Askep Perdarahan Post Partum Kelompok 2
Askep Perdarahan Post Partum Kelompok 2
PERDARAHAN POSTPARTUM
Dosen Pembimbing:
PRODI S1 KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahma, karunia, sera taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perdarahan postpartum. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datan, menginggat tidak ada
sesuau yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 2
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI...............................................................................................3
A. Pengertian Perdarahan Postpartum.......................................................................3
B. Etiologi Perdarahan Postpartum............................................................................4
C. Patofisiologi perdarahan postpartum....................................................................6
D. Pathway..................................................................................................................8
E. Manifestasi Klinik...................................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................10
G. Komplikasi............................................................................................................10
H. Penatalaksanaan..................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................16
ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................16
A. Pengkajian............................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................................21
C. Intervensi Keperawatan.......................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendarahan post partum adalah peradarah lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Pendarahan
postpartum adalah pendarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir. Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas
mencangkup semua perdarahan yang terjadi setelah kelaihan bayi, sebelum, selama
dan sesudah keluarnya plasenta(Kurniati, 2013).
Penyebab kematian Ibu di Indonesia yaitu; perdarahan, pre eklamsi dan infeksi.
Perdarahan obstetri dapat dibagi menjadi perdarahan antepartum dan perdarahan
postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadinnya
berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio
plasenta dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Departemen Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak (<500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual. Efek pendarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil
dan derajat anemia saat kelahiran. Gambaran perdarahan postpartum yang dapat
mengecohkan adalah nadi dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai
terjadi kehilangan darah sangat banyak. Faktor predisposisi yang mempengaruhi
perdarahan postpartum antaralain : Pembesaran uterus lebih dari normal selama
kehamilan yang disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar, Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang,
Persalinan cepat, Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin(Oxorn :
2010).
B. Rumusan Masalah
1
4. Bagaimana asuhan keperawatan gawatdarurat dari perdarahan postpartum?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami perdarahan postpartum.
2. Tujuan Khusus :
a) Untuk mengetahui Definisi, Etiologi, Patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi dari perdarahan postpartum.
b) Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan postpartum.
c) Mengetahui askep kegawatdaruratan perdarahan postpartum.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Perdarahan Postpartum
3
bayi lahir. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah
perdarahan lebih dari 500 cc setelah 24 jam pasca persalinan. Penyebab
utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan
sisa plasenta.
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang
lebih 200 ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100ml dan kadang –
kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami peningkatkan jumlah darah
dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah pada wanita sehat setelah
melahirkan tidak mengakibatkan efek yang lebih serius. Akan tetapi
kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih kecil dapat
menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
4
d. Thrombin-disseminated intravascular coagulopathy dapat terjadi
sebagai konsekuensi dari abrupsi plasenta, eklampsia, atau emboli air
ketuban.
2) Etiologi perdarahan postpartum secara khusus :
Perdarahan postpartum menurut Oxorn (2010) dan Astutik (2018) bisa
disebabkan karena :
a. Atonia uteri
Ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya
setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol
oleh kontraksi serat – serat myometrium terutama yang berada disekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlekatan plasenta.
Atonia uteri terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Faktor
predisposisi yang mempengaruhi perdarahan postpartum antara lain :
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang
disebabkan karena jumlah air ketuban yang berlebih, kehamilan
kembar, bayi besar
2) Kala satu dan atau kala dua yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat
4) Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
b. Retensio plasenta
Perdarahan yang disebabkan karena plasenta belumlahir atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi
belum dilahirkan. Terdapat jenis retensio plasenta antaralain :
1) Plasenta adhesive adalah o,plantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis
2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan myometrium
3) Plasenta inkrera adalah implantasi jonjot koripn plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus
4) Plasenta parkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus serosa dinding uterus.
5
5) Plasenta inkarserata adalah tetahannya plasenta di dalam kavum
uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
6
3) Ruptura uteri mengancam
4) Partus Lama
5) Partus Tak Maju
6) Pre eklampsia, dan Hipertensi
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak
2) Gawat Janin
3) Janin Besar
c. Kontra Indikasi
1) Janin Mati
2) Syok, anemia berat.
