Anda di halaman 1dari 8

Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

APLIKASI REKAYASA GENETIK PADA BUDIDAYA IKAN DI INDONESIA


Otong Zenal Arifin, Muhammad Hunaina Fariddudin Ath-thar, dan Rudhy Gustiano
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar
Jl. Raya Sempur No. 1, Bogor
E-mail: zenalarifin@gmail.com

secara intensif pada lahan terbatas, mampu menampilkan


ABSTRAK pertumbuhan yang baik pada kondisi lingkungan perairan
yang marjinal dan memiliki keunggulan dari aspek
Perbaikan mutu genetik ikan merupakan suatu ekonomis.
langkah lanjut dari kegiatan budidaya ikan yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan Program perbaikan mutu genetik yang dapat
produktivitas suatu komoditas apabila teknologi diterapkan adalah seleksi dan hibridisasi. Seleksi
budidaya sudah optimal diterapkan. Strategi merupakan suatu teknik pemuliabiakan klasik untuk
perbaikan mutu genetik dapat dilakukan baik memperbaiki sifat yang terukur (quantitative trait).
secara konvensional melalui seleksi dan hibridisasi Prinsip dasar dari seleksi ini adalah mengeksploitasi sifat
atau molekuler melalui rekayasa genetik. Di additive dari alela-alela pada semua lokus yang mengontrol
Indonesia, upaya perbaikan mutu genetik melalui sifat terukur untuk memperbaiki suatu strain ikan
rekayasa genetik telah mulai dilakukan sejak
(Kirpichnikov, 1981). Sedangkan hibridisasi adalah
tahun 1980. Rekayasa genetik yang pertama kali
diterapkan adalah manipulasi set kromosom memanfaatkan sifat heterosis karena sifat dominan dan
untuk menghasilkan klon ginogen yang dapat heterozigot pada banyak lokus (Kapusckinski & Jacobson,
mempercepat pemurnian galur dan poliploidi 1987) atau interaksi dari alela pada lokus (Tave, 1993).
untuk menghasilkan populasi ikan yang memiliki Dengan adanya program perbenihan yang terencana
set kromosom lebih dari 2N. Aplikasi rekayasa dengan matang seringkali seleksi dan hibridisasi dapat
genetik yang kedua adalah manipulasi kelamin
saling melengkapi untuk pencapaian hasil akhir yang
untuk memanfaatkan potensi “sexual dimorphisms”
pada pertumbuhan ikan konsumsi dan sifat eksotis
optimal. Selain itu, ketersediaan teknologi rekayasa
pada ikan hias. Aplikasi rekayasa genetik yang ketiga kromosom dan manipulasi kelamin, serta transgenik (DNA
adalah transgenik atau DNA rekombinan. Teknologi, rekombinan) dapat digunakan untuk mempercepat
aplikasi, perkembangan, potensi, dan manfaat pencapaian hasil seleksi atau hibridisasi. Berkaitan dengan
rekayasa genetik di atas bagi perkembangan upaya perbaikan mutu genetik, dalam makalah ini akan
budidaya ikan di Indonesia diuraikan dalam dibahas teknologi perbaikan mutu genetik yang telah
makalah ini. diterapkan pada ikan budidaya di Indonesia.
KATA KUNCI: mutu genetik, rekayasa genetik, REKAYASA KROMOSOM
manipulasi kromosom, trans-
genik
Rekayasa kromosom adalah suatu teknik untuk
mengubah kromosom ikan normal diploid (2N) hasil
kontribusi 1N set kromosom betina dan 1N jantan. Pada
rekayasa kromosom, individu normal 2N dapat dibuat
PENDAHULUAN dengan sumber kromosom dari betina (ginogenesis) atau
Dalam satu dekade terakhir kecenderungan penurunan jantan saja (androgenesis), serta jumlah kromosom dapat
mutu genetik ikan budidaya telah menurunkan efisiensi ditingkatkan menjadi poliploid (3N atau 4N). Penerapan
usaha budidaya yang telah menjadi masalah yang cukup teknologi rekayasa kromosom di Indonesia telah dimulai
serius untuk segera ditanggulangi. Faktor yang turut sejak tahun 1985 (Gustiano & Sumantadinata, 1987).
berperan dalam penurunan mutu genetik di atas adalah Namun demikian perkembangan teknologi ini dalam
akibat manajemen induk dan benih yang tidak terkontrol konteks perbaikkan mutu genetik ikan tidak berjalan
pada usaha pembenihan sebagaimana dikemukakan oleh sebagaimana diharapkan karena tidak diletakkan dalam
Gustiano & Prihadi (2006). Untuk mengatasi masalah kerangka program breeding yang besar dan terarah. Di
tersebut harus dilakukan perbaikan mutu genetik agar bawah ini akan disampaikan hasil-hasil telah diperoleh
dapat diperoleh jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan dan dilakukan di Indonesia.

