5. Sistem vena serebri (Osborn, 1994)

Keterangan :

1. Sinus sagitalis superior 11. Vena septalis


2. Sinus sagitalis inferior 12. Vena talamotriata
3. Straight sinus 13. Vena labbe
4. Torcular herophilli 14.Venaserebrimedia
superfisialis
5. Sinus tranversus 15. Vena trolard
6. Sinus sigmoid. 16. Sinus kavernosus
7. Sinus oksipitalis 17. Pleksus venosa klival
8. Vena galen 18. Sinus petrosa superior
9. Vena basalis 19. Rosenthal Sinus petrosa
inferior
10. Vena serebri interna 20. Sinus sfenoparietal

B. Definisi Chepalgia

Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama

manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan

dapat menunjukkan penyakit organik        ( neurologi atau penyakit lain),

respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala

tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

C. Klasifikasi Dan Etiologi

Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache

Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:

1. Migren (dengan atau tanpa aura)

2. Sakit kepal tegang

13
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal

4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.

5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.

6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan

subarakhnoid).

7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler

( mis. Tumor otak)

8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.

9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.

10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik

(hipoglikemia).

11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan

kepala, leher atau     struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)

12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

D. Patofisiologi

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-

bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-

bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan

frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak

sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri

terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi

sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari

jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

Perangsangan terhadap otak itu dapat berupa:

14
a) Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

b) Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural

atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

c) Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial,

penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema

serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat

sekali.

d) Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada

infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik),

gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan

hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio

serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).

e) Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi

( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)

f) Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan

kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.

g) Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis),

sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis

dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis

deforman servikalis.

h) Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik

pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim

dari pusing kepala.

E. Manifestasi Klinis

15
1. Migren

Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada

waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-

ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan

oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada

wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.

Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil

dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan

vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan

serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi,

yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

a) Fase aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan

kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang

digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari

periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan,

perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada

ekstremitas dan pusing.

Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa

nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran

darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi

laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

b) Fase sakit kepala

16
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak

mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah.

Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari

atau beberapa hari.

c) Fase pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan

dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya

terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

2. Cluster Headache

Cluster Headache adalah beentuk sakit kepala vaskuler lainnya

yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang

menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah

mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata

berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2

jam yang menguat dan menurun kekuatannya.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar

arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator

dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

3. Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-

otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena

tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada

dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai

“beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik

17
daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya

keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan

simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat,

analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

F. Penunjang Diagnostik

Alat penunjang medis yang dapat digunakan dalam mendiagnosa klinis

chepalgia antara lain :

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman

untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula

spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet

untuk membuat bayangan struktur tubuh.

3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk

pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan

tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang

mendadak akibat pengambilan CSF.

G. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pemeriksaan

1. Indikasi Pemeriksaan

a. Chepalgia

b. Tumor,massa dan lesi

c. Metastase otak

d. Perdarahan intra cranial 

e. Aneurisma

f. Abses

18
g. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)

h. Kelainan congenital

2. Kontra Indikasi Pemeriksaan

a. Hasil ureum dan kreatinin tidak normal. Batas Ureum kreatinin

normal untuk orang dewasa 0.6 sampai 1.5 mg/dL creatinin dan

8 sampai 25 mg/100 mL ureum. (tidak melebihi 50 ureum dan 2

kreatinin).

b. Alergi terhadap media kontras

c. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung

d. Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung 

e. Multi myeloma

f. Neonatus 

g. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah.

H. Media Kontras

Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk

meningkatkan visualisasi struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan

diagnostik medik. Macam – macam media kontras antara lain media

kontras positif dan media kontras negatif. Dosis media kontras yang

digunakan pada pemeriksaan IVP tergantung pada berat badan pasien dan

umur pasien (Merrils, 2012).

1. Kontras media negatif

19
Merupakan media kontras yang mempunyai nomor atom dan

kerapatan rendah, sehingga radiasi yang diserap rendah dan akan

mudah diteruskan sehingga pada gambaran radiograf akan tampak

lebih radioopaque (hitam). Contoh media kontras negatif :

 Udara

 CO2

 Gas lainnya

2. Kontras media positif ( mempunyai nomor atom tinggi )

Merupakan media kontras yang mempunyai nomor atom dan

kerapatan tinggi, sehingga pada gambaran akan tampak opaque (putih).

