Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

KEPERAWATAN MEDIKAL

oleh :
Kevin Syam F
NIM 172310101206
Kelas D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN HIPETENSI

KEPERAWATAN MEDIKAL

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal


Dosen pengampu : Ns. Jon Hafan S, M.Kep. Sp.Kep.MB

Oleh :
Kevin Syam F
NIM 172310101206
Kelas D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang melimpahkan karunia-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
(HIPERTENSI)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Keperawatan Medikal Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Jon Hafan S, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penanggung jawab mata
kuliah Keperawatan Medikal, dan juga sebagai dosen pengampu yang telah
membimbing dalam penyelesaian tugas ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik,
2. Keluarga di rumah yang senantiasa memberikan dorongan dan doanya demi
terselesaikannya makalah ini,
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
1.1 Definisi................................................................................................................4
1.2 Anatomi dan Fisiologi.........................................................................................4
1.3 Epidimiologi........................................................................................................6
1.4 Etiologi...............................................................................................................6
1.5 Patofisiologi........................................................................................................7
1.6 Manifetasi Klinis.................................................................................................8
1.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................9
1.8 Penatalaksanaan Medis......................................................................................9
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI..........................................................11
1.9 Identitas pasien................................................................................................11
1.10 Riwayat kesehatan...........................................................................................11
1.11 Pengkajian Keperawatan..................................................................................13
1.12 Pemeriksaan Fisik.............................................................................................17
1.13 Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium.........................................................20
1.14 Analisis Data.....................................................................................................22
1.15 Prioritas diagnosa keperawatan.......................................................................22
1.16 Intervensi.........................................................................................................23
1.18 Evaluasi Sumatif...............................................................................................26
BAB 3. PATHWAY.............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah


sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. Hipertensi juga masih menjadi tatangan besar di
Indonesia, hal tersebut ditandai dengan banyaknya data yang sering ditemui
pada pelayanan kesehatan ( Riskesdas,2013 ).
WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu penyebab
kematian nomor satu di dunia. Data Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII
mengatakan hampir 1 milyar penduduk dunia mengidap hipertensi. Sementara
itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan
prevalensi hipertensi pada penduduk berusia 18 tahun ke atas di Indonesia
sebesar 25,8%.

Hipertensi memang bukan penyakit pembunuh sejati, tetapi ia


digolongkan sebagai The Sillent Killer ( pembunuh diam – diam ). Penyakit
ini gejalanya tidak nyata dan harus diwaspadai serta perlu diobati sedini
mungkin karena hipertensi yang kronis jika diabaikan, secara tiba – tiba akan
membawa malapetaka, seperti serangan jantung dan stroke. ( Aziza, Lucky,
2007 ).

1.2 Anatomi dan Fisiologi


Jantung adalah organ otot yang memiliki rongga dan berukuran sebesar
kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh
darah dengan kontraksi yang berirama dan berulang. Jantung normal terdiri

Gambar 1 Jantung
dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang
jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa.
Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian
kanan dan kiri dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior
(VCI)
b. Kiri : ujung ventrikel kiri
c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
d. Posterior: atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f. Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan
keempat katup, yang berfungsi mencegah darah tidak kembali ke belakang
dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat
katup ini adalah katup tricuspid yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan pada jantung, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel
kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri
dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.
Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior.
Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).
1.3 Epidimiologi

Menurut data Riskesdas 2013 penduduk Indonesia usia 15 tahun ke


atas, sebesar 36,3% merokok, 93,5% kurang konsumsi buah dan sayur, 52,7%
konsumsi garam lebih dari 2 ribu mg/hari, 15,4% obesitas, dan 26,1% kurang
aktifitas fisik. Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya
kardiovaskular dan merupakan masalah utama di negara maju maupun
berkembang. Kardiovaskular juga menjadi penyebab nomor satu kematian di
dunia.
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Artinya, 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena
hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi.
Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013, prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung
(30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu, data Survei
Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan
peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar
32,4%.
Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi diindonesia
pada kelompok usia 15 - 24 tahun adalah 8,7% pada kelompok usia 25 - 34
tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35 - 44 tahun 24,8% usia 45 - 54 tahun
35,6%,usia 55 - 64 tahun 45,9% untuk usia 65 - 74 tahun57,6% sedangkan
lebih dari 75 tahun adalah 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut
hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi.
Berdasarkan analisis hipertensi didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3
persen (laki laki 6,0% , dan perempuan 4,7%), pedesaan (5.6%) lebih tinggi
dari perkotaan (5,1)(Rikesdas, 2013).

