Anda di halaman 1dari 4

Kerangka Pikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research, 1992 dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan
bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan
diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen.
Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan,
mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut,
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir (Sugiyono, 2010:88)

Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau
lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis
untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti
(Sapto Haryoko, 1999, dalam Sugiyono, 2010).

Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang
berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis
penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu dikemukakan kerangka
berfikir.

Suriasumantri 1986, dalam (Sugiyono, 2010) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus
menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Krangka pemikiran ini merupakan penjelasan
sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek permasalahan.

Kiteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan, adalah alur-
alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan
antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-
teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2010:89).

Penyusunan kerangka berpikir menurut Sugiyono (2011:62)


a. Menetapkan variabel yang diteliti

Untuk menemukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berfikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu variabel penelitiannya.
Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak
untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.

b. Membaca buku dan hasil penelitian

Setelah variabel ditentukan ,maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
penelitian yang relevan. Buku-buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan
kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, journal ilmiah, Skripsi,
Tesis dan Disertasi.

c. Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti. Seperti telah dikemukakan, deskripsi teori berisi tentang, devinisi
tehadap masing-masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel,
dan kedudukan antara variabel satu dengan yang lain dalam konteks penelitian itu.

d. Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak,
karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian didalam
negeri.

e. Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang
lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini
peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori lain, atau mereduksi bila dipandang
terlalu luas.

f. Sintesa kesimpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sinresa atau
kesimpulan sementara, perpaduan sintesa antara variabel satu dengan variabel yang lain akan
menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat digunakan merumuskan hipotesis.
g. Kerangka berpikir

Setelah sintesa atau kesimpulan dapat dirumuskan maka selanjutnya disusun kerangka berpikir.
Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang asosiatif/hubungan
maupun komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat:
jika begini maka akan begitu, jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika
kepemimpinan kepala sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan
pendidikan dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan
meningkat pada gradasi yang tinggi.

h. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis bila kerangka berpikir
berbunyi “jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi ada
hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi guru dengan hasil belajar” Bila
kerangka berpikir berbunyi “karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi
pembelajaran yang tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila di bandingkan
dengan lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah.” Maka hipotesisnya
berbunyi “Terdapat perbedaan kualitas hasil belajar yang signifikan antara lembaga pendidikan
A dan B, atau hasil belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga
pendidikan B.

Uma Sekaran mengemukakan bahwa kerangka berpikir yang baik, memuat hal-hal sebagai
berikut:

a. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

b. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan hubungan antar
variabel yang diteliti, dan teori yang mendasari.

c. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu
positif atau negatip, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).

d. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan.

Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir. Kerangka pikir pada
umumnya hanya diperuntukkan pada jenis penelitian kuantatif. Untuk penelitian kualitatif
kerangka berpikirnya terletak pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung
oleh penulis. Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada refleksi,
baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka berpikir yang tajam yang
dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2010.

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/landasan-teori-kerangka-pikir-dan-
hipotesis/

Anda mungkin juga menyukai