Media Kontras positif mempunyai daya serap radiasi tinggi sehingga

sinar x yang menembus jaringan yang terdapat media kontras akan

tampak putih dari jaringan lainnya. Contoh kontras media positif :

a) Barium sulfat

Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang

tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa

komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan

kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada saluran

pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema.

Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama

dengan feces.

b) Iodine

Golongan larut dalam air ( water soluble )

1) Media Kontras Ionik

20
Jenis media kontras ini memiliki nilai osmolalitas yang

tinggi. Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion

bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation

terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena.

Kation juga memberikan karakteristik media kontras, dimana

setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama

lain. Namun penggunaan media kontras ini sudah jarang

digunakan karena dapat menimbulkan reaksi energi.

2) Media Kontras Non-ionik.

Media kontras non-ionik paling sering digunakan untuk

pemeriksaan IVP. Pada media kontras ini ioning carboxil

diganti dengan amide atau glukosa sehingga reaksi alergi

dapat diminimalisasi. Media kontras ini jauh lebih mahal bila

dibandingkan dengan media kontras ionic. Sekarang media

kontras ini lebih banyak digunakan pada unit Radiologi

karena reaksi alerginya kecil. Contoh Iopamiro 370, 300.

(Frank Smith, 2007).

I. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala Kontras

1. Persiapan Pasien.

Pasien sebelum dilakukan pemeriksaan CT Kepala dengan kontras

perlu dilakukan Persiapan. Persiapan pasien dilakukan dengan cara-

cara sebagai berikut :

a. Pasien puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan

21
b. Kadar ureum dan kreatinin harus berada dalam keadan

normal.

2. Persiapan Alat dan Bahan

1) Pesawat CT-Scan

2) Head holder

3) Selimut

4) Body starp

5) Head rest

6) Chin rest

7) Printer film radiografi

8) Alat-alat steril seperti : spuit 20cc, Wing needle, kassa,

kapas alcohol, anti histamine, dll.

9) Alat-alat non-steril seperti : bengkok, plester.

10) Obat anti alergi (bila diperlukan).

11) Media Kontras. Adapun jenis bahan kontras yang

digunakan adalah bahan kontras positif, serta bersifat water

soluble atau larut dalam air.

3. Prosedur Pemeriksaan

Scanning kepala dapat dilakukan dengan potongan axial

maupun coronal. Jika dengan potongan coronal, maka posisi

pasien prone, dengan posisi kepala hyperextension. Namun

dikarenakan posisi pasien yang kurang nyaman, maka scanning

kepala biasa dilakukan dengan potongan axial biasanya

dilakukan dengan posisi pasien supine, head first dan angulasi

22
gantry parallel dengan orbitomeatal line atau OML, yang melalui

lateral canthus dan pertengahan meatus auditory external atau

MAE. Untuk mengurangi dosis radiasi yang langsung sampai ke

mata saat dilakukan scanning axial kepala, maka gantry perlu

dilakukan penyudutan dengan kemiringan satu garis lurus dengan

canthomeatal line atau garis yang terbentuk dari outter chantus

dan meatus canal. (Haaga, 2009). Adapun ringkasan parameter

scanning yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Parameter scanning kepala potongan axial.

Parameter Scout Scanning


Base cranium –
Scanogram Base cranium – vertex
vertex (range)
FOV 25-30 cm 25-30 cm
Tegangan tabung 80 kV 130 kV
Arus tabung 80 mAs 240 mAs
Range 1 2
Slice thickness - 5,0mm
Gantry tilt - 0o
Tube Tilt 90o (Lateral view) -
Rotation time 2.8 s 1.0 s
- 100 Hu (brain)
Window Width 1000 Hu
- 2000 Hu (bone)
- 50 Hu (brain)
Window Level 50 Hu
- 350 Hu (bone)
Detector row - 16 x 1.2mm
Algorithma Standar Standar
Matriks - 512 x 512