1.4 Etiologi
Terdapat beberapa faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin,
riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol),
kebiasaan merokok, konsumsi garam yang berlebih, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan minyak goreng yang berulang, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan
estrogen.
Hipertensi diklasifikasikan terbagi menjadi:
a. Hipertensi primer / hipertensi esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita
hipertensi.
b. Hipertensi sekunde / hipertensi non-esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%,
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(misalnya pil KB).
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolk (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stadium 1 140 – 159 90 – 90
Hipertensi Stadium 2 ≥160 ≥100

1.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatif, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
renspon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
Hipertensi sangat sensitive terhadap noepinifrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan
emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivits
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut
mencetuskan keadaan hipertensi. (Bruner & Suddhart, 2001, hal. 898).

1.6 Manifetasi Klinis

Sebagian besar penderita hipertensi pada umumnya tidak sadar bahwa


sedang mengalami hipertensi. Akan tetapi penderita hipertensi hanya merasa
gejala-gejala yang umum seperti:

a. Sakit kepala
b. Nyeri atau berat di tengkuk
c. Sulit untuk tidur
d. Mudah lelah dan marah
e. Tinnitus (telinga terasa berdenging)
f. Mata berkunang-kunang
g. Epistaksis (mimisan)
h. Gemetar
i. Nadi cepat setelah aktivitas
j. Sesak napas
k. Mual, dan muntah

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa


hipertensi menurut Doenges (2000) antara lain :
a. EKG : Hipertropi ventrikel kiri pada keadaan kronis lanjut.
b. Kalium dalan serum : meningkat dari ambang normal.
c. Pemeriksaan gula darah post prandial jika ada indikasi DM.
d. Urine :
a) Ureum, kreatinin : meningkat pada keadaan kronis dan lanjut dari
ambang normal.
b) Protein urine : positif

1.8 Penatalaksanaan Medis

Terdapat 2 penatalaksanaan Yng dapat dilakukan guna penyembuhan


pasien hipertensi yaitu non-farmakologi dan farmakologi:

a. Non Farmakaologi
a) Diet (DASH)
Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi lebih banyak buah,
sayur-sayuran, susu rendah lemak, gandum, dan kacang-kacangan,
dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang mengandung
lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
b) Exercise (latihan fisik/olahraga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama
kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai dengan Continous,
Rhythmical, Interval, Progresive, Endurance (CRIPE). Training sesuai
dengan kemampuan pasien. Sebagai contoh adalah olah raga ringan
jalan kaki biasa selama 30 menit. Hindarkan kebiasaan hidup yang
kurang gerak atau bermalas-malasan.
c) Terapi
Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk
mengendalikan stres.

b. Farmakologi

Beberapa penderita hipertensi terkadang harus mengkonsumsi obat


untuk seumur hidup akan tetapi dosis dapat dikurangi ataupun dihentikan
apabila hipertensi yang diderita sudah terkendali dan penderita mulai
mengubah pola hdup kearah yang sehat. Adapun beberapa jenis obat untuk
penderita hipertensi:

a) Diuretik
Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dalam cairan di tubuh
melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
b) Antagonis Kalsium

Obat ini memiliki fungsi menurunkan tekanan darah dengan


melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini
adalah amlodipine dan nifedipine.

c) Beta Blocker

Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh


darah dan memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-
blocker adalah atenolol dan bisoprolol.

d) ACE inhibitor

Model obat ini berfungsi menurunkan tekanan darah dengan cara


membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini
adalah captopril dan ramipril.
BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN BERDASAR TEORI

b.1 Pengkajian
1.9 Identitas pasien

Nama : Tn. S No. RM : 008501


Umur : 60 tahun Pekerjaan : Kuli bangunan
Jenis : Laki-laki Status : Kawin
Kelamin Perkawinan
Agama : Islam Tanggal MRS : 11 Oktober 2015
Pendidikan : SD Tanggal : 13-15 Oktober
Pengkajian 2015
Alamat : Wonolangu, Panti Sumber Informasi : Pasien, keluarga,
rekam medik