76
Aplikasi rekayasa genetik pada budidaya ikan di Indonesia (Otong Zenal Arifin)

Ginogenesis ikan jantan seperti pada jenis cyprinid. Di samping untuk


Sebagaimana diketahui bahwa seleksi yang telah memproduksi ikan betina, ikan ginogenesis mempunyai
dilakukan di Indonesia sebelum tahun 1985 adalah arti sangat penting dalam usaha perbaikkan mutu genetik
bertujuan untuk melakukan pemurnian pada sifat- di antaranya dalam memproduksi turunan yang 100%
sifat kualitatip dengan cara menyeleksi berdasarkan homozigot atau klon (Sugama, 2006). Ikan klon sangat
penampakan luar atau fenotip. Dengan adanya teknologi berguna untuk mencari gena penciri yang mengontrol
rekayasa kromosom pencapaian hasil seleksi untuk karakter tertentu dalam usaha perbaikkan mutu genetik
pemurnian dapat dipercepat (Ahmad & Gustiano, 1990). ikan. Apabila beberapa kelompok ikan klon dengan
Ikan ginogenesis diperoleh dari telur yang telah dibuahi genotip yang berbeda dipelihara dalam lingkungan yang
oleh sperma yang telah dirusakkan intinya dengan radiasi sama, maka akan terlihat perbedaaan pertumbuhan pada
ultra violet, kemudian diberi kejutan termal (panas atau masing-masing klon. Sedangkan ikan-ikan klon dengan
dingin) pada tahap perkembangan embrio tertentu. genotip yang sama akan tumbuh seragam. Selanjutnya
Apabila pemberian kejutan dilakukan pada stadia meiosis dapat dikemukakan bahwa apabila ikan klon dengan
maka akan terbentuk individu “meiotik ginogenesis”, genotip berbeda diinfeksikan dengan dengan organisme
sedangkan apabila pemberian kejutan dilakukan pada patogen yang mematikan maka diperoleh beberapa klon
stadia mitosis atau pembelahan dua sel maka akan resisten yang dapat menghasilkan gen pengontrol ciri
dihasilkan individu “mitotik ginogenesis”. Teknologi penyakit tertentu.
untuk menghasilkan meiotik dan mitotik ginogenesis Poliploidi
telah dikemukakan oleh (Ahmad & Gustiano, 1990;
Sumantadinata et al., 1990; Gustiano et al., 1991). Secara teori ikan poliploid (3N dan 4N) akan tumbuh
Sedangkan androgenesis adalah kebalikan dari lebih cepat dibandingkan dengan ikan normal diploid (2N).
ginogenesis dimana sifat yang diturunkan hanya berasal Ikan triploid (3N) dapat diproduksi dengan cara
dari jantan. Kedua teknik rekayasa kromosom tersebut memberikan kejutan panas atau dingin terhadap telur yang
telah berhasil diterapkan pada banyak jenis ikan air tawar dibuahi oleh sperma ikan jantan normal pada stadia
(Ahmad & Gustiano, 1990). Namun demikian yang banyak meiotik. Dengan demikian ikan ikan triploid memiliki
dilakukan di Indonesia hanya ginogenesis. 2N kromosom dari betina dan 1N kromosom dari jantan.
Hasil pengujian keragaan ikan triploid dibandingkan
Metode ginogenesis dapat digunakan untuk dengan ikan normal tidak selalu memberikan hasil yang
mengeliminasi problem inbreeding melalui produksi ikan/ positif (Sugama, 2006). Di Indonesia, keberhasilan
strain dengan tingkat kemurnian tinggi yang dapat pembentukkan ikan triploid melalui kejutan panas pada
digunakan pada kegiatan hibridisasi. Keberhasilan ikan mas telah dilaporkan oleh Gustiano & Prihadi (1995).
ginogenesis telah dapat dilakukan dengan menggunakan Pada pengujian ikan lele triploid didapatkan bahwa tidak
berbagai sumber sperma pada telur ikan mas (Gustiano terdapat perbedaan ketahanan penyakit dibandingkan
et al., 1990; Sumantadinata et al., 1990). dengan ikan lele diploid (Taufik & Gustiano, 2000). Sugama
Hasil evaluasi terhadap benih-benih ginogenetik et al. (1992) melaporkan bahwa ikan kakap merah triploid
memperlihatkan bahwa generasi kedua ginogenesis yang dipelihara dalam keramba jaring apung memiliki
menunjukkan penurunan keragaman karakter-karakter pertumbuhan yang tidak berbeda dengan jenis diploid.
terukur (kuantitatif) yang merupakan indikasi terjadinya Secara umum, penggunaan ikan triploid belum banyak
peningkatan homozigositas (Sumantadinata & Taniguchi, digunakan secara komersil, kecuali pada kekerangan (Guo
1990). Kemungkinan besar dari pemisahan (segregasi) et al., 1996). Khusus ikan “grass carp” lebih banyak
karakter heterozigot terdeteksi oleh adanya variasi pola digunakan untuk mengendalikan populasi yang dapat
sisik dan bentuk sirip pada benih ginogenetik yang digunakan untuk mengontrol gulma di suatu perairan
diperoleh. Ikan mas betina strain “Kumpai” menghasilkan waduk atau perairan tertutup.
dua jenis bentuk sirip pada benih ginogenetik. Pertama Untuk ikan tetraploid (4N), jenis ini dapat diproduksi
adalah bentuk sirip kumpai atau panjang (41,0%) yang dengan cara yang sama dengan triploid hanya pemberian
memiliki simbol genetik KK, dan yang kedua adalah kejutan dilakukan pada saat terjadi pembelahan sel
bentuk sirip normal (59,0%) dengan simbol kk pertama. Individu tetraploid dibentuk dari 2N kromosom
(Sumantadinata & Taniguchi, 1994). betina dan 2N kromosom jantan. Hasil penelitian
Dalam perikanan budidaya, ikan ginogenesis menjadi menunjukkan bahwa keberhasilan produksi ikan
sangat penting terutama bagi ikan-ikan yang betinanya tetraploid lebih rendah dibandingkan dengan jenis triploid
memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan karena larva yang baru menetas kebanyakan abnormal dan