3. Gambaran Radiologis

23
Pada pemeriksaan CT-Scan kepala polos, cerebral akan tervisualisasi

hiperdense (densitas tinggi), sedangkan cairan seperti cerebrospinal fluid

(CSF) pada sistem ventrikel tampak hipodense (densitas rendah) lucent

dibandingkan tulang cranium yang tampak hipodense opaque. Pada patologi

seperti perdarahan (darah segar) akan terlihat lebih hiperdense, begitu juga

pada kasus klasifikasi jaringan. Dan pada patologi penyumbatan seperti

infraksi akan terlihat lebih hipodense dibanding organ lainnya. Berikut ini

(Gambar 2.9) merupakan gambaraan radiologis dari CT-Scan kepala polos

tanpa kelainan atau anatomi normal nya. (Haaga, 2009);

Gambar 2.9a

Dibawah ventrikel

ke-4, struktur yang

terlihat ialah

komponen base

cranium, orbita,

foramen ovale dan

foramen spinosum.

24
Gambar 2.9b

Setinggi ventrikel

ke-4, bagian bawah

pons terlihat

berada di depan

ventrikel ke-4 dan

cerebral peduncles

(penghubung

hemifser serebral).

Gambar 2.9c

Diatas ventrikel

ke-4, otak tengah

terlihat dibatasi

oleh suprasellar

cistern, ambient

cistern, dan

quadrigeminal

cistern.

25
Gambar 2.9d

Setinggi ventrikel

ke-3, lobus

frontalis dapat

terlihat dipisahkan

oleh

interhemispheric.

Gambar 2.9e

Dibawah ventrikel

lateral, komponen

lobus frontalis

tervisualisasi

dengan baik.

Gambar 2.9f

Setinggi ventrikel

lateral, gyrus

temporalis

tervisualisasi

dengan baik.

26
Gambar 2.9g

Diatas ventrikel

lateral, pada area

ini hanya terlihat

gyrus dan sulcus

cerebral dan

fissure pemisah

lobus.

27
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Kasus

Identitas sebagai berikut :

Nama : Tn. Ikhn

Umur : 36 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Tangerang

Diagnosa : Chepalgia

Asal Ruang : RS An-Nisa

No. Foto : 1854

Tanggal Pemeriksaan : 26 Oktober 2017

B. Ilustrasi Kasus

Pada tanggal 26 Oktober 2017, sekitar pukul 15.00 pasien dengan

inisial Bapak Ikn berumur 36 tahun, rujukan dari RS An-Nisa datang ke

Instalasi Radiologi RS Usada Insani Tangerang dengan diantar oleh

perawat dan keluarganya dengan membawa lembar permintaan tindakan

radiologi. Pada lembar permintaan tersebut, tertulis permintaan pelayanan

radiologi untuk dilakukan pemeriksaan ct-scan kepala dengan kontras.

Pasien datang ke Instalasi Radiologi dalam keadaan tidur di bed dan

kooperative. Dikarenakan pemeriksaan CT-Scan menggunakan kontras

pasien beberapa hari sebelumnya sudah cek darah untuk mendapatkan

hasil ureum dan kreatinin, penulis melakukan anamnesa dengan pasien dan

28
keluarga pasien. Pasien menejelaskan bahwa pasien sering mengalami

pusing bagian kepala depan dan belakang sejak sebulan yang lalu, riwayat

jatuh tidak ada, tetapi terdapat riwayat hipertensi. Selain itu, berdasarkan

data atau lembar permintaan ct-scan kepala dengan kontras, tertulis klinis

Chepalgia.

Prosedur pemeriksaan ct-scan kepala dengan kontras yang dilakukan

di RS Usada Insani dilakukan dengan dua phase, phase pertama adalah

scanning polos tanpa kontra dan phase kedua adalah phase dengan kontras.

Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk membahas prosedur dan teknik

pemeriksaan serta rekonstruksi dan pengolahan citra CT-Scan Kepala

Kontras dengan klinis Chepalgia di RS Usada Insani Tangerang.

C. Jenis Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada pasien dengan pemeriksaan CT – Scan

kepala kontras dengan kasus chepalgia dengan tambahan kontras adalah

dengan menggunakan posisi supine untuk mendapatkan potongan axial

serta potongan coronal dan sagital didapatkan dengan melalui

rekonstruksi.

D. Teknik Pemeriksaan

Berdasarkan Standar Prosedur di RS Usada Insani Tangerang

mengenai pemeriksaan CT-Scan Kepala kontras, langkah-langkah

prosedur pemeriksaan yang di terapkan dalam pelayanan pemeriksaan,

yaitu:

29
1. Persiapan Pasien

a. Pasien puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan

b. Kadar ureum dan kreatinin harus berada dalam keadan normal.

c. Sebelum pemeriksaan dilakukan, semua material penyebab artefak

seprti logam di daerah kepala pasien (bila ada) dilepaskan terlebih

dahulu.

2. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan CT – Scan

kepala kontras dengan kasus Chepalgia diantaranya :

a. Pesawat CT – Scan

- Merk : Siemens
- Tipe : Emotion16
- kV maks : 140 kV
- mA maks : 400 mA
- Tahun pembuatan: 2010
- Jumlah Slice : 16 slice

30
b. Alat Fiksasi (Head Holder)

c. Body starp

d. Selimut

e. Printer film radiografi

f. Alat-alat steril seperti :

- Spuit 20cc 2 buah

- Wing needle ukuran 19

- Kassa

- Kapas alcohol

- Anti histamine, dll.

g. Alat-alat non-steril seperti : bengkok, plester.

h. Obat anti alergi (bila diperlukan).

i. Media Kontras Iopamiro 370 50cc 1 buah

3. Prosedur Pemeriksaan

a. Posisi Pasien

Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan. Kepala

diletakan pada head rest dan kepala diatur agar MSP kepala sejajar

dengan lampu indikator potongan sagital. Lengan pasien diletakan

disamping tubuh pasien.

b. Posisi Objek

Kepala diletakan di head holder dekat dengan gantry

dengan posisi head first dan pasien diberi aba-aba untuk tidak

bergerak selama pemeriksaan agar posisi tidak berubah – ubah.

Kepala diposisikan sehingga MSP (Mid Sagital Plane) sejajar

31
dengan lampu indikator longitudinal serta IPL (Interpupilary Line)

sejajar dengan lampu indikator horizontal. Batas atas lampu

indikator horisontal yang tebal diberi jarak 2 (dua) jari diatas

vertex.

c. Proses Pemeriksaan

Setelah pengaturan posisi pasien serta objek selesai,

lakukan entry data sesuai dengan lembar permintaan foto. Setelah

itu memilih protokol pemeriksaan yaitu HeadCM_RSUI (adult)

1. Topogram

Setelah semua data dimasukan lalu buat topogram.

Topogram menggunakan cranium lateral (sagital view). Tujuan

dibuat topogram adalah untuk menentukan seberapa besar

range scan dan menentukan daerah mana yang akan discan.

Gambar 13 Topogram CT – Scan Kepala

2. Proses Scan

Pada pemeriksaan CT – Scan Kepala kontras pada

kasus Chepalgia di instalasi radiologi RS Usada Insani

Tangerang menggunakan 2 range (Base Cranii dan Cerebrum)

32
Dilakukan dengan dua phase (phase pertama scan kepala polos,

phase kedua yaitu phase kontras) dengan posisi pasien supine

untuk mendapatkan potongan axial, sedangkan untuk

mendapatkan potongan coronal atau sagital dilakukan dengan

rekonstruksi (recon) oleh radiografer. Anatomical reference

yang digunakan pada topogram adalah mulai dari sinus

maxillaris tercover sampai vertex, lalu lakukan load untuk

mengatur posisi meja terhadap gantry dan kemiringan gantry

adalah 0 derajat. Terakhir tekan tombol start scan jika sudah

diperintahkan untuk melakukan scanning.

Setelah scanning polos selesai phase ke dua yaitu media

kontras dimasukkan ke tubuh pasien melalui injeksi intravena

sebanyak 50cc dengan kekentalan 370. Setelah proses injeksi

intravena selesai, selanjutnya langsung discanning dengan

delay 5 detik. Setelah scanning selesai lakukan recon job untuk

proses rekonstruksi dan memberi informasi kepada pasien

bahwa pemeriksaan telah selesai.

