Anda di halaman 1dari 6

Kurban dan Kelekatan Sosial di Tengah Pandemi

Oleh : DRS.H.SUPARMAN,M.Pd

: Khutbah Pertama:

 
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Gemuruh takbir, tahmid dan tasbih sejak kemarin sore menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman
dan takut kepada Allah ‫ﷻ‬. Seluruh kaum Muslimin tanpa terkecuali, mulai anak-anak hingga
orang tua, laki-laki maupun perempuan, yang sehat maupun yang sakit, baik sendiri-sendiri maupun
berjamaah, baik berdiri, duduk ataupun tiduran, mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid.
Bahkan bebatuan, tumbuhan dan seluruh alam raya mengumandangkan takbir untuk
menghidupkan sunah Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan mengagungkan dan mensucikan asma Allah
‫ﷻ‬. 

Di bulan Dzulhijjah ada dua gambaran bagi umat Islam. Bagi yang dipanggil Allah ke Tanah Suci,
mereka sibuk dengan rangkaian ritual ibadah haji, mulai wukuf di Arah, mabit di Muzdalifah, Mina
hingga tawaf ifhadah. Sedangkan umat Islam yang lain termasuk kita, kita sibuk dengan ibadah
puasa arafah, sedekah dan perayaan Idul adha serta memotong kurban setelah ini. 

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Di tengah situasi pandemi saat ini kita harus memiliki hubungan sosial yang baik dengan
keluarga, saudara, tetangga maupun karib kerabat lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia
harus hidup bermasyarakat dengan saling memberi manfaat antara satu dengan lainnya. Jika
tidak, maka kita akan ditimpa kehinaan dan keresahan dimana pun kita berada. Hal ini
ditegaskan dalam firman Allah :

"Mereka ditimpa kehinaan dimana saja berada, kecuali jika mereka menjalin hubungan baik
kepada Allah dan menjalin hubungan baik kepada manusia (QS. Ali-Imran : 112)

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk sosial yang harus bergaul dan bermasyarakat, hidup
berdampingan dengan sesama, bahu membahu, tolong menolong dan bahkan saling
mensejahterakan.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah..

Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat merasakan dampak sosial dan ekonomi yang
dahsyat. KDRT meningkat, kriminalitas merajalela, dan keuangan pun sangat bermasalah.
Jangankan beli paket data untuk anaknya yang sekolah online, untuk makan keseharian pun
mereka kepayahan. Banyak juga anggota keluarga, karib kerabat dan tetangga kita dirundung
kesusahan, dan serba sendirian menghadapi cobaan. Al-hasil, kita pun merasa hidup terasing di
tengah kerumunan banyak orang. Sungguh memprihatinkan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Di tengah kehidupan bermasyarakat dibutuhkan kelekatan sosial yang bisa saling mengisi,
berbagi dan melengkapi satu sama lain. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah, cepat kaki,
ringan tangan, ringan sama dijinjing berat sama dipikul adalah pribahasa-pribahasa yang
menggambarkan pentingnya kelekatan sosial. Dalam Islam, kelekatan sosial ini dikenal dengan
kata qaraba (dekat) yang kemudian diserap dalam bahasa Indonesia menjadi akrab, karib dan
kerabat yang menunjukkan kedekatan yang istimewa. Seperti termaktub dalam QS An-Nahl
ayat 90,

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat”.

Menurut Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy-Syaukani dalam Kitab Fath al-Qadir hal. 798,
ayat ini mengandung petunjuk tentang wajibnya seseorang untuk memberi bantuan kepada
kerabatnya sebagaimana Allah SWT menyuruh untuk menegakkan keadilan dan berbuat
kebajikan. Untuk menciptakan kelekatan sosial ini, ibadah kurban menjadi sarana ampuh untuk
mewujudkannya baik untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub ilallah) maupun 
kedekatan kepada manusia (taqarub ilannas). Sehingga ibadah kurban mengandung dua
dimensi yakni dimensi spiritual-transendental sebagai konsekwensi dari kepatuhan kepada
Allah dan dimensi sosial humanis yang nampak dalam pola pendistribusian hewan kurban untuk
mereka yang berhak (mustahiq). Sementara untuk mewujudkan kelekatan sosial melalui ibadah
kurban ini, ada tiga hal yang dapat dilakukan yakni pertama peduli sesama dalam bentuk
berbagi daging qurban, kedua  memberikan pesan dan harapan yang tinggi dengan
menyebarkan syiar Islam dan ajakan untuk berkurban, dan ketiga memberikan kesempatan
untuk berpartisipasi dan berkontribusi melalui sinergi kepanitiaan dan partisipasi aktif dalam
meraih pahala dan fadhilah kurban.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.

Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol pendekatan spiritual seorang hamba kepada
Tuhannya dan sekaligus pendekatan sosial kemanusiaan dengan sesamanya. Pemaknaan
seperti inilah yang memberikan spirit dari esensi yang akan menemukan relevansinya dengan
kondisi yang sulit seperti sekarang ini. Secara sosiologis antropologis, ketaatan dan ketulusan
Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk mengurbankan anaknya merupakan simbol
keteladanan sosial paling tinggi walaupun akhirnya Nabi Ismail as diganti dengan hewan
sembelihan. Penggantian kurban manusia dengan hewan ini sendiri merupakan apresiasi dan
aktualisasi janji Allah untuk memberi balasan yang terbaik pada orang yang bertakwa dan
berbuat baik. Allah berfirman:

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim
itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan
dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman". (QS. As-Shaffat:
107-111)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd.


Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Dalam perspektif lain, ibadah kurban juga menegaskan bahwa ajaran Islam ingin
menyelamatkan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia dan kemanusiaan. Ibadah
kurban juga bertujuan menghilangkan sifat buruk binatang yang terkadang muncul pada
manusia diganti dengan sifat saling menyayangi dengan wujud saling berbagi. Dalam konteks
ini, ibadah kurban menjadi simbol perlawanan terhadap setan dan hawa nafsu (sifat-sifat
kebinatangan), yang hadir lewat sikap menzalimi demi menghalalkan segala cara. Nilai-nilai
yang dapat disikapi dari ritual kurban, yaitu pembelajaran ketika Allah menggantikan Nabi
Ismail dengan seekor hewan, tersirat makna agar manusia tidak lagi menginjak-injak harkat dan
derajat manusia dan kemanusiaan. Ulama besar Imam Al Ghazali mengatakan bahwa
penyembelihan hewan kurban menyimbolkan penyembelihan sifat kehewanan manusia. Oleh
karena itu, qurban semestinya bisa pula mempertajam kepekaan dan tanggung jawab sosial
(social responsibility). Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk berkurban diharapkan
timbul rasa kebersamaan di masyarakat. Sebagai sebuah simbol, perintah kurban haruslah
bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih luas. Ibadah kurban tidak akan menemui
esensinya jika hanya dipahami sebagai ibadah ritual tahunan saat menjelang Idul adha saja
tanpa menumbuhkan semangat rela berkorban untuk mensyiarkan agama Allah. Sehingga
apapun bentuknya, sebuah pengorbanan, baik berupa harta, ilmu, pikiran dan tenaga yang
dapat memberikan manfaat untuk orang lain jika dilakukan dengan kesungguhan hati dan
keikhlasan semata karena Allah dapat mengantarkan seseorang menjadi lebih dekat kepada
Tuhannya. Ibadah kurban tidak hanya dituntut untuk menjaga ketaatan secara individual
kepada Allah, tetapi juga dituntut menghadirkan kemanfaatan bagi sesama. Rasulullah saw
bersabda :

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR.
Bukhari) Semoga kurban di tengah pandemi ini, memberikan pelajaran berharga untuk kita
semua. Mari maksimalkan syiar kurban di lingkungan kita dan rajutlah jala ukhuwah dengan
saling mengakrabkan satu dengan lainnya. Dengan keakraban dan kelekatan sosial inilah kita
bisa saling tolong menolong dan meringankan beban penderitaan kita. Kiranya kita tetap dalam
lindungan Allah agar terhindar dari virus Corona. Amin ya rabbal alamin

Khutbah Kedua:
Ya Allah saat saat yang syahdu ini, kami segenap hamba hambamu berkumpul, bersimpuh
ditempat yang suci yang penuh rahmat, menyebut namaMu yang agung, berzikir, bermunajat
kepadaMU dengan takbir, tahmid dan tahlil.

Ya Allah, bersihkan hati dan jiwa ini dari hasad dan dengki, persatukan jiwa jiwa dalam cinta
karenaMU dan dalam ketaatan kepadaMU, jangan Engkaun biarkan setan musuhMu
mengerogoti persaudaraan kami.

Ya Rabbi, ampuni kami atas kekhilafan dan dosa kami kepada anak anak kami, suami, istri kami,
belum mampu mendidik dan membahagiakna mereka.

Ya Rabb, karuniakan kami jasad yang terpeliharan dari maksiat, terpelihara dari harta haram,
makanan haram, perbuatan haram. Izinkan jazad ini pulang kelak , jazad yang bersih.

Ya Rabb, bukakan pintu hati kamiagar selalu sadar bahwa hidup ini hanya mampir sejenak ,
hanya Engkau tahu kapan ajal menjemput kami, jadikan sisa umur menjadi jalan kebaikan bagi
ibu bapak kami, jadikan kami menjadi anak yang saleh yang dapat memuliakan ibu bapak kami.

Anda mungkin juga menyukai