3) Kelainan congenital Berat
C. Patofisiologi perdarahan postpartum
7
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic,
rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia
serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan
fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Perdarahan postpartum (SC)
8
D. Pathway
A. Trombin
Antoni uterus -
Laserasi jalan lahir Produk tertinggal dissemin
Uterus tidak
berkontraksi & Menghambat Kontraksi
Plasma beku
lembek Robekan jalan Robekan
lahir dinding vagina
Hipofibrinoge
Suply darah mia
histerektomi Nyeri Trombositope
nia
Kekurangan
Luka insisi Idiopathic
volume cairan HB turun HELP
Pendarahan >500cc Disseminated
Anemia Dilutional
Syok hipovalemia
10
2. Perdarahan postpartum (SC)
Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),antara lain :
a) Nyeri akibat ada luka pembedahan
b) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c) Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f) Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan menghadapi
situasi baru
g) Biasanya terpasang kateter urinarius
h) Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j) Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
F. Pemeriksaan Penunjang
Perdarahan postpartum (normal)
Pemeriksaan penunjang perdarahan postpartum menurut Achadiat (2004) antaralain:
1. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Hematokrit, golongan darah, masa pembekuan, masa perdarahan
b. Urine lengkap
2. USG
Perdarahan postpartum (SC)
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan
mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis / kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
G. Komplikasi
1. Perdarahan postpartum (normal)
Komplikasi persalinan post partum sangat bervariasi, dari yang ringan sampai berat.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotensi ortostastik, kelelahan, animia (transfusi darah),
depresi (post partum blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar hipofisis anterior), edema paru,
gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan darah, dan syok perdarahan sampai kematian
(Hidayat, 2018).
2. Perdarahan post partum (SC)
11
a. Infeksi Puerpuralis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut sedikit
kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada
partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena ketuban
yang telah pecah terlalu lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia Uteri
- Pendarahan pada placenta bled
- Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
- Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan pendarahan postpartum berdasarkan penyebabnya menurut (Damayanti, 2014)
dan Manuaba (2004) antara lain :
a. Penanganan Atonia Uteri
1) Penanganan Umum
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda-tanda syok tidak
terlihat ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat
memburuk dengan cepat
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok, oksigenasi dan pemberian cairan
cepat. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan tranfusi darah.
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik.
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah.Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif .berikan 10
unit oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk
12
h) Periksa kelengkapan plasenta, Periksa kemungkinan robekan serviks , vagina dan
perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar
Hemoglobin.
2) Penanganan khusus
a) Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri
b) Teruskan pemijatan uterus massase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus
yang menghentikan perdarahan
c) Oksitoksin dapat diberikan bersamaan atau beruntutan
d) Jika uterus berkontraksi. Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus
berlangsusng, periksa apakah perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan
jahit atau rujuk segera.
e) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkanlah bekuan darah atau selaput
ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah
kosong. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan.
f) Jika perdarahan terus berlangsung
g) Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap, jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta
(tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membrane dengan
pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.
b. Penanganan Retensio Plasenta
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan, jika merasa
adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan. Lakukan katerisasi kandung
kemih.
3) Jika plasenta belum keluar, berian oksitoksin 10 unit IM, jika belum dilakukan
dalam penanganan aktif kala III
4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitoksin dan uterus
terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali
5) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan
plasenta secara manual, jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembedahan
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembentukuan setelah 7 menit atau
adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan menunjukan koagulapati.
c. Penanganan Robekan Jalan Lahir
13
Bentuk robekan penatalaksanaan
Episiotomi Menjahit mudah
Denominatornya jahitan hlmen
Bentuk seperti semula rapi
Perluasan episiotomi – Tergantung luasnya
robekan spontan Teknik menjahit :
Upayakan menjahit mukosa
rectum sehingga melipat kearah
luman
Jahit submukosa rectum berlapis
Jahit sfingter ani ekstermum
Jahit dindin vagina dengan
denominator hymen sehingga rapi
Robekan serviks Serviks yang robek, ditarik dengan dua
tena lulom sehingga perlukaan tampak
Teknik menjahitnya
Dengan jarum besar, seluruh lapisan
seviks
Tidak perlu terlalu keras asalkan
perdarahan berhenti
Terlalu keras menyebabkan nekrosis
Amputasi serviks Bekas amputasi serviks dapat
menimbulakan perdarahan
Dijahit secara jelujur terkunci sehingga
perdarahan terhenti
14
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan
post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan
post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP (hemolysis, elevnted liver enzim,
trombositopenia, pre dan eklamsia), fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air
ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani penyebab yang
mendasari dan kelainan hemostatic. Penggunaan DIC identic dengan klien yang
mengalami koagulopati delusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan
penggantian produk darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari para ahli hematologi
pada kasus transfusi masih dan koagulopati[ CITATION Nil19 \l 1033 ].
e. Penanganan robekan serviks
1) Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina isiadika tertekan oleh kepala bayi
2) Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi pendarahan banyak
maka segera lihat bagaian lateral bawah kiri dan kanan dari portio
3) Jepitkan klem ovarium pada kedua sisi portio yang robek sehingga perdarahan dapat
segera dihentikan, jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain,
lakukan penjahitan. Jahitan dimulai dari ujung atas robekan kemudian kea rah luar
sehingga semua robekan dapat dijahit.
4) Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan
perdarahan pasca tindakan
5) Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui tanda-tanda infeksi
6) Bila terdapat deficit cairan, lakukan restorasi dan bia kadar Hb < 8 g% berikan
transfusi darah.
f. Penanganan sisa plasenta
Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuratase. Dalam kondisi
tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual. Kuretase
harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan dengan kuretase pada abortus (Manuaba, 2004).
g. Penanganan manual plasenta
1) Setelah 15 menit pemberian oksitoksin 10 IU IM, plasenta belum lepas, ulangi
pemberian oksitoksin 10 IU IM, tunggu 15 menit
2) Bila sudah 15 menit belum ada tanda-tanda pelepasan, tidak ada perdarahan pasang
infus segera rujuk
3) Bila ada tanda perdarahan lakukan plasenta manual [ CITATION Nil19 \l 1033 ].
15
2. Terapi penanganan perdarahan post partum secara umum antara lain :
a. Infus dan transfusi darah
b. Tergantung dari sumber perdarahannya :
1) Perdarahan berasal dari perlukaan yang terbuka
a) Dijahit kembali
b) Evaluasi kemungkinan terjadi hematoma
2) Perdarahan berasal dari bekas implantasi plasenta :
a) Lakukan anestesi dengan demikian kuretase dapat dilakukan dengan aman dan bersih
b) Jaringan yang didapatkan harus dilakukan pemeriksaan untuk memperoleh kepastian
3) Perawatan terapi sekunder perdarahan postpartum:
a) Rehidrasi diteruskan sampai tercapai keadaan optimal
b) Berikan antibiotika
c) Berikan pengobatan suportif:
Gizi yang baik
Vitamin dan praparat Fe
4) Hasil patologi anatominya
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan kritis menurut Kurniati (2013) dan Novialiantoko (2019) antara lain :
1. Pengkajian primer
a. Danger :
16
Periksa situasi dan kondisi bahaya, pastikan lingkungan aman bagi pasien dan perawat ,
sebelum melakukan pertolongan.
b. Response :
Kaji respon pasien, apakah pasien berespons ketika ditanya : Untuk menentukan kesadaran
pasien, gunakan skala AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unresponsive)
c. Airways :
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan Airways : Jalan nafas paten, tidak ada
benda asing, darah, sputum, lendir, tidak ada snouring (ngorok), tidak ada gurgling (kumur
– kumur), tidak ada stridor.
d. Breathing :
Cek pernafasan, dan cek apakah ventilasinya adekuat
Pertimbangkan : Oksigen, assist ventilation
Hasil yang muncul pada saat pemeriksaan breathing : penggunaan otot tambahan,
Frekuensi meningkat, Irama nafas tidak teratur, Kedalaman pernafasan dalam, penggunaan
nafas cuping idung, terdapat bunyi tambahan Wheezing, pasien terpasang O2,
Diagnosa yang mungkin muncul :
i. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipovolemia
e. Circulation :
i. Kaji denyut nadi (pols) pasien apakah nadi positif, tentukan apakah nadi adekuat
ii. Cek capillary refill.
iii. Pertimbangkan : defibrillator, RJP, control perdarahan, elevansi kaki (kecuali pada
spinal injury)
Hasil yang akan muncul pada pemeriksaan Circulation : Turgor kulit menurun, akral
dingin, CTR > N, adanya perdarahan postpartum, mukosa kering, pucat hingga sianosis,
curah jantung masih adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah total ibu
hilang. Kemudian, nadi dan tekanan darah dapat berubah secara tiba – tiba ketika curah
jantung dan volume isi sekuncup menurun. Pada saat takikardi (100 – 120 kali/menit) dan
hipotensi ( sistolik kurang dari 90 – 100 mmHg) terjadi, wanita telah kehilangan darah
sekitar 25% sampai 32% dari volume darahnya, adanya syok hipovolemik
Diagnosa yang mugkin muncul :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
3) Perubahan perfusi jaringan, otak berhubungan dengan hipovolemia
4) Perubahan perfusi jaringan, ginjal berhubungan dengan hipovolemia
5) Syok berhubungan dengan hipovolemia
17
f. Disability :
Kaji singkat trauma neurologis, cek kemampuan gerak ekstermitas, cek GCS,
latelarisasi pupil/reflek pupil : isokor, reflek cahaya, dilatasi, lakukan stabilisasi.
Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan disability : adanya kelemahan, reflek patologis,
dilatasi pupil, adanya keluhan nyeri
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Resiko cedera yang berhubungan dengan perubahan perfusi jaringan otak
2) nyeri berhubungan dengan prosedur dan terapi
g. Exposure/Envirnmental control :
Kaji pasien dari kepala sampai kaki, lepaskan pakaian pasien agar dapat mengkaji lebih
baik untuk mencari trauma ditempat lain.
Hasil pemeriksaan exposure didapatkan peningkatan suhu tubuh pasien karena kehilangan
cairan.
Diagnosa yang mungkin muncul :
1) Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
2. Secondary survey
Secondary survey menurut Herdman, T. Heather. (2015) dan Kurniati (2013) adalah
pengkajian yang terstruktur dan sistematis, bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi pasien lebih
detail yang berokus pada :
a. Identas Klien
1) Identitas klien meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal
pengkajian, alamat rumah
2) Identitas suami meliputi nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan,
suku, bahasa yang digunakan
b. Riwayat kesehatan
Pengkajian terhadap riwayat kesehatan pasien menjadi sangat penting untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan keluhan saat ini atau kondisi saat ini.
c. Riwayat kehamilan
Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah
saat hamil atau antenatal (ANC), dan imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil
d. Riwayat melahirkan
Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi partus, tipe
melahirkan, analgetik, masalah selama melahirkan, jahitan pada perineum dan perdarahan.
e. Data bayi
18
Kesulitan dalam melahirkan, APGAR SCOR, untuk menyusui atau pemberian susu formula
dan kelaian kongenitas, yang tampak pada saat dilakukan pengkajian
f. Pengkajian masa postpartum
Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,
gambaran locea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomy, kebersihan menyusui,
dan respon orang terhadap bayi
g. Pengkajian keperawatan
Perawat mengevaluasi riwayat klien dan data pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi
kemungkinan faktor resiko terjadinya perdarahan. Kondisi fundus uterus, jumlah perdarahan,
dan aliran lokea diamati secara saksama pada klien selama periode pascapartum.
Perdarahan dapat ditandai dengan keluarnya darah dalam jumlah yang sangat banyak dan
tiba – tiba dari vagina atau genangan darah yang sangat banyak ditemukan dibawah panggul
ibu. Sering kali perdarahan berlangsung terus, lebih banyak dari perdarahan yang biasa terjadi
pervaginam yang berlanjut selama beberapa jam. Kondisi ini mungkin tidak dapat dikenali
dengan segera sebagai perdarahan, terutama jika fundus uterus kontraksi dengan baik. Aliran
darah yang terus menerus dari vagina ketika uterus berkontraksi kuat menandakan perdarahan
akibat laserasi pada serviks atau vagina. Adanya bekuan darah dalam vagina ibu menandakan
terjadinya perdarahan berat atau penggenangan darah di vagina. Kegelisahan, kecemasan, dan
rasa haus juga dapat menunjukkan adanya perdarahan yang berlebihan. Seiring dengan
kehilangan darah bertambah banyak, tanda dan gejala syok hipovolemik menjadi semakin
jelas.
Karena mekanisme kompensasi kardiovaskular, perubahan frekuensi nadi dan tekanandarah
mungkin tidak terjadi sampai kehilangan darah berjumlah besar (1500 mL). Curah jantung
masih adekuat sampai sekitar 15% hingga 20% dari volume darah total ibu hilang. Kemudian,
nadi dan tekanan darah dapat berubah secara tiba – tiba ketika curah jantung dan volume isi
sekuncup menurun. Pada saat takikardi (100 – 120 kali/menit) dan hipotensi ( sistolik kurang
dari 90 – 100 mmHg) terjadi, wanita telah kehilangan darah sekitar 25% sampai 32% dari
volume darahnya.
Ketika diduga ada perdarahan, perawat harus memantau frekuensi nadi dan tekanan darah
setiap 5 sampai 10 menit. Tanda – tanda perubahan frekuensi nadi dan tekanan darah pada
awal terjadinya syok hipovolemik tidak tampak ketika klien berbaring telentang, perawat dapat
membantu klien untuk duduk. Tindakan ini dapat menyebabkan pusing, dan takikardi, yang
menandakan adanya kehilangan darah yang signifikan dan syok. Perawat harus waspada
terhadap wanita yang menderita hipertensi yang diinduksi kehamilan (PH, pregnancy induced
hypertension) yang mungkin tekanan darahnya tampak normal pada awal syok hipovolemik.
19
Namun, wanita tersebut mengalami gejala syok lebih awal daripada wanita dengan ukuran
tekanan darah normal karena PIH menyebabkan perpindahan cairan interstisial yang dengan
cepat menyebabkan hipovolemia.
h. Pengkajian faktor resiko perdarahan postpartum tertunda atau lambat
20
Vasokontriksi sedang (kulit pucat,
ekstremitas dingin dan lembab)
Penurunan haluan urine (oliguaria)
Peningkatan kegelisahan, dapat mengalami
disorientasi
Atoni uterus Penurunan sebanyak 35% - 50% (1. 800 –
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg, bahkan 2.500ml)
dapat tidak teratur oleh menset
Takikardi berat > 120 kali/menit
Vasokontriksi berat (bbir dan jari – jari
tangan pucat, dingin, lembab dan sianosis)
Haluaran urine berhenti (anuria)
Kondisi mental stupor, letargi, semikoma
3. Secondary survey menurut Queensland Ambulance Service (2016) dilakukan seperti berikut :
1) History, dilakukan meliputi poin penting mencakup SAMPLE, sebagai berikut:
- S : signs/symtoms (tanda & gejala)
- A : Allergies (Alergi)
- M : Medications (pengobatan)
- P : Past Medical history (riwayat penyakit)
- L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi)
- E : Events prior to the illness or injury (kejadian sebelum injuri/sakit)
2) Poin penting tersebut dikembangkan, OPQRST, sebagai berikut :
- O : Onset
- P : Provication
- Q : Quality
- R : Radiation
- S : Serverity
- T : timing
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang akan muncul pada pasien dengan perdarahan postpartum antara
lain :
1. Ketidakefektifan Pola napas berhubungan dengan hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah yang berlebihan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipovolemia
21
C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
22
3. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
jantung keperawatan selama jam 1 Lakukan penilaian komprehansif
diharapkan penurunan curah pada sirkulasi perifer (misalnya,
jantung akan teratasi dengan cek nadi perifer, edema,warna dan
kriteria hasil : suhu ekstremitas) secara rutin
2 Monitor TTV secara rutin
TTV dalam rentang
3 Evaluasi adanya nyeri dada
normal
4 Catat adanya distritmia jantung
Tidak ada penurunan
5 Catat tanda dan gejala penurunan
kesadaran
curah jantung
6 Monitor status pernafasan
7 Monitor status kardiovaskuler
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai perdarahan melalui vagina yang berlebihan
kapanpun setelah melahirkan atau aborsi sampai dengan 6 minggu. Perdarahan terjadi dalam
24jam disebut perdarahan postpartum primer. Kehilangan darah pada persalinan adalah normal
dan ibu telah memiliki persediaan untuk kehilangan darah. Tetapi, kehilangan lebih dari 500mL
menjadi perunjuk pertimbangan kemungkinan perdarahan postpartum. Klasifikasi perdarahan
postpartum adalah perdarahan postpartum primer dan sekunder. Perdarahan post pasrtum
disebabkan oleh 4T yaitu tone atau atonia uteri, trauma atau sobekan vagina, tissue atau adanya
produk konsepsi yang tertinggal, dan thrombin atau koagulopati.
23
Komplikasi dari perdarahan postpartum antara lain adalah hipotensi ortostastik, kelelahan,
animia (transfusi darah), depresi (post partum blues), sindroma sheecha (iskemia kelenjar
hipofisis anterior), edema paru, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan faal pembekuan darah, dan
syok perdarahan sampai kematian. Manifestasi klinis secara umum yang terjadi pada pasien
perdarahan postpartum adalah darah berwarna terang mengalir terus-menerus, mual, haus,
pusing, letih gelisah, pucat, kulit basah berkeringat, ekstremitas dingin, palpasi uterus lembek,
tanda hypovolemi dan syok perdarahan, kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>500 ml),
nadi lemah, tekanan darah rendah, lochea berwarna merah.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan fokus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
24
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. (2018).Asuhan Kebidanan pada Masa Ibu Nifas Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi diSertai dnegan contoh – contoh soal. Jakarta : CV. Trans Info
Media
Kurniati Amelia, dkk. (2013). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy, Ist Indonesia.Elsevier
Singapore : ELSEVER
Kamitsuru, Shigemi dan Herdman, Heather. 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi
10. Jakarta:Kedokteran EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004.Penutun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Ed2.Jakarta :
EGC
Novialiantoko, Dwi. 2019.Buku Ajar Asuhan Keperawatan PostPartum dilengkapi dengan Panduan
Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan.Yogyakarta : IKAPI
Reeder, Sharon J. (2011).Keperawatan Martenitas: kesehatan wanita, bayi&keluarga.Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith. 2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta:Kedokteran EGC
Yulianti, N. T. (2019). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir . Makkasar: Cendekia
Publisher
25
No. Rekam Medis: Diagnosa Medis :
IDENTITAS
Nama : Ny. S Jenis Kelamin : P Umur : 28 Tahun
15:10
GENERAL IMPRESSION
PRIMER SURVEY
Keluhan Utama : Pasien terlihat lemah, tampak pucat dan bidan yang menangani pasien sebelumnya
mengatakan mengalami perdarahan sejak 1 jam yang lalu.
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY
Inspeksi : NOC :
Auskultasi : NIC :
Keluhan Lain:
26
Diagnosa Keperawatan:
Ketidakefektifan pola napas b.d
BREATHING hipoventilasi
Inspeksi : NOC : Status pernafasan : Ventilasi
Kriteria Hasil:
Gerakan dada: Simetris Asimetris 1. Frekuensi pernafasan (2-4)
2. Kedalaman inspirasi (4-5)
Irama Nafas : Cepat Dangkal 3. Dispnea saat istirahat (2-4)
Palpasi :
Vokal fremitus :
Perkusi :
Auskultasi :
RR : 26 x/mnt
27
Diagnosa Keperawatan: Syok b.d
PRIMER SURVEY
CIRCULATION hipovelemik
28