1. Hipertensi : TDS ≥140 mmHg dan/atau pada sekitar 90% penderita hipertensi TDD ≥90 mmHg b. Pada umumnya, penderita hipertensi Step 2: Identifikasi Masalah esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat muncul antara lain: 1. Apa penyebab keluhan pusing dan sakit nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, kepala yang dialami bu Salma? leher kaku, penglihatan kabur, nyeri 2. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan dada, mudah lelah, fisik dan anamnesis dokter terhadap keluhan bu Salma? 2. Interpretasi hasil pemfis : 3. Mengapa dokter meresepkan obat a. TD : 140/95 = Hipertensi grade 1 antihipertensi, analgetic, dan vitamin untuk berdasarkan ESC 2018 bu Salma? b. Nadi : 90 x/menit = Normal 4. Mengapa dokter menerangkan obat harus c. Napas : Normal diminum sesuai aturan yang ada pada d. Suhu : normal resep? e. Dada dan abdomen : normal 5. Mengapa dokter menganjurkan bu Salma Kembali jika ada keluhan setelah minum obat dan control teratur ke puskesmas ? 6. Mengapa dokter bilang bu Salma saat ini masih bisa diobat dengan satu obat antihipertensi ? 7. Bagaimana cara penulisan resep yang benar, cara menghitung dosis untuk anak dan dewasa ? 8. Bagaimana tahapan agar obat aman dikonsumsi oleh masyarakat ? 9. Bagaimana kriteria suatu obat harus ditarik dari peredaran masyarakat setelah uji klinik fase IV ? 10. Apa yang perlu dibekali oleh seorang future dokter untuk dapat memberikan 3. Dokter meresepkan : pengobatan yang efektif dan efisien untuk a. antihipertensi karena karena pasien ? setelah ditegakkan DX berdasar 11. Mengapa dokter perlu mempertimbangkan anamnesis dan pemfis pasien kondisi ekonomi pasien yang diobati dan mengalami hipertensi derajat 1 memilihkan obat yang efektif dengan yang dalam algoritma harga terjangkau ? tatalaksananya dilakukan dengan modifikasi pola hidup, lalu Step 3: Analisis Masalah pemberian obat montoterapi 1. Penyebab keluhan pusing dan sakit berupa thiazid. kepala : b. analgetic karena a. Kemungkinan bu Salma Hipertensi c. Vitamin untuk primer (esensial) hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya 4. Obat harus diminum sesuai aturan dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya resep Karena Setiap obat, baik obat resep maupun obat bebas, agar obat dapat bekerja memiliki cara kerja, kegunaan, dan dengan efektif efek samping yang berbeda-beda. Perhatikan makanan dan Oleh karena itu, disarankan minuman yang dikonsumsi untuk selalu memperhatikan Bersama dengan obat kembali dosis, waktu, dan cara Beberapa jenis obat dapat pakai sesuai anjuran dokter atau menimbulkan efek interaksi petunjuk pada label kemasan obat obat jika dikonsumsi Hal ini penting dilakukan untuk bersamaan dengan makanan mencegah terjadinya gangguan atau minuman tertentu. Selain pada cara kerja obat itu, interaksi obat juga bisa menimbulkan efek samping, serta terjadi jika obat diminum memastikan agar pengobatan dapat bersamaan dengan obat jenis memberikan hasil yang efektif. lain atau suplemen tertentu. a. Cara konsumsi obat sesuai Sebagai contoh, aturan : mengonsumsi suplemen zat Konsumsi sesuai dosis yang besi bersamaan diberikan karena jika dengan susu bisa berlebihan dapat menurunkan penyerapan zat menyebabkan kerusakan besi oleh tubuh. Contoh organ tubuh hingga overdosis lainnya adalah mengonsumsi dan TIDAK boleh obat hipertensi ACE mengurangi dosis obat yang inhibitor bersamaan atau diberikan karena bisa berdekatan waktunya dengan membuat obat bekerja tidak konsumsi makanan tinggi efektif sehingga efek kalium, seperti pisang, dapat terapeutiknya tidak tercapai menurunkan efektivitas obat Gunakan sesuai cara yang tersebut. diberikan Minum obat sesuai waktu 5. Dianjurkan : yang telah ditentukan a. Kembali jika ada keluhan setelah Sebagai contoh, bila dosis minum obat kemungkinannya telah pertama dikonsumsi jam 7 terjadi efek samping obat (ESO) pagi, maka dosis berikutnya terhadap pasien sehingga perlu dikonsumsi pada jam 3 sore penanganan cepat untuk mengatasi dan dosis terakhir pada jam efek samping yang muncul. ESO atau 11 malam. Minumlah obat Efek Samping Obat adalah kondisi pada waktu yang sama setiap yang muncul diluar efek dari harinya. Selain itu, pengobatan yang diharapkan. beberapa jenis obat ada yang b. ESO Apabila kondisi penyakit dianjurkan untuk dikonsumsi pasien tidak membaik dengan obat sebelum, setelah, atau yang diberikan, perlu dievaluasi bersamaan dengan waktu kembali apakah diagnosa atau makan. Pastikan untuk pengobatannya yang kurang tepat atau mengikuti petunjuk ada kondisi lain yang mempengaruhi penggunaan obat tersebut kegagalan pengobatan tersebut Apabila faktor pengobatannya yang sesorang ditegakkan dx nya menjadi sebab kegagalannya perlu mengalamo Hipertensi grade 1, dievaluasi obatnya apakah perlu maka yang pertama dilakukan dinaikkan dosisnya atau diganti obat adalah : yang fungsinya sama tetapi dari a. Mencari factor risiko yang ada golongan lain atau bahkan dibutuhkan b. Kemudian dilakukanlah upaya kombinasi dengan obat lain untuk untuk menurunkan factor risiko mengatasi penyakitnya yang ada dengan modifikasi gaya Masalah efek samping obat tidak hidup, sehingga dapat dicapai TD bisa dikesampingkan karena dapat yang diharapkan menimbulkan berbagai dampak c. Bila dalam waktu 1 bulan tidak dalam penggunaan obat baik dari tercapai TD normal maka terapi sisi ekonomik, psikologik dan obat diberikan. untuk obat yang keberhasilan terapi. Dampak diberikan pada DERAJAT 1 ekonomik seperti meningkatnya TANPA indikasi khusus adalah : biaya pengobatan dan dampak diuretic tipe Thiazide pertimbangan psikologik pada kepatuhan : ACEI, ARB, BB, CCb atau penderita dalam minum obat akan kombinasi berakibat kegagalan terapi. d. Bila hipertensi derajat dua, maka intervensi obat diberikan c. Control teratur ke puskesmas bersamaan dengan modifikasi gaya Karena jika dengan algoritma hidup tatalaksana JNC VII sprti yang e. Bagan : dijelaskan di no.6 tidak berhasil lakukan optimalisasi dosis atau tambahkan obat lain sampai tekanan darah tercapai. Dan pertimbangkan konsultasi dengan ahli hipertensi Kontrol berkala dapat menentukan efektivitas pengobatan dan respon penderita terhadap terapi. Jika pasien nantinya jadi dilakukan control TD perhatikan dan evaluasi efek samping terapi yang diberikan, kemungkinan penurunan dosis obat, dan pemeriksaan risiko kerusakan organ tubuh.
6. Pasien diobati dengan 1 obat f. Alasan ke-2 Pasien diobati hanya dg 1
antihipertensi karena Saat ini obat: Terapi awal hipertensi berdasarkan gradenya pasien umumnya menggunakan satu jenis mengalami hipertensi grade 1 obat; kombinasi dengan jenis obat lain jika dilihat berdasarkan algoritma direkomendasikan pada hipertensi tx hipertensi JNC 7 pada saat stadium 2 atau rerata tekanan darah > 20/10 mmHg melebihi tekanan darah Menentukan obat pilihan target sesuai penyakit dan kondisi pasien berikanlah obat 7. Cara yang aman, efek samping a. penulisan resep yang benar : minimal atau tidak ada, serta Dalam menentukan pengobatan terjangkau oleh kemampuan dan penulisan resep, seorang pasien dokter hendaknya mengacu pada Dalam era keterbukaan dan seiring prinsip terapi rasional yang dengan kemajuan ilmu meliputi tepat diagnosis atau pengetahuan di masyarakat maka indikasi, tepat pemilihan dan komunikasi dokter pasien bentuk sediaan obat, tepat cara khususnya penjelasan tentang obat pemberian dan dosis, manjur dan yang akan diberikan menjadi lebih aman serta ekonomis atau penting karena selain untuk terjangkau oleh kemampuan meningkatkan kepatuhan juga pasien. Dengan berdasar pada ke membantu mempercepat lima prinsip rasional tersebut kesembuhan pasien, sehingga diharapkan tingkat kesembuhan setelah ditentukan obat pilihan penyakit pasien akan lebih cepat perlu diinformasikan kepada pasien tanpa memberatkan pasien tentang aturan minum obat, terutama bagi pasien yang frekuensinya dan diinstruksikan tergolong tidak mampu secara apabila timbul gejala efek samping ekonomi obat harus dihentikan Dalam standar kompetensi dokter Setelah obat diberikan kepada (SKD) yang ditetapkan oleh pasien maka tindakan selanjutnya Konsil Kedokteran Indonesia adalah monitoring kemajuan (KKI) pada tahun 2012, juga pengobatan apakan membaik atau disebutkan tentang penulisan tidak resep, yaitu pada area 7 tentang Apabila kondisi penyakit pasien pengelolaan masalah kesehatan. tidak membaik dengan obat yang Dalam area tersebut tertulis: diberikan, perlu dievaluasi “Menulis resep obat secara bijak kembali apakah diagnosa atau dan rasional (tepat indikasi, tepat pengobatannya yang kurang tepat obat, tepat dosis, tepat frekwensi atau ada kondisi lain yang dan cara pemberian, serta sesuai mempengaruhi kegagalan kondisi pasien), jelas, lengkap, pengobatan tersebut Apabila dan dapat dibaca”. Hal ini faktor pengobatannya yang menjadi dimaksudkan untuk menghindari sebab kegagalannya perlu interpretasi (transkripsi) yang dievaluasi obatnya apakah perlu salah dari apotiker yang dinaikkan dosisnya atau diganti disebabkan oleh penulisan resep obat yang fungsinya sama tetapi dokter yang tidak jelas atau tidak dari golongan lain atau bahkan dapat dibaca dibutuhkan kombinasi dengan obat lain untuk mengatasi penyakitnya. Proses Peresepan : Menentukan Dx klinis merupakan media/ alat untuk mempelajari fenomena biologic atau proses penyakit; dengan menggunakan b. hitung dosis yang benar anak : subjek manusia sakit Uji Klinik Fase III, Uji obat baru yang telah dinyatakan lolos Uji Fase II, yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas obat terhadap gejala atau gejala penyakit tertentu, dengan menggunakan subjek manusia sakit, dengan atau tanpa control, biasanya dilakukan dengan jumlah subjek cukup banyak. Hasil penelitian merupakan bukti awal efektifitas obat dan memberikan informasi tambahan mengenai efektifitas dan keamanan obat. Informasi yang dihasilkan diperlukan untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang hubungan antara manfaat-risiko, dan juga menyediakan dasar yang tepat untuk memberikan label pada obat yang 8. Tahapan pengujian obat : diteliti. Jika obat tersebut dinyatakan lolos Uji Fase III umumnya akan a. Uji Klinik mendapat ijin resmi untuk dipasarkan Uji Klinik Fase I Penelitian awal untuk uji coba obat Uji Fase IV baru (Investigation New Drug; IND) a) Uji obat baru yang telah dinyatakan lolos pada manusia untuk mengetahui aspek Uji Fase III, yang bertujuan untuk keamanan, farmakokinetik dan memonitor keamanan, efektivitas dan farmakodinamik obat, dengan efek samping obat setelah obat menggunakan subjek manusia dipasarkan dalam jangka waktu tertentu. sehat.Penelitian ini dilakukan untuk b) Obat yang telah lolos pada fase III dan menilai efek samping terkait dengan telah mendapat ijin dari FDA maka akan dosis. dilanjutkan dengan fase IV. Pada fase ini ingin melihat efek jangka panjang obat Uji Klinik Fase II, atau terapi tersebut. Obat pada tahap ini Uji obat baru yang telah melalui Uji dapat diresepkan oleh dokter. Pasien Klinik Fase I, yang bertujuan untuk yang dilibatkan dalam fase IV ini mengetahui metabolism obat, dosis mencakup ribuan pasien. Hal lain yang optimum dalam mengatasi penyakit dilihat pada fase ini seperti kualitas hidup atau gejala penyakit tertentu, dari pasien setelah mengonsumsi obat ini. hubungan antara aktivitas dengan c) Pengawasan keamanan dirancang untuk mengatasi penyakit atau gejala mendeteksi efek samping yang jarang penyakit tertentu, hubungan antara atau jangka panjang pada populasi pasien aktivitas dengan struktur, obat yang yang jauh lebih besar dan jangka waktu yang lebih lama dibandingkan yang mungkin terjadi selama uji klinis tahap I hingga III. Efek berbahaya yang ditemukan dalam uji coba tahap IV dapat mengakibatkan obat tidak lagi dijual atau dibatasi untuk penggunaan tertentu Obat multi komponen dengan kandungan zat aktif salah. d. Sedangkan Penarikan Obat kelas II dilakukan apabila: 9. Kriteria suatu obat harus ditarik dari peredaran masyarakat : a. Adanya efek samping yang Obat tidak ada jaminan sterilitas jarang atau jangka panjang pada proses pembuatan sediaan pada populasi pasien yang steril; jauh lebih besar dan jangka label tidak lengkap atau salah cetak waktu yang lebih lama terkait dengan khasiat dan/atau b. Efek berbahaya yang mutu selain pertimbangan ditemukan dalam uji coba Penarikan sebagaimana dimaksud tahap IV mengakibatkan adalah; obat tidak lagi dijual atau brosur atau leaflet salah informasi dibatasi untuk penggunaan atau tidak lengkap; tertentu terkontaminasi mikroba pada c. Penarikan Obat sediaan obat non steril sesuai diklasifikasikan dalam tiga persyaratan dan/atau spesifikasi; kelas, yakni Penarikan Obat terkontaminasi kimia atau fisika kelas I, Penarikan Obat (zat pengotor atau partikulat yang kelas II, dan Penarikan melebihi batas, kontaminasi Obat kelas III. silang); dan/atau d. Penarikan Obat kelas I Obat tidak memenuhi spesifikasi dilaksanakan apabila: keseragaman kandungan, Obat tidak memenuhi keragaman bobot, disolusi, potensi, persyaratan keamanan; kadar, derajat keasaman (pH) Obat terkontaminasi sediaan steril, pemerian, kadar air, mikroba pada sediaan steril; atau parameter stabilitas lain. Obat terkontaminasi e. Adapun Penarikan Obat kelas III mikroba patogen pada dilaksanakan apabila: sediaan oral yang label tidak lengkap atau salah cetak dipersyaratkan; terkait selain keamanan, khasiat, Obat terkontaminasi bahan dan/atau mutu; kimia yang menyebabkan Obat tidak memenuhi spesifikasi efek serius terhadap waktu hancur, volume kesehatan; terpindahkan, atau derajat label tidak sesuai dengan keasaman (pH) sediaan non steril; kandungan dan/atau kemasan rusak yang dapat kekuatan zat aktif; memengaruhi keamanan, khasiat, Obat tercampur dengan dan/atau mutu; dan/atau Obat lain dalam satu wadah; Obat tidak memenuhi standar dan/atau dan/atau persyaratan yang tidak termasuk Obat yang harus dilakukan penarikan berdasarkan Penarikan Obat kelas I dan Untuk Menentukan Penarikan Obat kelas II. Pilihan Terapi ---- Ebm Cost –Effectiveness 10. Bekal oleh seorang future dokter : Hasil Terapi Baik Dg a. Seorang dokter mempunyai Biaya Yg Wajar peran sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan. Maka dalam melaksanakan tugas keprofesiannya, seorang dokter harus mempunyai karakter 3 K, yakni Kesantunan, Kesejawatan, dan Kebersamaan. b. 3 K ini diwujudkan berdasarkan UU nomor 20 tahun 2013 yang bertujuan menghasilkan dokter berbudi luhur, bermartabat, bermutu dan berkompeten. c. Kesantunan artinya dokter yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap pasien, sejawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang menjadi mitra kerja. Pada karakter ini dokter juga harus bertutur kata baik, sikap, dan bahasa tubuh yang baik. d. Kesejawatan diartikan dokter yang menjunjung tinggi etika profesi, dan meningkatkan kemampuan serta kompetensi bidang kedokteran. e. Karakter Kebersamaan artinya interkonektivitas dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.