1.10 Riwayat kesehatan

1) Diagnosa medic
Hipertensi
2) Keluhan utama
Sering pusing dan nyeri dibagian kepala, nyeri yang dirasakan berskala 7
3) Riwayat penyakit sekarang
Tn. S mengeluh nyeri terasa pada area kepala sudah dari 5 hari yang lalu
4) Riwayat penyakit terdahulu
a. Penyakit yang pernah dialami:
Sebelumnya, pasien pernah ada riwayat Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
Bila gejala dari hipertensi muncul pasien langsung pergi ke pelayanan
kesehatan untuk periksa. Tekanan darah tertinggi pasien akhir-akhir ini yaitu
170/100 mmHg
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Pasien mengatakan kalau banyak makan telur sering gatal dikulit pasien.
c. Imunisasi:
Keluarga pasien mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui imunisasi yang
pernah diberikan kepada pasien dahulu.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Pasien dan keluarga mengatakan bahwa pasien merupakan seorang perokok
aktif. Pasien mengatakan, akhir – akhir ini pasien suka makan sate kambing
dan makanan yang mengandung banyak santen
e. Obat-obat yang digunakan
Pasien mengatakan dahulunya pernah mengkonsumsi obat dan pernah
menghentikan pengobatannya tersebut karena dirasa kondisinya sudah
membaik
5) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit menular,
hipertensi, diabetes melitus dan penyakit menurun lainnya
Genogram
.

Keterangan:

: perempuan

: laki-laki

: laki-laki meninggal dunia

: pasien
-------- : tinggal bersama
1.11 Pengkajian Keperawatan

1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Baik
Interpretasi :

Keluarga mengatakan bahwa bila sakit, harus segera diatasi, baik dengan cara-
cara tradisional, ataupun cara-cara yang modern. Pasien dan keluarga juga
menganggap bahwa kesehatan itu penting, namun apabila tidak ada yang
memberi tahu tentang penyakit yang di alami, pasien dan keluarga tidak dapat
mengerti tentang pentingnya kesehatan.

2) Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)


- Antropometeri
Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien saat ini sebagai berikut:
IMT = BB/TB2
= 50/(1,5)2
= 22,22
Obesitas II :>3
Obesitas I : 25 - 29,9
Overweight : 23 -24,9
Normal : 18,5 - 22,9
Underweight : < 18,5
Interpretasi :
Hal ini menunjukkan bahwa IMT Pasien berada pada kategori Normal
(IMT laki laki dewasa normal =20,1-25,0)
- Biomedical sign :
Tanda biomedis yang dapat dilihat pada Tn.S antara lain:
LED =-
Leukosit =13.500
HB = 14,5
Diff = -/-/83/10/7
PVC = 44.8
Trombosit = 220.000
Eritrosit = 4,50
MCV = 105,3
MCH =32,22 pg (pikogram)
MCHC =34,6
RDW =12,8
SGOT =17,9
SGPT =14.0
Urea =24,0
Creatinin =1,19
BSS =149
Interpretasi :
Pasien mengalami penurunan RDW, dan peningkatan Leukosit, MCV
- Clinical Sign :
-Mukosa mulut lembab
-Warna mulut sedikit pucat
Interpretasi :
Pasien terlihat cukup lemas dan kurang berenergi

- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):


Pasien dapat makan biasa per oral,
Interpretasi :
Pasien makanan seperti biasa nasi, lauk pauk, buah dan sayur. Pasien
mengatakan bahwa dalam satu hari, pasien mampu menghabiskan 2 porsi.
c. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 3 kali sehari
- Jumlah : 250 cc
- Warna : kuning jernih
- Bau : bau khas urin.
- Karakter : Kuning jernih tidak berbusa
- BJ :-
- Alat Bantu : Pasien tidak terpasang kateter, bila pasien akan BAK, pasien
dapat melakukan sendiri untuk menuju kamar mandi
- Kemandirian : mandiri
- Lain :-
BAB
Pasien tidak melakukan BAB sejak sebelum masuk rumah sakit .

d. Pola aktivitas & latihan


Dalam aktivitas selama berada di RS pasien mandiri tanpa dibantu
keluarganya
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri
Interpretasi : Pasien dapat melakukan kegiatan di RS secara mandiri

e. Pola tidur & istirahat


Durasi : Menurut keluarga dan pasien durasi tidur pasien sebelum MRS
baik, pasien dapat tidur pada siang hari, dan juga di malam hari,
sekitar kurang lebih 7 jam dalam sehari. Namun saat MRS pasien
dapat tidur ±4 jam dalam sehari
Gangguan tidur : Bila siang hari pasien tidak dapat tidur lama dan nyenyak,
karena suasana di ruangan bising.
Keadaan bangun tidur : Pasien bangun dengan tenang dan hanya terdiam
setelah bangun tidur
Interpretasi : Pasien mengatakan setelah sekitar 2 jam tidur, pasien akan
terbangun. Bila siang hari pasien tidur ±pk 08.00-pk 11.00 dan pada malam
hari ±pk 22.00-pk 24.00.

f. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori :
Sebelum dan saat MRS kognitif pasien tetap baik, dan masih dapat diajak
bicara dan memberikan timbale balik yang tepat, dan ingatan pasien baik saat
dilakukan pengkajian
Fungsi dan keadaan indera :

Pasien dan keluarga mengatakan sebelum dan saat MRS, pasien memiliki
masalah pada telinga kanan yang tidak dapat mendengar, mata kanan yang
tidak jelas melihat.

g. Pola persepsi diri


- Gambaran diri : Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada masalah
terhadap bentuk tubuh pasien
- Identitas diri : Pasien tidak memiliki gangguan identitas diri, pasien masih
mmiliki orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri
- Harga diri : Pasien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit,
pasien dan keluarga percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan.
- Ideal Diri : Ideal diri pasien tidak terganggu dan memiliki keyakinan untuk
sehat kembali
- Peran Diri : Pasien merupakan kepala rumah tangga dengan satu istri dan
tiga orang anak, beliau mencari nafkah dengan bekerja sebagai kuli
bangunan.
h. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas :
pasien mengalami hambatan pada pola seksualitas akibat kondisinya. Namun
pasien mendapat kasih sayang dan perhatian penuh dari kelurga
Fungsi reproduksi:
Pasien tidak mengalami gangguan pada fungsi reproduksinya meskipun
mengalami gangguan pada kesehatannya
Interpretasi : pola seksual dan reproduksi pasien tidak terganggu
i. Pola peran & hubungan
- Pasien mengatakan peran pasien sebagai kepala rumah tangga, namun
sejak sakit sudah tidak bisa bekerja lagi sehingga dibantu oleh anak yang
bekerja sebagai kuli bangunan
- Pasien mengatakan bahwa hubungan dengan anak terjalin dengan baik
Interpretasi :
Peran pasien terganggu sejak sakit namun hubungan dengan sanak saudara
masih terbina dengan baik
Pola manajemen koping-stress

Setelah mengetahui kondisinya semakin memburuk, keluarga pasien


mengatakan bahwa pasien langsung ingin memeriksakan kondisinya.
Interpretasi :
Mekanisme koping pasien dalam menghadapi masalah sudah baik , karena
pasien memiliki inisiatif sendiri untuk memeriksakan kondisinya

j. Sistem nilai & keyakinan


- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien dan keluarga menganggap
sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga
bagaimanapun keadannya harus ditrima dan disyukuri.
- Keluarga pasien mengatakan saat sebelum sakit pasien melakukan sholat 5
waktu dengan baik, saat ini hanya mampu terbaring di tempat tidur
1.12 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

GCS=4-5-6

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 170/100 mm/Hg


- Nadi : 100 X/mnt
- RR : 26 X/mnt
- Suhu : 36ºC

Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam, ada
sedikit rambut yang putih, rambut berminyak, tidak ada lesi, tidak ada massa,
ada nyeri tekan di sisi dekstra

2. Mata
Sklera keruh, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi bulu mata merata,
bagian kelopak dalam mata kotor, penglihatan mata kanan terganggu, mata
sebelah kiri dapat melihat normal, mata simetris..

3. Telinga
Bagian luar telinga kanan dan kiri kotor dan terdapat serumen, tidak ada
kelainan bentuk, tidak ada massa serta menurut keluarga pasien pendengaran
normal, warna kulit telinga sama dengan warna kulit sekitarnya, telinga kanan
tidak dapat mendengar.

4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung normal,
tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung sama dengan
warna di sekitarnya, tampak terpasang selang NGT, terdapat sedikit mucus.

5. Mulut
Mukosa bibir lembab, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa, tidak ada
luka,

6. Leher
- Leher pasien terlihat simetris, tidak ada jejas maupun lesi, tidak ada benjolan
ataupun pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit dileher sama dengan warna
kulit sekitarnya, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
7. Dada
I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas
maupun lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran
P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di area
jantung pekak
P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa
A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan tidak ada
bunyi jantung tambahan
8. Abdomen
I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat
penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris, perut cembung
A : Terdengar bising usus 3x per menit
P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut, kecuali perut bagian hepar
bunyi pekak
P : Tidak teraba massa, perut terasa keras

9. Urogenital
- Pasien tidak terpasang selang kateter
- Pasien BAK ± 250 cc/ hari, warna kuning
- Pasien tidak BAB semenjak 6 hari yang lalu

10. Ekstremitas
- Ekstremitas atas: terpasang selang infus ditangan kiri
- Ekstremitas bawah : Masih mampu untuk bergerak dengan kekuatan otot yang
baik.
- kemampuan otot
45

55

11. Kulit dan kuku


Kondisi kulit dan kuku terjaga, warna kulit sawo matang,warna kuku merah
muda, CRT < 2 detik.
12. Keadaan lokal

1.12.4 Terapi (jenis terapi, dosis, rute, indikasi, KI, implikasi keperawatan)
- Diit rendah garam
- Caltropril 3x12,5mg PO
- Aspar 3x1 tab PO
- Furomesid 1x40mg PO

1.13 Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

N Jenis Nilai normal Hasil


o pemeriksaan (rujukan) (10 Oktober 2015)
Nilai Satuan
1 HB 11,4 – 15 gr/dL 14,5
2 Leukosit 4.000- /ul 13,500
11.000
3 DIFF 1-3/0- -/-/-/83/10/7
1/2-4/45-
65/30-
45/2-6
4 PVC 40-47 % 44,8
5 Trombosit 15.000- /ul 220.000
450.000
6 Eritrosit 4,5-5,5 Juta/ul 4,50
7 MVC 80-100 FI 105,3
8 MCH 26-36 gr/dL 32,22
9 MCHC 32-37 gr/dL 34,6
10 RDW 18,1 % 12,8
11 SGOT 0-37 U/L 17,9
12 SGPT 0-42 U/L 14,0
13 Urea 10-50 Mg/dL 24,0
14 Creatinin 0,7-1,2 Mg/dL 1,19
15 BSS 70-125 Mg/dL 149
1.14 Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


Rabu/ Ds : - nyeri pada bagian kepala Nyeri akut Nyeri akut
13 - Nyeri skala 7 berhubungan dengan
Nov Do : - TTD 170/100 mmHg peningkatan tekanan
2019 vaskuler

Rabu/ Ds : -nyeri pada bagian kepala Gangguan pola tidur Gangguan pola tidur
13 - Ruangan bising berhubungan dengan
Nov - Pasien yang sebelum MRS nyeri kepala dan
2019 tidur >7jam/hari, kini ruangan yang bising
menjadi 4jam/hari
Do : - TTD 170/100 mmHg

1.15 Prioritas diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler


2) Gangguan pola tidur b.d nyeri kepala dan ruangan yang bising
1.16 Intervensi

N
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ttd
o
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Monitor tekanan darah dan 1. peningkatan tekanan darah dan nadi
tindakan nadi dapat menyebabkan tingkat nyeri apa bila
keperawatan selama tidak teratasi.
2. gali pengetahuan dan
3 x 24 jam nyeri 2. untuk mengetahui sejauh mana
kepercayaan pasien mengenai
berkurang dengan kemampuan dan pengetahuan pasien dalam
nyeri
kriteria hasil: mengatasi nyeri.
Tingakat nyeri : 3. gali bersama pasien faktor- 3. agar pasin mengerti bagaimana cara
1. Nyeri yang di faktor yag menurunkan atau menangani nyeri yang disebabkan oleh K

laporkan tidak ada memperberat nyeri penyakit pasien.


2. Klien dapat
beristirahat /tidur
3. Tekanan darah
dalam kisaran
normal

2 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan yang 1. pasien bisa tidur dengan suasana yang K

25
tidur tindakan keperawatan nyaman nyaman.
selama 2 x 24 jam 2. agar pasien mengetahui manfaat dari
2. Jelaskan pentingnya tidur
gangguan pola tidur tidur yang cukup.
yang adekuat.
dapat dihilangka 3. dapat mengetahui cara agar pasien bisa
dengan kriteria hasil: 3. Diskusikan dengan pasin tidur dengan waktu yang cukup sesuia
dan keluarga mengenai teknik kebutuhan.
1. jumlah jam tidur
tidur dari pasien
kembali ke normal (7
– 8 jam/hari).

2. Perasaan segar
ketika bangun tidur
atau istirahat.

26
1.17 Implementasi
NO
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
1. didapatkan hasil tekanan darah dari
1.Monitor tekanan darah dan nadi 170/100mmHg muali sedikit turun menjadi
2. gali pengetahuan dan kepercayaan pasien 150/90 mmHg.
1 Rabu/13 Nov 2019 mengenai nyeri 2. pasien sedikit mengetahui apa itu nyeri dan K
3. gali bersama pasien faktor-faktor yag bagaimana cara menanganinya
menurunkan atau memperberat nyeri 3. pasien sedikit paham mengenai apa saja
penyebab nyeri yang dialami oleh pasien.
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 1. sedikit demi sedikit kebutuhan tidur pasien
2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat. muali terpenuhi.
2 Rabu/13 Nov 2019 K
3. Diskusikan dengan pasin dan keluarga 2. pasien mengetahui pentingnya tidur yang
mengenai teknik tidur dari pasien adekuat.

27
1.18 Evaluasi Sumatif

No.
Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf & Nama
Dx
S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang,
dari skala 7 menjadi 5.
O : tekanan darah turun walau sedikit dari 170/100 mmHg menjadi
1 Rabu/13 Nov 2019 K
150/90 mmHg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
S : pasien mengatakan bahwa tidurnya lebih nyenyak dari biasanya.
O : Pasien tampak lebih segar.
2 Rabu/13 Nov 2019 K
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

28
BAB 3. PATHWAY

Stres, merokok, usia, jenis


kelamin, riwayat keluarga,
Hipertensi Otak Resistensi
makanan, konsumsi garam
pembuluh darah
berlebih, makan berlemak,
otak naik
obesitas, penggunaan esterogen.

Kerusakan vaskuler pembuluh


Afterload darah.
Nyeri Kepala Gangguan Pola
meningkat
Tidur

Penyumbatan pembuluh darah Pembuluh Darah


Penurunan
Curah Jantung

Vasokonstriksi Sistemik

Gangguan Sirkulasi Vasokonstriksi

29
DAFTAR PUSTAKA
RISKESDAS. (2013). (diakses tanggal 01 November 2018 pukul 17.38)
http://www.riskesdas.go.id/
Abjad B Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”,
Edisi 8, Vol 2, Jakarta: EGC (diakses tanggal 03 November
2018 pukul 20.48)
infoDATIN. (2014). HIPERTENSI. depkes.go.id. Diambil dari
http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf

Tambayong Jon. 2000. “Patofisiologi Untuk Keperawatan”, Jakarta, EGC


( diakses pada tanggal 03 November pukul 21.00)

Prasetyaningrum, Y. I. (2014). Hipertensi Bukan untuk Ditakuti (1 ed.). Jakarta


Selatan: FMedia. Diambil dari https://books.google.co.id/books?
id=8uluBgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hipertensi&hl=id&sa=X&ve
d=0ahUKEwiHx7i25JjmAhWKbX0KHVXDCW0QuwUIYzAI#v=onepage
&q=hipertensi&f=false

30
LEMBAR BIMBINGAN

Nama : Kevin Syam Ferdyansyah (NIM 172310101206)

Dosen Pembimbing : Ns. Jon Hafan S, M.Kep. Sp.Kep.MB

NO Hari/Tanggal Masukan pembimbing Paraf

31

Anda mungkin juga menyukai