Anda di halaman 1dari 52

1

HUBUNGAN STRATA SOSIAL ORANG TUA TERHADAP GAYA


HIDUP MAHASISWA LSPR DI JAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kampus merupakan tempat menimba ilmu bagi para mahasiswa,
memiliki peran penting dalam hal belajar. Mahasiswa diberi keleluasaan
karena dianggap sebagai orang dewasa yang tahu akan kebutuhannya,
dan berkewajiban untuk mematuhi segala peraturan yang ada. Di
perguruan tinggi mahasiswa hanya mengikuti kuliah pada hari-hari dan
jam-jam tertentu saja, kondisi tersebut sebenarnya menguntungkan,
karena mahasiswa dapat memanfaatkan waktu yang tersedia dengan
berbagai macam kegiatan, baik akademik maupun non akademik.
Secara formal mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar pada suatu perguruan tinggi (Bella & Ratna 2019). Sebagai
mahasiswa yang sedang memasuki tahap kematangan dan kemandirian
dari masa remaja ke masa dewasa, pada kondisi seperti ini pola hidup
yang tidak tepat akan membawa mahasiswa pada tingkat kejenuhan,
kemalasan dan kebosanan belajar. Pola hidup yang tidak tepat juga akan
memberikan pergeserean moral yang dipengaruhi oleh kondisi sosial
budaya dalam masyarakat sekitarnya, lingkungan sosial yang buruk
adalah bentuk dari kurangnya pranata sosial dalam mengendalikan
perubahan sosial yang negatif (Octavia, 2014).
Lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu di dalam
hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orang tua, rumah,
kawan bermain dan masyarakat sekitar, maupun dalam bentuk lingkungan
psikologis seperti perasaan-perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-
persoalan yang dihadapi dan sebagainya. Bella & Ratna (2019)
menjelaskan lingkungan merupakan segala hal yang mempengaruhi
individu, sehingga individu itu terlibat atau terpengaruh karenanya.
2

Individu akan menerima pengaruh dari lingkungan, memberi respon


kepada lingkungan, mencontoh atau belajar tentang berbagai hal dari
lingkungan.
Mahasiswa sebagai individu yang merupakan mahluk sosial tentu
tidak bisa dihindarkan dari interaksi sosial di dalam masyarakat. Adanya
interaksi sosial ini akan mempengaruhi pembentukan sebuah kelompok.
Secara umum pengelompokan masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua
bentuk, yaitu pengelompokan secara horizontal berupa deferensiasi dan
pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial (Maunah 2015).
Menurut Muin (2013:48) stratifikasi sosial adalah sistem
pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat, yang
menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula
antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Status sosial
ekonomi merupakan posisi yang didapatkan baik secara individual
maupun kelompok. Posisi tersebut dapat berupa jabatan, penghasilan,
pemilikan barang dan keikutsertaan seseorang dalam sebuah organisasi
(Setiawan, Saputra, & Nasir 2019). Kecendrungan masyarakat adalah
menilai bahwa keberhasilan mahasiswa ditentukan oleh latar belakang
sosial ekonomi keluarga, seperti pendidikan dan pendapatan orangtua.
LSPR Communication and Business Institute, yang sebelumnya
dikenal dengan nama London School of Public Relations (LSPR) yang
berlokasi di Jakarta, berdiri sejak tahun 1992. Perubahan nama menjadi
LSPR Communication and Business Institute pada tahun 2020 seiring
dengan bertumbuhnya institusi pendidikan tinggi. LSPR sekarang terdiri
dari dua fakultas yaitu di bidang Komunikasi dan Bisnis.
Lingkungan gaya hidup di kampus LSPR selalu menjungjung aspek
kekeluargaan, di kampus LSPR tidak ada senioritas, semua mahasiswa
bisa duduk bersama dan berlomba-lomba memperluas koneksi dan
lingkaran pertemanan. Namun stereotype yang berkembang di
masyarakat menyebutkan bahwa mahasiswa LSPR terkesan tidak mau
diajak susah, tidak bisa makan pinggiran, manja, dan sejenisnya. Hal ini
3

disangkutpautkan dengan biaya pendidikan yang relatif mahal


dibandingkan dengan kampus lainnya.
Setiawan et al. (2019) menjelaskan bahwa status sosial ekonomi
seseorang berpengaruh dalam berbagai bidang seperti kehidupan
bermasyarakat, tidak terkecuali kehidupan mahasiswa dalam hal ini gaya
hidup mahasiswa di lingkungan kampusnya. Setiawan et al. (2019)
menambahkan bahwa status sosial ekonomi dapat diuraikan menjadi :
pekerjaan, pendidikan pendapatan, jumlah tanggungan orang tua,
kepemilikan dan jenis tempat tinggal.
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih dalam terkait dengan hubungan strata
sosial Orang Tua terhadap gaya hidup mahasiswa LSPR.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang dijelaskan pada latar belakang
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana hubungan strata sosial orang tua terhadap gaya hidup
mahasiswa LSPR?”

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh strata sosial
terhadap gaya hidup mahasiswa LSPR.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang
bermanfaat bagi ilmu komunikasi baik sebagai acuan tambahan, dan juga
dapat menjadi penambah wawasan yang berkaitan mengenai strata sosial
orang tua dan gaya hidup mahasiswa.
4

1.4.2. Manfaat Praktis


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup
mahasiswa dan mampu memberikan informasi serta masukan kepada
para mahasiswa tentang strata sosial di dalam masyarakat khususnya
yang sedang terjadi pada kampus LSPR Jakarta.
5

BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Penelitian sebelumnya

Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang dilakukan


oleh peneliti sebelumnya mengenai perihal yang sama, penelitian tersebut
dapat dilihat di dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tahun
Nama Judul Penelitia Metode
Peneliti Penelitian n Hasil Penelitian Penelitian
Boby Peran 2018 Pengaruh stratifikasi sosial Teknik
Rahman, stratifikasi terhadap pola permukiman Pengumpulan
Ega masyarakat masyarakat yang ditinjau dari data secara
Selviyant dalam studi kasus permasalahan yang kualitatif dengan
i pembentukan telah dikaji sebelumnya, studi cara Studi
pola kasus yang dikaji yaitu pengaruh literatur serta
permukiman stratifikasi sosial terhadap pole Pengamatan
permukiman dengan studi Objek secara
kasus : Madura,Kota Kerjaan langsung
Surakarta dan Bali. ketiga lokasi
tersebut merupakan beberapa
daerah dengan bentuk pola
permukiman yang dipengaruhi
stratifikasi sosial atau lapisan
sosial dalam masyarakat -
Stratifikasi sosial sebagai salah
satu warisan budaya masyarakat
berpengaruh terhadap
pembentukan permukiman
masyarakat. unsur-unsur
kebudayaan yang kuat dan
tradisi masyarakat menyusun
ruang permukiman kedalam
konsepsi lapisan ruang sakaral
dan ruang profan
Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Boby Rahman.Ega Selviyanti Variabel
bebas (X) Stratifikasi Masyarakat dan Variabel terikat (Y) Pembentukan Pola
Permukiman sedangkan Variabel yang kami ingin teliti adalah Variabel bebas (X)
Strata Sosial dan Variabel terikat (Y) Pergaulan Mahasiswa LSPR
6

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tahun


Hasil Penelitian Metode Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
Rizqon Stratifikasi 2015 - Pada dasarnya sebuah Teknik Pengumpulan
Halah Sosial dan stratifikasi sosial akan selalu data yang digunakan
Syah Kesadaran ada dalam setiap kehidupan adalah Studi Literatur
Aji Kelas serta lapisan masyarakat dimana dalam
manusia itu sendiri, Stratifikasi menjelaskan data-
ini dapat terjadi baik disengaja data yang ada
maupun tidak disengaja. bersumber dari
Realita kehidupan masyarakat berbagai buku serta
akan menentukan posisis dan literasi yang terkait
kedudukan sesorang dalam
menentukan garis sosial
tertentu, pencapaian stratifikasi
sosial tidak memberikan ruang
tertutup bagi sesorang untuk
dapat berpindah dan bergerak
dari kelas satu ke kelas yang
lainnya (Terbuka)

Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Rizqon Halal Syah Aji Variabel bebas (X)
Stratifikasi Sosial dan Variabel terikat (Y) Kesadaran Kelas sedangkan Variabel yang
kami ingin teliti adalah Variabel bebas (X) Strata Sosial dan Variabel terikat (Y)
Pergaulan Mahasiswa LSPR

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tahun


Peneliti Penelitian Penelitian Hasil Penelitian Metode Penelitian
Binti Stratifikasi 2015 - Konteks sosial proses Metode penelitian
Maunah sosial dan stratifikasi sosial terjadi yang digunakan
perjuangan melalui interaksi yang adalah Studi literatur
kelas dalam kemudian membentuk dalam menyusun
perspektif menjadi sebuah kelompok - data-data yang
sosiologi Kelas merupakan sebuah terdapat di dalamnya
pendidikan konsep yang menentukan melalui beberap
kedudukan sosial manusia literatur yang menjadi
dari segi kepemilikan benda acuan dalam
atau harta yang tidak dapat pengumpulan data-
dipisahkan dari konsep data terkait
ekonomi. Secara umum
konsep kelas sosial dibagi
menjadi tiga kelas utama
yaitu kelas buruh
upahan,kelas kapitalis, dan
kelas pemilik tanah
Perbedaan : Penelitian yang dilakukan oleh Binti Maunah Variabel bebas (X) Stratifikasi
Sosial dan perjuangan kelas serta Variabel terikat (Y) Perspektif Sosiologi
pendidikan sedangkan Variabel yang kami ingin teliti adalah Variabel bebas (X) Strata
Sosial dan Variabel terikat (Y) Pergaulan Mahasiswa LSPR
7

2.2 Deskripsi Teori

2.2.1 Pengertian Lingkungan Sosial

Mahluk sosial tidak pernah bisa hidup seorang diri. Manusia


memerlukan adanya kerjasama dengan orang lain karena mahluk sosial
sangat membutuhkan satu sama lain. Manusia dapat bertahan hidup dan
mengembangkan kehidupan dengan cara membentuk pengelompokan
sosial. Dikutip dari buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar oleh M. Rafiek,
Lingkungan sosial merupakan sejumlah manusia yang hidup berkelompok
dan saling berinteraksi secara teratur guna memenuhi kepentingan
bersama yang memberikan pengaruh besar terhadap tingkah laku,
pertumbuhan dan pembentukannya baik secara jasmani dan rohani. 1
Semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita, manusia
membentuk pengelompokan sosial diantara sesama dalam dalam
upayanya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan dapat
disebut sebagai Lingkungan Sosial.2 Lingkungan sosial dapat dibagi
menjadi tiga tempat, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolahan dan
lingkungan masyarakat.3 Menurut Walgito bahwa lingkungan sosial
merupakan lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat interaksi
individu dengan individu lain.4 Menurut Kathena bahwa lingkungan sosial
bias diartikan sebagai segala sesuatu di sekitar manusia baik hidup dan

1
M.Rafiek, Ilmu sosial dan budaya dasar, (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo 2012),
2
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: Rosdakarya 2003), 28.
3
Dewantara, Membangun kepribadian dan watak bangsa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar
2010),212.
4
Nur Izza Edyati dan Catharina Tri Anni, ‘Pengaruh Komunikasi Interpersonal, Motivasi
Berprestasi, dan Lingkungan sosial terhadap perilaku professional konselor ‘Indonesian Journal of
Guidance and Counseling : Theory and Application, 4.2 (2015), 37-42.
8

tidak hidup yang mempengaruhi kehidupan umum dan khusus semua


tentang interaksi manusia.5

Berdasarkan definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa lingkungan


sosial merupakan wadah bagi mahluk hidup untuk melakukan interaksi
sosial maupun dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Salah satu kebutuhan dasar manusia yakni adanya interaksi antar individu
dengan individu lain agar dapat bertahan hidup. Maka dari itu lingkungan
sosial baik secara langsung dan tidak dapat mempengaruhi dampak yang
signifikan terhadap manusia lain dalam melaksanakan kegiatan sehari-
hari baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

2.1.1.1 Ruang Lingkup Lingkungan Sosial


Kepentingan individu dan kepentingan bersama merupakan
kepentingan yang terdapat pada dalam diri manusia. Karena manusia
memiliki rasa ingin memenuhi kebutuhan pribadi, maka dari itu manusia
dapat dikatakan sebagai mahluk individu. Kepentingan bersama
didasarkan manusia sebagai mahluk sosial yang ingin memenuhi
kebutuhan bersama. Lingkungan sosial tidak lepas dari lingkungan
masyarakat, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah. Pengertian
dari lingkungan sosial tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di
dalam masyarakat. Yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan
wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak-anak.6

Keluarga adalah kelompok sisal yang umumnya terdiri atas


ayah, ibu dan anak yang mepunyai hubungan sosial relative tetap
dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Ahmadi
& Nur menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat dimana

5
Retno aryani puji lestari and agung yulianto, ‘Economic Education Analysis Journal’ ‘Economic
Education Analysis Journal,3.1 (2017), 173-81.
6
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta 2009). 221
9

siswa melakukan sosialisasi untuk yang pertamakalinya dan


lingkungan pertama dalam pembentukan kepribadian kemampuan
anak.7

7
Sri Rahayu, Rahayu – Hubungan Lingkungan Keluarga Terhadap Hasil Belajar Sosiologi. Jurnal
Ilmu Sosial Mamangan Volume 5 nomor 1, Januari-Juni 2006, p. 50-59.
10

b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah meliputi lingkungan fisik, lingkungan
sosial dan lingkungan akademis. Lingkungan fisik sekolah seperti
lingkusngan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang
ada, sumber – sumber belajar, media belajar dan seterusnya,
lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-
temannya, guru serta staf sekolah yang lain. 8

Lingkungan sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan


dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak bangsa. Oleh
karena itu, setiap warga Negara berhak untuk memperoleh
pendidikan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 9

Dengan demikian, dari uraian pendapat di atas, dapat


disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan lingkungan
yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial siswa maupun
perkembangan proses belajar. Sekolah adalah lembaga pendidikan
formal yang sistematis. Menurut Soedijarto, sekolah sebagai pusat
pembelajaran yang bermakna dan sebagai proses sosialisasi dan
pembudayaan kemampuan, nilai, sikap, watak, dan perilaku hanya
dapat terjadi dengan kondisi infrastruktur, tenaga kependidikan,
sistem kurikulum, dan lingkungan yang sesuai. Dari berbagai
pendapat dari teori di atas, disimpulkan lingkungan sekolah adalah
suatu tempat dengan iklim yang dikondisikan untuk belajar dan
mempersiapkan murid memenuhi perannya di masa sekarang dan
masa mendatang.10

8
Muhammad Zachim Alfan, ‘pengaruh bimbingan karir dan lingkungan sekolah melalui motivasi
kerja terhadap kesiapan kerja siswa kelas xii kompetensi keahlian akuntansi SMK Negeri Magelan
Info Artikel ‘Economic Education Analysis Journal, 3.1 (2014), 114-23.
9
Redi Indra Yudha and Idris ‘Pengaruh Llingkungan Sekolah, Teman Sebaya dan Motivasi Be
Manajemen Bisnis Jurusan Pemasarandi Kecamatan Jambi Selatan Kota Jami’, 1-11.
10
Abdul Latief, 14.
11

c. Lingkungan Masyarakat
Manusia hidup bersama dikarenakan adanya aspek organis-
jasmaniah, psikis-rohaniah, dan sosial kebersamaan yang melekat
pada individu dan dapat mengakibatkan bahwa kodratnya ialah
untuk hidup bersama manusia lain. Menurut Maclever, J.L, Gillin,
dan J.P Gillin dalam Munandar Soelaeman Lingkungan masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat berkelanjutan dan terikan
oleh rasa identitas bersama.11 Masyarakat merupakan lembaga
pendidikan yang ketiga setelah keluarga dan sekolah yang
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda karena keanekaragaman
budaya, bentuk kehidupan sosial serta adanya norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.12
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang
menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman- pengalaman
yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadarkan akan
persatuan dan kesatuan serta bertindak bersama untuk mencukupi
krisis kehidupannya.13
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
ruang lingkup sosial adalah sekelompok lingkungan yang terdapat
dari lingkungn keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat, dimana mereka saling membutuhkan, ketergantungan
dan keterkaitan dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak, yang dimana mempunyai hubungan darah.
Lingkungan sekolah mencangkup lingkungan fisik, lingkungan
sosial dan lingkungan akademis. Sedangkan lingkungan
masyarakat adalah terdapat individu-individul lain yang dapat
mempengaruhi individu yang bersangkutan.

11
Munandar Soelaeman, MS. Ilmu sosial dasar teori dan konsep ilmu sosial, Pt. Eresco, Bandung :
1993
12
Indira Sandrawati f,55
13
Amir daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 112.
12

2.1.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Sosial


Lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik
dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam
interaksi pendidikan dapat diartikan sebagai lingkungan sosial menurut
Hertati. A.A Anwar Prabu Mangkunegara mengatakan bahwa adanya
faktor yang mempengaruhi lingkungan sosial yang terdiri dari:
1) Pengelompokan sosial
Pengelompokan sosial mencakup berbagai macam individu yang
terkonstruksikan menjadi sekelompok individu dalam suatu
pengelompokan atau persekutuan sosial yang dilandasi hubungan
kekerabatan, misalnya keluarga inti, marga, suku bangsa, dan lain-
lain.
2) Penataan sosial
Penataan sosial merupakan salah satu aspek penting yang
mendukung dalam lingkungan sosial. Penataan sosial berfungsi
sebagai pengatur ketertiban hidup dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari yang dapat mempersatukan sekumpulan individu.

Penataan sosial dapat terwujud dalam aturan-aturan yang dijadikan


pedoman Bersama dalam mewujudkan kerja sama dan interaksi sosial
sehari-hari antar anggota masyarakata di lingkungan sosial terkait. Dalam
hal ini, setiap orang harus jelas apa kedudukannya dan peranan-peranan
yang harus dilakukan, serta memahami apa yang harus diberikan,
kemudian apa yang dapat diharapkan dari pihak lainnya dalam suatu
lingkungan sosial.14

Adapun Faktor lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi


perkembangan anak menurut Syah yang terdiri dari:

a. Lingkungan sosial sekolah, seperti pendidik, tenaga administrasi


dan teman-teman sekelas. Hubungan yang harmonis diantara

14
Faktor lingkungan sosial A.A Anwar Prabu Mangkunegara 2002, Perilaku Konsumsi, Ed. Revisi,
Bandung: PT Refika
13

ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih


baik di sekolah;
b. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat
tempat tinggal akan mempengaruhi perkembangan anak.
Lingkungan yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak
terlantar, juga dapat mempengaruhi aktivitas anak, paling tidak
anak akan kesulitan ketika memerlukan rekan belajar, diskusi
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya;
c. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat
mempengaruhi kegiatan anak. Ketegangan lingkungan, sifat-
sifat orang tua, letak rumah, pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampat terhadap aktivitas anak. Hubungan
anatara anggota keluarga, orangtua, kakak, adik yang harmonis
akan membantu anak melakukan aktivitas dengan baik. 15

Dampak negatif dari lingkungan sosial yang buruk akan membawa


anak kepada pergaulan yang bebas, anak akan mencari pelampiasan
diluar dengan kawan-kawannya yang senasib yang akhirnya membentuk
kelompok yang memilki sifat-sifat agresif dan dapat mengganggu
masyarakat, timbul perkelahian antar pelajar serta sering membolos
sekolah.16
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sosial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Pada lingkungan keluarga dapat meliputi interaksi dengan anggota
keluarga, suasana anggota keluarga, cara orang tua mendidik dan
keadaan ekonomi keluarga. Pada lingkungan sekolah meliputi hubungan
guru dan siswa, hubungan siswa dengan siswa dan sarana dan

15
Syah dan Hertati, “Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Imajinasi Anak”, Fakultas Ilmu,
Pendidikan Universtas, dan Muhammadiyah Jakarta, 7.2(2017)
16
Slameto dalam sandrawati f. “Ekonomi Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Di SMP Negri 9 Kota
Probolinggo” Jurnal penelitian dan pendidikan IPS (JPPI) Volume 10 2016
14

prasarana. Sedangkan pada lingkungan masyarakat dapat meliputi cara


menyelesaikan masalah, tingkah laku maupun moral.

2.2.2 Pengertian Strata Sosial

Strata Sosial adalah sebuah penggolongan kelompok masyarakat


dalam berbagai lapisan tertentu. Sedangkan menurut bahasa, strata social
berasal dari bahasa Yunani yaitu “Stratum” yang berarti lapisan. Salah
satu ahli yaitu Pritim A. Sorokin, mendefinisikan strata social sebagai
perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-kelas
secara bertingkat dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas
rendah.

Dalam strata sosial dapat dianalisa dalam ruang lingkup unsur-


unsur yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan sebagai berikut: Pertama, Kekayaan,
Kepemilikan harta atau peng-hasilan tinggi akan menempati lapisan sosial
yang lebih tinggi. Kedua, Kekuasaan, seseorang yang memiliki kekuasaan
dan wewenang yang besar akan me-nempati lapisan sosial yang di atas.
Ketiga, Kehormatan, baik masyarakat mo-dern maupun tradisional
golongan bangsawan menduduki kelas sosial yang tinggi. Keempat,
Kepandaian hal ini terkait dengan kesempatan orang tersebut untuk meraih
berbagai hal dengan ilmu yang dimilikinya.

Menurut Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa banyak


indikator yang menempatkan seseorang anggota masyarakat untuk
masuk dalam kelas sosial antara lain penghasilan, berbusana, cara
berbicara, preferensi, rekreasi, dan lain-lain. Kelas Sosial memiliki empat
ciri-ciri diantaranya yakni: Pertama, orang-orang pada kelas sosial yang
sama cenderung betingkah laku seragam. Kedua, Orang-orang yang
merasa menempati posisi superior atau inferior sehubung dengan kelas
sosial dimana orang tersebut berada. Ketiga, Kelas sosial ditandai dengan
sekumpulan variabel, seperti pekerjaan, penghasilan, pendidikan dan
15

sebgainya. Keempat, Individu dapat berpindah dari satu kelas ke kelas


sosial lainnya.

2.2.3 Pengertian Gaya Hidup

Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:210)


mengatakan: “Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai pola hidup
seseorang di dunia yang terungkap pada aktifitas, minat dam opininya.
Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang
berinteraksi dengan lingkungannya.”

Gaya hidup menurut Sunarto (dalam Silvya 2009;93) menunjukan


bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uang dan
bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Dimensi gaya hidup
merupakan pengklasifikasian konsumen berdasarkan AIO activities
(aktivitas), interest (minat) dan opinion (opini).

Sedangkan Menurut Sumarwan (dalam Listyorini 2012;14)


menjelaskan bahwa: “Gaya hidup seringkali digambarkan dengan
kegiatan, minat dan opini dari seseorang (activities, interest, and opinion).
Dan lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka
hidup,menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya”.

Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa gaya


hidup lebih menggambarkan bagaimana perilaku seseorang, yaitu
bagaimana ia hidup menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu
yang dimilikinya. Gaya hidup seseorang dapat berubah, akan tetapi
perubahan ini bukan disebabkan oleh berubahnya kebutuhan. Pada
umumnya kebutuhan tetap seumur hidup, setelah sebelumnya dibentuk
semasa kecil. Perubahan itu terjadi karena nilai-nilai yang dianut
seseorang dapat berubah akibat pengaruh lingkungan.
16

2.1.1.3 Faktor Gaya Hidup

Menurut Kasali dalam Silvya L Mandey (2009) mengemukakan


bahwa faktor-faktor gaya hidup dari para peneliti pasar yang menganut
pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen
berdasarkan variabel-variabel aktivitas,interest (minat), dan opini
pandangan-pandangan.

Josep Plumer mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup


mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal :

1. Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.


2. Minat mereka, apa yang dianggap penting disekitarnya.
3. Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain.
4. Karakter-karakter dasar seperti tahap yang mereka telah lalui
dalam kehidupan, penghasilan, pendidikan dan dimana mereka
tinggal.

2.1.1.4 Indikator Gaya Hidup

Menurut Sunarto dalam Silvya (2009;93) indikator dari gaya hidup adalah:

1. aktivities (kegiatan) adalah mengungkapkan apa yang dikerjakan


konsumen, produk apa yang dibeli atau digunakan, kegiatan apa
yang dilakukan untuk mengisi waktu luang. Walaupun kegiatan ini
biasanya dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang
dapat diukur secara langsung.
2. Interest (minat) mengemukakan apa minat, kesukaan, kegemaran,
dan prioritas dalam hidup konsumen tersebut.
3. Opinion (opini) adalah berkisar sekitar pandangan dan perasaan
konsumen dalam menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi
dan sosial. Opini digunakan untuk mendeskrifsikan penafsiran,
harapan dan evaluasi, seperti kepercayaan mengenai maksud
orang lain, antisipasi sehubungan dengan peristiwa masa datang
17

dan penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau


menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

Peter&Olson (2000:142) mengemukakan bahwa gaya hidup diukur


dengan bertanya pada konsumen tentang :

1. Kegiatan mereka (pekerjaan, hobi, liburan), minat (keluarga,


pekerjaan, komunitas).
2. Opini (tentang isu sosial, isu politik, bisnis).

2.3 Deskripsi Variabel

2.3.1 Stratifikasi Sosial

2.3.1.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stratifikasi Sosial


Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar
pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut:

Pertama, ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau kebendaan)


dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial yang ada, barangsiapa memiliki kekayaan paling
banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial, demikian pula sebaliknya, barangsiapa tidak mempunyai kekayaan
akan digolongkan ke dalam lampiran rendah. Kekayaan tersebut dapat
dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaan dalam berbelanja.

Kedua, ukuran kekuasaan dan wewenang. Seseorang yang


mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang
bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran
kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat
menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan
dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
18

Ketiga, ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan dapat terlepas dari


ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani
atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat
tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang
banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang
yang berperilaku dan berbudi luhur.

Keempat, ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran ilmu pengetahuan


sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan
menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang
bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam
gelar gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang, misalnya dokter, insinyur, magister, doktor atau gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari
kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi
daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan,
misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
Golongan sosial timbul karena adanya perbedaan status di kalangan
anggota masyarakat.

Untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti 3 metode yakni:


Pertama, metode obyektif. Pada metode ini stratifikasi ditentukan
berdasarkan kriteria obyektif antara lain jumlah pendapatan, lama atau
tinggi pendidikan, jenis pekerjaan. Kedua, metode subyektif. Golongan
sosial anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan
dalam masyarakat itu. Ketiga, metode reputasi. Golongan sosial
dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
19

2.3.1.2 Sifat-sifat Stratifikasi Sosial:


Stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu bersifat tertutup dan
bersifat terbuka. Pertama; Bersifat Tertutup. Yaitu membatasi
kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain,
baik gerak ke atas maupun gerak ke bawah, bila akan menjadi anggota
biasanya berdasarkan kelahiran (contoh: kasta dalam agama hindu,
dalam tradisi jawa ada kalangan ningrat yang berdarah biru dan rakyat
jelata, sistem feodal, sistem rasial). Tidak mungkin anak keturunan orang
biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat/bangsawan
darah biru.

Kedua; Bersifat Terbuka. Yaitu setiap anggota masyarakat


mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk
naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung untuk jatuh dari
lapisan atas ke lapisan bawahnya. Stratifikasi sosial terbuka ini
merupakan sistem stratifikasi dimana setiap anggota masyarakatnya
dapat berpindah-pindah dari satu strata/tingkatan yang satu ke tingkatan
yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan,
kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh
dapat merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi
karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik
dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan
sehingga mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran atau
penghasilan yang tinggi.

2.3.1.3 Dampak positif dari Stratifikasi sosial antara lain:


Terjadinya strata sosial sendiri membuat terjadinya beberapa
dampak positif, antara lain yaitu:
a. Adanya keinginan yang tertanam di individu buat bersaing untuk
berpindah ke kelompok ataupun kasta yang lebih baik. Yang
biasanya keinginan ini disebabkan karena stratifikasi sosial yang
sifatnya membedakan setiap individu. Membuat individu yang
20

merasa tidak adil mencoba untuk berusaha keras dan ingin


mencapai prestasi demi keinginan diperlakukan lebih adil.
b. Adanya tindakan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan
kesenjangan sosial seperti dengan cara meningkatkan
pemerataan pembangunan di setiap wilayah. Dengan adanya
tindakan dalam menghilangkan kesenjangan sosial, maka
diharapkan kondisi bisa kembali stabil.

2.3.1.4 Dampak negatif dari Stratifikasi sosial


Terjadinya strata sosial sendiri membuat terjadinya beberapa
dampak positif, antara lain yaitu:
a. Konflik Antar Kelas. Mengingat bahwa stratifikasi sosial yang bisa
membedakan dan membagikan tingkatan yang masing-masing
berbeda. Bisa saja, hal ini bisa menyebabkan terjadinya perbedaan
kepentingan bagi setiap tingkatan dan menyebabkan konflik antar
kelompok. Konflik-konflik yang berlangsung akan sangat merugikan
kesejahteraan pastinya disuatu negara.
b. Konflik Antar Kelompok Sosial. Ketika adanya perbedaan antar
kelompok sosial terjadi. Maka, bisa saja memunculkan niat yang
buruk yang berupa niat untuk menguasai kelompok lain secara
dengan menggunakan paksaan yang berakibat bisa membuat
konflik yang bisa memicu rusuh.
c. Konflik Antar Generasi. Generasi Muda dan Generasi Tua pasti
akan berbeda. Dan masing-masing memiliki tujuan yang berbeda
dan kepentingan berbeda. Ketika ada saatnya generasi muda yang
ingin mengubah dan generasi tua yang tetap ingin
mempertahankan nilai-nilai lamanya. Maka, hal ini bisa
menyebabkan konflik antara generasi muda dan generasi tua.
21

2.3.2 Gaya Hidup Mahasiswa

2.3.2.1 Faktor yang mempengaruhi gaya hidup mahasiswa

Ternyata maraknya stratifikasi sosial tidak hanya dalam kehidupan


masyarakat yang menyangkut pekerjaan, keturunan, dan tingkat
pendidikan. Namun stratifikasi sosial telah menyebar ke dalam kehidupan
mahasiswa. Di dalam lingkungan kampus yang merupakan tempat
berkumpulnya para kaum intelektual dengan berbagai dinamika dan status
sosial antar individunya dan berbagai keadaan yang juga saling
mempengaruhi atau berperan atas hidup dan gaya hidup masyarakat
kampus. Dengan adanya keberagaman dan dinamika yang berada di
lingkungan masyarakat kampus tersebut, secara tidak langsung
dipengaruhi oleh suatu bentuk stratifikasi atau pelapisan sosial yang
merasuk di dalamnya. Fenomena pemilihan teman yang marak juga
menjalar dan mempengaruhi beberapa masyarakat lingkungan kampus
khususnya para mahasiswa.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mahasiswa memiliki


pandangan bahwa memilih teman merupakan hal yang penting, seperti
contohnya gaya hidup yang semakin modern membuat beberapa orang
(mahasiswa) dengan kondisi keuangan yang memadai untuk sebisa
mungkin mengikuti arus modernisasi tersebut melalui penampilan tubuh,
gaya berpakaian, dandanan yang sesuai dengan style saat ini agar
tercipta suatu image sebagai mahasiswa yang lebih berkelas. Selain itu,
adanya pembagian kelas tersebut dapat memberikan penghargaan yang
lebih tinggi kepada seseorang yang kedudukannya lebih tinggi.

Hal ini seperti yang terdapat dalam teori Abraham bahwa, setiap
masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-
hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih
tinggi dari hal-hal lainnya. Jika suatu masyarakat lebih menghargai
kekayaan material daripada kehormatan, maka mereka yang lebih banyak
mempunyai kekayaan material, akan menempati kedudukan yang lebih
22

tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lain. Gejala tersebut


menimbulkan lapisan masyarakat merupakan pembedaan posisi
seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda
secara vertikal.

Namun dengan adanya stratifikasi sosial yang terbentuk secara


ketidaksengajaan di lingkungan kampus, dapat membentuk pribadi yang
individualistis dan kurangnya rasa kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Perubahan perilaku sosial akibat adanya stratifikasi juga dapat timbul
seperti sikap meremehkan atau menganggap orang lain rendah, terbukti
dengan maraknya bullying di kalangan pelajar yang kerap meresahkan.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah praduga atau jawaban sementara


terhadap masalah yang masih diteliti. Melakukan suatu penelitian harus
diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesis adalah sebuah pernyataan
atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada
hubungan tertentu. Sebuah proposi yang akan membentuk proses
pembentukan hipotesis. Penulis akan menggunakan hipotesis nol yang
terdapat hipotesis Ho dan Ha.

Berikut adalah hipotesis yang dapat dijabarkan dalam penelitian ini:

Ho : Tidak adanya hubungan antara Strata Sosial dengan Gaya Hidup


Mahasiswa LSPR

Ha : Adanya hubungan antara Strata Sosial dengan Gaya Hidup


mahasiswa LSPR
23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini penulis akan menggunakan metode kuantitatif


deskriptif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang
menyampaikan fakta dengan cara mendeskripsikan dari apa yang dilihat,
diperoleh, dan dirasakan. Penelitian ini cukup menuliskan atau
melaporkan hasil laporan pandangan dari pengumpulan data yang akan
penulis buat serta menggambarkan subject dan object yang sedang
diteiliti tanpa rekayasa. Penelitian ini bermaksud menguji hubungan antar
variabel yang dihipotesiskan (Faisal,2003:21)

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang lingkup mahasiswa London


School of Public Relations Jakarta (LSPR) dengan mengadakan kuisioner
yang akan dijadikan sebagai pengumpulan data penulis untuk penelitan
pada subject ini. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan peneliti ingin
menganalisa lebih dalam mengenai hubungan strata sosial orang tua
mahasiswa London School of Public Relations Jakarta terhadap gaya
hidup mahasiswa London School of Public Relations Jakarta.

3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kategori, kategori tersebut adalah data primer dan data sekunder. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu :

Data primer : Data yang akan kami peroleh salah satunya melalui cara
penyebaran Kuisioner kepada respoden yaitu mahasiswa LSPR Jakarta
Batch 21-24, Kuisioner merupakan sebuah cara atau metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan respoden
beberapa pertanyaan untuk mereka jawab. Dalam membuat sebuah
Kuisioner harus disesuaikan dengan variabel yang akan diukur. Tujuan
24

pembuatan serta penyebaran kuisioner ini adalah mencari informasi yang


lengkap mengenai suatu masakah yang teliti melalui respoden tanpa perlu
khawatir apabila respoden memberikan tanggapan jawban yang tidak
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan
(Kriyantono,2006, hal.97).

Penelitian ini menggunakan Kuisioner online yang diberikan kepada 30


orang mahasiswa LSPR Communicattion and Business Institute Jakarta
yang terdiri dari beberapa Angkatan (Batch) yaitu 21-23. Pada penelitian
ini kami menggunakan kuisioner tertutup beruapa pernyataan, dimana
pertanyaan dan jawaban sudah kami sediakan sehingga respoden hanya
perlu untuk memberikan jawaban tanggapan yang sudah disiapkan pada
kuisioner tersebut.

Untuk mengukur kadar nilai jawaban terhadap respon respoden dari


kuisioner yang dibagikan peneliti menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap sesorang tentang sebuah objek sikap.
Dari setia pertanyaan dan pernyataan yang ada dihubungkan dengan
jawaban yang dapat berupa dukungan atau pernyataan sikap yang dapat
diungkapkan Seperti : Sangat Tidak Setuju (1), Tidak Setuju (2), Netral
(3), Setuju (4), Sangat Setuju (5) (Krisyanto,2006, hal.138)

Data sekunder : Sumber data sekunder meliputi peninggalan penulisan


tertulis seperti Jurnal,Penelitian Sebelumnya,arsip-arsip dan juga
termasuk buku-buku,artikel,teori,halaman web,makalah dan sumber lain
serta berbagai literatur yang banyak tersebar di perpustakaan serta
internet yang akan menjadi sebagai sumber referensi peneliti untuk
menyusun penelitian ini dengan sumber-sumber yang relevan serta dapat
dipercaya.
25

4. Populasi dan sampel


3.1.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,2006:130). Jadi
yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang
akan dijadikan sebagai respoden dalam penelitian. Dalam penelitian ini
yang menjadi populasi adalah mahasiswa Institut Komunikasi dan Bisnis
LSPR Jakarta yang meliputi 4 Angkatan 2017-2021 (Batch) 21,22,23,24.
Alasan peneliti memilih empat angakatan (Batch) tersebut karena penulis
ingin melihat realita yang terjadi di lapangan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat Stratifikasi sosial orang tua terhadap bentuk Gaya hidup
diantara kalangan Mahasiswa LSPR Jakarta. Beberapa Mahasiswa
cenderung memilih pergaulan dan Gaya hidup yang sesuai dengan
kemampuan Finansial mereka, yang kemudian terlihat seperti terjadi
penyekatan ruang pergaulan yang didasarkan pada gaya hidup dan latar
belakang strata sosial orang tua secara tidak langsung. Di samping itu,
mahasiswa yang berada pada angkatan tersebut kehadirannya di kampus
masih tinggi jika dibandingkan dengan angkatan (Batch) di atasnya yang
sudah tidak terlalu aktif di kampus dan sedang menyusun mengerjakan
tugas akhir. Berdasarkan sumber data yang dimiliki oleh Institut
Komunikasi dan Bisnis LSPR Jakarta jumlah total Mahasiswa aktif Batch
21-24 sebanyak 4.413 Mahasiswa.

3.1.1.2 Sampel
Sampel adalah Sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto,2006:131). Jika dalam penelitian yang dilakukan Sebagian
dari populasi maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah
penelitian sampel. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel
yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah Probability Sampling
yaitu Random Sampling yang dimana seluruh populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dapat dijadikan sebagai sampel
penelitian ini
26

Penentuan ukuran atau jumlah sampel bisa dilakukan dengan


perhitungan statistik. Maka untuk dapat menentukan ukuran sampel
dari populasi yang diketahui jumlahnya peneliti menggunakan Rumus
Rao Purba, yaitu :

Z2
n ¿
4 ( Moe ) ❑2

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan 90%,95% atau 99% (nilai Z dilihat


pada table Z :90% = 1,645, 95% = 1,96, 99% = 2,575)

Moe = Margin Of Error atau tingkat kesalahan maksimal bisa 10%,5%


atau 1%

Pada penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan sebesar 10% karena


sudah cukup untuk memenuhi sampel yang dibutuhkan.

Z2
n ¿
4 ( Moe ) ❑2

1,962
n ¿
4 ( 0,1 ) ❑2
=96,04

Dengan demikian sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah


96,04 dan dibulatkan menjadi 96 mahasiswa.
27

5. Teknik pengumpulan data


Untuk dapat memecahkan masalah yang diteliti diperhatikan data
yang dapat dikumpulkan dengan menentukan teknik, teknik dalam
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Metode Kuisioner (Angket)


Kuesioner merupakan proses pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan penyebaran
kuisioner pada respoden. Pengumpulan data menggunakan teknik
lapangan pada lokasi penelitian dengan cara membagikan
kuisioner (angket) kepada respoden yang dianggap memenuhi
kriteria. Creswell dalam (Sugiyono, 2014:193). Menurut
Palispis,Kuisioner merupakan sebuah pertanyaan tertulis yang
dirancang sesuai dengan topik tertentu yang menjadi fokus
penelitian, dilengkapi dengan jawaban yang disediakan dalam
setiap pertanyaannya, agar respoden dapat memilih/memberikan
jawaban dari salah satu jawaban yang telah disediakan, dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi dari seseorang dan persoalan-
persoalan tertentu yang menjadi fokus penelitian
(Palispis,1993:176).
Skala pengukuran yang digunakan dalam instrumen ini
adalah skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur kelas
sosial,Strata sosial,gaya hidup yang berkaitan dengan lingkungan
pergaulan dan gaya hidup Mahasiswa LSPR Jakarta. Dengan skala
likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan tolak ukur untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu
dapat diberi skor, seperti dalam skala Likert,Misalnya :
28

Tabel 3.1

Skala likert

Sangat
Sangat
Tidak Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju
Setuju
Setuju
1 2 3 4 5
Sumber : Sugiyono,2014

2. observasi :

Observasi merupakan alat untuk pengumpulan data yang tersusun secara


sistematis dan dalam pencatatannya dilakukan berdasarkan prosedur
Langkah-langkah yang telah ditetapkan dan aturan-aturan yang berlaku
sehingga nantinya dapat diulangi oleh penelitian lain.

3. Dokumentasi :

Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data dengan cara mencari data


yang terkait dengan penelitian yakni berupa Catatan,Jurnal,Karya
Ilmiah,Transrip,Koran,Majalah, dan lain sebagainya. Peneliti akan
menggunakan metode ini untuk mendapatkan berbagai data-data yang
bersumber pada Catatan dokumentasi tertulis, serta sesuai dengan
keperluan peneliti sebagai cara untuk melengkapi data-data yang
diperlukan dengan cara yang objektif serta akurat dan konkret

6. Analisis Data
Dalam menguji metode analisis instrument, maka diperlukan uji coba
validitas dan realiabilitas. Uji analisis ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa valid satu persatu pertanyaan yang diajukan kepada responden
yang dikenal sebagai uji validitas, serta untuk mengetahui tingkat
reliabilitas suatu jawaban responden dari suatu instrument pertanyaan
dengan metode uji reabilitas. Untuk dapat mengetahui lebih detai dan
29

jelasnya maka penulis akan menjabarkan arti penafsiran dari definisi


validitas dan reliabilitas berikut ini :

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


a. Uji Validitas

Hasil Penelitian bisa dikatakan valid apabila di dalamnya terdapat


kesamaan antara data yang didapat serta dikumpulkan dengan
yang yang sebenarnya terjadi pada objek yang sedang diteiti.
Instrumen yang valid maka berarti alata ukur akan digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu dikatakan valid. Apabila valid
maka berarti instrumen yang digunakan tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.

b. Uji Reliabliitas

Reabilitas instrument menggambarkan pada kemantapan alat


digunakan. Sebuah alat ukur dapat dinyatakan reliabel apabila
yang tinggi atau bisa dikatakan untuk dapat dipercaya, maka alat
tersebut stabil. Yang mana akan dapat diandalkan dan juga dapat
digunakan untuk sebuah perkiraan ramalan. Dilihat dari sudut
pandang positivistic (Kuantitatif) suatu data dapat dinyatakan
reliabel apabila dua atau lebih penelitian yang dalam objek yang
sama dapat menghasilkan data yang sama.

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan bentuk


Batasan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,60. Jika tingkat dari alpha
dihitung > 0,60 maka alat ukur tersebut dikatakan memilki tingkat
reabilitas yang tinggi. Jika nilai yang terdapat pada hasil reliabilitas
lebih dari 0,60 maka hasil tersebut reliablitas, sebaliknya jika nilai
yang terdapat pada hasil reliabilitas lebih kecil dari 0,60 maka
dikatakan hasil tersebut tidak reabilitas
30

7. Teknik Analisis Data

Analisis dapat juga diartikan sebagai data yang sudah tersedia yang
kemudian akan diolah dengan cara statistik dan dapat digunakan untuk
dapat menjawab suatu rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan
sebelumnya. Teknik analisis data juga diartikan sebagai cara untuk
melakukan analisis terhadap data, bertujuan untuk dapat mengolah data
tersebut dan menjawab rumusan masalah penelitian.

Metode analisis yang akan penulis gunakan menggunakan metode


pendekatan kuantitatif dengan penelitian studi kasus yang digunakan
untuk mengolah data setelah dikumpulkan, dan kemudian disajikan
dengan data observasi agar pihak lain nantinya dapat dengan mudah
untuk mengakses untuk mendapatkan gambaran mengenai objek dari
penelitian ini. Analisa Kuantitatif penulis gunakan pada penelitian ini untuk
dapat mengetahui perhitungan sejauh mana pengaruh antar variabel
terhadap variabel yang lainnya. Untuk mendukung pengolahan dan
sumber data pada Penelitian menggunakan Proses peneltian yang
deduktif, yang mana untuk menjawab rumusan masalah yang ada maka
diperlukan teori dan konsep yang berhubungan dan terkait dari yang
dirumuskan dalam hipotesis. Penggunaan Deskriptif kuantitatif dilakukan
untuk dapat menjawab pernyataan dari penelitian dengan menganalisis
pengaruh dari antar variabel.

a. Uji Analisis Linier Sederhana

Analisis statistic yang dipergunakan dalam melakukan penelitian ini


adalah analisis regresi linier sederhana. Dimana variabel yang akan
dihubungkan,dikorelasikan yaitu terdisri dari variabel X sebagai variabel
bebas serta variabel Y sebagai variabel terikat, untuk dapat menentukan
diperlukan rumus sebagai berikut:
31

(Y=a+bX)
Keterangan :
Y : Strata Sosial
a : Koefisisen konstanta
X : Gaya Hidup
b : Koefisisen regresi

b. Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi ( R2 ) memiliki tujuan untuk dapat mengetahui sejauh


mana sebuah variasi variabel bebas Independent dapat menjelaskan
dengan baik variasi dari variabel terikat dependen. Dalam mengukur kadar
nilai kebaikan suatu model (goodnessoft) menggunakan koefisien
determinasi ( R2 ). Koefisien ini adalah angka yang memberikan proporsi
dan presentase dari variasi total yang terdapat pada variabel terikat (Y)
dan dijelaskan dengan variabel bebas (X). Koefisien determinasi ( R2 )
dirumuskan dengan beberapa kriteria berikut :

1. Nilai yang kecil atau mendekati nol, memiliki arti bahwa


kemampuan dari variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variasi terikat sangat terbatas.
2. Nilai mendekati satu, memiliki arti kemampuan dari variabel-
variabel bebas untuk menjelaskan hampir semua informasi yang
dapat digunakan dalam menetukan dan memprediksi variasi
variabel tidak terbatas.

c. Uji t (Uji Parsial)

Uji statistic t dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh variabel


bebas dan variabel terikat secara individual dalam mengukur variasi
variabel terikat terkait. Jika nilai t > dari t tabel maka dapat disebutkan
bahwa variabel bebas secara individual berpengaruh positif terhadap
32

variabel terikat. Jika nilai signifikansi t hitung lebih kecil dari 0,05 maka
bisa dikatakan bahwa variabel bebas secara individu berpengaruh
signifikansi terhadap variabel terikat. Uji t menunjukan tingkatan pengaruh
variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Untuk pengujian
uji t dapat menggunakan bentuk perumusan hipotesis yaitu :

Ho : b = 0
Ha : b =/0

8. Definisi Operasional
Variabel dalam sebuah penelitian merupakan sebuah atribut ataupun sifat
dan nilai dari orang,obyek,organisasi serta kegiatan yang memiliki suatu
variasi tertentu yang dapat ditetapkan dalam penelitian untuk dapat
mudah dipahami serta dapat ditarik kesimpulannya. Pada Penelitian ini
peneliti menggunakan dua jenis variabel yang berbeda yakni pada
variabel pertama merupakan variabel Bebas yaitu Strata Sosial (X) serta
variabel yang kedua merupakan variabel terikat yaitu Gaya Hidup (Y)

1. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas merupakan sebuah variabel yang dapat


mempengaruhi satu atau lebih yang menjadi seab perubahan atau
timbulnya variabel yang kedua yakni variabel terikat. Variabel Bebas
dalam sebuah penelitian ini adalah Strata Sosial (X)

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat atau biasa disebut dengan variabel output (Keluaran)


merupakan kriteria dan konsekuen, merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek variabel terikat yakni Gaya
Hidup (Y).
33

Variabel-variabel yang terdapat di dalam sebuah penelitian ini diukur


menggunakan skala likert, skala liket merupakan skala yang digunakan
untuk dapat mengukur sikap,persepsi, serta pendapat sesorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial yang terjadi. Jawaban dari
setiap uji Instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai system
pengambilan sampel tanggapan responden dari skala Sangat setuju
sampai sangat tidak setuju. Instrumen penelitian yang menggunakan
skala likert dapat dibuat dalam beberapa bentuk yakni seperti memilih
kolom skala pendapat yang telah peneliti sediakan atapun pilihan ganda
sekalipun. Untuk penelitian ini peneliyi menggunakan skala likert
berbentuk kolom nomor ceklis. Data yang diperoleh ini nantinya dapat
mudah dianilisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan hasil
nilai dari setiap jawaban responden yang telah kami tetapkan sebelumnya.

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Variabel X  Gaya dan Penampilan LIKERT


yang dikenakan
(Strata Sosial Orang mahasiswa LSPR
Tua) Kekayaan  Kendaraan yang
digunakan oleh
mahasiswa LSPR
 Uang saku yang dimiliki
oleh mahasiswa LSPR
 Seberapa besar pengaruh
Kekuasaan orang tua terhadap orang
lain
 Martabat yang dimiliki oleh
Kehormatan orang tua mahasiswa
LSPR di lingkungannya
 Seberapa tinggi tingkat
Ilmu
Pendidikan yang dimiliki
Pengetahuan orang tua mahasiswa
LSPR
Pekerjaan  Jabatan orang tua yang
dimiliki mahasiswa LSPR
34

 Penghasilan yang
Pendapatan dihasilkan orang tua
mahasiswa LSPR
 Aktifitas sehari-hari yang
dilakukan oleh mahasiswa
Kegiatan LSPR
 Tindakan dan perilaku
yang dilakukan oleh
mahasiswa LSPR
Variabel Y  Ketertarikan mahasiswa
LSPR dalam melakukan LIKERT
(Gaya Hidup)
Minat sesuatu
 Penerimaan lingkungan di
mana mahasiswa LSPR
bersosialisasi
 Persepsi yang ditanamkan
Pendapat oleh mahasiswa LSPR
terhadap dirinya sendiri

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 LSPR Communication and Business Institute

London School of Public Relations Jakarta atau yang saar ini dikenal
sebagai LSPR Communication Business and Institute merupakan sebuah
Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi Swasta Nasional dengan konsentrasi
Mass Communication,Public Relations,Marketing,Digital Media &
Advertising,International Relations dan Performing Arts of Communication,
yang berdiri sejak 1 Juli 1992. LSPR didirikan oelh Prita Kemal Gani,
35

MBA, MCIPR. LSPR hadir sebagai lembaga pendidikan hubungan


masyarakat (Public Relations) dengan mahasiswa yang pada saat itu
berjumlah sedikit. Awal beridirinya hanya berbentuk kursus dengan
menyewa ruang kantor berukuran 12 meter persegi berlokasi di World
Trade Center, Jl.Sudirman,Jakarta dengan memiliki jumlah anak didik 30
orang. Kemudian pada tahun 1999 akhirnya lembaga tersebut diresmikan
menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – The London School of Public
Relations (STIKOM-LSPR) hingga saat sudah memiliki 2 kampus yang
pertama terletak di Sudirman Park, dan yang terbaru terletak di
TransPark,Bekasi. Pada kampus TransPark terdapat beberapa
Konsentrasi Bisnis yang hanya terdapat di Kampus Transpark yaitu
Hospitality Communication & MICE, dan Entreupreneurship & Business
Communcation. Dengan fasilitas Radio Studio,Tv Studio,Music Studio,Lab

Computer,Multimedia Room,Perpustakaan,Theatre Room,Area Parkir,


dan sebagainya.

LSPR hadir dengan suasana kampus yang nyama untuk mahasiswa


dan menetapkan jam kuliah yang praktis dan tetap, setiap hari nya
jadwal mata kuliah akan sesuai dengan jam yang sudah dipilih sejak
awal mendaftar. Hingga saat ini LSPR menyelenggarakan 7 (tujuh)
Program studi, yaitu ilmu Komunikasi Program Magister, Imu
Komunikasi Program Sarjana, Ilmu Komunikasi Program Sarjana
Program Pendidikan Jaraka Jauh yang diselenggarakan di Provinsi
Bali, Desain Komunikasi Visual Program Sarjana, Manajemen
36

Program Sarjana, Pariwisata Program Sarjana, dan Bisnis Jasa


Program Sarjana.

LSPR semakin dipercaya dimata publik sebagai institute tinggi


komunikasi terbaik dan mendapatkan tiga penghargaan dari
KEMENRISTEK DIKTI pada tanggal 30 November 2016 lalu predikat
Peringkat I di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek Kelembagaan,
Peringkat I di Kalangan Sekolah Tiggi untuk Aspek Kemahasiswaan
dan Peringkat II di Kalangan Sekolah Tinggi untuk Aspek Ketenagaan.

Berdasarkan Data LSPR Career Centre menunjukan tingkat serapan


lulusan LSPR-Jakarta di dunia kerja mencapai 90% lulusan. LSPR
Career Centre selain menyelenggarakan seminar dan pelatihan,
menyediakan informasi lowongan pekerjaan, juga membantu
menyalurkan para alumni ke bidang pekerjaan yang mereka inginkan
baik dalam dan luar negeri.

4.1.2 Mahasiswa LSPR

Pada saat ini LSPR- Jakarta memiliki 20.000 lulusan serta


sebanyak 6.536 mahasiswa dan mahasiswi aktif. Mahasiswa LSPR
Jakarta dari dulu hingga sekarang sudah mencapai batch 24, yaitu
batch paling akhir pada tahun 2020 atau yang disebut mahasiswa
baru (maba). Mahasiwa dan Mahasiswi aktif LSPR yang dimaksud
adalah dengan mengikuti berbagai klub dan mengikuti kegiatan
seminar yang diadakan oleh kampus. Klub yang ada di LSPR anatara
lain adalah, Teatro,Band,Choir,Cheers,Dance,Cares, dsb. Masing-
masing dari mahasiswa harus mengikuti minimal 1 klub, karena pada
akhir semester nanti aka nada pengumpulan NAP untuk dapat
melanjutkan ke tahap Skripsi.

Tiap mahasiswa dan mahasiswa LSPR akan pendapatkan Project


besar di mata kuliah Performing Arts & Business Ethic. Performing
37

Arts yaitu senit eater yang akan ditampilkan dengan masa Latihan 2
bulan dan akan dipilih mana yang terbaik pada saat malam Awarding
Night. Begitu juga pada mata kuliah Business Ethic yang bekerja
sama dengan berbagai Vendor Event ataupun Mall (Pusat
perbelanjaan). Itu yang membuat mahasiswa LSPR semakinmatang
dalam mengerjakan berbagai Project dari sisi yang berbeda-beda
sesuai dengan kemampuan dan minat. Mahasiswa LSPR juga sudah
mendapatkan berbagai prestasi baik dalam negeri maupun luar neeri
serta hal-hal yang mereka kerjakan.

4.1.3 Visi dan Misi LSPR Communication and Business Institute

Visi :

Kami berusaha untuk menjadi Lembaga yang dapat diterima sebagai


penutan dalam pengembangan dan penerapan studi komunikasi dan
bisnis di Indonesia dan diakui secara Internasional.

Misi :

 Menjadi Lembaga yang menghasilkan lulusan yang


kompeten,mandiri,inovatif,kreatif, yang memiliki keahlia khusus di
bidang komunikasi dan bisnis yang berdaya saing tingkat global.
 Melaksanakan penelitian dasar dan terapan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya komunikasi dan bisnis.
 Mengabdikan keahlian di bidang komunikasi dan bisnis untuk
kepentingan masyarakat.
 Meningkatkan standar mutu akademik ke standar nasional dan
internasional.
38

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif Pada Responden Penelitian

1. Deskriptif Responden Berdasarkan Angkatan

Tabel 4.1
Distribusi Reponden Berdasarkan Tahun Angkatan

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan hasil tabel diagram diatas menunjukan bahwa responden


pada penelitian ini mayoritas berasal dari Batch 23 sebanyak….orang atau
sebesar 71,7% dan selanjutnya dengan Batch 24 sebanyak…orang
dengan presentase sebesar 19,6% serta pada Batch 22 sebesar 8,7%
dan pada Batch 21 kami tidak memiliki responden dalam kuisioner ini.
39

2. Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Reponden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber :
Data
Primer
diolah
Tahun 2021

Berdasarkan hasil tabel diagram diatas menunjukan bahwa bahwa


responden Laki-laki sebanyak…. Dan memiliki presentase sebesar 41,3%
dan untuk responden Perempuan sebanyak…..serta dengan tingkat
presentase sebesar 58.7%

4.2.2 Distribusi Jawaban Responden

1. Variabel X (Strata Sosial Orang Tua)

Distribusi jawaban responden berdasarkan variabel X dapat dilihat


pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel X
(Strata Sosial Orang Tua)

Responde
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 TOTAL X
n
40

1 2 2 2 4 2 2 2 4 20
2 3 4 5 5 5 5 4 5 36
3 5 3 2 4 3 2 2 2 23
4 5 3 5 5 5 5 5 3 36
5 4 3 4 3 4 3 3 4 28
6 4 4 4 4 4 4 5 5 34
7 5 5 4 3 4 5 4 5 35
8 4 4 1 3 3 4 3 3 25
9 4 1 4 4 2 1 4 4 24
10 4 4 2 2 2 1 2 2 19
11 4 4 4 3 4 5 4 4 32
12 3 3 4 4 2 4 5 4 29
13 3 4 4 4 4 4 4 5 32
14 4 4 3 4 3 2 3 4 27
15 4 4 4 3 3 5 4 4 31
16 2 2 2 2 1 1 2 3 15
17 1 1 1 5 2 3 3 3 19
18 3 4 4 4 4 3 4 4 30
19 3 4 2 2 1 1 1 2 16
20 2 3 2 3 3 1 2 3 19
21 4 4 4 1 5 1 3 3 25
22 4 4 4 2 1 1 4 4 24
23 4 2 2 3 3 2 3 3 22
24 4 2 5 3 5 2 5 5 31
25 3 3 2 4 2 3 4 4 25
26 4 3 4 4 4 4 4 4 31
27 3 5 5 3 1 1 4 1 23
28 1 3 4 3 3 3 4 4 25
29 5 4 5 4 4 4 5 4 35
30 4 3 4 4 3 3 3 4 28

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa


Sebagian responden memberikan jawaban setuju terbanyak pada
pertanyaan X1 yaitu sebanyak 14 responden denga item pertanyaan
“Apakah anda setuju kendaraan yang digunakan oleh mahasiswa LSPR
menunjukan strata sosialnya?”

2. Variabel Y (Gaya Hidup Mahasiswa)


41

Distribusi jawaban responden berdasarkan variabel Y dapat dilihat


pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Y (Gaya Hidup
Mahasiswa)

Responden Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 TOTAL Y
1 4 4 4 4 4 20
2 3 3 4 4 5 19
3 1 1 5 4 5 16
4 5 5 5 5 3 23
5 3 3 4 4 3 17
6 5 5 5 5 1 21
7 5 5 5 5 5 25
8 3 4 4 4 4 19
9 1 4 4 4 4 17
10 4 5 5 4 4 22
11 3 3 5 3 3 17
12 4 5 5 5 3 22
13 2 5 5 4 5 21
14 3 3 2 3 5 16
15 3 3 4 4 4 18
16 1 3 3 1 3 11
17 3 3 5 4 5 20
18 3 5 4 4 4 20
19 1 1 2 2 2 8
20 3 3 2 2 3 13
21 5 3 3 3 2 16
22 3 3 4 3 4 17
23 3 4 4 5 4 20
24 5 2 5 2 2 16
25 4 4 4 4 3 19
26 4 4 5 3 4 20
27 1 1 3 4 4 13
28 3 1 3 3 3 13
29 5 4 4 4 4 21
42

30 3 2 4 4 4 17

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa,


Sebagian responden memberikan jawaban Sangat Setuju dimana
terbanyak pada Y3 yakni sebanyak 11 responden dengan item pertanyaan
“Tingkat strata sosial memengaruhi ketertarikan mahasiswa LSPR dalam
melakukkan sesuatu (Hobi/Lifestyle)

4.2.3 Analisis Data

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan dari setiap


butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu
variabel. Uji validitas sebaiknya dapat dilakukan pada setiap butir
pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung yang didapatkan kami
bandingkan dengan r tabel, dimana df= n-2 sengan sig 5%. Jika rhitung <
rtabel maka dinyatakan tidak valid. Jadi taraf signifikansi yang digunakan
adalah 0,05 atau 5% dengan n= 30 sehingga r tabel dalam penelitian ini
adalah : r (0,05; 30 – 2 = 23) = 0,361. Dalam melakukan uji validitas ini
penulis akan menggunakan metode perhitungan melalui komputerisasi
SPSS 26.

Tabel 4.5

Uji Validitas Variabel X

Item Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan


Butir 1 0.468 0.361 VALID
Butir 2 0.434 0.361 VALID
Butir 3 0.690 0.361 VALID
Butir 4 0.369 0.361 VALID
Butir 5 0.724 0.361 VALID
Butir 6 0.784 0.361 VALID
43

Butir 7 0.781 0.361 VALID


Butir 8 0.682 0.361 VALID
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan untuk Variabel X pada 30
responden, ditemukan bahwa semua butir pertanyaan variabel X yang
terdapat di dalam kuisioner tersebut Valid dikarenakan rhitung>rtabel yang
ada.

Tabel 4.6

Uji Validitas Variabel Y

Item Pertanyaan rhitung rtabel Kesimpulan


Butir 1 0.696 0.361 VALID
Butir 2 0.837 0.361 VALID
Butir 3 0.752 0.361 VALID
Butir 4 0.702 0.361 VALID
Butir 5 0.513 0.361 VALID
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021
Berdasarkan hasil uji validitas untuk Variabel Y yang sudah peneliti
lakukan terhadap 30 responden menunjukkan bahwa semua item
pertanyaan variabel Y dinyatakan valid karena semua item pertanyaan
memiliki rhitung>rtabel.

2. Uji Reliabilitas

Dala penelitian ini pengujian reliabilitas menggunakan Batasan nilai


Cronbach Alpha sebesar 0,60. Jika tingkat alpha hitung > 0,60 maka alat
ukur tersebut memiliki tingkat reliabilitas tinggi. Jika nilai pada hasil
reliabilitas lebih dari 0,60 maka hasil tersebut reliabilitas, sebaliknya
apabila nilai pada hasil reliabilitas lebih kecil 0,60 maka hasil tersebut
tidak reabilitas.

Tabel 4.7 Cronbach’s Alpha

Cronbach’s Alpha Tingkat Reliabilitas


0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel
 0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel
 0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel
44

 0,60 s/d 0,80 Reliabel


 0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel
(Sumber : Triton,2006,p : 248)

Berdasarkan hasil output uji reliabilitas yang telah peneliti lakukan


terhadap 30 responden yang terdapat sebelumnya diperoleh hasil sebagai
berikut :

Tabel 4.8
Uji Reliabilitas

Cronbach’s
Variabel N of Items Keterangan
Alpha
X 0.754 9 RELIABEL
Y 0.777 6 RELIABEL
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Dari data uji realitas yang tertera diatas ditemukan bahwa Variabel X dan
Y memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi sehingga setiap butir pertanyaan
yang akan duiji kepada responden merupakan pertanyaan yang reliabel.

3. Analisis Regresi Linier Sederhana

Dari hasil pengolahan data yang digunakan dengan model regesi


linear sederhana menggunakan SPSS 26 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.9
45

Uji Regresi Linier Sederhana

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh persamaan garis regresi linier hasil


perhitungan yang dilakukan menghasilkan suatu persamaan yang
menunjukan besarnya nilai X merupakan regresi yang diestimasikan :

1. Nilai Konstanta (βo) sebesar 6,328 artinya apabila variabel bebas


Strata sosial orang tua (X) dalam keadaan konstanta atau 0, maka Gaya
hidup mahasiswa (Y) nilainya sebesar 6,328 yang artinya tidak baik dan
hal ini berarti tidak adanya pengaruh Strata sosial orang tua terhadap
gaya hidup mahasiswa.

2. Koefisien Regresi (βi) Dengan mengacu pada analisis regresi linear


sederhana diketahui bahwa strata sosial orang tua (X) berpengaruh positif
namun tidak juga terlalu kuat terhadap Gaya hidup mahasiswa LSPR (Y)
terdapat dilihat dari nilai koefisien (β) sebesar 0,433. Maka apabila strata
sosial orang tua (X) mengalami peningkatan sebesar 0,433 atau 43,3%
koefiensi bernilai positif,maka akan mengakibatkan kenaikan pada gaya
hidup mahasiswa (Y).
46

4. Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Model Summary

Tabel 4.10

Uji Koefisien R2

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, diatas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi
(R) sebesar 0,687. Jadi ini menggambarkan hubungan positif yang kuat.
Untuk Koefisien determinasi ( R2 ) didapat sebesar 0,472 atau sama dengan
47,2. Hal ini berarti bahwa sebesar 47,2% Strata sosial orang tua
Mahasiswa LSPR Jakarta dipengaruhi variabel independent yang ada
dalam penelitian ini yaitu Gaya hidup mahasiswa LSPR. Sedangkan
sisanya yaitu 52,8% dipengaruhi oleh factor-faktor lain.

5. Uji T (Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel indpenden secara


parsial terhadap variabel dependen, dengan ketentuan apabila tingkat nilai
t hitung > α (0.05), maka variabel independent secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada
tabel 4.11 berikut :
47

Tabel 4.11

Uji T

Sumber : Data Primer diolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel koefisien diatas nilai t hitung sebesar 7,790 > 0.05 (nilai
t tabel) dapat disimpulkan H1 diterima yang mengatakan bahwa Strata
sosial orang tua perpengaruh signifikan terhadap gaya hidup mahasiswa.

4.3 Pembahasan

1. Hubungan Strata sosial orang tua dengan Gaya hidup mahasiswa


LSPR Jakarta

Berdasarkan dengan pengujian data yang telah dilakukan menggunakan


statistik mendapatkan sig sebesar 7,790 yang lebih besari dari α = 0.05.
sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 yang menyatakan bahwa Strata
Sosial Orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap Gaya Hidup
Mahasiswa LSPR Jakarta (H1 diterima0.

Memliki arti bahwa semakin tinggi variabel Strata Sosial Orang tua maka
semakin tinggi tingkat Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta. Apabila
tingkat Strata Sosial Orang tua tinggi/baik maka Gaya Hidup Mahasiswa
juga akan tinggi hal ini dipengaruhi oleh tingkat Strata Sosial Orang tua
48

yang secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap Gaya Hidup


yang dilakukan oleh Mahasiswa.

Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta pada awalnya terbentuk dengan


adanya lingkungan sosial dimana mereka bersosialisasi, hal ini berkaitan
dengan tingkat Strata sosial orang tua yang dimilikinya, Sebab ini akan
berpengaruh dari tingkat Finansial yang Mahasiswa dapatkan dari Orang
Tua mereka, hal ini mempengaruhi Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta
semakin meningkat atau tinggi. Artinya semakin tinggi tingkat Strata Sosial
Orang tua seperti jumlah harta kekayaan,daerah tempat
tinggal,kekuasaan yang dimliki, maka taraf Gaya Hdup Mahasiswa LSPR
Jakarta menjadi lebih meningkat dan cenderung tinggi untuk menentukan
mereka melakukan aktifitas dan Hobby serta tempat bersosialisasi.

Berdasarkan hasil kumulatif tanggapan responden penelitian, diketahui


bahwa variabel Gaya Hidup Mahasiswa (Y) berada pada kondisi yang
dikategorikan baik serta dapat disimpulkan H1 diterima dikarenakan
tingkat strata sosial orang tua berupa
kekayaan,kekuasaan,kehormatan,kepandaian pada suatu tingkat Strata
sosial yang dimlikinya, membuat pengaruh terhadap perubahan Gaya
Hidup yang dilakukan oleh Mahasiswa tersebut.

Artinya Kekayaan yang dimliki oleh sesorang akan berpengaruh signifikan


terhadap taraf Gaya Hidup konsumen dengan adanya jumlah harta benda
yang dimlikinya akan saling meningkat pada aktivitas yang dilakukan
cenderung semakin tinggi, ditambahan rata-rata Mahasiswa LSPR Jakarta
berasal dari kalangan ekonomi menengah keatas, yang menjadi sebab
pemicu taraf Gaya Hidup Mahasiswa.

Kekuasaan Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang


paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan
sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran dari kekayaan juga
tidak terlepas dari sebuah ukuran kekayaan, sebab orang yang memiliki
kekuasaan cenderung memilki harta kekayaan yang didatangkan dari
49

kekuasaan mereka tersebut, hal ini akan berkaitan dengan Gaya hidup
yang akan dilakukan dan dimiliki nya.

Kehormatan dalam sebuah kehidupan dan lapisan sosial juga dapat


menentukan sebuah taraf Gaya Hidup seseorang, melalui tingkat lapisan
sosial yang mereka miliki sehingga dihormati oleh lingkungan sekitarnya
tersebut dan juga akan memiliki dampak terhadap Gaya Hidup dan minat
serta opini yang akan dikemukakannya sesuai dengan tingkat lapisan
sosial yang dimlikinya.

Kepandaian atau tingkat pendidikan tentu akan berpengaruh terhadap


tingkat Strata sosial yang akan dimiliki, serta dalam melakukan aktiviitas,
serta ketertarikan terhadap suatu minat, akan membentuk suatu opini dari
orang yang memiliki kepandaian tersebut, dan tentu faktor ini akan
berpengaruh terhadap Gaya hidup seseorang dan bahkan Mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Strata Sosial Orang tua yang dimiliki
di dalam lingkungan sosial dan lapisan sosial akan memberikan pengaruh
terhadap taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta. Penilaian atas
pengelolaan data Strata Sosial Orang tua dapat dilihat berdasarkan
dimensi Kekayaan,Kekuasaan,Kehormatan, dan Kepandaian serta
dengan pengukuran Taraf Gaya Hidup berdasarkan Aktivitas,Minat,serta
Opini. Diketahui bahwa nilai korelasi Strata Sosial Orang tua dengan taraf
gaya hidup sebesar 0,687 atau 68,7% nilai korelasi bertanda positif, yang
berarti memiliki hubungan yang terjadi antara dua variabel adalah searah
dimana semakin tinggi tingkat Strata Sosial Orang tua,maka semakin
tinggi taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta.
50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik


beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Strata Sosial Orang tua terbukti memiliki epngaruh terhadap taraf Gaya
Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta yang memiliki kecenderungan latar
belakang Orang Tua dengan lapisan sosial
kekayaan,kekuasaan,kehormatan,kepandaian. Dengan aspek tersebut
maka dapat dipastikan Tingkat Strata Sosial Orang Tua dalam lapisan
sosial yang ada cenderung tinggi yang mana ini akan lebih berpengaruh
terhadap taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta.

2. Strata Sosial Orang tua berpengaruh positif terhadap taraf Gaya Hidup
Mahasiswa LSPR Jakarta. Berdasarkan hasil analisis perhitungan
menunjukan bahwa Strata Sosial Orang tua berpengaruh positif terhadap
taraf Gaya Hidup Mahasiswa pada alpha 5%, hal tersebut dibuktikan
dengan nilai koefisien t hitung dengan T tabel sebesar (7,790 > 0.05) dan
besarnya pengaruh diperoleh dari nilai koefiesiensi determinasi sebesar
0,472 atau 47,2%. Menurut Penulis, Strata Sosial Orang tua yang dimiliki
dalam lingkungan sosial nya terbukti memiliki pengaruh dan korelasi kuat
dalam memepngaruhi taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta.

5.2 Saran
51

Berdasarkan pada penelitian yang telah kami lakukan, maka ada


beberapa saran yang penulis ingin sampaikan.Hasil dari penelitian ini
merupakan sebuah informasi yang perlu untuk dipertimbangkan oleh para
pembacanya,Orang tua Mahasiswa,akademis,dan institusi.

1. Penelitian ini menemukan bahwa tingkat Strata Sosial Orang tua


berpengaruh dan berkaitan dengan taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR
Jakarta. Dalam hal ini, maka saran yang dapat kami berikan adalah Strata
sosial yang dimiliki oleh orang tua tersebut hendaknya dapat
dimanfaatkan dengan baik dan selalu menjaga harkat dan martabat dari
kedududukan lapisan sosial orang tua di lingkungan sekitarnya, sehingga
strata sosial yang dmilikinya tersebut dapat terpelihara dan menjaga nama
baik keluarga itu sendiri.

2. Melihat dari Strata Sosial Orang tua memiliki pengaruh yang besar
terhadap taraf Gaya Hidup Mahasiswa LSPR Jakarta, dalam hal ini, saran
yang dapat kami berikan yaitu berupa keistemewaan yang Mahasiswa
dapatkan dari Strata Sosial Orang tua mereka tersebut hendaknya dapat
dimanfaatkan dengan baik dan bermanfaat, dengan adanya tingkat
finansial yang cukup tinggi bagi para Mahasiswa harapnya mereka dapat
mengikuti Gaya hidup dan pergaulan serta arus Modernisasi dengan sikap
yang bijak dan tepat, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan
diri sendiri maupun keluarga akibat ulah Gaya Hidup mereka yang dinilai
kurang baik bahkan dapat merugikan orang banyak tersebut.
52

DAFTAR PUSTAKA

Bella, Mei Mita, and Luluk Widya Ratna. 2019. “Perilaku Malas Belajar
Mahasiswa Di Lingkungan Kampus Universitas Trunojoyo Madura.”
Competence : Journal of Management Studies 12(2):280–303. doi:
10.21107/kompetensi.v12i2.4963.

Maunah, Binti. 2015. “Stratifikasi Sosial Dan Perjuangan Kelas Dalam


Perspektif Sosiologi Pendidikan.” Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam
3(1):19–38. doi: 10.21274/taalum.2015.3.1.19-38.

Muin, Indianto. 2013. Sosiologi. Jakarta: Erlangga.

Octavia, Erna. 2014. “MAHASISWA PENDATANG DI LINGKUNGAN IKIP-


PGRI PONTIANAK Pada Umumnya . Dapat Dikatakan Bahwa
Penanggulangan Terhadap Masalah-Masalah.” SOSIAL HORIZON:
Jurnal Pendidikan Sosial 1(1):23–34.

Setiawan, Dedi, Hendra Dani Saputra, and M. Nasir. 2019. “Pengaruh


Status Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Kampus Terhadap IPK
Mahasiswa.” INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi
19(1):67–74. doi: 10.24036/invotek.v19i1.425.

Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai