Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PETERNAKAN KAMBING TERHADAP

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA KAMPUNGBARU


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Khilmi Mauliddian, S.Hum., M.Li

Oleh :
Ahmad Faizal Amri Fauzi (205050100113034)

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PSDKU KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Karya Tulis : Pengaruh Peternakan Kambing Terhadap
kesejahteraan Masyarakat Desa Kampungbaru
2. Biodata Penulis :
a. Nama lengkap : Ahmad Faizal Amri Fauzi
b. NIM : 205050100113034
c. Jurusan : Peternakan
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Brawijaya PSDKU
Kediri
e. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jl. Ramayana RT. 01 RW. 04
Kampungbaru Tanjunganom Nganjuk, 089603263326
f. Email : ahmadfaizal.9501@gmail.com
3. Dosen Pembimbing :
a. Nama dan Gelar :
b. NIDN :

Menyetujui Kediri,
Dosen Pembimbing Penulis

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan maha esa karena atas berkat dan
rahmatnya maka saya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.
Berikut penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Pengaruh Peternakan Kambing
Terhadap kesejahteraan Masyarakat Desa Kampungbaru” yang menurut saya dapat bermanfaat bagi
para masyarakat khususnya Desa Kampungbaru dimana agar masyarakat dapat berwirausaha di
bidang peternakan.
Dengan ini saya persembahkan makalah ini dengan penuh terima kasih dan semoga Allah Swt
memberkahi makalah ini sehingga memberikan manfaat.
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Peternakan merupakan jenis usaha yang penting bagi setiap negara dan juga daerah-
daerah yang ada di dalam negara itu sendiri tanpa terkecuali di desa Kampungbaru. Hal ini
dikarenakan setiap elemen masyarakat membutuhkan hasil perternakan, sehingga akan
mendatangkan investasi yang besar apabila dikembangkan. dalam simulasi kewirausahaan
peternakan ini. Populasi ternak kambing di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 18.879.596
ekor dari jumlah tersebut, 56,42% atau 10.651.390 ekor terdapat di Jawa, 23,49% di
Sumatera, dan sisanya di pulau lain (Ditjen PKH, 2015).Masyarakat dapat membuat
wirausaha peternakan berupa wirausaha budidaya kambing yang dapat dilihat dari sisi
ekonomi dan penghasilan cukup menjanjikan khusunya bagi masyarakat desa
Kampungbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dipaparkan dengan latar belakang yang telah dijelaskan
adalah:
1. Bagaimana cara berternak kambing?
2. Apa saja kendala dalam berternak kambing dan bagaimana cara mengatasinya?
3. Adakah pengaruh peternakan kambing terhadap perekonomian masyarakat
desa kampungbaru?
1.3 Tujuan
Maksud dantujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh peternakan kambing terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa Kampungbaru
2. Untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat desa Kampungbaru
3. Untuk mengetahui kadar tingkat pendapatan setelah adanya peternakan kambing
4. Untuk memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan
1. 4 Metode
     Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap
penting dalam penggunaannya adapun metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Observasi,
yaitu mengadakan penelitian langsung terhadap objek.
2. Interview,
yaitu mengadakan wawancara langsung dengan narasumber.

3. Literatur,
Yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai buku referensi.
4. Dokumentasi,
Yaitu Pengambilan referensi yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data
yang  dibutuhkan dari objek penelitian yang berupa catatan-catatan lainnya.

1.5 Manfaat
Manfaat dari karya tulis ini adalah:
1. Sebagai bahan rekomendasi untuk pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesejahteraan masyarakat di desa kampungbaru.
2.Memberikan sumbangan pemikiran dan alternatif untuk program peningkatan
kesejahteraan di desa kampungbaru.
3. Meningkatkan pengetahuan, pendidikan tentang kewirausahaan dibidang peternakan
terutama di desa kampungbaru.

1.6 Sistemaika
Untuk mempermudah penyusunan karya tulis ini, penulis membagi kedalam IV Bab,
masing-masing bab diuraikan atas sub-sub sesuai tehnik penulisan.
 Bab I   Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan
perumusan masalah, metode penelitian ,dan sistematika penulisan.
 Bab II       Pembahasan
Pada Bab ini berisikan  tentang Sejarah Adanya Peternakan Kambing, Cara
Berternak Kambing, Jenis-jenis Kambing Ternak, Beberapa Kendala dan Solusinya
dalam  Berternak Kambing serta Tingkat Pendapatan Masyarakat setelah Adanya
Peternakan Kambing.
 Bab III      Penutup.
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PENGARUH PETERNAKAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA MEKARSARI

2.1 Sejarah Adanya Peternakan Kambing


A.    Pengertian Peternakan.
      Peternakan  adalah kegiatan  mengembangbiakkan  dan membudidayakan  hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan
perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari
keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang
telah dikombinasikan secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan
besar seperti sapi, kerbau, kuda serta kambing, sedang kelompok kedua yaitu peternakan
hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.
B.     Sejarah Peternakan.
      Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai
dengan domestikasi anjing, kambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada
masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah
perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil
dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia
juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta
memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan
kuda, babi, unta, dan lain-lain. 
      Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan
yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri
dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi kemiskinan.

2.2     Cara Berternak Kambing


      Dalam berternak kambing, ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan sebelum
memulai, yang diantaranya yaitu :
A. Bahan, yaitu Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan 
B. Alat, yaitu Tempat pakan/minum 
     Ada beberapa pedoman tekhnis untuk berternak kambing, dimana  jenis kambing asli di
Indonesia adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE) yaitu
a. Memilihbibit
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan
calon bibit dianjurkan di daerah setempat dan bebas dari penyakit.
b.Caloninduk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan
reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan
kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg.
c. Calonpejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap),
keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat. 
d. Pakan
Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan
pakan tambahan (konsentrat). 
e. Pemberianpakaninduk
Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru
melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %. 
f. Kandang
Bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara
individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih
disatukan (umur 3 bulan) ukuran 1 m/ekor. tinggi 1 1/2 - 2 X tinggi ternak. 
g. Pencegahanpenyakit
Sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan
pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan. 

2.3Jenis-jenisKambingTernak
Berikut beberapa jenis kambing yang biasa di ternakan atau di budidayakan.
A . Kambing Kacang
    Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang dapat pula
ditemukan di Malaysia dan Filipina. Perkembangbiakan kambing kacang sangat
cepat, bahkan pada umur 15-18 bulan sudah dapat menghasilkan keturunan.
Kambing ini cocok digunakan sebagai penghasil daging dan kulit.
     
Kambing kacang bersifat prolifik (sering melahirkan anak kembar 2 atau 3), lincah,
dan tahan terhaddap berbagai kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di
berbagai lingkungan berbeda, termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat
sederhana. Bulu kambing kacang cukup pendek dan berwarna hitam, cokelat, putih,
atau campuran ketiga warna tersebut.
B . Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Kambing PE mmerupakan hasil persilangan antara kambing ettawa (asal
India) dengan kambing kacang. Kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil
daging dan susu (perah). Penampilan kambing PE mirip dengan kambing ettawa,
tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip
kambing kacang disebut bligon atau jawarandu,yang merupakan tipe pedaging.
      Karakteristik kambing PE, antara lain bentuk muka cembung melengkung dan
dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh dari sudut janggut,
telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk
agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke
belakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan
paha. Bulu paha panjang dan tebal.
C . Kambing Gembrong
Kambing gembrong merupakan keturunan kambing angora yang sudah
menjadi ras tersendiri di Bali. Kambing ini berwarna putih, jantan dan betinanya
bertanduk, telinga rebah, serta bulunya lebat dan panjang (terkenal dengan istilah
mohar). Berat kambing gembrong bisa mencapai 32-45 kg/ekor. Pemeliharaan
dilakukan semi-intensif dengan melepasnya di pekarangan dan malam hari tidur di
kandang.
D . Kambing Anglo Nubian
Kambing anglo nubian berasal dari daerah Nubia di Timur Laut Afrika. Ciri-
ciri kambing ini yaitu bobot tubuh cukup besar, telinga menggantung, dan ambing
besar. Bulunya berwarna hitam, merah, cokelat, putih, atau kombinasi warna-warna
tersebut. Bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan kambing betina 70 kg.
Produksi susu 700 kg per periode laktasi.
E . Kambing Boer
Kambing boer berasal dari Afrika Selatan dan telah masuk ke Indonesia sejak
65 tahun lalu. Kambing boer adalah kambing pedaging terbaik di dunia. Pada umur
5-6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai 35-45 kg dan sudah siap untuk
dipasarkan. Namun, jika dibiarkan sampai usia dewasa (2-3 tahun), bobot badan
kambing jantan bisa mencapai 120 kg.
Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, keempat kaki sangat pendek,
warna kulit cokelat, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga
panjang menggantung, serta kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda
hingga cokelat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke bawah di
wajahnya. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan memiliki
daya tahan tubuh yang sangat bagus.
Kambing boer yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami persilangan
dengan kambing lokal Indonesia. Istilah “kambing boer bangsa murni” akan
digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah
mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan,
berdasarkan catatan silsilahnya. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer
adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang.

2.4. Beberapa Kendala dan Solusinya  dalam  Berternak Kambing


           Ada beberapa kendala dalam  berternak kambing yang salah satunya bersumber dari
penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan penyakit ini dapat diobati secara
tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

A.  Scabies (Kudis)
a.  Penyebab
Parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan
ternak tidak pernah dimandikan.

b.  Tanda- tanda


kerak pada permukaan kulit terutama kulit yang jarang bulunya, Ternak selalu
menggesekan bagian kulit yang terserang kudis serta Kerontokan bulu, kulit
menjadi tebal dan kaku

c.  Pengobatan
Dengan melaksanakan pencukuran bulu sekitar daerah terserang, kemudian
Mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, dan jemur sampai kering.
Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan: 
- Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian
dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit
- Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian
kulit yang sakit.
- Kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian
kulit yang sakit.

d.  Pencegahan
- Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang
sehat.
-  Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
-  Mandikan ternak dua minggu sekali.
-  Bersihkan kandang seminggu sekali.
B.  Belatungan ( Myasis )
a.  Penyebab
Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembangbiak
(bertelur) dan menghasilkan larva belatung.

b.  Tanda-tanda
- Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
- Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.

c.  Pengobatan
- Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kapur barus
atau
     tembakau.
- Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka
baru atau kotoran.
- Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus
kembali.
- Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk  
     mempercepat   pertumbuhan 
C.  Cacingan
a.   Penyebab
Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang
pengembalaan yang kotor.

b. Tanda-tanda
- Kurus, bulu agak berdiri dan tidak mengkilap
- Sembelit atau mencret
- Lesu dan pucat
- Daerah rahang terlihat membengkak
- Mati mendadak

c. Pengobatan
Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian
dipaksakan untuk  dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuasakan
terlebih dahulu. Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air
dan diminumkan. Pengobatan diulangi  satu minggu kemudian.

d. Pencegahan
- Kandang dibuat panggung dan bersih
-Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau
pengembalaan ternak pada siang  hari jam 10.00-15.00.
- Jangan menggembalakan ternak pada daerah rawa, sungai dan sawah.

D. Keracunan Tanaman
a. Penyebab: 
Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat
racun.

b.Tanda-tanda
Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan
kulit/eksim atau terjadi pendarahan.

c. Pengobatan
Cekoklah ternak dengan air kelapa muda.

d. Pencegahan:
      Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah
yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.

2.5. Tingkat Pendapatan Masyarakat Setelah Adanya Peternakan Kambing


Di DesaKampungbaru, ternak kambing dijadikan sebagai komoditas utama dan titik
ungkit bagi peningkatan pendapatan di Desa Kampungbaru, Kecamatan Tanjunganom, yang
merupakan lokasi Prima Tani Kabupaten Nganjuk hubungan hal tersebut, telah dilaksanakan
kajian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan masyarakat desa
Kampungabaru setelah adanya peternakan kambing. 
Pengkajian dilaksanakan dengan metode survai  melalui wawancara langsung
terhadap peternak kambing  dan tokoh masyarakat, data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif. Data yang diamati meliputi data populasi ternak, produksi anak, input output
usaha yang terkait dengan budidaya kambing tahun 2019-2020. Hasil kajian menunjukkan
bahwa ternak kambing yang dibudidayakan pada tahun 2019 seluruhnya telah menghasilkan
anak dan untuk masyarakat di desa Kampungbaru mayoritas menggunakan kambing kacang
untuyk dibudidayakan.  budidaya kambing kacang  ditaksir meningkatkan pendapatan
peternak hingga 75 – 100 %.
Kambing kacang dalam proses 6 – 8 bulan sudah mampu produksi atau menghasilkan
anak, sehingga dalam 2 tahun kambing kacang mampu menghasilkan anak antara 3 – 4 kali.
Untuk kambing kacang dewasa siap jual harganya di kisaran Rp.450.000 hingga
Rp.800.000. bias dibayangkan bila daam waktu 2 tahun berapa keuntungan yang bisa
dihasilkan dari peternakan kambing ini, sehingga masyarakat dalam sisi pendapatan, para
peternak jelas adanya peningktan yang signifikan. Ini berarti masyarakat mengalami
perubahan yang maju dari segi kesejahteraan karena adanya  budidaya peterakan kambing
tersebut khusunya di desa Kampungabaru.
PENUTUP

A.    Kesimpulan
  Dari uraian dan penjelasan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
Secara nasional peternakan kambing  berpotensi menjadi salah satu komoditas andalan di
dalam negeri khusunya didesa mekarsari, di samping dapat berperan untuk menekan
terhadap pengangguran, peternakan juga mampu meningkatkan dari sisi kreatifitas
masyarakat desa Kampungabaru.
Selain itu juga dengan  adanya peternakan kambing di daerah pedesaan khususnya desa
Kampungabaru mampu memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat
sehingga kesejahteraan dari segi ekonomi masyarakat didesa tersebut ada peningkatan.

B.     Saran-saran
Sebagai akhir perlengkapan penyusun karya tulis ini, kiranya penulis akan
menyampaikan saran yang mungkin berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya, adapun saran tersebut sebagai berikut :
1. Peningkatan pelatihan harus ditingkatkan oleh pemerintah setempat guna menghasilkan
pemaksimalan produksi peternakan baik dari segi kualitas atau kuantitas.
2. Pemerintah juga harus memberikan dukungan baik dari segi modal dan juga membantu
dalam pemasaran hasil peternakan kambing tersebut agar sesuai dengan harga pasar yang
berlaku agar tidak termonopoli oleh para tengkulak.
3. Jadikan budidaya ternak kambing tersebut sebagai budaya kearifan lokal, sehingga selain
lokasi desa mekarsari sebagai sentral budidaya kambing juga sebagai tempat wisata bagi
para wisatawan yang ingin melihat atau mempelajari tentang tekhnik budidaya
peternakan kambing secara tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University
Press. Jogjakarta.

Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.

Batubara, A., B. Tiesnamurti, F. A. Pamungkas, M. Doloksaribu & E. Sihite. 2007. Koleksi


Ex-situ dan Karakterisasi Plasma Nutfah Kambing.
Laporan akhir RPTP. Lokasi Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Devendra, C. 2001. Small ruminant: Impreratives for productivity enhacement improved
livelihoods and rural growth. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14 (10): 1483-1496.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ke-2. Terjemahan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ke-4. Terjemahan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Nell. A. J. and D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of Livestock
Feed in Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprojo. 2000.Buku Pengantar Hijauan Makanan Ternak. Gadjah mada University
Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai