Anda di halaman 1dari 4

KEJAHATAN EKONOMI DAN TEKNOLOGI

FRAUD DETECTION
ANALISIS ARTIKEL 3 DAN 4

Nama Niken Kenanga Aviola


NIM 12030120420030
Kelas Magister Akuntansi Reguler
Dosen Pengampu Dwi Cahyo Utomo, S.E., M.A., Ph.D

Artikel 3

Penggunaan Media Sosial Untuk Mendeteksi Penipuan Perusahaan:


Pendekatan Studi Kasus
Feng Xiong a , * , Larelle Chapple b , Haiying Yin aa School of Management, Universitas Xiamen, Xiamen,
Fujian, Cinab Sekolah Bisnis QUT, Universitas Teknologi Queensland, Brisbane, Australia

Analisis :
Secara umum perusahaan akan menggunakan berbagai jenis media untuk
meningkatkan nilainya tak terkecuali media sosial. Media sosial memiliki peran untuk
mengidentifikasi corporate fraud. Penggunaan media sosial sebagai alat untuk mendeteksi
kecurangan sudah menjadi praktik umum. Contohnya Perusahaan asuransi memeriksa
sosial media penuntut klaim untuk menyelidiki apakah gaya hidup penggugat konsisten
dengan klaim kondisi medisnya. Dalam kasus EMPO, kampanye yang dilakukan
perusahaan tidak mempunyai gambaran kinerja yang spesifik dan sengaja membuat
kesalahan-kesalahan material dan mengeluarkan pernyataan yang menyesatkan dengan
tujuan untuk meningkatkan nilai saham perusahaan. Hal tersebut termasuk kedalam salah
satu skema penipuan yang dilakukan perusahaan. Individu dan organisasi dapat mengakses
informasi baru tentang sosial media terkait deteksi penipuan.

Salah satu cara untuk mendeteksi penipuan perusahaan adalah dengan menggunakan
wisdom of crowd. Wisdom of crowd adalah suatu konsep kebijaksanaan banyak orang
mengenai penilaian independen dari sekelompok orang yang memiliki kemampuan analisis
dalam kasus ini untuk menilai apakah ada fraud atau tidak di dalam perusahaan. Menurut
Surowiecki (2004) dan Fleenor (2006), ada empat elemen yang dibutuhkan untuk
membentuk orang yang bijak yaitu : keragaman pendapat, kemandirian pemikiran,
desentralisasi pengetahuan, dan persetujuangation penilaian menjadi keputusan kolektif.

Dalam kasus EMPO , pengguna media sosial mengungkapkan keraguannya tentang


kampanye promosi EMPO, kemungkinan karena EMPO adalah perusahaan kecil dan
manfaat untuk melakukan investigasi tidak melebihi potensinya biaya. Sistem pemantauan
ini juga dapat digunakan mendeteksi penipuan pengungkapan perusahaan dengan
memadai pengaturan untuk kata kunci atau frase penting. Informasi diposting di media
sosial dari beragam kelompok pemangku kepentingan yang memungkinkan pemetaan
jaringan sosial,yang dapat berkontribusi pada deteksi penipuan perusahaantion. Alat
pemantauan dapat memetakan koneksi atau hubungan antara pelaku jaringan individu dan
keterkaitannya dengan fungsi-fungsi terpisah dari organisasi. Dimungkinkan untuk
mengidentifikasi penipuan perusahaan dengan memeriksa jejak digital yang ditinggalkan
oleh individu dan perusahaan. Alat pemantauan media sosial dapat mengeluarkan
peringatan potensi penipuan saat mereka mendeteksi hubungan antara personel kunci dari
pihak bisnis yang berkepentingan, jika informasi seperti itu dimuat sebelumnya ke dalam alat
pemantauan sosial (seperti Profil Facebook, Twitter, dan LinkedIn).

Penggunaan wisdom of crowd di media sosial, komunikasi, pemasaran dan layanan


dengan konsumen saat ini dan calon konsumen memungkinkan manajer dapat
memanfaatkan informasi sosial media sebagai bukti untuk mendukung pengambilan
keputusan dibanyak area berbeda. Dalam kasus ini deteksi menggunakan kata kunci yang
sesuai dan mencari di Twitter dapat mengembalikan informasi yang berguna untuk deteksi
penipuan. Mengingat informasi di media sosial sebagai arsip berbagai pendapat dari orang
banyak maka, analisis berkelanjutan dari informasi tersebut berfungsi sebagai sarana untuk
menangkap wisdom of crowd tentang platform tersebut. Data ini meningkatkan kualitas
pengetahuan manajemen untuk tindakan bisnis saat ini dan masa depan.

Artikel 4

Layanan Kesehatan Mahasiswa: Kasus Penipuan Karyawan


Bonita K. Peterson a, * , Thomas H. Gibson ba Montana State University, Bozeman, College of Business, 429
Reid Hall,Bozeman, MT 59717-3040, ASb Universitas Negeri Montana, Bozeman, 204 Montana Hall, Bozeman,
MT 59717-2440,

Analisis :
Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana seorang karyawan yang memberikan
layanan kesehatan mahasiswa dapat melakukan kecurangan dengan menggelapkan uang
perusahaan senilai $757.000 dalam jangka waktu 13 tahun selama masa kerjanya,
kecurangan ini dilakukan oleh Bess Lear yang dianggap sebagai karyawan teladan, memiliki
sikap yang baik, selalu membantu rekan kerja kapan pun dibutuhkan, tidak pernah
mengambil hari cuti, selain saat mahasiswa libur dan dapat dipercaya oleh rekan kerja dan
pihak universitas. hal tersebut tentu merugikan banyak pihak mulai dari perguruan tinggi
negeri, mahasiswa, para pembayar pajak, rekan kerja SHS, serta keluarga dan teman
supervisor kasir SHS. Auditor internal universitas gagal dalam mendeteksi kecurangan yang
telah dilakukan selama 13 tahun , kegagalan ini muncul akibat dari kurangnya pemahaman
mengenai redflags yang muncul selama Bess berkerja di SHS. Redflags dapat menjadi
salah satu cara untuk mendeteksi kecurangan dalam organisasi, walaupun Bess memiliki
sikap layaknya karyawan yang sempurna, namun auditor internal seharusnya tetap
memperhatikan perubahan-perubahan gaya hidup yang muncul di setiap karyawan,
terutama karyawan-karyawan yang memiliki penghasilan yang rendah. Dalam kasus Bess
ini beberapa redflags yang muncul dan tidak disadari oleh auditor internal adalah :
 Perubahan Gaya Hidup
Bess adalah seorang supervisor kasir yang memiliki gaji tidak lebih dari $20.000/tahun
memiliki tanggungan seorang suami yang tidak bekerja lagi akibat kecelakaan kerja,
dan 2 orang anak, namun walaupun Bess memiliki keadaan yang memprihatinkan, ia
mampu untk memiliki rumah dengan areal berkuda, pakaian mahal, kendaraan baru dan
untuk mendukung gaya hidupnya.
 Penggunaan cuti sakit/waktu liburan
Bess tidak pernah menggunakan waktu cutinya, selama berkerja, dan tidak pernah
mengambik waktu liburan yang biasanya selalu di nanti oleh banyak karyawan, ia hanya
libur pada saat mahasiswa libur dan universitas tutup.
 Kurangnya kontrol internal
Kontrol internal yang lemah dapat dilihat dari manajemen sebelumnya yang tidak
memahami tentang akuntansi, dan tidak menyadari bahwa ada uang yang hilang, serta
tidak ada pemisahan tugas terkait dengan tugas yang Bess kerjakan ia melakukan
semuanya sendiri.
 Jam kerja yang berlebihan/kurangnya pendelegasian tugas yang tampaknya
biasa-biasa saja
Bess selalu datang kerja paling awal dan pulang paling akhir, tidak pernah mnegambil
cuti dan selalu mengerjakan semua tugas sendiri walaupun ada karyawan lain yang
dapat membantunya
 Tingkat keuntungan yang sangat rendah tanpa penjelasan yang siap
Keuntungan yang di dapatkan SHS tergolong rendah jika dibandingkan dengan
Universitas yaitu hanya sekita $4 juta, setiap layanan yang diberikan ke mahasiswa
bess melakukan setoran yang sangat besar ke rekening pribadinya, hal ini sangat
mencurigakan, sehingga menarik perhatian FBI untuk mulai melakukan penyelidikan
 Menempatkan terlalu banyak kepercayaan kepada karyawan
Bess menerima terlalu banyak kepercayaan dari manajemen untuk melakukan semua
tugasnya ataupun tugas teman-temannya, setiap perubahan yang ada pada Bess tidak
membuat teman ataupun atasannya curiga hal tersebut dikarenakan kepercayaan yang
sangat besar pada Bess yang dimanfaatkannya untuk melakukan kecurangan
 Dokumentasi yang hilang
Bess menghilangkan bukti salinan setoran dan formulir kesehatan mahasiswa, sehngga
sulit untuk melakukan rekonsiliasi tentang pembayaran tersebut.