33
d. Scan Parameter

Gambar Protokol Pemeriksaan Kepala Kontras di RS Usada Insani

Tangerang

Topogram :

mA 25
kV 130
Scan time 3,4 s
Slice 0,6 mm
Topogram lengt 256 mm
Tube position Lateral
Image order Craniocaudal

Brain_NonKontras

mA 240
kV 130
Scan time 17,38 s
Delay 5s

34
Slice 5 mm

Acq 16x1.2 mm
Tilt 0.00
Image order
Craniocaudal

Recon job 1
Slice 5.0 mm

Kernel H31s medium smooth+

Window Cerebrum
Recon job 2
Slice 1.5 mm

Kernel H31s medium smooth+

Window Cerebrum

Brain_Kontras

mA 240
kV 130
Scan time 17,38 s
Delay 5s
Slice 5 mm

Acq 16x1.2 mm
Tilt 0.00
Arah sinar Craniocaudal
Recon job 1

Slice 5.0 mm

Kernel H31s medium smooth+

Window Cerebrum

35
Recon job 2

Slice 1.5 mm

Kernel H31s medium smooth+

Window Cerebrum

3. Rekonstruksi dan Pengolahan Citra

Rekonstruksi citra dengan program 3Ds dengan

menyejajarkan potongan axial, sagital coronal agar diperoleh

gambaran yang simetris. Untuk mendapatkan potongan axial

yang simetris diperoleh dengan cara menyejajarkan sudut

gambaran sagital dengan OML, dan menyejajarkan gambaran

coronal dengan satu garis lurus sehingga mastoid kanan dan kiri

sejajar.

Untuk hasil scanning MSCT kepala kontras dicetak pada 2

film ukuran besar (35 x 43 cm) dengan perincian film pertama

potongan axial polos, film kedua phase axial kontras.

Berikut hasil pencetakan scanning kepala Kontras dengan

kasus Chepalgia.

1. Filming Phase Polos

36
37
2. Filming Phase Kontras

33
E. Pembahasan

Hasil ekspertisi dokter spesialis radiologi menjelaskan bahwa hasil scanning

dengan data klinis Chepalgia diatas, hasil CT Scan dengan kontrast saat ini dalam batas

normal, Batang otak dan cerebellum normal, Aspek oedema cerebri ringan, meningitis

belum dapat disingkirkan, dan Mastoiditis khronis bilateral.

Prosedur teknik pemeriksaan CT-Scan kepala kontras dengan klinis chepalgia

di RS Usada Insani Tangerang dilaksanakan berdasarkan Standar Opersional

pemeriksaan MSCT kepala dengan kontras. Pada prosedur pemeriksaannya, telah

diatur protocol khusus yang sudah ter-setting pula rekonstruksi gambar secara

otomatis. Rekonstruksi yang dilakukan yaitu untuk merekonstruksi slice thickness

hingga ketebalan 5mm dan 1.0 mm dari hasil scanning 5mm dengan metode Helical,

kemudian rekonstruksi untuk windowing Soft Cerebrym dengan slice thickness 5mm.

Scanning dengan ketebalan 5mm Helical dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat

proses scanning atau pengambilan gambar.

Pemeriksaan CT – Scan Kepala kontras di instalasi radiologi RS Usada Insani

Tangerang dilakukan dengan posisi pasien supine. Menggunakan potongan axial dan

sagital dengan menggunakan sistem 2 range (base dan Cerebrum) dengan slice

thickness 5mm untuk gambar potongan axial, untuk potongan coronal dan sagital

dilakukan rekontruksi oleh radiografer. Scanning dilakukan dengan menggunakan

media kontras untuk menunjukan adanya lesi.

Pada CT Scan kepala kontras di RS Usada Insani tidak menggunakan injector,

tetapi dengan injeksi melalui intravena dengan spuit biasa. Sehingga proses antara

pemasukan media kontras dan scanning harus dilakukan dengan cepat-cepat, apabila

terlambat maka hasil gambaran kontras kurang baik. Pada proses rekonstruksi dan

pengolahan citra pada pemeriksaan CT-Scan kepala kontras dengan klinis chepalgia di

35
RS Usada Insani Tangerang dilakukan dengan model rekonstruksi 3D gambaran

axial,coronal, sagital terlebih dahulu untuk menyejajarkan potongan.

Setelah diperoleh gambaran axial yang sejajar, maka proses selanjutnya yaitu

proses filming. Pada MSCT kepala kontras menggunakan 2 film dengan ukuran 43 x

35 cm dengan pembagian 5 x 6 (2x2).

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pemeriksaan CT – Scan Kepala kontras di instalasi radiologi RS Usada Insani

Tangerang dilakukan dengan posisi pasien supine. Menggunakan potongan axial

dan sagital dengan menggunakan sistem 2 range (base dan Cerebrum) dengan slice

thickness 5mm untuk gambar potongan axial, untuk potongan coronal dan sagital

dilakukan rekontruksi oleh radiografer.

2. Rekonstruksi dan pengolahan citra yang dilakukan pada kasus chepalgia meliputi

pembuatan citra 3 dimensi untuk selanjutnya direkonstruksi menjadi potongan

axial, sagital, coronal yang simetris. Sehingga diharapkan pengolahan citra yang

telah dilakukan dapat memberikan informasi diagnostic yang akurat dan pasien

dapat dengan segera dilakukan tindakan medis.

B. Saran

1. Saran yang dapat penulis sampaikan pada laporan studi kasus ini yaitu untuk

mahasiswa praktik agar dapat memahami dengan seksama teknik pemeriksaan CT-

Scan kepala kontras pada kasus chepalgia dan dapat melakukan pengolahan citra.

2. Saran untuk Instalasi Radiologi RS Usada Insani Tangerang, pada pemeriksaan CT-

Scan kontras sebaiknya menggunakan injector untuk mempermudah proses

scanning dan lebih efisien dari segi waktu dan tenaga.

37
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, Phillip W. 2012. Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning & Procedures.


Thirteen Edition. Volume Two. Missouri, USA: Elsevier Mosby.
Bontrager, Keneth L dan John P. Lampignano. 2014 .Textbook of Radiographic
Positionning and Related Anatomy. Eighth Edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Damasio, Hanna. 2005. Human Brain Anatomy in Computerized Images. Second Edition.
New York, USA: Oxford University Press.
Farrell, Maureen dan Jennifer Dempsey. 2013. Smeltzer and Bare’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing. Third Edition. Volume 2. Australia: thePoint.
Haaga, John R. 2009. CT and MRI of the Whole Body. Fifth Edition. Volume 1. Missouri,
USA: Elsevier Mosby.
Kowalczyk, Nina. 2014. Radiographic Patologhy for Technolosist. Sisxth Edition.
Missouri, USA: Elsevier Mosby.
Langlois, Jean A, Wesley Rutlan-Brown, Marlena M. Wald. 2006. The Epidemiology and
Mohan, Harsh. 2015. Textbook of Pathology. Seventh Edition. New Delhi, India: Jaypee.
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan. Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Netter, Frank H. 2011. Atlas of Human Anatomy. Fifth Edition. Philadelphia, USA:
Saunders Elsevier.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 6. Terjemahan: dr.
Brahm U. Pendit. Editor: dr. Nella Yesdelita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Rasad, Sjahrir. 2011. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

38
LAMPIRAN

Hasil MSCT Scan Kepala dengan Kontras potongan kepala axial sejajar OML,
slice 5mm:

Susunan ventrikel lateralis digaris tengah, simetris


Tak tampak lesi hipo/hipodens di parenkim otak, post kontras tidak tampak
adanya penyangatan patologis
Sisterna basalis, ambiens, para-sellar, fissura sylvii, dan gyrus kedua hemisfre
dalam batas normal
Infra-tentorial : Batang otak dan cerebelli normal
Ventrikel IV normal
Tulang cranium intak
Sinus para-nasal dalam batas normal
Matoid air sel bilateral cukup berkembang

Kesan :
CT Scan dengankontrast saat ini dalam batas normal
Batang otak dan cerebellum normal
Aspek oedema cerebri ringan, meningitis belum dapat disingkirkan
Mastoiditis khronis bilateral

39

Anda mungkin juga menyukai