Anda di halaman 1dari 90

Skripsi

MENGANALISIS TERAPI YANG EFEKTIF UNTUK


MENURUNKAN DISMENORE (NYERI HAID):
LITERATURE REVIEW

ENJEL FANECHA DIFA


NIM: 21117049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN
DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021
Skripsi
MENGANALISIS TERAPI YANG EFEKTIF UNTUK
MENURUNKAN DISMENORE (NYERI HAID):
LITERATURE REVIEW

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

ENJEL FANECHA DIFA


NIM: 21117049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN
DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2021

ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata
Nama : Enjel Fanecha Difa
NIM : 21117049
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Lahat / 10 November 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Talang Sawah Kec. Lahat Selatan Kota Lahat

Nama Orang Tua


Ayah : Taufik Hidayat

Ibu : Asfadiah
Alamat : Desa Talang Sawah Kec. Lahat Selatan Kab. Lahat

Pendidikan
Tahun 2005-2011 : SD Negeri 11 Lahat Selatan
Tahun 2011-2014 : SMP Negeri 2 Lahat

Tahun 2014-2017 : SMA Negeri 2 Lahat


Tahun 2017-2021 : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang

vii
ABSTRAK
Nama : Enjel Fanecha Difa
Nim : 21117049
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Menganalisis Terapi Yang Efektif Untuk Menurunkan
Dismenore (Nyeri Haid)
Jumlah Halaman : 75
Latar Belakang : Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada
perempuan sebagai tanda organ kandungan telah berfungsi dengan matang,
ditandai dengan perdarahan yang keluar secara teratur dari uterus. Salah satu
masalah yang dialami wanita saat menstruasi yaitu dismenore (nyeri haid) adalah
nyeri pada perut yang berasal dari uterus hal ini terjadi sebelum atau selama
menstruasi. Dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan
non farmakologi. Beberapa terapi non farmakologi yaitu kompres hangat, senam
dismenore, aromaterapi lemon (citrus), massage effleurage, relaksasi nafas
dalam, terapi akupresur, aromaterapi lavender dan minum air jahe. Tujuan : Pada
penulisan Literature Review ini bertujuan untuk menganalisis terapi yang efektif
untuk menurunkan dismenore (nyeri haid). Metode : Pada Literature Review ini
menggunakan metode pencarian artikel yang dilakukan dengan menggunakan
database elektronik seperti Google Scholar dan Pubmed untuk menjawab tujuan
penulisan. Hasil : Berdasarkan hasil ulasan dari 33 artikel penelitian tersebut
didapatkan bahwa terapi kompres hangat dan massage effleurage lebih efektif
dalam menurunkan dismenore (nyeri haid) dibandingkan dengan senam
dismenore, aromaterapi lemon (citrus), relaksasi nafas dalam, terapi akupresur,
aromaterapi lavender dan minum air jahe. Kesimpulan : Terapi kompres hangat
dan massage effleurage efektif dalam menurunkan dismenore (nyeri haid).
Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada bagian perut karena terjadi
konduksi dimana akan terjadi perpindahan panas, perpindahan panas akan
melunakkan jaringan fibrosa, memberi rasa nyaman, mencegah spasme otot,
meningkatkan relaksasi otot, dilatasi atau pelebaran pembuluh darah serta
meningkatkan aliran darah. Massage effleurage dapat meningkatkan sirkulasi
darah, menghangatkan abdomen, menghambat otot abdomen berkontraksi dan
meningkatkan relaksasi fisik serta mental.
Kata Kunci : Terapi, Nyeri Menstruasi, Nyeri Dismenore, Nyeri Haid,
Dismenore, Kompres Hangat, Senam Dismenore, Aromaterapi
Lemon, Massage Effleurage, Relaksasi Nafas Dalam,
Akupresur, Aromaterapi Lavender, Jahe.
Daftar Pustaka : 50 (2015-2021)

viii
ABSTRACT

Name : Enjel Fanecha Difa


Nim : 21117049
Study Program : Bachelor of Nursing
Title : Analyzing the types of effective therapy to reduce
dysmenorrhea (menstrual pain)
Number of Pages : 75

Background: Menstruation is a physiological change that occurs in women as a


sign that the uterine organs have functioned properly, marked by regular bleeding
from the uterus. One of the problems experienced by women during menstruation,
namely dysmenorrhea (painful menstruation) is pain in the abdomen that comes
from the uterus, this occurs before or during menstruation. Dysmenorrhea can be
treated with pharmacological and non-pharmacological therapy. Some non-
pharmacological therapies are warm compresses, dysmenorrhea exercises, lemon
(citrus) aromatherapy, effleurage massage, deep breath relaxation, acupressure
therapy, lavender aromatherapy and drinking ginger water. Study Objective: The
aim in this study is to analyze effective therapy to reduce dysmenorrhea.
Methods: This Literature Review uses an article search methods using electronic
databases such as Google Scholar and Pubmed to answer the purpose of writing.
Results: Based on the results of a review of 33 research articles, it was found that
warm compress therapy and effleurage massage were more effective in reducing
dysmenorrhea (menstrual pain) compared to dysmenorrhea exercise, lemon
(citrus) aromatherapy, deep breath relaxation, acupressure therapy, lavender
aromatherapy and drinking ginger water. Conclusion: Warm compress therapy
and effleurage massage are effective in reducing dysmenorrhea (menstrual pain).
Warm compresses can provide a warm feeling in the abdomen because conduction
occurs where heat transfer will occur, heat tranfer will soften tissue, provide a
sense of comfort, prevent muscle spasm, increase muscle relaxation, dilate or
widen blood vessels and increase blood flow. Massage effleurage can increase
blood circulation, warm the abdomen, inhibit abdominal muscles from contracting
and increase physical and mental relaxation.
Keywords : Therapy, Menstrual Pain, Dysmenorrhea Pain, Dysmenorrhea,
Warm Compress, Dysmenorrhea Gymnastics, Lemon
Aromatherapy, Massage Effleurage, Deep Breathing Relaxation,
Acupressure, Lavender Aromatherapy, Ginger.

Bibliography : 50 (2015-2021)

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi in. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih Kepada :

1. Bapak Heri Shatriadi CP, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Ilmu
Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Maya Fadlilah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan
3. Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan
4. Ibu Puji Setya Rini, M.Kes selaku Pembimbing I, Apriyani, M.Kep selaku
Pembimbing II, Dewi Pujiana, S.Kep., Ns., M.Bmd selaku penguji I dan
Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep,. Ns., M.Kep selaku penguji II
5. Kepada seluruh Dosen-Dosen yang ada di Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang khususnya bapak/ibu Dosen Ilmu
Keperawatan yang membantu meyelesaikan Skripsi ini
6. Kepada kedua orang tua saya, Mama Asfadiah dan Ayah Taufik Hidayat
yang selalu mendukung dan mendo’akan, sehingga saya mampu
menyelesaikan Skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu, Semoga Skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Palembang, 22 April 2021
Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ............................................. v
HALAMAN PUBLIKASI............................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT ................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7


A. Konsep Teori Menstruasi ..................................................................... 7
1. Definisi Menstruasi ......................................................................... 7
2. Siklus Menstruasi............................................................................ 7
3. Fase-fase Menstruasi ....................................................................... 7
B. Konsep Teori Disminore ...................................................................... 8
1. Definisi Dismenore (Nyeri Haid) ................................................... 8
2. Etiologi Dismenore (Nyeri Haid) ................................................... 9
3. Manifestasi Klinis ........................................................................... 9
4. Patofisiologi .................................................................................... 10
5. Skala Dismenore (Nyeri Haid) ....................................................... 10
6. Tipe Dismenore (Nyeri Haid) ......................................................... 11
7. Penatalaksanaan Dismenore (Nyeri Haid) ...................................... 13
1). Kompres Hangat ....................................................................... 14
2). Senam Dismenore ..................................................................... 15
3). Aromaterapi Lemon (citrus) ..................................................... 17
4). Massage Effleurage ................................................................... 18
5). Teknik Relaksasi Nafas Dalam .................................................. 19
6). Terapi Akupresur ..................................................................... 20
7). Aromaterapi Lavender ............................................................... 21
8). Minum Air Jahe ........................................................................ 22
C. Kerangka Teori .................................................................................... 24

BAB III METODE LITERATURE REVIEW .......................................... 25


A. Strategi Penelusuran Literature .......................................................... 25
1. Database elektronik ....................................................................... 25
2. Kata kunci..................................................................................... 25
3. Kriteria inklusi dan eksklusi .......................................................... 26

xi
B. Proses Seleksi Literature .................................................................... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 28


A. Hasil .................................................................................................. 28
B. Pembahasan....................................................................................... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 57


A. Kesimpulan ....................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................. 57
C. Keterbatasan ...................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59


LAMPIRAN ................................................................................................ 64

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daftar Literature Review ............................................................... 29

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ............................................................................ 24


Bagan 3.1 Proses Literature Review .............................................................. 27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengajuan Tema Skripsi ........................................................... 64


Lampiran 2 : Lembar Persyaratan Mengikuti Seminar Proposal .................... 65
Lampiran 3 : Lembar Rekomendasi Seminar Proposal .................................. 66
Lampiran 4 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir .............................................. 67
Lampiran 5 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan) ............................. 68
Lampiran 6 : Lembar Persyaratan Mengikuti Seminar Hasil .......................... 69
Lampiran 7 : Lembar Rekomendasi Seminar Hasil ........................................ 70
Lampiran 8 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir .............................................. 71
Lampiran 9 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan) ............................. 72
Lampiran 10 : Lembar Rekomendasi Ujian Komprehensif ............................ 73
Lampiran 11 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir ............................................ 74
Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan) ........................... 75

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada


perempuan sebagai tanda organ kandungan telah berfungsi dengan matang,
ditandai dengan perdarahan yang keluar secara teratur dari uterus.
perempuan mengalami menarche pada usia 12 hingga 16 tahun, dengan
siklus normal yang terjadi setiap 22 sampai 35 hari terjadi selama 2 sampai
7 hari. Perempuan yang mengalami menstruasi sering mengalami beberapa
masalah ataupun keluhan, keluhan yang sering dirasakan yakni nyeri pada
saat menstruasi atau dismenore (Arini et al., 2020)

Dismenore (nyeri haid) adalah nyeri pada perut yang berasal dari
uterus hal ini terjadi sebelum atau selama menstruasi. Dismenore (nyeri
haid) yang dirasakan setiap perempuan berbeda-beda, ada yang tidak
terganggu, terganggu sedikit dan ada juga yang sangat terganggu hingga
tidak bisa menjalankan aktivitas kesehariannya membuatnya harus
beristirahat bahkan absen dari perkuliahan atau pekerjaannya (Audina,
2020)

Penyebab dismenore (nyeri haid) karena terjadinya peningkatan


pada hormon prostaglandin, hormon prostaglandin ini mengakibatkan
terjadinya kontraksi pada uterus dan juga vasokonstriksi pembuluh darah.
Aliran darah yang menuju ke uterus ini menurun sehingga uterus tidak
mendapatkan suplai O2 yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri pada
perut (Novadela et al., 2019). Nyeri timbul sebelum atau bersamaan
dengan hari pertama haid dan berlangsung beberapa jam bahkan beberapa
hari. Nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik lapisan pada
myometrium yang membuat gejala nyeri dari ringan hingga ke berat (Sari,
2019).

1
2

Mekanisme dismenore (nyeri haid), setelah proses dari ovulasi


yang merupakan suatu respon dari peningkatan produksi progesteron,
disini asam lemak juga akan meningkat didalam fosfolipid pada membrane
sel, kemudian asam arakidonat dan juga asam lemak mega-7 lainnya
dilepaskan dan memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan
leukotrien dalam uterus, kemudian akan mengakibatkan pada
termediasinya suatu respon inflamasi, akan terasa tegang saat menstruasi.
Metabolisme asam akaridonat menghasilkan prostaglandin. Prostaglandin
menyebabkan hipertonus dan vasokontriksi di miometrium sehingga
mengakibatkan iskemia dan juga nyeri menstruasi (Sari, 2019).

Menurut WHO jumlah angka kejadian dismenore (nyeri haid) di


dunia sangatlah besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan disetiap
negaranya mengalami dismenore atau nyeri haid. Di Indonesia kejadian
dismenore (nyeri haid) cukup besar, dismenore (nyeri haid) mencapai 60-
70% dari jumlah perempuan di Indonesia. Dismenore primer di Indonesia
sebanyak 54,89%, sedangakan tipe sekunder di Indonesia sebanyak
45,11%. Di Kota Palembang kejadian dismenore (nyeri haid) juga cukup
besar sebanyak 56,2% dari jumlah perempuan di kota Palembang, dengan
skala nyeri ringan 66,7% dan nyeri berat sebanyak 33,3% (Rahmadhayanti
et al., 2017).

Penanganan dismenore (nyeri haid) secara umum dibagi menjadi


dua yaitu secara farmakologis dan non farmakologis, secara farmakologis
yang sering digunakan yaitu dengan terapi analgesic (Priscilla et al.,
2012). Cara sederhana mengatasi dismenore dengan mengalihkan rasa
nyeri pada kegiatan lain seperti, meletakkan sesuatau yang hangat pada
bagian perut (kompres hangat), aromaterapi atau bisa dengan senam
ataupun olahraga ringan dan juga dengan obat-obatan (Husna, 2018).

Menurut Sinaga, (2017) terapi merupakan suatu usaha dalam


memulihkan kesehatan orang yang mengalami sakit, pengobatan atau
perawatan penyakit. Dalam dunia medis terapi sinonim dengan kata
pengobatan. Terapi juga diartikan sebagai suatu jenis pengobatan terhadap
3

penyakit dengan kekuatan batin dan juga rohani, bukan dengan


menggunakan obat-obatan. Jenis terapi untuk mengurangi dismenore
menurut Gebeyehu, et al., (2017) hal yang dapat dilakukan yaitu massage,
kompres hangat perut yang sakit, berolahraga atau senam, melakukan
relaksasi, mandi air hangat dan mengonsumsi suplemen.

Dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan berbagai cara, salah


satunya dengan melakukan kompres hangat. Kompres hangat dapat
memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangai rasa nyeri pada perut,
mengurangi dan mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
perut. Kompres hangat pada perut dapat dilakukan dengan cara mengisi air
hangat pada botol kaca atau bisa juga dengan handuk yang telah direndam
di dalam air hangat lalu peras dan tempelkan pada area perut. Fisiologis
dari kompres hangat memiliki dampak untuk pelunakan jaringan fibrosa,
membuat otot menjadi lebih rileks, mengurangi dan menghilangkan rasa
nyeri dan dapat memperlancar aliran darah (Nida & Sari, 2016). Menurut
penelitian Dahlan, (2017) terjadi penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum
dan setelah diberikan kompres hangat terhadap nyeri haid atau dismenore,
hal ini menunjukkan bahwa terapi kompres air hangat berdampak positif
dalam menurunkan dan mengurangi dismenore (nyeri haid) pada
perempuan menstruasi.

Latihan senam atau olahraga ringan sangat dianjurkan untuk


mengurangi dismenore (nyeri haid). Olahraga atau senam merupakan salah
satu teknik yang dapat dilakukan untuk mengurangi dismenore (nyeri
haid). Senam dapat mengurangi dismenore karena saat seseorang
melakukan senam dapat menghasilkan hormon endorphin, fungsi
endorphin sebagai penawar sakit alami tubuh dan sebagai obat penenang
yang menimbulkan rasa nyaman, hormon ini diproduksi oleh otak dan
susunan saraf tulang belakang (Sari, 2019). Berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyu (2019) didapatkan perbedaan
antara dismenore (nyeri haid) sebelum dan sesudah dilakukan senam haid,
artinya terdapat pengaruh terhadap intensitas nyeri haid (dismenore)
4

sebelum dilakukannya senam haid dan setelah dilakukan senam haid pada
perempuan dismenore (nyeri haid).

Teknik relaksasi aromaterapi lemon (citrus) dapat menurunkan


dismenore (nyeri haid) yaitu dengan kandungan utama yang terdapat pada
lemon yaitu limeone, fungsi dari kandungan limeone ini dapat
menghambat sistem kerja hormon prostaglandin sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri saat menstruasi. Dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh aromaterapi lemon terhadap penurunan dismenore (nyeri haid).
(Rambi et al., 2019).

Metode massage juga dapat dilakuakan untuk menurunkan


dismenore (nyeri haid) salah satunya massage effleurage. Effleurage
adalah bentuk massage dengan menggunakan kedua telapak tangan di
letakkan diperut dengan memberikan tekanan lembut secara sirkulasi yang
berulang ke atas permukaan tubuh. Tujuan dari massage ini untuk
meningkatkan sirkulasi darah, menghangatkan otot abdomen dan dapat
meningkatkan relaksasi. Penelitian terahulu yang dilakukan oleh Agustina
(2016) dengan judul “Pengaruh Pemberian Effleurage Massage
Aromatherapy Jasmine terhadap Tingkat Disminore pada Mahasiswa
Keperawatan Semester IV di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta” dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh Massage Effleurage
terhadap dismenore (nyeri haid).

Dismenore (nyeri haid) dapat juga dikurangi dengan cara teknik


relaksasi nafas dalam, teknik ini dilakukan dengan menarik nafas perlahan
dengan menggunakan diafragma, sehingga abdomen terangkat dengan
perlahan dan dada mengembang penuh lalu dihembuskan secara perlahan.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan dan mengurangi intensitas
dari dismenore (nyeri haid), berkurangnya rasa cemas, dapat juga
meningkatkan ventilasi paru dan dapat meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya
(Aningsih et al., 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Siregar, (2019)
didapatkan setelah dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam pada
5

perempuan haid maka intensitas dismenore (nyeri haid) mengalami


penurunan dibandingkan sebelum dilakukannya teknik relaksasi nafas
dalam.

Salah satu cara untuk menurunkan nyeri dismenore dengan


menggunakan terapi akupresur, dapat dilakukan dengan gerakan berupa
mendorong, memegang, menggosok, menekan, memijat, memukul, dan
tindakan sederhana lainnya pada titik akupoin. Efek dari penekanan yang
dilakukan dapat menekan jumlah penuruan dari prostaglandin dan dapat
merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon endorphin yang fungsinya
sebagai pereda nyeri yang diproduksi didalam darah dan susunan syaraf
pusat. Tujuan dari terapi akupresur adalah untuk menyeimbangkan
hormone yang berlebih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fitria,
(2020) dengan judul “pengaruh akupresur dengan teknik tuina terhadap
pengurangan nyeri haid (dismenore) pada remaja putri” didapatkan hasil
bahwa terapi akupresur berpengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri
haid.

Dismenore (nyeri haid) dapat juga dikurangi dengan aromaterapi


lavender. Hal ini karena aromaterapi lavender dapat memberikan
ketenangan, rasa nyaman, mengurangi stress dan juga dapat merelaksasi.
Aromaterapi lavender digunakan secara inhalasi akan memasuki hidung
dan pesan akan dihantarkan kepusat emosi didalam system limbik dan
kemudian pesan akan menghantakan kembali ke seluruh tubuh melalui
system sirkulasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marika et al.,
(2017) didapatkan bahwa setelah dilakukan intevensi aromaterapi lavender
terjadi penurunan intensitas nyeri dismenore dibandingkan sebelum
dilakukan aromaterapi lavender.

Dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan minum air jahe, pada
jahe terdapat kandungan oleroresin yang tinggi. Oleroresin ini merupakan
komponen bioaktif yang terdiri dari gingerol dan juga shogaol yang
fungsinya sebagai anti inflamasi hal ini dapat memblokir system kerja
prostaglandin sehingga dapat menurunkan intensitas nyeri dismenore pada
6

saat menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan


oleh Agussafutri, et al., (2016) didapatkan hasil setelah diberikan
intervensi wedang jahe efektif dalam menurunkan intensitas dismenore.

Dismenore (nyeri haid) banyak dialami oleh perempuan


menstruasi, terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan dismenore
(nyeri haid) yaitu kompres hangat, senam dismenore, aromaterapi lemon
(citrus), massage effleurage, teknik relaksasi nafas dalam, terapi
akupresur, aromaterapi lavender dan minum air jahe. Sehingga peneliti
ingin mengetahui terapi apa yang paling efektif untuk menurunkan
dismenore (nyeri haid).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan


untuk melakukan Literature Review tentang “Menganalisis Terapi yang
Efektif untuk Menurunkan Dismenore (Nyeri Haid)”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk Menganalisis Terapi yang


Efektif untuk Menurunkan Dismenore (Nyeri Haid).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Menstruasi


1. Definisi menstruasi
Menstruasi merupakan peristiwa keluarnya darah dari vagina
karena terjadi peluruhan lapisan dinding rahim yang mengandung
pembuluh darah (endometrium) hal ini terjadi sebulan sekali yang
apabila tidak ada pembuahan misalnya melalui suatu hubungan seksual
maka setelah 14 hari kemudian sel telur akan gugur bersama dengan
darah dari lapisan dinding uterus yang sebelumnya telah menebal.
Biasanya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari. Menstruasi
merupakan proses yang dipersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya
untuk kehamilan (Setiawati, 2019).

2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi berkisar antara 27-30 hari. Pada umumnya
28 hari, yang artinya menstrusi akan terjadi setiap 28 hari sejak masa
menarche (menstruasi pertama) dan akan terus berlangsung hingga
masa menopause (berhentinya menstrusi secara permanen). Walaupun
siklus menstruasi rata-rata antara 27-30 hari, namun seorang
perempuan yang memiliki siklus menstruasi pendek misalnya 21 hari
atau siklus menstruasi panjang misalnya 40 hari, hal ini masih
dianggap normal jika siklus itu tetap, yang artinya memang dialami
secara terus menerus selama masa menstruasi (Sinaga, 2017).

3. Fase-fase menstruasi
Fase-fase menstruasi menurut (Sari, 2019)
a. Fase menstruasi
Terjadi pada saat dinding pada uterus luruh dan keluar dari tubuh
disertai dengan keluarnya darah. Terjadinya mulai dari hari
pertama hingga hari ke-7.

7
8

b. Fase praovulasi
Terjadi pematangan dari sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Berlangsungnya dari hari ke-7 sampai dengan hari ke-13.
c. Fase ovulasi
Pada fase ini sel telur sudah matang dan sudah siap untuk dibuahi.
Pada umumnya dialami sekitar 14 hari sebelum terjadinya
menstruasi.
d. Fase pascaovulasi
Pada fase ini terjadi degenerasi karena tidak adanya pembuahan
pada ovulasi dan akan kembali pada fase pertama.

B. Konsep Teori Dismenore


1. Definisi Dismenore (nyeri haid)
Dismenore (nyeri haid) berasal dari kata “dys” dan “menorea”.
Dys atau dis yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau
mens yaitu pelepasan lapisan uterus yang terjadi setiap bulan berupa
darah yang sering disebut menstruasi. Dismenore (nyeri haid) adalah
nyeri dibagian perut bawah dan menjalar kebagian punggung juga
paha. Nyeri ini timbul sebelum atau bersamaan dengan hari pertama
haid dan berlangsung beberapa jam bahkan beberapa hari. Nyeri yang
timbul akibat kontraksi disritmik lapisan pada myometrium yang
membuat gejala nyeri dari ringan hingga ke berat. Dismenore (nyeri
haid) adalah gangguan pada fisik seorang perempuan yang sangat
mengganggu, dismenore (nyeri haid) dialami ketika sedang menstruasi
berupa gangguan nyeri atau kram di bagian perut (Sari, 2019).
Dimenore (nyeri haid) salah satu masalah yang sangat
mengganggu dalam aktifitas sehari-hari seorang perempuan.
Perempuan di Indonesia yang mengalami kejadian dismenore (nyeri
haid) sekitar 55% (Viki et al., 2017). Hampir semua wanita yang
menstruasi mengalami rasa yang tidak enak pada bagian perut bawah
saat menstruasi. Pada umumnya kontraksi otot tidak dirasakan namun
pada kontraksi yang hebat sering menyebabkan aliran darah keuterus
9

terganggu mengakibatkan timbulnya rasa nyeri (Seingo F, et al.,


2018). Biasanya gejala dismenore primer pada perempuan terjadi pada
usia produktif 2-3 tahun setelah menarche (Maidarti et al., 2018).

2. Etiologi Dismenore (nyeri haid)


Penyebab terjadinya dismenore (nyeri haid) dikarenakan
adanya peningkatan pada hormon prostaglandin. Hormon
prostaglandin ini mengakibatkan kontraksi pada uterus dan
vasokontriksi pada pembuluh darah. Aliran darah yang menuju
keuterus menurun sehingga uterus tidak mendapatkan suplai O2 yang
adekuat sehingga menyebabkan nyeri pada bagian perut (Novadela et
al., 2019).
Etiologi dismenore primer menurut Warita, et al., (2020)
kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran hormon prostaglandin pada
saat menstruasi dan hormon prostaglandin inilah yang merangsang
kontraksi pada otot uterus. Beberapa kontraksi tersebut sesekali akan
menutup arteri miometrium yang dapat menyebabkan nyeri. Biasanya
nyeri dimulai sebelum menstruasi atau pada hari pertama haid.
Prostaglandin adaalah zat kimia yang dinyatakan dapat
mempengaruhi dalam meningkatkan nyeri haid primer. Prostaglandin
merupakan salah satu senyawa kimia yang ada dalam darah, fungsinya
untuk mengatur beberapa aktifitas dari tubuh, termasuk juga aktivitas
uterus. Apabila kadar prostaglandin ini berlebih, maka akan
menyebabkan kontraksi rahim bertambah pada saat haid sehingga
dapat terjadi nyeri yang hebat (Maidarti et al., 2018).

3. Manifestasi Klinis
Tanda gejala yang dapat dirasakan saat dismenore (nyeri haid)
adalah nyeri pada suprapublik terasa tajam, menusuk, terasa seperti
diremas, nyeri dibagian perut bawah namun dapat menjalar sampai
kebagian paha dan juga bagian pinggang (Sari, 2019).
10

4. Patofisiologi
Setelah proses dari ovulasi yang merupakan suatu respon dari
peningkatan produksi progesteron, disini asam lemak juga akan
meningkat didalam fosfolipid pada membrane sel. Kemudian asam
arakidonat dan juga asam lemak mega-7 lainnya dilepaskan dan
memulai suatu aliran mekanisme prostaglandin dan leukotrien dalam
uterus. Kemudian akan mengakibatkan pada termediasinya suatu
respon inflamasi, akan terasa tegang saat menstruasi. Dari hasil
metabolisme asam akaridonat adalah prostaglandin yang menyebabkan
hipertonus dan vasokontriksi di miometrium sehingga mengakibatkan
iskemia dan juga nyeri menstruasi (Sari, 2019).

5. Skala dismenore (nyeri haid)


Skala dismenore (nyeri haid) menurut (Sari, 2019).
0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal
1 = Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk. Tidak memikirkan rasa
sakit.
2 = Nyeri ringan, terasa seperti cubitan ringan pada kulit.
3 = Nyeri sangat terasa, rasanya seperti pukulan ke hidung yang
menyebabkan hidung berdarah atau terasa seperti suntikan oleh
dokter.
4 = Kuat, nyeri terasa dalam, seperti sakit gigi atau seperti sakit
sengatan lebah.
5 = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk, rasanya seperti pergelangan
kaki terkilir.
6 = Nyeri kuat, dalam yang menusuk beitu kuat, sehingga dapat
mempengaruhi indra yang menyebabkan tidak focus dan juga
komunikasinya terganggu.
7 = Rasanya hampir sama seperti 6 hanya saja rasa sakit benar-benar
mendominasi indra anda yang menyebabkan tidak dapat
berkomunikasi dengan baik dan tak mampu lagi melakukan
perawatan diri.
11

8 = Rasanya benar-benar mengerikan, nyeri beitu kuat sehingga tidak


dapat berpikir jernih dan dapat mengalami perubahan
kepribadian yang parah jika sakit berlangsung lama.
9 = Nyeri begitu kuat hingga menyebabkan tidak bisa mentoleransi dan
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun
caranya, tidak peduli dengan efek samping dan resiko nantinya.
10 = Rasa sakit tidak bisa diungkapkan nyeri begitu kuat hingga
membuat tidak sadarkan diri. Namun sangat jarang orang
mengalami nyeri ini.

Skala nyeri menurut (Wahyudi & Wahid, 2016).


Skala 0 = Tidak ada nyeri
Skala 1-3 = Ringan
Skala 4-6 = Sedang
Skala 7-9 = Berat
Skala 10 = Sangat berat

Menstruasi keadaan normal yang akan dialami setiap


perempuan yang normal kesehatannya. Namun pada saat menstruasi
dapat terjadi beberapa masalah yang dapat membuat cemas orang
tersebut serta keluarga. Terdapat beberapa gangguan ataupun
perubahan yang akan terjadi, salah satunya dismenore (nyeri haid).
Jika tahu cara mengatasinya, maka kemungkinan besar gangguan akan
menjadi ringgan sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(Sinaga, 2017).

6. Tipe dismenore (nyeri haid)


Tipe dismenore (nyeri haid) menurut (Sinaga, 2017)
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami saat
menstruasi. Kram pada saat menstruasi primer disebabkan oleh
otot rahim yang berkontraksi secara intens, tujuan untuk
12

melepaskan lapisan dinding uterus yang tidak diperlukan lagi.


Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut
prostaglandin. Hormon prostaglandin inilah yang merangsang otot-
otot halus dinding rahim untuk berkontraksi mengeluarkan darah.
Makin tinggi hormon prostaglandin yang dihasilkan maka akan
semakin kuat berkontraksi sehingga nyeri yang dirasakan samakin
kuat. Pada hari pertama menstruasi biasanya kadar hormon
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan juga hari
selanjutnya, lapisan pada dinding uterus akan mulai melepas dan
kadar dari prostaglandin akan menurun, dengan menurunnya kadar
prostaglandin ini maka nyeri haid atau disminore pun akan
berkurang.

b. Dismenore sekunder
Pada umumnya dismenore sekunder disebabkan oleh
kelainan atau gangguan pada system reproduksi, misalnya fibroid
uterus, radang panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik.
Dismenore sekunder hanya dapat diatasi dengan mengobati
kelainan atau penyakit yang menyebabkannya.
1) Fibroid adalah pertumbuhan jaringan yang terjadi di luar, di
dalam, atau pada dinding uterus. Pada kasus fibroid ini banyak
yang tidak menimbulkan gejala artinya perempuan yang
mengalami tidak merasakan ataupun mengalami gangguan
termasuk rasa sakit ataupun nyeri yang nyata. Fibroid yang
terdapat pada dinding uterus dapat menyebabkan rasa sakit dan
nyeri yang hebat. Fibroid yang menimbulkan gejala berupa
perdarahan menstruasi yang berat, periode atau durasi yang
lebih dari satu minggu, sering berkemih dan nyeri pada
panggul.
2) Endometriosis adalah kelainan dimana jaringan dari lapisan
dalam dinding uterus atau endometrium tumbuh diluar rongga
13

rahim. Endometriosis biasanya terjadi pada organ-organ di


dalam rongga panggul ataupun velvis, seperti pada indung telur
(ovarium), lapisan yang melapisi rongga abdomen
(peritoneum), pada tuba fallopi dan juga disamping rongga
rahim. Jaringan tersebut juga mengalami penebalan dan luruh,
sama seperti endometrium normal yang terdapat dalam rongga
rahim. Endpan yang disebabkan oleh penyakit ini akan
mengiritasi jaringan disekitarnya dan lama kelamaan akan
membentuk jaringan parut yang membuat nyeri. Gejala utama
nyeri pada penyakit ini dapat dikurangi dengan obat pereda
nyeri dan langkah operasi dapat diambil untuk mengangkat
endometriosis.
3) Adenomiosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium tumbuh di dalam dinding otot rahim atau uterus.
Hal ini biasanya terjadi pada akhir masa subur dan pada wanita
yang melahirkan.
4) Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim,
biasanya pada tuba falopi.

7. Penatalaksanaan Dismenore (nyeri haid)


a. Terapi Farmakologi
Pemberian obat golongan nonsteroidal anti inflammatory
drugs dapat meredakan dismenore (nyeri haid) dengan cara
memblok prostaglandin yang membuat nyeri. Terdapat efek dari
golongan obat ini jika konsumsi dalam jangka waktu yang panjang
yaitu, tekanan darah tinggi, menyebabkan gagal jantung akibat
adanya pembengkakan ditubuh, sel darah merah, sakut perut, mual,
sembelit, diare, muntah dan juga pusing (Larasati & Alatas, 2016).
b. Terapi Non-Farmakologi
Berolahraga atau senam dan beraktivitas dapat
memperlancar aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk
memproduksi endorfin yang bekerja untuk mengurangi nyeri dan
14

menimbulkan rasa gembira. Kompres hangat juga dapat


mengurangi nyeri. Pijatan ringan dapat dilakukan untuk membantu
menghilangkan rasa pegal pada otot tubuh (Sinaga, 2017).
Terapi adalah suatu usaha dalam memulihkan kesehatan
orang yang mengalami sakit, pengobatan atau perawatan penyakit.
Dalam dunia medis terapi sinonim dengan kata pengobatan. Terapi
juga diartikan sebagai suatu jenis pengobatan terhadap penyakit
dengan kekuatan batin dan juga rohani (Chaplin, 2011).
Jenis terapi untuk mengurangi dismenore menurut
Gebeyehu, et al., (2017) :
 Massage atau kompres hangat perut yang sakit.
 Berolahraga
 Melakukan relaksasi
 Mandi air hangat
 Mengonsumsi suplemen

1. Kompres hangat
Kompres hangat adalah salah satu cara yang digunakan untuk
menurunkan dismenore (nyeri haid). Kompres hangat dilakukan
dengan botol yang diisi air hangat secara konduksi dimana akan terjadi
perpindahan panas dari botol ke perut sehingga perut akan menjadi
hangat. Hal ini akan menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah
serta meningkatkan aliran darah pada daerah yang dikompres. Rasa
hangat yang dirasakan dapat merelaksasi dan menimbulkan rasa
nyaman, sehingga dengan rasa nyaman yang dirasakan dapat
menurunkan respon terhadap nyeri yang semula dirasakan (Pangesti et
al., 2017).
Kompres hangat dapat meningkatkan relaksasi otot dan dapat
mengurangi nyeri akibat dari kekakuan atau spasme serta memberikan
rasa hangat lokal. Kompres hangat dapat membuka aliran darah atau
dilatasi. Suhu panas dapat merelaksasi otot dan meminimalkan
ketegangan dari otot, saat otot rileks maka nyeripun akan berangsur
15

menghilang (Diana et al., 2018). Pada saat melakukan kompres hangat


harus memperhatikan suhu air yang digunakan, suhu air yang
digunakan yaitu 37-40 oC (Asmita & Syahminan, 2016).
a. Kelebihan kompres hangat (Pangesti et al., 2017)
1). Dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
2). Tidak memerlukan biaya yang banyak.
3). Tidak memerlukan waktu yang lama.
4). Tidak menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.

b. Kekurangan kompres hangat


1). Dapat menyebabkan iritasi jika air yang digunakan terlalu
panas.
2). Perlu mengukur suhu air terlebih dahulu (Asmita & Syahminan,
2016).

2. Senam dismenore

Senam atau olahraga merupakan salah satu teknik yang dapat


dilakukan untuk mengurangi dismenore (nyeri haid), karena saat
seseorang melakukan senam dapat menghasilkan hormon endorphin,
fungsi endorphin sebagai penawar sakit alami tubuh dan sebagai obat
penenang yang menimbulkan rasa nyaman, hormon ini diproduksi oleh
otak dan susunan saraf tulang belakang (Sari, 2019). Apabila hormon
endorphin meningkat maka akan mengurangi rasa nyeri saat kontraksi
(Agussafutri, et al., 2016).

Nyeri haid primer dapat dicegah oleh perempuan yang


melakukan olahraga atau senam dengan gerakan sederhana minimal 3
hari sebelum menstruasi setiap pagi dan juga sore hari selama 30-45
menit setiap kali melakukan senam. Olahraga atau senam terbukti
dapat meningkatkan kadar endorphin empat hingga lima kali lebih
banyak didalam darah, semakin sering dalam melakukan senam atau
olahraga maka akan semakin banyak atau tinggi juga kadar endorphin.
16

Endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam


hipotalamus dan juga oleh limbik yang fungsinya mengatur emosi
(Sari, 2019).

Olahraga atau senam yang dilakukan dengan frekuensi yang


benar akan menjaga stamina dan ketahanan aliran darah akan terjaga.
Stamina akan kembali turun setelah 48 jam tidak melakukan latihan.
Sebelum stamina dan ketahanan menurun sebaiknya diusahakan untuk
berlatih fisik lagi. Olahraga sangat berperan untuk kelancaran
menstruansi, dengan olahraga atau senam biasanya mentruansi akan
menjadi lancar sehingga tidak akan menimbulkan rasa sakit yang
terjadi pada saat menstruasi. Dengan dilakukannya senam dismenore
akan membantu peregangan pada otot perut, panggul, pinggang, serta
senam sebaiknya dilakukan sebelum haid, sehingga senam yang
dilakukan efektif untuk mengurangi masalah dismenore (nyeri haid)
(Ramaiah, 2012).

Dismenore (nyeri haid) terjadi dikarenakan pasokan oksigen ke


pembuluh darah disekitar organ reproduksi mengalami vasokontriksi,
sehingga pada saat nyeri haid primer oksigen tidak dapat disalurkan ke
pembuluh darah yang ada di organ reproduksi yang pada saat itu
terjadi vasokontriksi. Bila perempuan teratur dalam melakukan
olahraga atau senam maka perempuan tersebut dapat menyediakan
oksigen hampir 2 kali lipat dalam per menit sehingga oksigen dapat
tersampaikan ke pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi dan
dengan olahraga tubuh manusia akan mengeluarkan hormon endorphin
yang dilepaskan dipembuluh darah yang membuat aliran darah
disekitar rahim menjadi lancar sehingga dapat menurunkan dismenore
(nyeri haid) (Sugiharti & Sumarni, 2018).

3. Aromaterapi lemon (citrus)


Salah satu cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan nyeri pada seseorang yang mengalami dismenore (nyeri
haid) adalah dengan menggunakan relaksasi, salah satunya relaksasi
17

aromaterapi (Ita, 2016). Aromaterapi merupakan salah satu teknik


ataupun perawatan bau-bauan dengan menggunakan minyak esensial
aromaterapi. Mekanisme kerja dari perawatan aromaterapi berlangsung
melalui system fisiologis, yaitu melalui sirkulasi tubuh dan juga
melalui system penciuman (Rambi et al., 2019).
Aromaterapi lemon (Citrus) dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mood dan dapat mengurangi rasa marah (Rompas et al.,
2019). Dismenore (nyeri haid) dapat stabil dengan aroma dari jeruk,
hal ini dapat menimbulkan perasaan senang, tenang, meningkatkan
nafsu makan dan dapat juga menyembuhkan penyakit. Ada beberapa
kandungan yang terdapat dalam lemon atau jeruk antara lain yaitu
Linalool, Linalilasetat, Terpineol dan Sitronela: Sifatnya sebagai
penenang (Sedatif) dan juga kandungan limeone: yang dapat
memperlancar peredaran darah (Octaviani, 2019). Komponen dari
limeone dalam aromaterapi lemon dapat menghambat dari system
kerja prostaglandin sehingga dapat mengurangi dismenore (nyeri haid)
(Rompas et al., 2019).
Aromaterapi lemon dicampurkan dengan air matang pada
humidifier, kemudian hirup uap aromaterapi lemon selama kurang
lebih 30 menit sambil tetap rileks dan tenang (Rambi et al., 2019).
Pemberian aromaterapi lemon dengan menggunakan humidifier atau
diffuser dengan perbandingan air 300 ml dan 6 tetes essensial oil
lemon dapat menurunkan tingkat dismenore (nyeri haid) ( Rahmawati,
2015).

4. Massage Effleurage
Effleurage adalah istilah untuk gerakan dalam mengusap
dengan ringan dan juga menenangakan (lembut, lambat dan panjang
tidak putus-putus) saat dimulai pemijatan hingga selesai. Teknik ini
menimbulkan relaksasi. Maka dari itulah, teknik pemijatan ini telah
dilakukan sejak lama dalam dunia keperawatan untuk meningkatkan
istirahat dan relaksasi. Effleurage dilakukan dengan cara menekan
18

perut secara lembut dan juga ringan menggunakan ujung jari hal ini
menurunkan dan juga mengurangi dismenore (nyeri haid) (Marini,
2018). Tujuan dari effleurage adalah untuk meningkatkan sirkulasi
darah, menghambat otot abdomen berkontraksi dan dapat juga
meningkatkan relaksasi fisik serta mental dengan memberi tekanan
lembut (Hartati et al., 2015).
Metode massage effleurage (Marini, 2018) sebagai berikut:
a. Persiapan
1). Persiapan ruangan yang nyaman (tidak bising, bersih dan
tertutup).
2). 1 buah handuk kecil
3). Lotion/ baby oil
b. Langkah-langkah pelaksanaan:
1). Mencuci tangan
2). Beri oil pada telapak tangan lalu usap pada telapak tangan
3). Gerakkan kedua tangan melingkari abdomen
4). Dari abdomen bagian bawah diatas simpisis pubis
5). Tangan arahkan kesamping perut
6). Kemudian dengan tekanan lembut, keatas fundus uteri lalu
turun kembali kebawah (gerakan seperti kupu-kupu).
Gerakan dilakukan 4 kali dalam hitungan 1-8, kemudian
istirahat sebentar dalam hitungan 1-4.
7). Ulangi gerakan selama 15 menit dan berikan lotion atau oil
jika dibutuhkan.

Pemijatan dilakukan 2 kali, setelah 4jam pemijatan pertama


dilakukan, pemijatan kedua dilakukan dengan cara yang sama (Marini,
2018).

Kelebihan massage effleurage (Hartati et al., 2015) :

1). Teknik massage yang aman


2). Mudah untuk dilakukan
3). Tidak memerlukan banyak alat
19

4). Tidak perlu biaya

5). Tidak memiliki efek samping


6). Dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain.

5. Teknik relaksasi nafas dalam


Perawat berperan sangat besar dalam memberikan
penanggualangan nyeri secara nonfarmakologis, salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk meredakan atau mengurangi dismenore (nyeri
haid) yaitu dengan tenik relaksasi nafas dalam (Lamage, 2013). Teknik
relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang maka akan dapat
menimbulkan rasa nyaman. Rasa nyaman inilah yang akan
meningkatkan toleransi seseorang terhadap rasa nyeri yang dialaminya.
Teknik dari relaksasi nafas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri
dengan cara merelaksasi otot yang mengalami spasme, hal ini
disebabkan karena prostaglandin yang meningkat sehingga terjadilah
vasodilatasi pembuluh darah juga meningkatkan aliran darah yang
mengalami spasme dan juga iskemic (Priscilla et al., 2012).
Nafas dalam dapat merangsang produksi hormon endorphin,
hormon ini dapat menurunkan skala dismenore (nyeri haid) secara
alami dan juga dapat memberikan ketenangan hati dan dapat
merelaksasi otot-otot tubuh. Teknik relaksasi nafas dalam dilakukan
dengan menarik nafas menggunakan hidung perlahan sehingga
diafragma terangkat, abdomen dan dada mengembang penuh (menahan
inspirasi secara maksimal) lalu menghembuskan nafas secara perlahan-
lahan melalui mulut. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan
intensitas nyeri, dapat meningkatkan ventilasi paru dan juga dapat
meningkatkan oksigenasi darah (Aningsih et al., 2018) .
Kelebihan teknik relaksasi nafas dalam (Aningsih et al., 2018)
1) Tanpa biaya
2) Praktis untuk dilakukan
3) Bisa dilakukan tanpa bantuan
20

6. Terapi Akupresur
Akupresur berasal dari kata accous dan pressure, yang artinya
jarum dan menekan. Akupresur merupakan istilah yang digunakan
untuk memberikan rangsangan atau stimulasi, dengan teknik
penekanan ataupun dengan teknik mekanik. Penekanan dilakukan
sebagai pengganti dari penusukan jarum yang dilakukan pada
akupuntur, tujuan untuk melancarkan aliran energy vital (qi) pada
seluruh tubuh (Kemenkes RI, 2015).
Akupresur adalah ilmu penyembuhan yang berasal dari negeri
Tionghoa lebih dari 500 tahun yang lalu. Akupresur dianggap sebagai
seni dan juga ilmu penyembuhan yang berdasarkan pada teori
keseimbangan yang berasal dari ajaran Taoisme. Taoisme ini
mengajarkan bahwa semua isi yang ada dialam raya dan sifat-sifatnya
dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yang disebut Yin dan
juga Yang (Fitria & Haqqattiba’ah, 2020).
Efek penekanan pada salah satu titik akupresur yaitu dapat
meningkatkan hormon endorphin, hormon ini berguna sabagi pereda
rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh didalam darah dan susunan saraf
pusat. Jaringan pada syaraf akan menstimulus system endokrin agar
melepaskan hormon endorphin sesuai dengan kebutuhan tubuh
sehingga dapat menurunkan nyeri dismenore. Akupresur juga
dilakukan untuk memperlancar peredaran darah yang dapat membuka
penyumbatan ataupun penyempitan pada pembuluh darah vena,
merangsang simpul syaraf dan pusat syaraf serta untuk mempengaruhi
fungsi-fungsi dari kelenjar. Lokasi titik akupresur untuk nyeri
dismenore yaitu titik He Ku (Li 4) yang terletak diantara tulang
metacarpal pertama dan kedua atau diantara jempol dan juga jari
telunjuk. Dengan cara menekan perlahan secara bersamaan antara kiri
dan kanan hal ini dapat mengurangi nyeri termasuk dismenore (nyeri
haid). Akupresur dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari selama
30 menit, dengan diberi jeda 10 menit setiap perlakuannya
(Panggabean, 2019).
21

7. Aromaterapi Lavender
Aromaterapi lavender merupakan salah satu minyak essensial
analgesic yang mengandung 8% terpena dan 6% keton. Kelebihan dari
minyak lavender dengan minyak essensial lain adalah kandungan
racunnya yang relative sangat rendah, jarang menimbulkan alergi dan
juga merupakan salah satu dari sedikit minyak essensial yang dapat
digunakan langsung pada bagian kulit. Wangi pada aromaterapi
lavender dapat mempengaruhi system di otak yang merupakan pusat
emosi, suasana hati atau mood dan juga memori untuk menghasilkan
bahan neurohormon endorphin dan encephalin, yang bersifat sebagai
penghilang rasa sakit dan serotonin yang berefek menghilangkan
ketegangan ataupun stres serta kecemasan menghadapi persalinan
(Astuti & Lela, 2018).
Cara kerja dari aromaterapi lavender yaitu bau yang dihirup
atau dihisap akan diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang akan
diteruskan keotak melalui system olfaktorius. Semua impuls mencapai
system limbik. System limbik adalah bagian otak yang dikaitkan
dengan suasana hati, emosi, memori dan belajar. Selain itu system
limbik juga berhubungan dengan bagian yang mempengaruhi kelenjar
lendir. Kelenjar ini memiliki fungsi penting dan ikut mempengaruhi
keseimbangan hormon didalam tubuh. Setelah dihantarkan kesistem
limbik, bau tersebut selanjutnya akan dikirim kebagian hipotalamus
untuk diolah. Respon bau yang dihasilkan akan merangsang dari
system saraf otonom yang mengontrol gerakan involunter system
pernapasan dan tekanan darah sehingga timbul keadaan yang rileks dan
juga perasaan yang tenang (Astuti & Lela, 2018).
Cara penggunaan aromaterapi lavender yaitu dengan tissu,
teteskan 1-5 tetes minyak essensial oil lavender kemudian di hirup 5-
10 menit. Dengan cara steam, teteskan 1-5 tetes minyak essensial oil
lavender kedalam alat steam ataupun penguap yang telah diisi air
digunakan selama 10 menit. Dengan lilin aromaterapi lavender
kemudian lilin dinyalakan didalam ruangan tertutup selama 1 jam hal
22

ini dapat menurunkan tekanan darah dan ritme detak jantung


(Yunianingrum, 2018).

8. Minum Air Jahe


Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai
rempah-rempah ataupun bahan obat. Zat besi yang terkandung pada
jahe dapat mencegah anemia saat haid. Kalsium dan vitamin C pada
jahe berguna untuk menegangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri.
Minuman jahe bisa membuat tubuh menjadi rileks dan juga pikiran
menjadi fresh. Dari beberapa uji analisis pengaruh jahe terhadap
menstruasi ditemukan bahwa adanya pengaruh jahe terhadap tingkat
nyeri pada saat menstruasi, karena jahe sama efektifnya dengan asam
mefenamat dan juga ibu profen dalam mengurangi nyeri dismenore.
Caranya jahe merah sebanyak 15 gram ditambahkan gula merah 10
gram dan air sebanyak 400 ml, kemudian direbus hingga tersisa 200 ml
dan diminum 2 kali sehari pada hari pertama haid dan hari kedua haid
saat mengalami nyeri haid (Sari & Listiarini, 2021).
Jahe yang bagian rimpangnya berfungsi sebagai analgesic,
antipiretik dan juga anti inflamasi. Jahe memiliki kandungan yang
oleroresin yang tinggi. Oleroresin terdiri dari komponen bioaktif yang
fungsinya sebagai anti inflamasi yang dapat memblokir prostaglandin
sehingga dapat menghambat kerja enzim siklooksigenase dan enzim
lipoksigenase (mediator inflamasi) sehingga dapat menurunkan
intensitas nyeri menstruasi. Senyawa bioaktif pada jahe yaitu gingerol
dan shogaol berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya
dalam menstabilkan radikal bebas dengan memberikan atom hydrogen
secara cepat kepada radikal bebas. Salah satu mekanisme dalam
mengurangi peradangan adalah dengan menstabilkan atau menetralisir
radikal bebas sehingga dapat menurunkan kerusakan sel dan jaringan
serta mengurangi nyeri (Herlinadiyaningsih, 2016).
Fisiologi jahe sebagai anti nyeri, saat menjelang haid tubuh
wanita akan menghasilkan suatu zat yang disebut dengan
23

prostaglandin. Salah satu fungsi zat tersebut adalah membuat dinding


rahim berkontraksi dan membuat pembuluh darah sekitarnya terjepit
(kontraksi) yang akan menimbulkan iskemia jaringan. Jahe memiliki
kandungan minyak astiri yang dapat menghambat infalamasi yng dapat
memblokir prostaglandin dan menghambat enzim siklogsigenase dan
enzim lipooksigenase yang mengakibatkan nyeri haid dapat berkurang
serta rasa hangat dari jahe membantu menstimulasi sirkulasi darah.
Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah iritasi atau tidak
enak dimulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual (Arnida, 2019).
24

C. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori

Mekanisme Dismenore (nyeri haid):

Asam lemak arakidonat dan asam lemak mega-7 meningkat,


kemudian dilepaskan dalam uterus, lalu termediasinya respon
inflamasi maka terasa tegang, hasil metabolisme asam akaridonat
adalah prostaglandin menyebabkan hipertonus dan vasokontriksi
dimiometrium mengakibatkan iskemia dan nyeri.

Skala Dismenore
(nyeri haid) :
Penyebab dismenore Dismenore

(nyeri haid) : (nyeri haid) 0 : Tidak nyeri

1-3 : Ringan
1. Primer (peningkatan
hormon prostaglandin) 4-6 : Sedang

2. Sekunder (kelainan 7-9 : Berat


atau gangguan system 10 : Sangat berat
reproduksi)

Terapi Non Farmakologi :

Terapi Farmakologi : Meletakkan sesuatu yang hangat


pada perut (kompes hangat),
Obat golongan NSAID
aromaterapi, massage, senam atau
(Ibuprofen, naproxen,
olahraga.
asam mefenamat)

1. Kompres hangat

2. Senam dismenore

3. Aromaterapi lemon (citrus)

4. Message Effleurage

5. Teknik relaksasi nafas dalam

6. Terapi Akupresur

7. Aromaterapi Lavender

8. Minum Air Jahe


BAB III

METODE LITERATURE REVIEW


A. Strategi Penelusuran Literature
1. Database elektronik
Tipe studi literature review ini adalah semua penelitian yang
menggunakan variabel terapi untuk menurunkan dismenore (nyeri
haid). Semua populasi berhak menjadi sampel jika memenuhi semua
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan oleh penulis.
Data diperoleh dari database elektronik, yaitu : Google Scholar
dan Pubmed yang dipublikasi pada tahun 2015 sampai dengan 2021.
Dari kata-kata kunci yang dituliskan di database yang berbeda
mengunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, didapatkan sekitar
3.241 artikel yang ditemukan. Peneliti memilih sendiri artikel sesuai
dengan judul, abstrak, isi, dan tujuan penulisan literature.
Artikel yang terpilih harus sesuai dengan kriteria inklusi.
Artikel yang tidak terkait terapi untuk menurunkan dismenore (nyeri
haid) dikeluarkan. Dengan total 49 artikel (16 dihilangkan) didapatkan
total 33 artikel yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Masing-
masing dari 33 artikel yang dipilih untuk dibaca dengan cermat dari
abstrak, tujuan, data analisis dari pertanyaan awal peneliti untuk
mengumpulkan informasi tentang terapi yang efektif untuk
menurunkan dismenore (nyeri haid).

2. Kata kunci
Menganalisis Terapi yang efektif untuk menurunkan dismenore (nyeri
haid)
Kata kunci bahasa Indonesia : Terapi, Nyeri Menstruasi, Nyeri
Dismenore, Nyeri Haid, Dismenore, Kompres Hangat, Senam
Dismenore, Aromaterapi Lemon, Massage Effleurage, Relaksasi Nafas
Dalam, Akupresur, Aromaterapi Lavender, Jahe.
Kata kunci bahasa Inggris : Therapy, Menstrual Pain, Dysminorrhea
pain, Menstrual pain, Dysminorrhea, Warm Compress, Dysminorrhea

25
26

Exercise, Lemon Aromatherapy, Massage Effleurage, Deep Breathing


Relaxation, Acupressure, Lavender Aromatherapy, Ginger.

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Terdapat beberapa kriteria inklusi dalam pemilihan referensi
literature ini, yaitu :
a. Artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan dengan tujuan
b. Berbahasa Indonesia atau Inggris serta full text
c. Artikel terkait terapi menurunkan dismenore (nyeri haid)
d. Artikel penelitian yang dipublikasi sekitar tahun 2015 sampai
dengan 2021.

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian referensi literature


review ini, yakni artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, review
artikel, dan artikel yang tidak membahas tentang terapi menurunkan
dismenore (nyeri haid).
27

B. Proses Seleksi Literature

Bagan 3.1 Proses Literature Review

Google Scholar Pubmed


(2.114) (1.127)

Artikel diidentifikasi
Identifikasi

(n=3.241)

Eksklusi : >5 tahun


terakhir (n=2.532)

Artikel diidentifikasi

(n=709)
Skrining

Eksklusi : Artikel
ganda (n=176)

Hasil saring

(n=533)

Eksklusi : Tidak
relevan (n=484)
Kelayakan

Artikel full text yang

layak (n=49) Eksklusi : Tidak


menjawab
pertanyaan
Memenuhi

penelitian (n=16)
Artikel diidentifikasi

(n=33)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Dalam penelitian artikel, penulis melakukan pencarian dengan
menggunakan kata kunci (keyword) yang telah disusun. Setelah dilakukan
seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan 33 artikel yang
menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan beberapa desain
penelitian pretest-posttest. Jenis terapi yang diambil yaitu kompres hangat,
massage effleurage, senam dismenore, aromaterapi lemon (citrus), teknik
relaksasi nafas dalam, terapi akupresur, aromaterapi lavender dan minum
air jahe. Dibawah ini merupakan daftar artikel yang diekstraksi dalam
bentuk tabel, sebagai berikut:

28
Tabel 4.1 Daftar Literature Review

No Penulis Judul Tujuan Metode Sampel Instrumen Hasil

1 (Pangesti, el Pengurangan Nyeri Mengetahui One grup - N = 23 -Observasi Terdapat pengaruh kompres hangat
al., 2017) Dismenore Primer Pada pengaruh kompres pretest terhadap pengurangan dismenore
Remaja Putri Dengan hangat terhadap posttest - Consecutive primer pada remaja putri (p=0,000).
Kompres Hangat pengurangan nyeri design sampling Sebelum intervensi skala nyeri 7,48 dan
dismenore primer setelah intervensi kompes hangat skala
pada remaja putri nyeri menjadi 4,74 , pengurangan nyeri
terjadi pada seluruh remaja putri.

2 (Karomika, et The Comparison In The Untuk menganalisis Quasi -N=16 -Angket Ada perbedaan intensitas nyeri sebelum
al., 2019) Effectiveness Of Warm perbedaan efektifitas experiment dan sesudah kompres hangat p-value
And Ginger kompres hangat research 0,000 < α (0,05), rata-rata penurunan
Compresses To The tingkat nyeri setelah kompres hangat
Menstruation Pain (1,375), disimpulkan bahwa terdapat
Toward The Students pengaruh kompres hangat terhadap
Of Smk 2 Al-Hikmah 1 nyeri dismenore.
Sirampog

3 (Mahua, et al., Pengaruh Pemberian Untuk One grup -N= 16 -Kuesioner Terjadi penurunan tingkat nyeri sedang
2018) Kompres Air Hangat mengidentifikasi pretest- dari 75% menjadi 18,8% responden dan
Terhadap Dismenore pengaruh pemberian postest -Purposive terdapat 12,5% responden yang
Pada Remaja Putri Di kompres air hangat sampling nyerinya hilang. Hasil menunjukkan
Smk Pnerbangan terhadap dismenore bahwa p-value 0,000< 0,05 artinya
Angkasa Singosari pada remaja putri terdapat pengaruh yang signifikan dan
Malang efektif dalam menurunkan tingkat
nyeri.

29
4 (Diana, et al., Pengaruh Kompres Air Untuk mengetahui One grup -N= 33 - Observasi Sebelum intervensi kompres hangat
2018) Hangat Terhadap pengaruh kompres pretest- responden paling banyak mengalami
Intensitas Nyeri air hangat terhadap postest nyeri pada skala 4-6 (nyeri sedang)
Dysmenorrhea Pada intensitas nyeri yaitu ada 19 responden (57,58%) dan
Remaja Di Dusun dysmenorrhea pada setelah diberikan intervensi kompres
Randusari Desa remaja di dusun hangat responden banyak yang
Argomulyo randusari desa mengalami penurunan nyeri yaitu nyeri
Cangkringan Sleman argomulyo ringan sebanyak 21 responden
Yogyakarta cangkringan sleman (63,63%). nilai signifikan sebesar 0,000
yogyakarta (p-value < 0,05), dapat disimpulkan
bahwa kompres hangat mempengaruhi
penurunan tingkat nyeri dismenore.

5 (Dahlan & Pengaruh Terapi Untuk mengetahui One grup -N= 16 -Tes Sebelum diberikan intervensi kompres
Syahminan, Kompres Hangat pengaruh terapi pretest- hangat skala nyeri paling banyak terjadi
2017) Terhadap Nyeri Haid kompres hangat postest pada kategori sangat mengganggu
(Dismenorea) Pada terhadap nyeri haid (44%) dan setelah diberikan intevensi
Siswi Smk Perbankan (dismenorea) pada skala nyeri paling banyak pada kategori
Simpang Haru Padang siswi smk sedikit sakit (56%). Terdapat perbedaan
perbankan simpang rata-rata nyeri sebelum diberikan
haru padang intervensi yaitu sebesar 6.50 dan
setelah intervensi mengalami
penurunan menjadi 2.62. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value =
0.000 (p < 0.05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan skala nyeri sebelum
dan setelah intervensi kompres hangat.

6 (Novadela, et Pengaruh Senam Mengetahui Pretest -N= 16 -Kuesioner Rata-rata tingkat nyeri sebelum senam
al., 2017) Dismenore Terhadap pengaruh senam posttest with dismenore pada kelompok ekperiment
Tingkat Dismenore dismenore terhadap control grup -Purposive sebesar 3,19 dan sesudah pelaksanaan
Pada Remaja Putri tingkat dismenore sampling sebesar 1,94, hasil analisis didapatkan
p=0,000 (p< 0,05) Berarti ada

30
-Sample perubahan yang amat sangat bermakna
random pada tingkat dismenore.
sampling

7 (Wahyuningsi Pengaruh Senam Untuk mengetahui Quasi -N= 31 -Tes Sebelum diberikan intervensi senma
h & Wahyuni, Dismenore Terhadap pengaruh senam experiment dismenore tingkat nyeri sedang
2018) Penurunan Tingkat dismenore terhadap design sebanyak 80,6% sebanyak 27
Nyeri Menstruasi Pada penurunan tingkat responden dan nyeri berat 19,4%
Remaja Putri Di nyeri menstruasi sebanyak 6 responden. Setelah
Muhammadiyah dilakukan intervensi sebanyak 27
Boarding School responden nyeri ringan (87,1%) dan 4
(MBS) Pondok responden nyeri sedang ( 12,9%). Hasil
Pesantren Klaten. analisis didapatkan nilai p=0,000
berarti p<0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh
senam dismenore terhadap penurunan
tingkat nyeri menstruasi.

8 (Santi, 2019) Pengaruh Senam Mengetahui Pra - N= 16 -Observasi Sebelum senam dismenore (35,7%)
Disemenore Terhadap pengaruh senam Eksperimenta gejala berat, (28,6%) gejala sedang.
Penurunan Nyeri dismenore terhadap l- one grup -Remaja putri Setalah intervensi (42,9%) nyeri ringan,
Menstruasi Pada penurunan nyeri pretest 16-17 tahun (28,9%) tidak nyeri. Menunjukkan nilai
Remaja Usia 16-17 mesntruasi posttest p < 0,05 (0,002) artinya Ada pengaruh
Tahun senam dismenore terhadap penurunan
nyeri menstruasi.

9 (Agussafutri & Efektifitas Senam Haid Untuk mengetahui -experimental -N = 30 -Kuesioner Sebelum diberikannya intervensi senam
Wijayanti, Dalam Mengurangi efektifitas latihan analitik haid intensitas nyeri yang paling
2016) Intensitas Nyeri Haid menstruasi untuk dengan acak banyak dirasakan oleh responden
Pada Mahasiswi Prodi mengurangi terkendali adalah nyeri sedang dan setelah
DIII Kebidanan Stikes intensitas nyeri haid trial desain diberikannya intervensi senam haid
Kusuma Husada didapatkan bahwa intensitas nyeri yang
Surakarta dirasakan adalah nyeri ringan sebanyak
18 responden (60%) dan sudah tidak

31
ada yang mengalami nyeri berat. Hasil
uji statistik didapatkan nilai Asym.sig
0,001 dimana nilai p value (0,001) <
0,05 yang dapat disimpulkan bahwa
senam haid efektif dalam mengurangi
intensitas nyeri haid.

10 (Rambi, et al., Pengaruh Aromaterapi Mengetahui Quasi - N=40 -Observasi Rata-rata responden sebelum diberikan
2019) Lemon (Citrus) gambaran nyeri eksperiment aromaterapi pada hari pertama
Terhadap Penurunan sebelum dan dengan one - Mengalami merasakan nyeri ringan dengan skala
Dismenore Pada sesudah tindakan grup pre post dismenore nyeri terendah 3 dan tertinggi 6, namun
Mahasiswa serta pengaruh test design mengalami penurunan skala nyeri
Keperawatan aromaterapi lemon without - Belum setelah diberikan aromaterapi, yaitu
dalam menurunkan control pernah terendah 3 dan tertinggi 5. Dihari kedua
dismenore melakukan dengan skala terendah 1 dan tertinggi 5
aromaterapi sebelum diberikan aromaterapi. Hasil
uji diperoleh nilai p=0,000 (<0,05)
artinya terdapat pengaruh pemberian
aromaterapi lemon terhadap penurunan
dismenore.

11 (Matsumoto, et Aromatic Effectsof A Menyelidiki efek One grup -N= 21 -Kuesioner Hasil p=0,030 artinya signifikan dalam
al.,2016) Japanese Citrus Fruit- menenangkan dari pretest- menurunkan dismenore setelah
Yuzu (Citrus Junos tanaman pengharum posttest -Wanita usia menghirup aromaterapi yuzu (citrus),
Sieb. Ex Tanaka)- On yuzu (citrus) pada 20 tahunan emosi dapat diperingan oleh efek
Psychoemotional States gejala haid aromatic yuzu (citrus) stress emosional
And Autonomic negative yang setidaknya sebagian akan
Nervous System Activity berkontribusi pada perbaikan aktivitas
During The Menstrual system saraf parasimpatis.
Cycle: A Single-Blind
Randomized Controlled
Crossover Study

32
12 (Astari, 2019) Efektifitas Aromaterapi Mengetahui Quasi -N= 16 orang -Tes Hasil penelitian menyatakan bahwa
Lemon (Citrus) efektifitas Eksperimenta yang setelah dilakukannya aromaterapi
Terhadap Penurunan aromaterapi lemon l Design mengalami lemon didapatkan nilai p-value 0,000 <
Tingkat Dismenore (citrus) terhadap dengan dismenore α (0,05), maka dapat disimpulkan
Pada Remaja Putri penurunan tingkat rancangan bahwa aromaterapi lemon (citrus)
Kelas IX Di Smp dismenore one grup efektif untuk menurunkan tingkat nyeri
Negeri 1 Bawen pretest- dismenore pada remaja putri.
Kabupaten Semarang posttest
design

13 (Rompas & Pengaruh Aromaterapi Untuk mengetahui Pre -N=26 -Tes Sebelum diberikannya intervensi
Gannika, Lemon (Citrus) penaruh aromaterapi Eksperime aromaterapi lemon (citrus) 26
2019) Terhadap Penurunan lemon (citrus) one grup responden mengalami nyeri sedang 4-6
Nyeri Menstruasi Pada terhadap penurunan pretest- (100%) dengan standar deviasi 0,744.
Mahasiswi Program nyeri menstruasi posttest Setelah diberikan intervensi
Studi Ilmu design aromaterapi lemon (citrus) terjadi
Keperawatan Fakultas perubahan skala nyeri menjadi ringan
Kedokteran Universitas pada 23 responden (88,5%) dan 3
Sam Ratulangi Manado responden (11,5%) tidak mengalami
perubahan intensitas nyeri dengan
standar deviasi 0,796. Didapatkan nilai
p = 0,000 (p < 0,05; α = 0,05), dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan setelah
diberikannya intervensi aromaterapi
lemon (citrus).

14 (Hartati, et al., Pengaruh Teknik Mengetahui Quasy- -N= 21 -Tes Hasil uji statistik diperoleh hasil yang
2015) Relaksasi Front pengaruh teknik experimental signifikan dengan nilai t-hitung > dan t-
Effleurage Terhadap relaksasi front pre-post test tabel = 2,787 atau t-hitung > t-tabel.
Nyeri Dismenore Effleurage terhadap design with Derajat nyeri menstruasi sebelum
intensitas nyeri control group diberikan terapi massage skala nyeri
dismenore pada sedang sebanyak 60% setelah diberikan
terapi massage menjadi nyeri ringan

33
remaja putri sebanyak 66,66%.

15 (Ariani, et al., The Effectieness Of Mengukur One grup -N=30 -Koesioner Sebelum dan setelah diberikan
2020) Combination Effleurage perubahan skor Pretest- intevensi signifikan secara statistik
Massage And Slow nyeri haid sebelum posttest -Siswa dengan dalam total sampel (t = 10,933, p =
Deep Breathing dan sesudah pijat nyeri haid 0,00), pada kelompok yang dilakukan
Technique To Decrease effleurage primer intervensi (t = 9,054, p = 0,00) dan
Menstrual Pain In perbedaannya pra-tes dikurangi post-
University Srudents -Siswi dengan tes) secara statistic lebih signifikan
nyeri haid kelompok intervensi (t =3,454, p =
parah 0,002). Dapat disimpulkan bahwa
teknik massage effleurage signifikan
-Usia17-21 dalam mengurangi dismenore (nyeri
tahun haid).

16 (Agustina, Pengaruh Pemberian Mengetahui Pre -N= 20 -Observasi Sebelum diberikan massage effleurage
2016) Effleurage Massage pengaruh pemberian eksperimen aromatherapy jasmine tingkat nyeri
Aromaterapi Jasmine effleurage massage dengan one sedang sebanyak 15 orang (75%) dan
Terhadap Tingkat aromatherapy group yang mengalami nyeri berat 5 orang
Dismenore Pada jasmine terhadap pretest- (25%) namun setelah diberikan
Mahasiswa tingkat dismenore posttest intervensi terjadi penurunan tingkat
Keperawatan Semester nyeri sedang menjadi 11 orang (55%)
Iv Di Universitas dan nyeri ringan menjadi 9 orang
‘Aisyiyah Yogyakarta’ (45%). Didapatkan hasil 0,000<0,05
artinya ada pengaruh pemberian
massage effleurage aromaterapi
jasmine terhadap tingkat dismenore.

17 (Yusri, et al., Efektifitas Kompres Untuk mengetahui - One grup -N =20 -Tes Hasil didapatkan rata-rata intensitas
2017) Hangat Dan Massage efektifitas kompres pre test-post nyeri dismenore pada kelompok
Effleurage Terhadap hangat dan massage test kompres hangat sebelum dan setelah
Intensitas Dismenore effleurage terhadap dilakukannya intervensi menunjukkan
Di Pesantren Arrisalah intensitas nyeri adanya perbedaan yang bermakna
dengan nilai mean 0,9 (p value 0,001)

34
Padang dismenore terjadi penurunan sebesar 22,5%.
Sedangkan rata-rata intensitas nyeri
dismenore pada kelompok massage
effleurage sebelum dan setelah
dilakukannya intervensi menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna
dengan nilai mean 1,0 (p value 0,000)
terjadi penurunan sebesar 27,8%. Dapat
disimpulkan bahwa kompres hangat
dan massage effleurage efektif dalam
menurunkan intensitas dismenore.

18 (Ibrahim, et Efektifitas Teknik Mengetahui - One grup -N =15 -Angket Hasil penelitian menyatakan bahwa
al., 2020) Relaksasi Nafas Dalam efektifitas teknik pre test-post sebelum perlakuan 6.27 dan sesudah
Terhadap Penurunan relakssasi nafas test -Purposive diberikan perlakuan rata-rata nyeri
Nyeri Haid dalam terhadap sampling 2.80. Hasil p=0,000 (p=<0,05)
(Dismenore) Pada penurunan nyeri sehingga dapat disimpulkan ada
Siswi haid (dismenore) efetifitas teknik relaksasi nafas dalam
terhadap penurunan nyeri dismenore.

19 (Indahsari , et Efektifitas Pemberian Mengetahui One grup -N= 45 -Kuesioner Sebelum diberikan intervensi teknik
al., 2020) Teknik Relaksasi Nafas efektifitas pretest- relaksasi nafas dalam sebanyak 8 orang
Dalam Terhadap pemberian teknik posttest -Purposive tergolong nyeri ringan (17,7%),
Penurunan Nyeri Haid relaksasi nafas random tergolong nyer sedang sebanyak 28
(Dismenore) Pada dalam terhadap sampling responden (62,3%) dan nyeri haid
Putrid Asrama Tahfizh penurunan nyeri tergolong berat 9 responden (20%).
Pondok Pesantren DDI nyeri haid Setelah diberikan intevensi yang tidak
AD Mangkoso (dismenore) mengalami nyeri 5 responden (11%),
nyeri ringan sebanyak 19 responden
(42,2%), nyeri sedang sebanyak 16
responden (35,6%) dan nyeri berat 5
respnden (11,1%). Hasil penelitian
didapatkan nilai p-value = 0,000
(p<0,05) Disimpulkan bahwa ada efek

35
signifikan sesudah pemberian teknik
relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri haid (dismenore).

20 (Astuti, et al., The Influence Of Untuk mengetahui One grup -N=23 - Observasi Sebelum dilakukannya teknik relaksasi
2019) Breathing Relaxation pengaruh teknik pretest- nafas dalam sebagian besar mengalami
Technique In The relaksasi nafas posttest nyeri sedang sebanyak 11 responden
Decrease Of Dismenore dalam terhadap (47,8%) dan setelah diberikan
Intensity penurunan intensitas intervensi teknik relaksasi nafas dalam
dismenore responden yang tidak mengalami nyeri
sebanyak 12responden (52,2%).Dengan
nilai p value = 0.000 maka dapat
disimpulkan bahwa relaksasi nafas
dalam ada pengaruh terhadap
penurunan intensitas dismenore.

21 (Siregar, 2019) Pengaruh Teknik Nafas Untuk mendapatkan -pretest- -N =30 -Kuesioner Sebelum diberikan intervensi relaksasi
Dalam Terhadap informasi pengaruh posttest nafas dalam menunjukkan bahwa nyeri
Penurunan Tingkat teknik relaksasi control group sedang terjadi pada 8 responden
Nyeri Dismenore Pada nafas dalam design (53,3%) dan yang mengalami nyeri
Siswi Di Man 1 Sleman terhadap penurunan berat sebanyak 7 responden (46,7%).
tingkat nyeri Setelah diberikan intervensi relaksasi
dismenore nafas dalam sebagian besar responden
mengalami nyeri ringan sebanyak 9
responden (60%).. Dengan nilai p value
yaitu 0,000 (0,000 < 0,05) yang berarti
ada pengaruh teknik relaksasi nafas
dalam terhadap penurunan tingkat nyeri
dismenore.

22 (Zulia, et al., Akupresur Efektif Untuk -Quasy -N =44 -Kuesioner Terdapat perbedaan antara aromaterapi
2018) Mengatasi Dismenore membandingkan experiment lavender dan aromaterapi akupresur
efektivitas antara dalam mengatasi dismenore dengan
aromaterapi -two group perbedaan penurunan intensitas nyeri,

36
lavender dan pretest- penurunan pada terapi akupresur 1,95
akupresur dalam posttest lebih besar lebih besar daripada
mengatasi romaterapi lavender 1,46 dengan nilai
dismenore p=0,002. Disimpulkan bahwa terapi
akupresur efektif dalam menurunkan
dismenore.

23 (Zhai, et al., Time-Effective Untuk menentukan -two grup -N=78 -Tes Akupresur tali pergelangan kaki
2020) Analgesic Effect Of apakah akupresur posttest signifikan dalam menurunkan nyeri
Acupressure Ankle tali pergelangan dismenore primer.
Strip Pressing Wrist tangan memeiliki
And Ankle Acupuncture efek analgesic
Point On Primary langsung pada
Dysmenorrhea pasien dengan
dismenore primer

24 (Tyas, et al., Pengaruh Terapi Bertujuan untuk -deskriptif - N=80 -lembar Hasil uji statistic didapatkan hasil
2018) Akupresur Titik membuktikan analitik observasi p<0.001 yang berarti ada pengaruh dari
Sanyinjiao Terhadap adanya pengaruh terapi akupresur titik sanyinjiao
Skala Dismenore terapi akupresur titik -pretest dan terdahap skala dismenore (p<0.005).
snyinjiao terhadap posttest
skala dismenore
pada remaja putri.

25 (Fitria & Pengaruh Akupresur Mengetahui One grup pre -N = 21 - Kuesioner Sebelum diberikannya intervensi
Maqqattiba’ah, Dengan Teknik Tuina pengaruh akupresur test post test akupresur pada remaja putri sebagian
2020) Terhadap Pengurangan dengan teknik tuina besar remaja putri mengalami tingkat
Nyeri Haid terhadap nyeri sedang dengan skala 6. Setelah
(Dismenore) Pada pengurangan dilakukan interveensi akupresur pada
Remaja Putri dismenore pada remaja putri hampir setengah remaja
remaja putri putri mengalami penurunan tingkat
nyeri menjadi nyeri ringan dengan
skala 3. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p value 0,000 < 0,05 dapat

37
disimpulkan bahwa terapi akupresur
teknik tuina ada pengaruh terhadap
penurunan dismenore (nyeri haid) pada
remaja putri.

26 (Maharani, et Pengaruh Aromaterapi Mengidentifikasi -quasy -N=20 -Tes Sebelum diberikan aromaterapi
al., 2016) Lavender (Lavandula pengaruh experiment lavender skala sedang sebanyak 65%
Angustifolia) Terhadap aromaterapi -Usia 18-20 dan sesudah diberikan aromaterapi
Intensitas Nyeri Haid lavender (Lavandula -pretest- tahun lavender intensitas nyeri ringan yaitu
(Dismenore) Pada Angustifolia) posttest 75%. Didapatkan nilai p value (0,000)
Mahasiswa Stikes terhadap intensitas -Siklus dengan kesimpulan sig (2 tailed) < 0,05
Madani Yogyakarta nyeri dismenore menstruasi maka dapat dikatakan Ho ditolak.
teratur Berarti ada pengaruh pemberian
aromaterapi bunga lavender
- Nyeri haid < (Lavandula Angustifolia) terhadap
3 hari intensitas nyeri haid pada mahasiswi.

27 (Marika, et al., Pengaruh Pemberian Tujuan penelitian ini -quasy -N=40 - Kuesioner Hasil pengukuran intensitas nyeri
2017) Aromaterapi Lavender untuk mengetahui experimental sebelum diberikan intervensi nyeri pada
Terhadap Penurunan pengaruh pemberian hari pertama nyeri sedang sebanyak 12
Intensitas Nyeri Haid aromaterapi -pretest- responden (60%) sedangkan hari kedua
Pada Remaja Putri Di lavender terhadap posttest with sebagian besar responden mengalami
Sma Negeri 5 penurunan intensitas control grup nyeri ringan 14 responden (70%). Dan
Semarang nyeri haid pada setelah diberikan intervensi pada hari
remaja putri pertama haid 13 responden (65%)
sedangkan pada hari kedua yang tidak
mengalami nyeri sebanyak 15
responden (75%). Dengan nilai p value
= 0,001 yang berarti ada pengaruh
pemberian aromaterapi lavender
terhadap penurunan dismenore (nyeri
haid).

38
28 (Christiana & Pengaruh Pemberian Mengetahui -pra -N= 33 -Observasi Sebelum dilakukan aromaterapi
Jayanti, 2020) Aromaterapi Lavender pengaruh pemberian experimental lavender 58% (19 responden) nyeri
Terhadap Tingkat Nyeri aromaterapi sedang, setelah dilakukan pengobatan
Haid (Dismenore lavender terhadap -one grup pre terapi lavender 58% (19 responden)
Primer) Di Asrama tingkat nyeri haid and post test nyeri ringan. diperoleh nilai
Putri Stikes Asymp.Sig. (2 tailed) = 0,000 < α 0,05
Banyuwangi Tahun maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
2020 artinya ada pengaruh pemberian
aromaterapi lavender terhadap tingkat
nyeri haid (dismenore primer).

29 (Astuti & Lela, Pengaruh Pemberian Untuk mengetahui One group -N= 25 -Kuesioner
2018) Aromaterapi Lavender pengaruh pemberian pretest- Sebelum diberikan intevensi
Terhadap Dismenore aromaterapi posttest aromaterapi lavender sebagian
Pada Remaja Putri lavender terhadap responden mengalami nyeri sedang 13
dismenore orang (52%) dan setelah diberikan
intervensi aromaterapi lavender
sebagian besar responden tidak
mengalami intensitas nyeri dismenore
sebanyak 13 orang (52%). Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value 0,000
< 0,05 dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh aromaterapi lavender
terhadap intensitas nyeri dismenore.

30 (Rahayu, Efektifitas Pemberian Mengetahui -one grup -N=26 -Observasi Hasil dari penelitian menunjukkan
2017) Ekstrak Jahe Terhadap pengaruh pemberian pretest- bahwa intensitas nyeri sebelum diberi
Intensitas Dismenore ekstrak jahe posttest -Mengalami perlakuan hampir seluruh responden
Pada Mahasiswi terhadap intensitas dismenore mengalami nyeri sedang (81%) dan
Akademi Kebidanan dismenore pada hari ke 1- setelah dilakukan intervensi hampir
Sakinah Pasurun 3 menstruasi seluruhnya mengalami nyeri ringan
(73%). Hasil uji didapatkan ada
-Mahasiswi perbedaan yang bermakna intensitas
yang bersedia nyeri sebelum dan sesudah intervensi

39
jadi responden (p value 0,000).
31 (Kusumastuti, Pengaruh Pemberian Mengetahui -quasy -N=32 -Kuesioner Skala nyeri sebelum diberikan
2021) Jahe Merah Terhadap pengaruh pemberian experiment intervensi jahe merah yaitu 4 responden
Perubahan Nyeri jahe merah terhadap pretest- -Mengalami (25,0%) mengalami nyeri ringan, 11
Dismenore perubahan nyeri posttest dismenore responden (68,8%) mengalami nyeri
dismenore berat sampai sedang dan 1 responden (6,3%)
ringan mengalami nyeri berat dan setelah
pemberian intevensi jahe merah 11
responden (68,8%) nyeri ringan, 5
responden (31,3%) nyeri sedang.
Didapatkan hasil p= 0,000 (p< 0,05)
berarti jahe merah berpengaruh untuk
menurunkan nyeri dismenore.
32 (Herlinadiyani Efektivitas Wedang Membuktikan -Quasy -N= 25 -Kuesioner Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ngsih, 2016) Jahe (Zingibers efektivitas wedang experiment intensitas nyeri sebelum intervensi
Officinale) Terhadap jahe (zingibers sebagian besar responden berada pada
Intensitas Dismenore officinale) terhadap -one grup skala nyeri 6 (24%) dan sesudah
Pada Remaja Putri intensitas dismenore pretest- intevensi skala nyeri 2 (24%) dan 3
pada remaja putri posttest (24%). Didapatkan ada perbedaan yang
bermakna intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi (p value < 0,05),
berarti pemberian intervensi wedang
jahe efektif dalam menurunkan
intensitas dismenore.
33 (Utari, 2017) Pengaruh Pemberian Untuk -one grup -N = 26 - Kuesioner Didapatkan rata-rata intensitas nyeri
Ramuan Jahe Terhadap mengidentifikasi pretest- haid adalah 3,38 dengan standar deviasi
Nyeri Haid pengaruh pemberian posttest 1,169. Setelah diberikan ramuan jahe
ramuan jahe rata-rata nilai menjadi 3,50 dengan
terhadap nyeri haid standar deviasi 1,142. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pada intensitas nyeri
haid.

40
41

B. Pembahasan

Dalam penelitian ini terdapat 33 jurnal yang diambil untuk melihat


terapi yang efektif untuk menurunkan dismenore (nyeri haid). Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa terapi kompres hangat dan massage
effleurage lebih efektif dalam menurunkan dismenore (nyeri haid). Dari 33
jurnal yang diambil bahwa penurunan tingkat nyeri paling banyak terjadi
pada terapi kompres hangat dan massage effleurage dibandingkan dengan
penurunan tingkat nyeri pada senam dismenore, aromaterapi lemon
(citrus), terapi relaksasi nafas dalam, terapi akupresur, aromaterapi
lavender dan minum air jahe. Dari 5 jurnal kompres hangat terjadi
penurunan rata-rata tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan intervensi
kompres hangat sebesar 2,74 pada jurnal pertama, 56,2% pada jurnal
kedua, 3,317 pada jurnal ketiga, 3,636 pada jurnal keempat dan 3,88 pada
jurnal kelima. Sedangkan pada terapi massage effleurage terjadi
penurunan rata-rata tingkat nyeri sebelum dan setelah diberikan intervensi
massage effleurage sebesar 2,667 pada jurnal nomor 14, 3,454 pada jurnal
nomor 15, terjadi penurunan 3 skala pada jurnal nomor 16 dan 27,8% pada
jurnal nomor 17.

Dismenore (nyeri haid) adalah nyeri yang terjadi sewaktu haid.


Dismenore (nyeri haid) mempunyai beberapa gejala yang kompleks yaitu
berupa kram perut dibagian bawah yang dapat menjalar ke bagian
punggung juga kaki disertai gejala gastrointestinal dan neurologis berupa
kelemahan umum (Santi, 2019).

1. Kompres Hangat

Kompres hangat merupakan suatu metode yang memberikan


rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan ataupun alat yang
dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh tertentu seperti dari
buli-buli panas kain. Kompres hangat dapat meningkatkan suhu lokal,
melancarkan sirkulasi darah, mengurangi spasme otot dan dapat
42

meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan sensasi dari nyeri dan


memberikan kenyamanan juga ketenangan (Mahua et al., 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pangesti et


al., (2017) didapatkan hasil terdapat pengaruh kompres hangat
terhadap penurunan intensitas nyeri dismenore primer pada remaja
putri (p=0,000). Sebelum dilakukannya intervensi skala nyeri 7,48 dan
setelah dilakukannya intervensi kompres hangat skala nyeri menjadi
4,74 dengan nyeri berat 78,2% dan 21,7% mengalami nyeri sedang.
Penurunan intensitas nyeri dismenore setelah diberikan intervensi
kompres hangat terjadi pada seluruh remaja putri. Penelitian ini
dilakukan pada 23 siswi dengan intervensi primer pada perempuan.
Kompres hangat dilakukan 15-20 menit, 3 sampai 4 kali
pengompresan.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karomika


et al., 2019) didapatkan sebelum diberikan kompres hangat pertama 11
responden (68,75%) skala nyeri 3 dan sebelum kompres kedua 13
(81,25%) responden dengan skala nyeri 3. Setelah dilakukan
pemberian kompres hangat pertama sebanyak 9 responden (56,25%)
dengan skala 2 dan setelah pemberian kompres kedua sebanyak 8
responden (50%) skala nyeri 1. Terjadi penurunan tingkat nyeri setelah
dilakukan intervensi responden yang mengalami nyeri sedang 75%
menjadi 18,8% dan 12,5% responden yang nyerinya hilang.
Didapatkan nilai p value 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa kompres
hangat ada pengaruh dalam mengurangi dismenore (nyeri haid).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahua et al.,


(2018) didapatkan bahwa setelah dilakukannya kompres air hangat
terjadi penurunan tingkat nyeri sedang dari 75% menjadi 18,8%
responden dan terdapat 12,5% responden yang nyerinya hilang.
Kompres air hangat 3,317 kali lebih efektif dalam mengurangi
dismenore (nyeri haid). Hasil menunjukkan bahwa (p-value < 0,05)
43

yang artinya terdapat pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan


tingkat nyeri dismenore.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana, et al.,


(2018) didapatkan bahwa sebelum mendapatkan intervensi kompres
hangat responden paling banyak mengalami nyeri pada skala 4-6
(nyeri sedang) yaitu ada 19 responden (57,58%) dan setelah diberikan
intervensi kompres hangat responden banyak yang mengalami
penurunan nyeri yaitu nyeri ringan sebanyak 21 responden (63,63%).
Dapat disimpulkan bahwa data sebelum terapi berdistribusi normal
(0,72 > 0,005) data setelah diberikan terapi berdistribusi normal (0,117
> 0,05). Diperoleh nilai T hitung lebih besar 25.40 dari T table (1.694),
nilai signifikan sebesar 0,000 (p-value < 0,05), dengan selisih mean
3,636 yang artinya terjadi kecenderungan penururnan intensitas nyeri
setelah diberikn intervensi, dapat disimpulkan bahwa kompres hangat
mempengaruhi penurunan tingkat nyeri dismenore.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlan &


Syahminan, (2017) didapatkan bahwa sebelum diberikan intervensi
kompres hangat skala nyeri paling banyak terjadi pada kategori sangat
mengganggu (44%) dan setelah diberikan intevensi kompres hangat
selama 20 menit skala nyeri paling banyak pada kategori sedikit sakit
(56%). Terdapat perbedaan rata-rata nyeri sebelum diberikan
intervensi yaitu sebesar 6.50 dan setelah intervensi mengalami
penurunan menjadi 2.62. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value =
0.000 (p < 0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan skala nyeri sebelum dan setelah intervensi
kompres hangat.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan terapi
kompres hangat. Kompres hangat memberi efek konduksi kalor yang
melunakkan dari ketegangan otot dinding rahim akibat adanya
kontraksi dan kompres hangat juga dapat memperlebar pembuluh
44

darah yang menyempit sehigga oksigen akan mudah untuk


bersirkulasi. Kompres hangat merupakan suatu metode yang
memberikan rasa hangat pada klien dengan menggunakan cairan
ataupun alat yang dapat menimbulkan rasa hangat pada bagian tubuh
tertentu seperti dari buli-buli panas kain.

2. Senam Dismenore

Senam atau olahraga merupakan salah satu teknik untuk


relaksasi yang dapat digunakan juga untuk mengurangi rasa nyeri. Hal
ini disebabkan karena saat melakukan senam ataupun olahraga tubuh
akan menghasilkan endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang
dihasilkan oleh tubuh pada saat tubuh relaks. Endorphin dihasilkan
diotak dan susunan saraf tulang belakang (Harry, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novadela et


al., (2017) menyatakan bahwa senam dismenore (nyeri haid) membuat
perubahan yang amat sangat bermakna antara sebelum dilakukan
senam dan setelah senam dismenore (nyeri haid) dalam menurunkan
nyeri haid. Sebelum dilakukan intervensi pada kelompok ekperimen
rata-rata nyeri 3,19 dan setelah dilakukan intervensi rata-rata nyeri
menjadi 1,94 dengan hasil analisis didapatkan p=0,000 (p < 0,05) yang
berarti ada perubahan yang amat sangat bermakna pada tingkat
dismenore (nyeri haid) pada remaja yang mendapatkan intervensi
senam dismenore.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Wahnyuningsih & Wahyuni (2018) menyatakan bahwa sebelum
diberikan intervensi senam dismenore tingkat nyeri sedang sebanyak
80,6% sebanyak 27 responden dan nyeri berat 19,4% sebanyak 6
responden. Setelah dilakukan intervensi sebanyak 27 responden nyeri
ringan (87,1%) dan 4 responden nyeri sedang ( 12,9%). Hasil analisis
didapatkan nilai p=0,000 berarti p<0,05 sehingga dapat disimpulkan
45

bahwa ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan tingkat


nyeri menstruasi.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Santi, (2019) didapatkan bahwa intervensi senam dismenore yang
diberikan kepada 14 responden, sebelum dilakukan intervensi, 1
mengalami nyeri sangat berat, 5 responden nyeri berat, dan nyeri
sedang 4 responden, setelah diberikan intevensi senam dismenore 2
responden nyeri berat, 5 responden nyeri sedang dan 6 responden nyeri
ringan. Dari hasil penelitian didapatkan nilai p value 0,002 (<0,05)
yang artinya ada pengaruh senam dismenore terhadap nyeri dismenore.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Agussafutri & Wijayanti (2016) didapatkan bahwa dari 30 subjek
penelitian, sebelum diberikannya intervensi senam haid intensitas nyeri
yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah nyeri sedang dan
setelah diberikannya intervensi senam haid didapatkan bahwa
intensitas nyeri yang dirasakan adalah nyeri ringan sebanyak 18
responden (60%) dan sudah tidak ada yang mengalami nyeri berat.
Hasil uji statistik didapatkan nilai Asym.sig 0,001 dimana nilai p value
(0,001) < 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa senam haid efektif
dalam mengurangi intensitas nyeri haid.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan terapi
senam dismenore. Saat melakukan senam dengan kontinuitas dan
frekuensi yng benar maka otak dan susunan saraf tulang belakang
secara alami akan memperoduksi hormone endorphin, hormone
endorphin ini berfungsi sebagai pereda rasa sakit alami tubuh.

3. Aromaterapi Lemon (citrus)

Aromaterapi adalah salah satu teknik untuk pengobatan


ataupun perawatan yang menggunakan bau-bauan menggunakan
minyak essensial aromaterapi. Wewangian yang dihasilkan oleh
46

aromaterapi akan mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat termasuk


juga emosi seseorang (Haniarti, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rambi et al.,


(2019) didapatkan bahwa sebelum diberikan aromaterapi lemon pada
hari pertama skala nyeri terendah adalah 3 dan tertinggi 6, setelah
diberikan aromaterapi skala nyeri terendah 1 dan tertinggi 5. Sebelum
diberikan aromaterapi lemon pada hari kedua skala nyeri terendah 1
dan tertinggi 5 namun setelah diberikan intervensi aromaterapi lemon
skala terendah menjadi 0 dan tertinggi 3. Didapatkan nilai p = 0,000
(<0,05) yang dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh aromaterapi
lemon (citrus) terhadap penurunan dismenore (nyeri haid).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Matsumoto et al., (2016) didapatkan nilai p < 0,0001 tingkat nyeri dan
detak jantung menurun setelah 20-25 menit. Tidak ada perubahan yang
signifikan secara statistik efek dari aromaterapi lemon yuzu terhadap
emosi, suasanan hati dan juga tingkat nyeri.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astari,


(2019) menyatakan bahwa rata-rata tingkat nyeri sebelum intervensi
4,13 dan setelah dilakukan intervensi dengan aromaterapi lemon
(citrus) rata-rata tingkat nyeri menjadi 2,31. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat nyeri telah berkurang setelah dilakukan intervensi.
Didapatkan nilai p-value 0,000<α (0,05) dapat disimpulkan bahwa
aromaterapi lemon (citrus) efektif dalam menurunkan tingkat nyeri
dismenore.. Penurunan tingkat nyeri setiap responden berbeda bisa
karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu makna responden terhadap
nyeri, koping terhadap nyeri dan juga pengalaman nyeri.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rompas


& Gannika, (2019) didapatkan bahwa sebelum diberikannya intervensi
aromaterapi lemon (citrus) 26 responden mengalami nyeri sedang 4-6
(100%) dengan standar deviasi 0,744. Setelah diberikan intervensi
47

aromaterapi lemon (citrus) terjadi perubahan skala nyeri menjadi


ringan pada 23 responden (88,5%) dan 3 responden (11,5%) tidak
mengalami perubahan intensitas nyeri dengan standar deviasi 0,796.
Didapatkan dari uji statistik bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Terjadi
penurunan skala nyeri sebelum dan setelah aromaterapi lemon, antara
sebelum dan setelah diberikan intervensi aromaterapi lemon (citrus),
pada hari ke-0 adalah 1,70 pada tindakan pertama 1,80 dan pada
tindakan kedua dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05; α = 0,05), dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
setelah diberikannya intervensi aromaterapi lemon (citrus).

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan
aromaterapi lemon (citrus), efek dari aromaterapi ini dapat mengurangi
ketegangan otot sehingga otot uterus yang mengalami spasme akan
berkurang. Saat menghirup aromaterapi lemon tubuh akan menjadi
rileks dengan keadaan inilah maka tubuh akan mengeluarkan hormone
endorphin.

4. Massage Effleurage

Massage effleurage merupakan suatu bentuk massage yang


menggunakan telapak tangan untuk memberi tekanan lembut diatas
permukaan tubuh dengan arah sirkular yang dilakukan secara berulang.
Tujuan dari teknik ini yaitu untuk meningkatkan sirkulasi darah,
memberi tekanan dan menghangatkan otot abdomen juga
meningkatkan relaksasi secara fisik maupun mental (Syafitri, 2018).

Berdasarkan hasil penelitiam yang oleh Hartati et al., (2015)


didapatkan sebelum diberikannya intervensi 9 responden (42,8%)
mengalami nyeri sedang dan sebanyak 12 responden (57,2%) nyeri
berat. Sedangkan setelah diberikannya intervensi massage effleurage
pada responden ada penurunan dari intensitas nyeri yaitu dari nyeri
sedang menjadi 5 responden (23,8%) menjadi 16 responden (76,2%)
48

dan setelah intervensi tidak ada responden yang mengalam nyeri berat.
Didapatkan nilai rata-rata intensitas nyeri sebelum dan setelah
diberikan perlakuan massage effleurage mengalami penurunan yaitu
dari 8,238 rata-rata nyeri menjadi 2,667. Hasil uji statistik diperoleh
hasil yang signifikan dengan nilai t-hitung > dan t-tabel = 2,787 atau t-
hitung > t-tabel. Derajat nyeri menstruasi sebelum diberikan terapi
massage skala nyeri sedang sebanyak 60% setelah diberikan terapi
massage menjadi nyeri ringan sebanyak 66,66%. Didapatkan nilai
p=0,000 < 0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa terapi massage
effleurage ada pengaruh terhadap penurunan dismenore (nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariani et


al., (2020) didapatkan dari 30 responden yang dilakukan penelitian
dengan nyeri haid primer, terjadi perbedaan intensitas nyeri sebelum
dan setelah diberikan intevensi signifikan secara statistik dalam total
sampel (t = 10,933, p = 0,00), pada kelompok yang dilakukan
intervensi (t = 9,054, p = 0,00) dan perbedaannya pra-tes dikurangi
post-tes) secara statistic lebih signifikan kelompok intervensi (t
=3,454, p = 0,002). Dapat disimpulkan bahwa teknik massage
effleurage signifikan dalam mengurangi dismenore (nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Agustina, (2016) didapatkan sebelum diberikan massage effleurage
aromatherapy jasmine tingkat nyeri sedang sebanyak 15 orang (75%)
dan yang mengalami nyeri berat 5 orang (25%) namun setelah
diberikan intervensi terjadi penurunan tingkat nyeri sedang menjadi 11
orang (55%) dan nyeri ringan menjadi 9 orang (45%). Penurunan nyeri
haid tertinggi yaitu mengalami penurunan sampai 3 skala dan
penurunan nyeri terendah mengalami penurunan 1 skala. Diperoleh
nilai p=0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian massage effleurage
aromaterapi jasmine terhadap nyeri dismenore.
49

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Yusri, et al., (2017) didapatkan rata-rata intensitas nyeri dismenore
pada kelompok kompres hangat sebelum dan setelah dilakukannya
intervensi menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan
nilai mean 0,9 (p value 0,001) terjadi penurunan sebesar 22,5%.
Sedangkan rata-rata intensitas nyeri dismenore pada kelompok
massage effleurage sebelum dan setelah dilakukannya intervensi
menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dengan nilai mean 1,0
(p value 0,000) terjadi penurunan sebesar 27,8%. Dapat disimpulkan
bahwa kompres hangat dan massage effleurage efektif dalam
menurunkan intensitas dismenore.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat diatasi dengan terapi
massage effleurage, massage ini akan meningkatkan sirkulasi darah
dan akan dapat menghambat sinyal nyeri sehingga nyeri tidak
dirasakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa massage effleurage
dapat menurunkan tingkat nyeri dismenore.

5. Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara yang


mampu untuk merangsang tubuh mengeluarkan opoid endogen
sehingga dapat terbentuk system penekan nyeri yang akan mengurangi
intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perbedaan
penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesusah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam terjadi penurunan intensitas nyeri (Kusuma, el al., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim, et


al, (2020) menyatakan bahwa terknik relaksasi nafas dalam ada
efektifitasnya terhadap penurunan dismenore (nyeri haid). Sebelum
dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam rata-rata nyeri yang dialami
6.27 dengan standar deviasi adalah 1,53. Skor nyeri tertinggi 8 dan
50

terendah adalah 3. Sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam


rata-rata nyeri menjadi 2.80 dengan standar deviasi adalah 1,26 dengan
skor nyeri tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 1. Didapatkan nilai
p=0,000 (p=< 0,05) berarti dapat disimpulkan teknik relaksasi nafas
dalam ada efektifitasnya terhadap penurunan dismenore (nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indasari


et al., (2020) sebelum diberikan intervensi teknik relaksasi nafas dalam
sebanyak 8 orang tergolong nyeri ringan (17,7%), tergolong nyeri
sedang sebanyak 28 responden (62,3%) dan nyeri haid tergolong berat
9 responden (20%). Setelah diberikan intevensi yang tidak mengalami
nyeri 5 responden (11%), nyeri ringan sebanyak 19 responden
(42,2%), nyeri sedang sebanyak 16 responden (35,6%) dan nyeri berat
5 respnden (11,1%). Hasil penelitian didapatkan nilai p-value =0,000
(p < 0,05) yang berarti teknik relaksasi nafas dalam signifikan dalam
menurunkan dismenore (nyeri haid). Teknik relaksasi nafas dalam
dilakukan selama 15 menit untuk merelaksasi tubuh secara umum.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti, et


al., (2019) menyatakan bahwa dari 23 responden sebelum
dilakukannya teknik relaksasi nafas dalam sebagian besar mengalami
nyeri sedang sebanyak 11 responden (47,8%) dan setelah diberikan
intervensi teknik relaksasi nafas dalam responden yang tidak
mengalami nyeri sebanyak 12 responden (52,2%). Diperoleh nilai uji
statistik p value 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa relaksasi nafas
dalam ada pengaruh terhadap penurunan intensitas dismenore (nyeri
haid). Dengan nilai median 2 antara nilai minimal 1 dan maksimal 3
sedangkan setelah diberikan intervensi nilai median 0 antara nilai
minimal 0 dan maksimal 2.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar,


(2019) didapatkan bahwa sebelum diberikan intervensi relaksasi nafas
dalam menunjukkan bahwa nyeri sedang terjadi pada 8 responden
(53,3%) dan yang mengalami nyeri berat sebanyak 7 responden
51

(46,7%). Setelah diberikan intervensi relaksasi nafas dalam sebagian


besar responden mengalami nyeri ringan sebanyak 9 responden (60%).
Didapatkan nilai rata-rata pre-test 22,27 dan nilai pre-test didapatkan
8,73. Dengan nilai p value yaitu 0,000 (0,000 < 0,05) yang berarti ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat
nyeri dismenore.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat dikurangi dengan
teknik relaksasi nafas dalam, terapi ini dapat membuat nyaman yang
akan meningkatkan toleransi seseorang terhadap nyeri sehingga
terbentuklah koping nyeri yang baik. Terapi relaksasi nafas dalam juga
dapat merelaksasi otot dan meningkatkan oksigenasi darah dapat
mengurangi rasa nyeri dismenore.

6. Terapi Akupresur

Akupresur adalah salah satu bentuk dari fisioterapi dengan cara


memberikan pemijatan dan juga stimulasi pada titik-titik tertentu pada
bagian tubuh untuk menurunkan dan mengurangi nyeri (Fitria &
Haqqattiba’ah, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulia et al.,


(2018) rata-rata intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapi
akupresur pada hari pertama adalah 1,45 dengan nilai p < 0,001. Rata-
rata intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapi akupresur
pada hari kedua adalah 1,86 dengan nilai p < 0,001. Rata-rata
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapi akupresur pada
hari ketiga adalah 1,95 dengan nilai p < 0,001, dapat disimpulkan
bahwa terapi akupresur signifikan dalam menurunkan dismenore
(nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tyas et


al.,(2018) sebelum diberikan intervensi skala nyeri tertinggi, skala 8 (1
responden) dan setelah diberikan intervensi terapi akupresur tidak ada
52

nyeri sebanyak (6 responden). Didapatkan nilai p < 0,001 yang berarti


ada pengaruh terapi akupresur titik sanyinjiao terhadap penurunan
skala dismenore (nyeri haid). Terapi akupresur dilakukan selama 10
menit pada masing-masing kaki.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Zhai et al., (2020) menyatakan bahwa perbedaan rata-rata dalam skor
antara 2 kelompok akan menjadi 10mm dengan korelasi antara titik
pengukuran menjadi 0,7 yang tidak cukup bermakna secara klinis
namun mewakili minimal perbedaan. Dengan nilai a = 0,05. akupresur
tali pergelangan kaki signifikan dalam menurunkan nyeri dismenore
primer. Akupresur dilakukan selama 30 menit pada kedua kaki yang
dilakukan secara bersamaan, titik tusuk jarum sanyinjiao (SP 6).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Fitria & Haqqattiba’ah, (2020) sebelum diberikannya intervensi
akupresur pada remaja putri sebagian besar remaja putri mengalami
tingkat nyeri sedang dengan skala 6. Setelah dilakukan interveensi
akupresur pada remaja putri hampir setengah remaja putri mengalami
penurunan tingkat nyeri menjadi nyeri ringan dengan skala 3.
Didapatkan rata-rata nyeri haid sebelum diberikan intervensi akupresur
yaitu 5,62 dan setelah diberikan intervensi akupresur rata-rata nyeri
haid sebesar 2,76. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 <
0,05 dapat disimpulkan bahwa terapi akupresur teknik tuina ada
pengaruh terhadap penurunan dismenore (nyeri haid) pada remaja
putri.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat dikurangi dengan terapi
akupresur, terapi ini dapat merangsang produksi endorphin dalam
tubuh, meningkatkan energy pada organ reproduksi, meningkatkan
stamina, dan juga memperkuat pasokan darah sehingga rasa nyeri yang
dialami dapat berkurang.
53

7. Aromaterapi Lavender

Aromaterapi lavender adalah salah satu minyak essensial


analgesic yang mengandung 8% terpena dan 6% keton. Kelebihan
minyak lavender dibandingkan dengan minyak lain adalah kandungan
racunnya yang relative sangat rendah, minyak lavender jarang
menimbulkan alergi dan dapat digunakan langsung pada kulit. Wangi
yang dihasilkan dari aromaterapi lavender akan menstimulus thalamus
agar mengeluarkan enkefalin yang berfungsi untuk mengahambat nyeri
secara fisiologis sehingga nyeri dismneore (nyeri haid) berkurang
(Astuti & Lela, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maharani et


al., (2016) sebelum diberikan intervensi aromaterapi lavender
responden yang mengalami skala nyeri sedang sebanyak 65%
sedangkan setelah diberikan intervensi intensitas nyeri terbanyak
adalah nyeri ringan sebanyak 75%. Dengan nilai p value (0,000) <
0,05 yang berarti ada pengaruh pemberian aromaterapi lavender
terhadap penurunan intensitas dismenore (nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Marika et al., (2017) didapatkan bahwa sebelum diberikan intervensi
aromaterapi lavender pada hari pertama responden yang mengalami
nyeri sedang 12 responden (60%) dan setelah diberikan intervensi
intensitas nyeri ringan sebanyak 13 responden (65%). Pada hari kedua
sebelum dilakukan intervensi intensitas nyeri ringan sebanyak 14
responden (70%) dan setelah diberikan intervensi responden yang
tidak mengalami nyeri sebanyak 15 responden (75%). Dengan nilai p
value = 0,001 yang berarti ada pengaruh dari pemberian aromaterapi
lavender terhadap penurunan intensitas dismenore (nyeri haid).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Christiana & Jayanti, (2020) didapatkan bahwa tingkat nyeri haid
responden yang mengalami nyeri berat menurun ke nyeri sedang (6
54

responden), nyeri sedang menurun menjadi nyeri ringan (19


responden), nyeri ringan menjadi tidak nyeri (8 responden), sedangkan
responden yang mengalami nyeri berat dan tidak mengalami
penurunan intensitas nyeri setelah diberikan intervensi (1 responden)
karena mengalami kesulitan dalam menghirup aromaterapi.
Didapatkan hasil nilai p=0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh
aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri dismenore.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Astuti & Lela, (2018) didapatkan intensitas nyeri sebelum diberikan
intevensi aromaterapi lavender sebagian responden mengalami nyeri
sedang 13 orang (52%) dan setelah diberikan intervensi aromaterapi
lavender sebagian besar responden tidak mengalami intensitas nyeri
dismenore sebanyak 13 orang (52%). Didapatkan rata-rata skala nyeri
sebelum diberikan intervensi aromaterapi lavender yaitu 3,40 dan
setalah diberikan intervensi aromaterapi lavender rata-rata skala nyeri
dismenore menjadi 1,20 yang artinya terdapat perbedaan sebelum dan
setelah diberikan intervensi aromaterapi lavender yaitu sebesar 2,20.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 < 0,05 dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap
intensitas nyeri dismenore.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat dikurangi dengan
aromaterapi lavender. Aromaterapi lavender dapat membuat rileks hal
inilah yang dapat menurunkan ketegangan otot abdomen yang
berkontraksi dan juga dapat memicu keluarnya hormon endorphin
yang fungsinya sebagai penawar rasa sakit alami pada tubuh.

8. Minum Air Jahe

Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai


rempah-rempah ataupun bahan obat. Zat besi yang terkandung pada
jahe dapat mencegah anemia saat haid. Kalsium dan vitamin C pada
55

jahe berguna untuk menegangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri.


Minuman jahe bisa membuat tubuh menjadi rileks dan juga pikiran
menjadi fresh (Sari & Listiarini, 2021).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu,


(2017) menyatakan bahwa sebelum diberikan intervensi hampir dari
seluruh responden mengalami skala nyeri sedang (81%) namun setelah
dilakukan intervensi skala nyeri menjadi ringan (73%), terjadi
penurunan rata-rata intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan
intervensi 0,77 dengan nilai p value 0,000 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ekstrak jahe ada pengaruh dalam menurunkan intensitas nyeri
dismenore.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Kusumastuti, (2020) didapatkan bahwa sebelum diberikan intervensi
jahe merah nyeri ringan 4 orang (25,0%), nyeri sedang 11 orang
(68,8%) dan 1 orang nyeri berat (6,3%), setelah diberikan intervensi 11
orang nyeri ringan (68,8%) dan nyeri sedang 5 orang (31,3%). Hasil
nilai p = 0,000 (p < 0,05) berarti dapat disimpulkan bahwa pemberian
air jahe merah berpengaruh dalam menurunkan skala nyeri dismenore.
Pengukuran dilakukan setelah 15 menit diberikan intervensi pemberian
jahe merah.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Herlinadiyaningsih, (2016) didapatkan bahwa sebelum diberikan
intervensi wedang jahe sebagian besar dari responden mengalami skala
nyeri 6 (24%) setelah diberikan intervensi wedang jahe skala nyeri
sebagian besar adalah skala 2 (24%) dan nyeri skala 3 (24%).
Penelitian dilakukan pada 25 responden dengan hasil p value = 0,000
yang berarti intervensi wedang jahe ada pengaruh dalam menurunkan
intensitas dismenore.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Utari, (2017) dari 26 responden yang dilakukan intevensi 14 responden
56

(51,9%) berusia 15 tahun, siklus haid yang dialami sebagian besar


responden adalah siklus 30 hari sebanyak 18 orang (69,2%).
Didapatkan rata-rata intensitas nyeri haid adalah 3,38 dengan standar
deviasi 1,169. Skala nyeri haid yang dialami bervariasi dari skala nyeri
2 hingga skala nyeri 6. Dengan mayoritas nyeri haid skala 2 yaitu
sebanyak 10 responden (38,5%). Setelah diberikan ramuan jahe rata-
rata nilai menjadi 3,50 dengan standar deviasi 1,142. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pada intensitas nyeri haid.

Berdasarkan hasil literature review dan teori terkait, peneliti


berasumsi bahwa dismenore (nyeri haid) dapat dikurangi dengan
minum air jahe. Minum air jahe dapat menghangatkan sehingga
membantu sirkulasi darah dan minum air jahe dapat juga menghambat
system kerja dari prostaglandin sehingga nyeri yang dialami dapat
berkurang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari 33 artikel yang telah dianalisis oleh penulis diatas


dapat disimpulkan bahwa terapi kompres hangat dan massage effleurage
lebih efektif dalam menurunkan dismenore (nyeri haid) dibandingkan
dengan senam dismenore, aromaterapi lemon (citrus), teknik relaksasi
nafas dalam, terapi akupresur, aromaterapi lavender dan minum air jahe.
Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada bagian perut karena
terjadi konduksi dimana akan terjadi perpindahan panas, perpindahan
panas akan melunakkan jaringan fibrosa, memberi rasa nyaman, mencegah
spasme otot, meningkatkan relaksasi otot, dilatasi atau pelebaran
pembuluh darah serta meningkatkan aliran darah. Massage effleurage
dilakukan dengan kedua telapak tangan yang diletakkan dibagian perut
dengan memberikan tekanan lembut secara sirkulasi yang berulang hal ini
akan meningkatkan sirkulasi darah, menghangatkan abdomen,
menghambat otot abdomen berkontraksi dan meningkatkan relaksasi fisik
serta mental.

B. Saran

1. Bagi Institusi

Hasil studi literature review ini diharapkan sekiranya dapat


menjadi sumber referensi, melengkapi kepustakaan dengan sumber-
sumber buku terbaru demi menunjang penelitian dimasa yang akan
datang dan sebagai acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
keperawatan dasar khususnya pada pemahaman materi tentang terapi
yang efektif untuk menurunkan dismenore (nyeri haid).

57
58

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapakan peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti dan


mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi agar dapat
mendalami lebih jauh mengenai terapi yang efektif untuk menurunkan
dismenore (nyeri haid) sehingga dapat mengembangkan penelitian
literature review ini.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan studi literature review ini, penulis menyadari


masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam proses literature
review meskipun telah diupayakan sebaik mungkin untuk mengatasinya.
Adapun keterbatasan dalam proses penulisan literature review ini antara
lain, kurangnya sumber data artikel yang berbentuk bahasa inggris karena
kebanyakan artikel yang berbentuk bahasa inggris terkait dengan terapi
yang efektif untuk menurunkan dismenore (nyeri haid) merupakan artikel
yang tidak full text dan artikel yang berbentuk bahasa inggris kebanyakan
mengulas kembali atau literature review dari peneliti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agussafutri, dwi, W., & Wijayanti, Budi, I. (2016). Efektivitas Senam Haid
Dalam Mengurangi Intensitas Nyeri haid pada Mahasiswi Prodi DIII
Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta. Jurnal Kesmadaska, 1, 108–
112.
Agustina, T. wahyu. (2016). Pengaruh Pemberian Effleurage Massage
Aromatherapy Jasmine Terhadap Tingkat Dismenore Pada Mahasiswi
Keperawatan Semester Iv Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Skripsi,
10(3), 1–3.

Aningsih, F., Sudiwati, N. L. P. E., & Dewi, N. (2018). Pengaruh Pemberian


Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid
(Dismenore) Pada Mahasiswi Di Asrama Sanggau Landungsari Malang.
Nursing News, 3(1), 95–107.
Ariani, D., Hartiningsih, S. S., Sabarudin, U., & Dane, S. (2020). The
Effectiveness of Combination Effleurage Massage and Slow Deep Breathing
Technique to Decrease Menstrual Pain in University Students. Journal of
Research in Medical and Dental Science, 8(3), 79–84.
Arini, D., Saputri, D. I., Supriyanti, D., & Ernawati, D. (2020). Pengaruh Senam
Yoga Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Mahasiswi
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya. Jurnal Keperawatan, 2(1), 46–54.
Arnida, apriliya putri. (2017). efektifitas air jahe dan kombinasi senam dismenore
terhadap nyeri dismenore primer pada siswi sma negeri 5 samarinda.
Asmita Dahlan, & Tri Veni Syahminan. (2016). Pengaruh Terapi Kompres
Hangat Terhadap Nyeri Haid (Dismenorea). Jurnal Ipteks Terapan Research
of Applied Science and Education, 10(2), 141–147.
https://www.researchgate.net/publication/312387400
Astuti, I., & Lela. (2018). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap
Dismenore Pada Remaja Putri. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional
Penelitian & Pengabdian Masyarakat (Pinlitamas 1), 1(1), 6.
http://repository2.stikesayani.ac.id/index.php/pinlitamas1/article/download/4
18/375
Audina, M. (2020). Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas dalam untuk
Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri.
Dahlan, A. (2017). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Terhadap Nyeri Haid
(Dismenorea) Pada Siswi Smk Perbankan Simpang Haru Padang. Jurnal
Endurance, 2(1), 37. https://doi.org/10.22216/jen.v2i1.278
Diana, Mindarsih, E., & Marlinawati, V. U. (2018). Pengaruh Kompres Air
Hangat Terdahap Intensitas Yogyakarta. Jurnal Medika Respati, 13(1), 59–
65.

59
60

Fitria, F., & Haqqattiba’ah, A. (2020). Pengaruh Akupresur dengan Teknik Tuina
terhadap Pengurangan Nyeri Haid (Disminore) pada Remaja Putri. Jurnal
Ners dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 7(1), 073–081.
https://doi.org/10.26699/jnk.v7i1.art.p073-081

Hartati, Walin, & Widayanti, E. D. (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi Front


Effleurage terhadap Nyeri Dismenore. Riset Kesehatan, 4(3), 793–797.
Haniarti, & Hengky, H. K. (2020). Efektifitas Pemberian Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenore) Pada Remaja Putri
Asrama Tahfizh Pondok Pesantren Ddi Ad Mangkoso. Jurnal Manusia dan
Kesehatan, 3(2), 199–2015.
Herlinadiyaningsih, H. (2016). Efektivitas Wedang Jahe (Zingibers Officinale)
Terhadap Intensitas Dismenore Pada Remaja Putri. Jurnal Kebidanan
Indonesia, 7(1), 1–10. https://doi.org/10.36419/jkebin.v7i1.43
Husna, H. (2018). Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah
Diberikan Kompres Hangat pada Remaja Putri di Universitas Dharmas
Indonesia. Journal for Quality in Women’s Health, 1(2), 43–49.
https://doi.org/10.30994/jqwh.v1i2.16
Ita Rulyana Megawati, Muhidin, S. B. M. (2016). Pengaruh Relaksasi Dengan
Aromaterapi Terhadap Perubahan Intensitas Dismenorea. Keperawatan,
31–39.
Karomika, A., Yuniastuti, A., Sri, R. R., Rahayu, R., & Utara, J. K. (2019). The
Comparison in The Effectiveness of Warm and Ginger Compresses to The
Menstruation Pain Toward The Students of Smk 2 Al-Hikmah 1 Sirampog.
Public Health Perspectives Journal, 4(3), 179–187.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj
Kusumastuti, diah andriani et al. (2020). pengaruh pemberian jahe merah
terhadap perubahan nyeri dismenore. 8(51375516), 1405–1416.

Larasati, T., & Alatas, F. (2016). Dismenore Primer dan Faktor Risiko Dismenore
Primer pada Remaja. Majority, 5(3), 79–84.
Maharani, Y. V., Fatmawati, E., & Widyaningrum, R. (2016). Pengaruh
Aromaterapi Bunga Lavender ( Lavandula Angustifolia ) Terhadap
Intensitas Nyeri Haid ( Dismenore ). Jurnal Kesehatan Madani Medika, 7(1),
43–49.
Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P. (2018). Pengaruh
Pemberian Kompres Air Hangat Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri Di
SMK Penerbangan Angkasa Singosari Malang Hawa. Nursing News, 3(1),
259–268. https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/787

Maidarti, Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres


Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Bandung.
Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 156–164.
61

Marika, A., Mu, N., & Widyawati, M. N. (2017). Pengaruh Pemberian


Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid Pada
Remaja Putri Di SMA Negeri 5 Semarang. Kebidanan.
Marini, R. (2018). Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam dan Massage Effleurage
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore pada Remaja Putri di SMA
Negeri 13 Medan. 1–76.
Matsumoto, T., Kimura, T., & Hayashi, T. (2016). Aromatic effects of a Japanese
citrus fruit-yuzu (Citrus junos Sieb. ex Tanaka)-on psychoemotional states
and autonomic nervous system activity during the menstrual cycle: A single-
blind randomized controlled crossover study. BioPsychoSocial Medicine,
10(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s13030-016-0063-7
Nida, R. M., & Sari, D. S. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Siswi Kelas XI SMK
Muhammadiyah Watukelir Sukoharjo (The Influence Of Warm Compress
Decrease In Dismenorhea Eleventh Grade Students Of SMK Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo). Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional, 1(2),
103–109. https://doi.org/10.37341/jkkt.v1i2.84
Octaviani, D. A. (2019). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jeruk (Orange)
Terhadap Skor Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Semarang. Jurnal
Kesehatan STIKES Telogorejo, XI(2).
Pangesti, R. H., Lestari, G. I., & Riyanto, R. (2017). Pengurangan Nyeri
Dismenore Primer pada Remaja Putri dengan Kompres Hangat. Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai, 10(2), 97.
https://doi.org/10.26630/jkm.v10i2.1769
Panggabean, N. S. H. (2019). Pengaruh Akupresur Terhadap Dismenore pada
Remaja di SMP Swasta Islam Terpadu Siti Hajar Medan. Repositori Institusi
USU, 1–53.
Priscilla, V., Ningrum, D. C. R., & Fajria, L. (2012). Perbedaan Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang. NERS Jurnal Keperawatan,
10(2), 187. https://doi.org/10.25077/njk.8.2.187-195.2012

Rahayu, kurnia dini. (2017). efektifitas pemberian ekstrak jahe terhadap


intensitas dismenore pada masahasiswi akademi kebidanan sakinah
pasuruan. Pengaruh Ekstrak Jahe Merah Terhadap Penurunan Dismenore
Pada Remaja Di Panti Asuhan Di Surakarta, 69–72.
Rahmadhayanti, E., Afriyani, R., & Wulandari, A. (2017). Pengaruh Kompres
Hangat terhadap Penurunan Derajat Nyeri Haid pada Remaja Putri di SMA
Karya Ibu Palembang. Jurnal Kesehatan, 8(3), 369.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.621
Rambi, C. A., Bajak, C., & Tumbale, E. (2019). Politeknik Negeri Nusa Utara
Pengaruh Aromaterapi Lemon ( Citrus ) Terhadap Penurunan Dismenore
62

Pada Mahasiswi Keperawatan the Influence of Lemon ( Cytrus )


Aromatherapy on the Reduce Dysmenorrhea in Female Students. 3(1), 27–
34.
Rompas, S., Gannika, L., Studi, P., Keperawatan, I., Kedokteran, F., & Ratulangi,
U. S. (2019). Pengaruh Aromaterapi Lemon (Citrus) Terhadap Penurunan
Nyeri Menstruasi Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal
Keperawatan, 7(1).
Santi, lina silvia. (2019). Pengaruh Senam Disminore Terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi Pada Remaja Usia 16-17. Journal of Chemical Information and
Modeling, 8(9), 1689–1699. http://jurnal-
kesehatan.id/index.php/JDAB/article/view/144
Sari, I. D., & Listiarini, U. D. (2021). Efektivitas Akupresur dan Minuman Jahe
terhadap Pengurangan Intensitas Nyeri Haid/Dismenore Pada Remaja Putri.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 215.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1154

Setiawati. (2019). Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat Dan Dingin


Terhadap Nyeri Disminorea Pada Siswi Smk Pertanian Pembangunan
Negeri Lampung Di Lampung Selatan. Manuju: Malahayati Nursing
Journal,1(2),265–276.
Sinaga, E. (2017). manajemen kesehatan mestruasi. jurnal ilmiah keperawatan
33.
Siregar, Y. R. (2019). Pengaruh Teknik Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Dismenore Pada Siswi Di Man 1 Sleman Tahun 2018.
http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/handle/123456789/827
Sugiharti, R. K., & Sumarni, T. (2018). Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga
Dengan Kejadian Nyeri Haid Primer Pada Remaja. Jurnal Kebidanan, 9(1),
114–123.
Novadela Tri, N. I., Hardini, R. A., & Mugiati, M. (2019). Perbandingan Terapi
Air Putih Dengan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Haid
(Dismenorea Primer) Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik,
14(2), 219. https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1311
Tyas, J. K., Ina, A. A., & Tjondronegoro, P. (2018). Pengaruh Terapi Akupresur
Titik Sanyinjiao Terhadap Skala Dismenore. Jurnal Kesehatan, 7(1), 1.
https://doi.org/10.46815/jkanwvol8.v7i1.75
Utari, 2017. Pengaruh Pemberian Ramuan Jahe Terhadap Nyeri Haid Mahasiswi
Stikes Pmc. Jurnal Ipteks Terapan Research Of Applied Science And
Education V11.I3 (257 -264)

Viki, Y., Nursanti, I., & Muhaimin, T. (2017). Efektivitas Kompres Hangat Dan
Massage Effleurage Terhadap Intensitas Dismenorea Di Pesantren Ar
63

Risalah Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 9(2), 8–17.


Wahyu Dwi Agussafutri, C. B. P. (2019). Efektivitas Penatalaksanaan Nyeri Haid
dengak Teknik Senam Haid dan Konsumsi Kunyit Asam(Wahyu Dwi A,
Christiani Bumi P) 105. 10(1), 105–113.
Yunianingrum, E. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Dan Aromaterapi Lavender
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di
Pondok Pesantren As Salafiyyah Dan Pondok Pesantren Ash- Sholihah
Sleman. Skripsi, 107.
Yusri, et al. 2020. Efektivitas Kompres Hangat Dan Massage Effleurage
Terhadap Intensitas Dismenorea Di Pesantren Ar Risalah Padang. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika Volume 9 Nomor 2

Zhai, S. J., Ruan, Y., Liu, Y., Lin, Z., Xia, C., Fang, F. F., & Zhou, Q. H. (2020).
Time-effective analgesic effect of acupressure ankle strip pressing wrist and
ankle acupuncture point on primary dysmenorrhea: Study protocol clinical
trial (SPIRIT compliant). Medicine (United States), 99(12).
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000019496
Zulia, A., Esti Rahayu, H. S., & -, R. (2018). Akupresur Efektif Mengatasi
Dismenorea. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 2(1), 9.
https://doi.org/10.32419/jppni.v2i1.78
64

Lampiran 1 : Pengajuan Tema Skripsi


65

Lampiran 2 : Lembar Persyaratan Mengikuti Seminar Proposal


66

Lampiran 3 : Lembar Rekomendasi Seminar Proposal


67

Lampiran 4 : Lembar bimbingan Tugas Akhir


68

Lampiran 5 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan)


69

Lampiran 6 : Lembar Persyaratan Mengikuti Seminar Hasil


70

Lampiran 7 : Lembar Rekomendasi Seminar Hasil


71

Lampiran 8 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir


72

Lampiran 9 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan)


73

Lampiran 10 : Lembar Rekomendasi Ujian Komprehensif


74

Lampiran 11 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir


75

Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Tugas Akhir (Lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai