Anda di halaman 1dari 5

Kasus-Kasus Penyimpangan Auditor Di Unit Audit Internal

KELOMPOK 10
Nama Anggota Kelompok :
1. Fatwa Ria Murti (19312381)
2. Tri Hana Khoirunnisa (19312444)
3. Nida Levina Sucita (19312445)

Kasus PT Garuda Indonesia – BDO International Limited


Kementrian Keuangan memaparkan ada kelalaian Akuntan Publik dalam mengaudit
laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) tahunnan per 31 Desember 2018. Pasalnya
Garuda Indonesia berhasil membukukan laba bersih setelah merugi pada kuartal sebelumnya.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mengungkapkan bahwa PT. Garuda Indonesia telah terbukti
melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan
Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan apakah suatu Perjanjian mengandung Sewa, dan Pernyataan PSAK 30 tetang
Sewa.
Sanski yang di jatuhkan OJK kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan
Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/PJOK.03/2017 jo.
SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3 bulan setelah ditetapkannya surat
perintah dari OJK.
Sumber:https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-di-
indonesia.html

Kasus Jiwasraya – PricewaterhouseCoopers (PwC)


PwC memberikan opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
konsolidasian PT Asuransi Jiwasyara (Persero) dan entitas anaknya pada tanggal 31
Desember 2016. Pada 10 Oktober 2018, Jiwasraya mengumumkan tak mampu membayar
klaim polis JS Saving Plan yang jatuh tempo sebesar Rp 802 miliar. Seminggu kemudian
Rini Soemarno yang menjabat sebagai Menteri Negara BUMN melaporkan dugaan fraud atas
pengelolaan investasi Jiwasraya. Audit BPK selama 2015-2016 menjadi rujukan. Dalam audit
tersebut disebutkan investasi Jiwasraya dalam bentuk medium term notes (MTN) PT Hanson
International Tbk (MYRX) senilai Rp 680 miliar, berisiko gagal bayar. Pada tahun 2018,
jiwasraya mendapat kerugian hingga modalnya minus, sehingga negara mengalami kerugian
hingga Rp 13,7 M.
Tim audit internal menemukan beberapa penyalahgunaan wewenang yang dilakukan
oleh tim pengelolaan investasi Jiwasraya yang menyalahi aturan pedoman investasi
Jiwasraya. Dari hasil penyidikan, Jiwasraya diduga melakukan penyalahgunaan investasi
yang melibatkan 13 perusahaan manajer investasi yang melanggar tata kelola perusahaan
yang baik yang menyebabkan kerugian negara senilai Rp 12,157 triliun.
Sumber:https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-di-
indonesia.html

PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk – Ernst Young


Ikatan Akuntan Indonesia menilai PT Ernst Young melanggar UU Nomor 5 Tahun
2011 tentang Akuntan Publik karena perusahaan jasa konsultasi keuangan telah melakukan
audit investigasi terhadap Laporan Keuangan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
Tahun buku 2017.
BEI (Bursa Efek Indonesia) memanggil AISA karena dugaan terjadinya laporan
keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama AISA. Hal ini seiring dengan laporan
investigasi Ernst Young Indonesia terkait penggelembungan dana dalam laporan keuangan
perusahaan 2017.
Sumber:https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-di-
indonesia.html

Kasus Suap Mulyana W Kusuma terhadap Auditor BPK


Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Pada waktu itu Mulyana W Kusuma merupakan
seorang anggota KPU yang diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan
audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistik pemilu. Logistik pemilu yang dimaksud
yaitu berupa kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta dan teknologi informasi. BPK
meminta dilakukan penyempurnaan laporan setelah dilakukan pemeriksaan. Setelah
dilakukan penyempurnaan, BPK sepakat jika laporan tersebut lebih baik daripada
sebelumnya, kecuali pada bagian teknologi informasi. BPK sepakat bahwa laporan akan
diperiksa kembali satu bulan setelahnya. Satu bulan berlalu, laporan tersebut ternyata belum
selesai sehingga terjadi kesepakatan untuk pemberian waktu tambahan. Pada saat itulah
terdapat kabar terjadi penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana atas tuduhan hendak
melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman Khairiansyah. Tim
intelijen KPK bekerja sama dengan auditor BPK untuk melakukan penangkapan tersebut.
Menurut versi Khairiansyah, ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan
oleh saudara Mulyana dengan menggunaan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan
mereka.
Sumber : https://pdfcoffee.com/kumpulan-kasus-etika-auditor-pdf-free.html

Kasus Indosat Ooredoo - Ernst Young


Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) atau Dewan Pengawas
Perusahaan Akuntan Publik Amerika Serikat (AS) menjatuhkan hukuman kepada Kantor
Akuntan Publik (KAP) Purwanto, Suherman, dan Surja beserta partner Ernst and Young (EY)
Indonesia karena telah terbukti berperan dalam kegagalan audit laporan keuangan PT Indosat
Tbk pada tahun 2011. Hukumannya berupa denda US$ 1 juta kepada Ernst and Young
Indonesia dan denda kepada akuntan publik yaitu Roy Iman Wirahardja yang merupakan
partner EY Indonesia sebesar US$ 20.000 dan tambahan melarang praktek selama lima tahun.
Denda sebesar US$ 10.000 juga diberikan kepada mantan Direktur EY Asia-Pasific, Randall
Leali dengan larangan praktek selama satu tahun. Hukuman dijatuhkan karena KAP
Purwanto, Suherman dan Surja karena telah gagal menyajikan bukti yang mendukung
perhitungan atas sewa 4.000 menara seluler yang terdapat dalam laporan keuangan Indosat.
Mereka memberikan label Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap laporan keuangan
tersebut, padahal perhitungan dan analisis belum selesai dilakukan.
Alexander Rusli selaku CEO dari Indosat Ooredoo menyampaikan hal terkait dengan
transaksi tower di 2011 dan 2012 dalam buku Indosat tahun 2012 sudah disesuaikan. Jadi
masalah EY Indonesia kena periksa dan akhirnya kena denda kami sudah tidak tahu lagi.
"Setelah itu juga sudah ganti auditor," ujar Alexander kepada KONTAN, Senin (13/2).
Sementara Deva Rachman selaku Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo
menyampaikan selama tahun yang berakhir 31 Desember 2012, melakukan re-evaluasi
kebijakan akuntansi yang relevan dan sebagai hasilnya. Seperti yang tercantum dalam
pelaporan US Securities and Exchange Commission (SEC) pada 2012 dan 2013 di formulir
20-F, laporan keuangan 2011 telah disajikan kembali. Selain itu manajemen juga telah
merevaluasi dan memperbaiki internal controls over financial reporting yang relevan.
“Sebagai best practice, kami mengevaluasi secara berkala kebijakan akuntansi dan internal
controls kami untuk memastikan kepatuhan dengan standar yang berlaku,” ujar Deva.
( https://nasional.kontan.co.id/ )
Sumber:https://akuntansi.or.id/baca-tulisan/44_kasus-kasus-melilit-kap-besar-di-
indonesia.html

Kasus Manipulasi KAP Andersen dan Enron


Sejak tahun 1985 Enron Corporation menggunakan jasa Arthur Andersen melakukan
audit internal dan audit eksternal untuk Enron.Salah satu klien terbesar Andersen dengan
kontribusi omset sebesar $10 miliyar per tahunnya.Dalam rangka memperbesar keuntungan
yang selama ini telah diperoleh,dibukalah partnership-partnership yang diberi nama “special
purpose partnership”. Secara singkat, Enron sesungguhnya mengadakan transaksi dengan
dirinya sendiri.Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari partnership-partnership
tersebut dalamlaporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security
ExchangeCommission (SEC).
Manipulasi yang dilakukan Enron selama bertahun-tahun ini mulai terungkap ketika
SherronWatskin, salah satu eksekutif Enron mulai melaporkan praktek tidak terpuji ini. Pada
bulanSeptember 2001, pemerintah mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan
pembukuan Enron. Pada bulan Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian
sebesar$US618 miliar dan nilai aset Enron menyusut sebesar $US1,2 triliun dolar AS. Pada
laporankeuangan yang sama diakui, bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu
melebih-lebihkan laba bersih mereka. Dalam kasus ini terjadi penyimpangan atau
pelanggalaran yang dilakukan pihak perusahaan(enron) dan pihak auditor. Besarnya jumlah
consulting fees yang diterima Arthur Andersenmenyebabkan KAP tersebut bersedia
kompromi terhadap temuan auditnya dengan pihakEnron.
Sumber:http://www.wealthindonesia.com/kasus-penipuan-capital-market/bangkrutnya-
enron-corp.html

Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono


Pada September tahun 2001,KPMG Siddharta& Harsono terbukti menyogok aparat
pajak di Indonesia sebesar US $75 ribu.Sebagai cara diterbitkannya faktur palsu. untuk biaya
jasa profesional KPMG yangharus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak
perusahaan Baker Hughes Inc. yangtercatat di bursa New York. Berkat aksi sogok ini,
kewajiban pajak Easman memang susutdrastis. Dari semula US$ 3,2 juta menjadi hanya US$
270 ribu. Kasus KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono juga melibatkan kantor akuntan
publik yangdinilai terlalu memihak kepada kliennya. Pada kasus ini KPMG melanggar
prinsip intregitas dimana dia menyuap aparat pajak hanya untuk kepentingan kliennya, hal ini
dapat dikatakantidak jujur dan tidak adil dalam melaksanakan tugasnya. Selain prinsip
tersebut, akuntan jugatelah melanggar prinsip obyektivitas hingga ia bersedia melaukan
kecurangan. Di siniterihat bahwa ia telah berat sebelah dalam memenuhi kewajiban
profesionalnya.
Sumber:http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol3732/font-size1-colorff0000bskandal-
penyuapan-pajakbfontbr-kantor-akuntan-kpmg-indonesia-digugat-di-as

Anda mungkin juga menyukai