Redflags yang ditemukan dalam kasus kecurangan karyawan diatas dapat kita
hubungkan dengan fraud triangle (segitiga kecurangan). Peneliti penipuan telah
menciptakan frase ''segitiga kecurangan'' untuk membantu menjelaskan alasan orang
melakukan penipuan (Wells, 1997 ). Tiga elemen yang membentuk penipuan segitiga
adalah tekanan (motif untuk melakukan penipuan), peluang yang dirasakan (persepsi untuk
dapat melakukan penipuan dan tetap tidak terdeteksi), dan rasionalitas (untuk memberikan
alasan yang dapat diterima secara moral dalam pikiran pelaku penipuan trator untuk
membenarkan mengapa kejahatan itu sebenarnya bukan kejahatan). Ketiga elemen
tersebut haruslah hadir agar penipuan terjadi. Dalam kasus Bess Lear redflags dapat
dikategorikan menurut tiga elemen tersebut yaitu :
 Tekanan
supervisor kasir untuk melakukan kecurangan adalah finansial karena dia telah
melakukannya kesulitan membayar kebutuhan dasar dengan gajinya yang kecil dan
kompensasi suaminya. Selain biaya pengobatan, dia harus membayar cicilan dan dua
kebutuhan anaknya. Redflags yang termasuk dalam hal ini adalah :
Perubahan gaya hidup, tuntutan kehidupan yang banyak tidak mampu tertutupi
oleh gaji yang diperoleh oleh bess, akibat tekanan yang dirasakan ini bess
memilih untuk melakukan kecurangan dengan mengambil kas layanan
kesehatan mahasiswa
 Kesempatan
untuk berkomitmen dan menyembunyikan penipuan sebenarnya tidak perlu ada, tetapi
pelaku harus percaya bahwa mereka akan melakukannya tetap tidak terdeteksi. Bagi
pengawas kasir SHS, kurang berfungsi dengan baik pengendalian internal memberikan
peluang yang dirasakan dan yang sebenarnya.
Penggunaan cuti sakit/waktu liburan, Bess yang tidak pernah mengambil cuti
ataupun libur, memberikannya kesempatan untuk terus berada di universitas
agar tidak ada satu orang pun yang mengetahui kecurangan yang ia lakukan.
Kurangnya kontrol internal, Pengendalian internal yang hilang itu diperparah
oleh manajemen yang lemah dan kekurangan staf dari departemen audit
internal. Menciptakan kesempatan bess untuk menjadi salah satu staff di
dapartemen audit internal dan Direktur SHS untuk sebagian besar periode
penipuan tidak sepenuhnya memahami sistem akuntansi. Mempermudah proses
kecurangan yang dilakukan Bess
Jam kerja yang berlebihan/kurangnya pendelegasian tugas yang
tampaknya biasa-biasa saja, jam kerja yang berlebihan menciptakan
kesempatan, untuk sebanyak-banyaknya menggelapkan uang yang berasal dari
pelayanan kesehatan mahasiswa, selain itu pendelegasian tugas yang tidak
tepat juga menciptakan peluang untuk kecurangan tersebut.
Menempatkan terlalu banyak kepercayaan kepada karyawan, kepercayaan
yang didapatkan bess selama ia bekerja, membuat kesempatan untuk
melakukan kecurangan, orang-orang tidak akan pernah curiga dengan
perubahan gaya hidup bess karna terlalu percaya dengan perilaku yang
ditunjukkannya.
 Rasionalisasi,
unik bagi pelaku penipuan perampok bank, untuk Misalnya, tidak perlu merasionalkan
tindakan mereka. Menurut kesaksian seorang psikolog. selama hukuman Bess,
bagaimanapun, dia yakin dia membutuhkan uang untuk mendukung keluarganya.
Mungkin dalam pikirnnya, tidak ada orang tertentu yang terluka oleh pencurian itu.
Dokumentasi yang hilang, bess menghilangkan bukti setoran dan formulir
yang digunakan untuk melakukan rekonsiliasi, hal ini dilakukannya atas dasar
semua orang yang melakukan kecurangan pasti akan selalu berusaha untuk
menutupi tindakan tersebut.
Tingkat keuntungan yang sangat rendah tanpa penjelasan yang siap, gaji
bess yang tergolong kecil, dan banyaknya pekerjaan yang telah ia lakukan
menjadi pembenaran bagi diri bess, bahwa dia pantas untuk mendapatkan gaji
yang lebih besar dari sebelumnya.
Penipuan ini dapat dengan mudah dicegah dengan internal kontrol yang tepat
( penghapusan kesempatan yang dirasakan), memisahkan fungsi pencatatan kas yang
tidak sesuai dan penyimpanan kas, rekonsiliasi independen atas kas yang diterima dan
setoran tunai,liburan wajib dengan personel lain yang menjalankan tugas selama masa
kerja karyawan ketiadaan, penggunaan Layanan yang Diberikan sebelumnya secara
berurutan dan akuntansi untuk integritas numerik dari dokumen tersebut, dan juga
pentingnya bagi setiap individu untuk peka terhadap lingkungan, dan perubahan, untuk
mendeteksi kemungkinan redflags yang terjadi, karena redflags merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mendeteksi kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai