Anda di halaman 1dari 4

Sudah kita ketahui secara luas bahwa membaca adalah jendela dunia.

Membaca dapat
memperluas cakrawala pengetahuan kita karena dengan membaca, kita dapat mengetahui tentang banyak
hal. Oleh karena itu, agar kita tidak tertinggal dalam pemerolehan informasi, kita harus berusaha
meluangkan waktu untuk membaca.

Namun demikian, tidak semua orang mempunyai kebiasaan membaca. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan membaca membutuhkan lebih banyak energi daripada kegiatan yang lain, seperti menonton
televisi. Pada saat membaca, seseorang dituntut berkonsentrasi untuk memahami rangkaian kata dalam
teks, dan mengaktifkan bagian-bagian otaknya dalam usaha untuk memahami isi teks yang dibacanya.

Budaya membaca suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh cara pandang dan tingkat pendidikan
anggota masyarakat. Kebiasaan membaca yang dimiliki seseorang juga tidak muncul begitu saja.
Kebiasaan ini muncul karena adanya dukungan dari lingkungan. Seperti menumbuhkan kebiasaan-
kebiasaan lain, menumbuhkan kebiasaan membaca pada seorang anak juga harus dimulai sejak dini.

Dalam pengertian sehari-hari, secara umum membaca diartikan sebagai kegiatan mencocokkan
antara bunyi dan huruf tanpa melihat tujuannya. Namun, menurut Harris,

“Pengertian, membaca tidak dapat dipisahkan dari pemahaman. Membaca adalah


menafsirkan arti dari simbol verbal tertulis, sedangkan pemahaman adalah kegiatan pikiran
untuk mengerti isi bacaan. Orang tidak dapat dikatakan membaca apabila ia tidak memahami
apa yang dibacanya.” (1983:32)¹

Untuk memperoleh informasi dari teks yang dibaca, anak perlu memahami isi teks tersebut.
Keterkaitan antara membaca dan pemahaman juga diungkapkan oleh Cairney yang mmengatakan,
“Membaca adalah kegiatan yang tidak hanya berkenaan dengan latihan kebahasaan semata, tetapi
juga berkenaan dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan untuk suatu tujuan.” (1990:6)²
Sementara itu, Clark dan Sandra mengatakan, “Tujuan membaca seseorang berpengaruh terhadap
pemahaman bacaannya.” (1987:14)³

Meskipun kegiatan membaca pada umumnya bermaksud untuk memperoleh informasi dari teks,
kegiatan membaca dapat juga dilakukan seseorang untuk mengisi waktu luang. Jadi tujuan seseorang
dalam membaca itu antara lain adalah untuk kesenangan, untuk mendapatkan informasi, dan membuat
ringkasan. Apa pun tujuannya, pembaca dituntut untuk memahami teks sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dimengerti.

Mengenai tujuan membaca, Hidayat berpendapat.

“Membaca pada umumnya adalah menggali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan
membaca. Untuk memperolehnya, pembaca yang mahir akan menerapkan strategi yang sesuai. Strategi itu
dapat dirinci atas berbagai keterampilan, antara lain keterampilan menangani kata-kata yang membetuk
teks dan keterampilan menangani teks itu sendiri.” (1990:12)⁴

yang dimaksud dengan keterampilan menangani kata adalah keterampilan memanfaatkan konteks,
mulai dari berbagai pemarkah morfologis, lingkungan kata, atau yang lazim disebut ko-teks hingga
memanfaatkan konteks luar bahasa untuk memahami makna dan nilai berbagai kata yang membentuk
teks.
Di samping itu, pembaca juga harus mampu mengesampingkan kata yang tidak penting di dalam
pengungkapan informasi. Selain untuk menghemat energi, keterampilan itu berguna, khususnya bila
pembaca berhadapan dengan kata yang belum dikenalnya. Jika kata baru itu tidak merupakan untuk
informasi yang penting, pembaca harus mampu mengesampingkannya. Jika pembaca yang bukan penutur
asli mampu menerapkan strategi membaca itu, ia akan sangat sedikit bergantung pada sumber acuan.

Keterampilan yang kedua atau keterampilan menangani teks adalah strategi untuk memahami
keempat makna, yakni makna konseptual, makna proposisional, makna kontekstual, dan makna pragmatis
yang dikandung teks. Keterampilan itu dapat dirinci atas keterampilan memahami kalimat, keterampilan
mengenali dan menginterpretasi pemarkah kohesi, dan keterampilan menginterpretasi pemarkah wacana,
seperti pemarkah urutan peristiwa, pemarkah organisasi wacana, dan pemarkah sudut pandang penulis.

Pemarkah yang bersifat nontopikal itu menurut Lautamatti, “Pemarkah wacana yang bersifat topikal itu
harus dikuasai sebagai alat bantu dalam memahami suatu teks, dan bukan sebagai penghalang linguistik”. (45-
58)

Sementara itu, Halliday membagi pemarkah nontopikal itu atass

“Pemarkah nontopikal terdiri atas:


1. Pemarkah aditif, yaitu pemarkah yang digunakan untuk menguraikan lebih lanjut ide atau
fakta yang dianggap penulis sebagai tambahan atau penguatan hal-hal yang sudah
dibicarakan dalam bagian teks sebelumnya. Misalnya, and, moreover, furthermore,
incidentally, likewise, dan similarly.
2. Pemarkah adversative, yaitu pemarkah yang memberikan informasi yang dianggap penulis
teks sebagai hal yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Misalnya, but, yet, though,
however, nevertheless, actually, as a matter of fact, on the contrary, on the other hand, at
the same time, dan in any case.
3. Pemarkah kausal, yaitu pemarkah yang mengindikasikan hubungan sebab akibat, hasil,
maksud, dan kondisi. Misalnya, so, hence, therefore, for this reason, a rising from this, dan in
that case.” (1976:73)

Di samping penerapan strategis itu, hal lain yang tak kalah pentingnya adalah latar belakang
pengetahuan pembaca (schemata) mengenai topik yang dibicarakan dalam teks. Menurut Hidayat,

“Pengetahuan luar bahasa itu penting karena penulis biasanya tidak akan menerangkan hal yang
dianggapnya sudah diketahui pembacanya. Selain itu, penulis biasanya juga tidak memperhitungkan
bahwa teksnya akan dibaca oleh pembaca yang bukan penutur asli. Namun, tidak berarti bahwa penutur
asli tidak memerlukan schemata tentang topik teks.” ( 1990:24 )
SUMBER REFERENSI:

Lissa Lautamatti, ”Some Observation on Cohesion and Coherence in Simplified Text” dalam J. Ostman (ed.)
Cohesion and Semantic. Franriksgaten: Aba Academy. Hlm. 45-58.

Pemarkah wacana yang bersifat topikal itu harus dikuasai sebagai alat bantu dalam memahami suatu teks, dan
bukan sebagai penghalang linguistik.

Rahayu S. Hidayat dalam Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif. Jakarta. Intermasa 1990.

Membaca pada umumnya adalah menggali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan
membaca. Untuk memperolehnya, pembaca yang mahir akan menerapkan strategi yang sesuai. Strategi
itu dapat dirinci atas berbagai keterampilan, antara lain keterampilan menangani kata-kata yang
membetuk teks dan keterampilan menangani teks itu sendiri. (hlm. 12)

Pengetahuan luar bahasa itu penting karena penulis biasanya tidak akan menerangkan hal yang
dianggapnya sudah diketahui pembacanya. Selain itu, penulis biasanya juga tidak memperhitungkan
bahwa teksnya akan dibaca oleh pembaca yang bukan penutur asli. Namun, tidak berarti bahwa penutur
asli tidak memerlukan schemata tentang topik teks. (hlm. 24)

Trevor H. Cairney dalam Teaching Reading Comprehensin. Buckingham: Open University Press. 1990. Hlm. 6

Membaca adalah kegiatan yang tidak hanya berkenaan dengan latihan kebahasaan semata, tetapi
juga berkenaan dengan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan untuk suatu tujuan.

Mark A. Clark dan Silberstein Sandra dalam Methodology in TESOL: A Book of Reading. New York: Newburry House.
1987. Hlm. 14.

Tujuan membaca seseorang berpengaruh terhadap pemahaman bacaannya.

M.A.K. Halliday dalam Cohesion in English. London: Longman. 1976. Hlm. 37.

Pemarkah nontopikal terdiri atas:


4. Pemarkah aditif, yaitu pemarkah yang digunakan untuk menguraikan lebih lanjut ide atau fakta yang
dianggap penulis sebagai tambahan atau penguatan hal-hal yang sudah dibicarakan dalam bagian teks
sebelumnya. Misalnya, and, moreover, furthermore, incidentally, likewise, dan similarly.
5. Pemarkah adversative, yaitu pemarkah yang memberikan informasi yang dianggap penulis teks sebagai
hal yang berlawanan dengan apa yang diharapkan. Misalnya, but, yet, though, however, nevertheless,
actually, as a matter of fact, on the contrary, on the other hand, at the same time, dan in any case.
6. Pemarkah kausal, yaitu pemarkah yang mengindikasikan hubungan sebab akibat, hasil, maksud, dan
kondisi. Misalnya, so, hence, therefore, for this reason, a rising from this, dan in that case.

A.J. Harris dalam Effective Teaching of Reading. New York: David Mackay. 1983. Hlm. 32.
Pengertian, membaca tidak dapat dipisahkan dari pemahaman. Membaca adalah menafsirkan
arti dari simbol verbal tertulis, sedangkan pemahaman adalah kegiatan pikiran untuk mengerti
isi bacaan. Orang tidak dapat dikatakan membaca apabila ia tidak memahami apa yang
dibacanya.

Anda mungkin juga menyukai