77
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

mati (Pandian & Koteeswaran, 2004; Sakao et al., 2006). antara lain jenis hormon, lama perlakuan, metode, fase
Abnormalitas yang terjadi pada larva adalah akibat tidak benih/embrio, suhu, teknik perlakuan, dan lain-lain.
sempurna duplikasi pasangan kromosom yang diharapkan. Di Indonesia teknik alih kelamin yang diterapkan ada
MANIPUL ASI DAN KONTROL KEL AMIN DENGAN dua yaitu jantanisasi (menghasilkan jantan) dan feminisasi
HORMON (menghasilkan betina) (Zairin, 2003). Secara umum,
maskulinisasi dilakukan dengan pemberian hormon
Jenis kelamin suatu ikan secara genetis sudah androgen 17-methyltestosterone (Zairin, 2002).
ditetapkan pada waktu pembuahan (Matty, 1985). Namun Sedangkan untuk feminisasi dilakukan dengan pemberian
gonad ikan yang baru menetas belum berdiferensiasi hormon estrogen seperti 17-estradiol
menjadi jantan atau betina (Zairin, 2002). Determinasi
seks merupakan mekanisme untuk mengarahkan Selain steroid ada beberapa senyawa non-steroid yang
diferensiasi seks di mana diferensiasi seks adalah dapat digunakan dalam proses alih kelamin. Salah satu
perkembangan testis ataupun ovarium dari gonad yang contoh bahan yang bisa digunakan adalah akriflavin
belum berdiferensiasi (Hayes, 1998). Proses determinasi (Zairin, 2002) dan madu (Djaelani, 2007; Sukmara, 2007).
Bahan alternatif lain yang dapat digunakan untuk
dan diferensiasi seks pada ikan sangat labil dan
pengarahan kelamin ikan yaitu aromatase inhibitor (AI). AI
memungkinkan untuk dimanipulasi secara ploidi,
bekerja dengan cara menghambat produksi estradiol-17.
menggunakan hormon, kejutan suhu, dan faktor
Menurut Suhanti (2003), pemberian pakan yang dicampur
lingkungan yang lain. Berdasarkan hal tersebut dikenal
AI pada ikan nila yang berumur 9 hingga 13 hari setelah
teknik untuk memanipulasi dan mengontrol kelamin ikan
menetas dapat menghasilkan nila jantan sebanyak 74%.
menggunakan hormon. Pengendalian kelamin dan
aktivitas reproduksi pada ikan adalah salah satu cara untuk Pengalihan kelamin melalui pakan (oral)
meningkatkan produktivitas ikan dalam kegiatan
Pada teknik alih kelamin, pemberian hormon dilakukan
akuakultur. Dalam budidaya perikanan dikenal istilah
dengan beberapa cara yang didasarkan pada faktor
budidaya ikan berkelamin tunggal (monosex).
efektivitas, efisiensi, palatabilitas, kemungkinan polusi,
Proses perkembangan dan mekanisme determinasi biaya, karakteristik budidaya, dan perkembangan spesies
kelamin pada ikan memungkinkan kita untuk ikan. Beberapa teknik yang dikembangkan dalam
memanipulasi kelamin pada ikan. Meskipun genotip jantan pemberian hormon untuk alih kelamin di antaranya adalah
atau betina ditentukan saat pembuahan, namun dengan oral. Teknik oral ini dilakukan dengan pemberian
determinasi fenotip kelamin terjadi pada proses melalui pakan buatan dan pakan alami. Teknik oral melalui
perkembangan dan waktu determinasi tersebut bervariasi pakan buatan telah banyak dilakukan pada ikan dan udang.
tergantung spesiesnya (Dunham, 2004). Sedangkan pemberian secara oral melalui pakan alami
Zairin (2003) menyatakan bahwa tujuan utama (artemia) yang direndam aromatase inhibitor (AI) dilakukan
membentuk populasi ikan berkelamin tunggal baik oleh Tasdiq (2005) pada ikan nila merah dapat menghasilkan
jantan maupun betina saja adalah untuk memperoleh 70,46% jantan. Aristya (2006) melakukan pemberian
pertumbuhan yang lebih cepat, mengontrol reproduksi hormon melalui daphnia yang telah direndam AI pada ikan
dan mendapatkan penampilan yang lebih baik. lele dapat memperoleh 51,87% jantan.
Ditambahkan oleh Strussman et al. (2004) tujuan dari Pengalihan kelamin dengan perendaman
pembentukan populasi berkelamin tunggal adalah untuk Teknik perendaman ini dilakukan pada berbagai fase
menghindari kerusakan biodiversitas dan menghindari di antaranya adalah pada fase embrio, larva maupun induk.
introduksi gen yang telah dimodifikasi pada ikan Pada fase embrio yang dilakukan pada ikan lele
transgenik. menggunakan AI menghasilkan dosis 30% mg/L efektif
Produksi populasi ikan berkelamin tunggal dapat untuk meningkatkan persentase jantan sebanyak 67,46%
dilakukan dengan pemberian hormon secara langsung (Jufrie, 2006). Pada fase larva, Utomo (2006) berhasil
(Dunham, 2004). Yamazaki (1983) menyatakan bahwa melakukan alih kelamin ikan lele menggunakan AI sebesar
fisiologi seksual dapat dimanipulasi dengan menggunakan 72,90% pada larva yang berumur 0 hari. Pada ikan gapi
hormon steroid. Hormon steroid dapat memanipulasi Poecilia reticulate berhasil didapatkan persentase jantan
proses diferensiasi gonad, gametogenesis, ciri-ciri sebesar 46,99% setelah dilakukan perendaman terhadap
kelamin sekunder, ovulasi, dan spermiasi. Tingkat larva selama 10 jam (Sukmara, 2007). Metode perendaman
keberhasilan penggunaan hormon mengarahkan yang lain adalah pada induk. Jayanthi (2007) berhasil
pembentukan kelamin dipengaruhi oleh beberapa hal mendapatkan 99,4% jantan setelah melakukan

78
Aplikasi rekayasa genetik pada budidaya ikan di Indonesia (Otong Zenal Arifin)

perendaman induk plati pedang Xiphoporus helleri pada secara tradisional. Teknik transgenik ini memodifikasi
hormon 17-methyltestosterone dengan dosis 4 mg/L. ciri produksi dari organisme bernilai ekonomis penting
Teknik lain yang digunakan adalah teknik implantasi secara komersial. Selain itu, dapat menyediakan data-data
untuk pemberian hormon. Teknik ini telah berhasil tentang studi ekspresi gen dan aksi hormon. Meskipun
dilakukan oleh Harijanto (2006) pada induk ikan lele di Indonesia aplikasi teknologi transgenik masih dalam
dumbo yang telah diovariektomi parsial kemudian taraf skala uji coba, diharapkan pengembangannya akan
diimplant hormon 17-methyltestosterone. dapat mempercepat target perubahan yang akan dicapai.
Aplikasi dan hasil yang telah dicapai untuk
Pembentukan jantan dan betina super menghasilkan produk ikan transgenik yang lebih cepat
Selain dengan pemberian hormon secara langsung pada tumbuh, tahan terhadap penyakit, mempunyai kisaran
satu generasi dikenal juga teknologi induk jantan YY. Induk terhadap lingkungan yang luas dibahas di bawah ini.
ini digunakan untuk membuat induk yang dapat
menghasilkan benih tunggal kelamin jantan. Teknik ini Transgenik pada laju pertumbuhan dan konversi
dilaporkan pertama kali oleh Scott et al. (1989), sedangkan pakan
di Indonesia baru dilakukan pada tahun 2004 (Arifin et Pertumbuhan merupakan proses biologi yang sangat
al., 2004). Tahapan pembentukan induk jantan YY terdiri kompleks, terjadi apabila terdapat kelebihan energi dan
atas 3 (tiga) tahapan yaitu tahap feminisasi (pembalikan materi yang berasal dari pakan yang dikonsumsi.
kelamin dari jantan genotip menjadi betina fenotip (XY) Pertumbuhan terjadi pada beberapa tingkat materi biologi
dengan hormon steroid), tahap uji progeny (mengawinkan seperti sel, jaringan, organ, organisme, populasi, dan
ikan jantan normal (XY) dengan betina fenotip (XY) hasil komunitas. Pertumbuhan digambarkan sebagai
pengalihan kelamin) dan tahap produksi (mengawinkan penambahan jumlah sel (hiperplasia) dan ukuran sel
ikan jantan super homogamet (YY) dengan betina normal (hipertrofi), di mana jumlah sel dapat diduga dari
(XX). konsentrasi DNA pada jaringan, sedangkan konsentrasi
RNA digunakan untuk menduga ukuran sel. Adapun
TRANSGENIK
kandungan DNA relatif konstan dalam sel sedangkan
Prinsip teknologi transgenik adalah perubahan secara konsentrasi RNA akan berfluktuasi tergantung pada
buatan pada genom akibat penambahan/pengurangan/ aktivitas sintesis protein. Dengan demikian, rasio
perubahan susunan asli secara rekombinan DNA dengan RNA:DNA dapat dijadikan penduga bagi aktivitas sintesis
cara memindahkan satu atau beberapa gen, dalam protein yang berakhir dalam bentuk pertambahan bobot
potongan DNA asing yang menyandikan sifat tertentu, (pertumbuhan).
dari suatu organisme ke dalam organisme lain. DNA
Berkaitan dengan masalah utama yang berhubungan
rekombinan (rDNA) adalah kombinasi ulang (rekombinasi)
dengan studi teknologi transgenik pada ikan sampai saat
atau penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda
ini berhubungan dengan jumlah dan jenis-jenis ikan yang
secara in vitro. Teknologi DNA rekombinan dimulai sekitar
diuji. Salah satu pembatas studi utama berasal dari
tahun 1970, berkembang semenjak ditemukannya
struktur DNA oleh Watson & Crick tahun 1953 dan sejak efisiensi konversi pakan sepanjang siklus hidup ikan.
saat itu telah menghasilkan kemajuan dalam berbagai Pemasukan dari konstruksi gen kepada ikan dapat
bidang antara lain beberapa rekombinan di bidang memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
peternakan, farmasi, dan beberapa produk bioaktif lainnya. efisiensi konversi pakan. Keuntungan-keuntungan dari
Di bidang perikanan, aplikasi teknologi transgenik telah teknik ini bervariasi pada berbagai spesies ikan.
dilakukan sejak tahun 1985 pada berbagai jenis ikan Teknologi manipulasi gen untuk meningkatkan laju
seperti ikan koki, trout pelangi, lele, mas, medaka, pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan ikan, potensial
salmon, abalon, nila, dwarf surfclam, zebra, kakap, ice goby, untuk diaplikasikan dalam industri perikanan. Peningkatan
mud loach dan cryfish (Alimuddin, 2005). karakteristik pertumbuhan ikan telah dicapai melalui
Produk-produk teknologi transgenik telah menjanjikan seleksi alami. Efek dramatis terhadap pertumbuhan telah
harapan besar untuk dikembangkan di masa kini dan masa dihasilkan melalui injeksi gen hormon pertumbuhan
yang akan datang karena dapat meningkatkan karakteristik (growth hormone, GH).
produksi. Kemampuan untuk mentransfer gen baru dan Beberapa penelitian tentang transfer gen hormon
menghasilkan genotif yang lebih cepat dibandingkan dari pertumbuhan untuk memacu pertumbuhan ikan telah
yang dapat dicapai melalui penggunaan metode seleksi sukses dilakukan seperti pada ikan koki dengan

79
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

mMT/hGH (Zhu et al.,1985), ikan trout dengan SV40/hGH (Mayer & McLean, 1994) yang memungkinkan
(Chourrout et al.,1986), “cathfish” dengan mMT/hGH penggabungan protein nabati dalam pakan, dengan
(Dunham & Eash, 1987), ikan salmon dengan FAFP/fAFP konsekuensi dapat mengurangi bahan pencemar yang
(Fletcher et al., 1988), ikan “loach” dengan mMT/hGH mengandung fosfor. Insersi dengan menggunakan human
(Benyumov et al., (1989), ikan medaka dengan FLus/fLuc glucose transporter type I dan rat hexokinase type II telah
(Tamiya et al., 1990), ikan “pike” dengan RSV/bGH (Guise berhasil mempengaruhi sistem metabolisme karbohidrat
et al., 1991) dan ikan mas dengan mMT/hGH (Hernandez pada ikan rainbow trout (Pitkanen et al., 1999).
et al., 1993).
Transgenik pada kontrol penyakit
Insersi growth hormon yang berasal dari ikan “chinook
salmon” telah berhasil meningkatkan laju pertumbuhan Pada pengendalian penyakit, teknologi transgenik atau
dan efisiensi konversi pakan pada ikan Atlantik salmon DNA rekombinan telah memberikan pengaruh dalam
(Cook et al., 2000). Insersi “all fish” GH “chinook salmon” mengontrol penyakit pada ikan-ikan, dengan hasil
dengan promotor “ocean pout antifreeze”, telah berhasil rekombinasi beberapa vaksin secara viral. Dasar genetik
meningkatkan laju pertumbuhan ikan kakap merah (Zhang dari pertahanan stres pada organisme air sama. Namun
et al., 1998). Insersi gen GH “sockeye salmon” telah demikian, ikan mempunyai ciri-ciri spesifik untuk
berhasil meningkatkan laju pertumbuhan dan efisiensi meningkatkan ketahanannya terhadap stres yang secara
konversi pakan pada ikan trout (Devlin et al., 2001). Pada genetik dapat diidentifikasi.
ikan nila, laju pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan Beberapa hasil penelitian telah berhasil
berhasil ditingkatkan setelah insersi GH “chinook mengidentifikasi lisozime pada ikan trout (Oncorhynchus
salmon” dengan promotor “ocean pout antifreeze” mykiss) yang 15 kali lebih aktif dibanding yang ditemukan
(Rahman et al., 2001). pada ikan salmon Atlantik (Salmo salar) (Grinde, 1988).
Produksi hormon pertumbuhan pada ikan transgenik Transfer gen cecropin B telah berhasil meningkatkan
telah diproduksi dengan teknik pemurnian, meskipun ketahanan terhadap penyakit bakteri pada ikan Channel
masih sebatas uji coba. Akan tetapi, dengan perbaikan catfish. Pada ikan mas peningkatan ketahanan terhadap
teknik dan penambahan pengalaman dalam metode insersi penyakit telah dilakukan melalui insersi human interferon
gen, telah diproduksi berbagai spesies ikan yang gene (Zhu, 2001). Gen promotor keratin pada ikan sebelah
pertumbuhannya cepat. Keberhasilan penerapan teknologi Jepang (Japanese flounder) terekspresi pada jaringan
transgenik ini bergantung kepada transfer gen yang epithelial dan hati ikan zebra transgenik pada berbagai
diekspresikan dan diwariskan dengan cara yang stabil serta stadia (Yazawa et al., 2005). Transfer gen c-lysozime pada
dapat dipridiksi. Teknologi transgenik dapat menyediakan ikan zebra berhasil meningkatkan sintasan dari infeksi
produksi rata-rata bagi “designer fish” untuk pangsa pasar, Flavobacterium columnare dan Edwardsiella tarda (Yazawa
percepatan penampakan luar dari ikan, tekstur dagingnya, et al., 2006).
rasa, warna, dan komposisi. Calon gen lain yang Dengan demikian, penerapan teknologi transgenik
memberikan keuntungan pada pertumbuhan ikan dimungkinkan untuk mengkonversi resistensi penyakit
termasuk pengaturan pertumbuhan adalah pengkodean pada sebagian besar spesies ikan. Hal ini dapat
untuk pelepasan hormon pertumbuhan dan insulin sebagai ditingkatkan melalui manipulasi secara langsung pada
faktor pertumbuhan (Fletcher & David, 1991). sistem kekebalan ikan.

Transgenik pada nutrisi Transgenik pada toleransi lingkungan


Pengaturan nutrisi pada ikan budidaya berkaitan Sejumlah spesies ikan-ikan teleostei Arctic dan
dengan pentingnya mengubah kapasitas pencernaan ikan Antartic dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat
seperti kemampuan untuk meningkatkan kecernaan dingin karena kemampuannya secara genetis untuk
karbohidrat dan protein nabati. Hasil penelitian yang telah menghasilkan protein anti beku (antifreeze protein, AFP).
dilakukan pada ikan-ikan teleostei memberikan Gen yang mengontrol sintesis dan sekresi dari protein
sumbangan yang berarti. Hal ini memungkinkan ini telah diisolasi dan dikloning dari spesies yang berbeda.
pemberian izin kepada para pengusaha industri pakan Selanjutnya gen yang mengkode AFP telah sukses
untuk menggunakan komponen pakan yang sedikit lebih ditransfer ke dalam ikan salmon Atlantik. Selain itu, juga
rendah kualitasnya. Seperti halnya pada ekspresi enzim telah dihasilkan spesies Tilapia yang mampu hidup pada
fitase dalam ikan-ikan budidaya yang memungkinkan suhu dan salinitas yang tinggi di Afrika Timur. Pada ikan
peningkatan kemampuan mencerna fosfor asam phytic goldfish AFP yang berasal dari ocean pout (Macrozoarces

80
Aplikasi rekayasa genetik pada budidaya ikan di Indonesia (Otong Zenal Arifin)

americanus) telah berhasil diintrodukasi melalui Alimuddin, Yoshizaki, G., Kiron, V., Satoh, S., & Takeuchi,
mikroinjeksi fase oocytes (Wang et al., 1995). Jika ikan- T. 2004. Enhancement of EPA and DHA biosynthesis
ikan tersebut mampu hidup pada keadaan ekstrim yang by over-expression of masu salmon 6-desaturase-
secara genetik dibutuhkan, hal ini dapat diikuti dengan like gene in zebrafish. Transgenic Res. (In press).
isolasi beberapa kode gen yang mampu beradaptasi pada Alimuddin, Yoshizaki, G., Kiron, V., Satoh, S., & Takeuchi,
kisaran lingkungan yang luas pada sejumlah ikan-ikan yang T. 2005. Enhancement of EPA and DHA biosynthesis
bernilai ekonomis penting (Fletcher & Davis, 1991). by over-expression of masu salmon 6-desaturase-
Penemuan dari Fletcher dan rekan-rekannya tersebut like gene in zebrafish. Transgenic Research, Springer.
telah memberikan harapan besar terhadap sekresi AFP 14(2): 159—165(7).
pada ikan-ikan transgenik yang akan memberikan Alimuddin, Yoshizaki, G., Kiron, V., Satoh, S., & Takeuchi,
perluasan terhadap adaptasi kisaran lingkungan yang lebih T. 2005. Modification of fatty acids composition in
besar dalam menjalankan usaha perikanan. zebrafish by expression of masu salmon 6-
desaturase-like gene.
Transgenik lainnya
Arifin, O.Z., Kurniasih, T., & Nugroho, E. 2004. Produksi
Pada ikan zebra telah diperoleh hasil produksi benih Ikan Jantan Super Homogametik (YY) pada Ikan Nila
ikan jantan dengan cara injeksi gen enzim aromatese pada Oreochromis niloticus. Jurnal Penelitian Perikanan
telur ikan (Woody, 2002). Penambahan gen yang berasal Indonesia. 10: 79—82.
dari ikan salmon dengan cara melipatgandakan jumlah copy Aristya, Z. 2006. Efektivitas dosis aromatase inhibitor yang
gen yang bekerja dalam sintesa asam lemak HUFA, maka diberikan melalui Daphnia Daphnia sp. Terhadap sex
kadar EPA dan DHA dalam tubuh ikan meningkat sebesar reversal ikan lele sangkuriang Clarias sp. Skripsi.
1,4 dan 2,1 kali lipat daripada ikan biasa (Alimuddin et al., Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
2004). Pada Spirulina sebagai bahan makanan dan Ilmu Kelautan. IPB
kesehatan. Telah berhasil dilakukan integrasi dan Benyumov A.O., Enikolopov G.N., Barmintsev V.A. i dr.
terekspresikan genetically engineered marker gene (Zhang Integratsiya i ekspressiya gena somatotropnogo
et al., 2001). Pada ikan cryfish produksi ikan transgenik
gormona cheloveka u kostistykh ryb // Genetika.
dengan menginjeksikan neomycin phosphotransferase gene 1989. 25(1): 24—35.
(neoR) (Sarmasik et al., 2001).
Chourrout, D. 1986. Techniques of chromosome
KESIMPULAN manipulation in rainbow trout: a new evaluation with
karyology. Theoretical and Applied Genetics. 72: 627—
Aplikasi rekayasa genetik pada ikan budidaya telah
banyak diterapkan di Indonesia. Namun demikian, 632.
manfaat yang diperoleh belum optimal karena belum Cook, J.T., McNiven, M.A., Richardson, G.F., & Sutterlin,
tersedianya program besar yang terarah dan ber- A.M. 2000. Growth rate, feed digestibility and body
kesinambungan untuk menghasilkan suatu produk composition of growth enhanced transgenic Atlantic
yang memberikan manfaat terhadap budidaya secara salmon (Salmo salar). Aquaculture 188: 15—32.
langsung. Devlin, R.H., Biagi, C.A., Yesaki, T.Y., Smailus, D.E., &
Byatt, J.C. 2001. Growth of domesticated transgenic
Di masa mendatang diharapkan teknologi yang telah
fish. Nature. 409: 781—782.
tersedia dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produksi
dan produktivitas pembudidaya di Indonesia. Penerapan Djaelani, M.F. 2007. Pengaruh dosis madu terhadap
teknologi sangat tergantung pada status terkini pengarahan kelamin jantan pada ikan gapi (Poecilia
komoditas yang akan diperbaiki kualitas genetiknya dan reticulata, Peters) dengan metode perendaman larva.
permasalahan yang dihadapi. Antara satu komoditas Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
dengan komoditas lainnya akan berbeda pendekatan Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
perbaikkan genetik yang dapat diterapkan. Dunham, R.A. 2004. Aquaculture and Fisheries
Biotechnology: Genetic Approaches. Department of
DAFTAR ACUAN Fisheries and Allied Aquacultures. Auburn University
Ahmad, T. & Gustiano, R. 1990. Gynogenesis and Alabama. USA. CABI Publishing.
androgenesis, the promising tools for aquaculture. Dunham, R.A., Eash, J., Askins, J., & Townes, T.M. 1987.
Indonesian Agriculture Research Development Journal 12: Transfer of the metallothioneinhuman growth
10—16. hormone fusion gene into channel catfish.

81
Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1 Tahun 2009

Transactions of the American Fisheries Society. 116: 87— Hernandez, O., Attal, J., Theron, M.C., Puissant, C.,
91. Houdebine, L.M. 1993(b). Efficiency of introns from
Fletcher, G.L. & Davis, P.L. 1991. Transgenic Fish for various origins in fish cells. Molecular Marine Biology
Aquaculture. Genetic Engineering. 13: 331—370. and Biotechnology. 2(3): 181—188.
Fletcher, G.L., Shears, M.A., King, M.J., Davies, P.L., & Jufrie, F.M. 2006. Efektivitas aromatase inhibitor pada
Hew, C.L. 1988. Evidence for antifreeze protein gene perendaman embrio terhadap sex reversal ikan lele
transfer in Atlantic salmon (Salmo salar). Canadian sangkuriang Clarias sp. Skripsi. Departemen Budidaya
Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 45: 352—357. Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Grinde, B. 1988. Lysozyme from Rainbow Trout, Salmo Kapusckinski, A.R. & Jacobson, L.D. 1987. Genetic
gairdneri Richardson, as an Antibacterial Agent Againts guidelines for fisheries management. Univ. of
Fish Pathogens. J. Fish Dis. 12: 95—104. Minnesota, USA. pp 66 .
Guo, X., DeBrosse, G.A. & Allen, S.K. 1996. All triploid Kirpichnikov, V.S. 1981. Genetic bases of fish selection.
oyster produce by mating tetraploids and diploids. Springer-Verlag, Berlin, Heidelberg, Germany.
Aquaculture. 142: 149—161. pp 410.
Gustiano, R. & Sumantadinata, K. 1987. Ginogenesis pada Kobayashi, S.I., Alimuddin, Morita, T., Endo, M., Takeuchi,
ikan mas dengan radiasi ultra violet dan kejutan dingin. T., & Yoshizaki, G. 2006. Expression of growth
Bulletin Penelitian Perikanan Darat. 6: 42—46. hormone gene decresed ammonia loading in
Gustiano, R. & Dharma, L. 1991. Ginogenesis pada ikan transgenic tilapia. Aquaculture (In review).
mas dengan sperma yang diradiasi dan kejutan panas Matty, A.J. 1985. Fish Endocrinology. Inggris, pp 265.
pada mitosis I. Bulletin Penelitian. Perikanan Darat. 10: Mayer, I. & McLean, E. 1994. Bioengineering and
42—48. Biotechnological Approaches to Reduced Waste
Gustiano, R, Hardjamulia, A., & Dharma, L. 1990. Aquaculture. Water Science. Technology, in Press.
Penggunaan sperma ikan tawes dan nilem terhadap Pandian, T.J. & Koteeswaran, R. 2004. Ploidy induction
keberhasilan ginogenesis ikan mas. Bulletin Penelitian and sex control in fish. Hydrobiologia. p. 167—243.
Perikanan Darat. 9: 68—71. Pitkänen T.I., Krasnov A., Reinisalo M., & Mölsä H. 1999.
Gustiano, R. dan T.H. prihadi. 1995. Keberhasilan Transfer and expression of glucose transporter and
bioteknologi poliploidi ikan mas melalui kejutan hexokinase genes in salmonid fish. Aquaculture. 173:
panas. Dalam Prosiding seminar hasil penelitian perikanan 319—332.
air tawar 1993/1994 (Editors: T.H. Prihadi et al.). Rahman, M.A., Ronyai, A., Engidaw, B.Z., Jauncey, K.,
Sukamandi, Subang. hlm. 525—529. Hwang, G., Smith, A., Roderick, E., Penman, D.,
Gustiano, R & Prihadi, T.H. 2006. Pemuliaan ikan air tawar Varadi, L., & Maclean, N. 2001. Growth performance
di Indonesia. Dalam 60 tahun perikanan Indonesia of transgenic tilapia containing an exogenous piscine
(Editor: F. Cholik et al.). Masyarakat Perikanan growth hormone gene. Journal of Fish Biology. 59:62—
Nusantara. hlm. 165—170. Jakarta. 78.
Guise KS, Hackett PB, Faras AJ. 1992. Transfer of genes Raven, P.H. & G.B. Johnson. 2002. Biology. 6th ed.
encoding neomycin resistance, chloramphenicol acetyl McGraw-Hill Companies, Inc., New York. pp 1,238.
transferase, and growth hormone into goldfish and Sakao, S., Fujimoto, T., Kimura, S., Yamaha, E., & Arai,
northern pike. In: Transgenic Fish. CL Hew and Fletcher K. 2006. Drastic mortality in tetraploid induction
(eds.). World Scientific Publishing Co., Singapore. p. results from the elevation of ploidy in masu salmon
142—164. Oncorhynchus masou. Aquaculture. 252(2-4)10: 147—
Harijanto, A. 2005. Upaya maskulinisasi induk ikan lele 160.
dumbo Clarias sp. yang telah diovariektomi parsial Sarmasik, A., Warr, G., and Chen, T.T. 2002. Production
dengan metode implantasi hormon 17-metiltestosteron. of transgenic medaka with increased resistance to
Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas bacterial pathogens. Marine Biotechnology. 4: 310—
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. 322.
Hayes, T.B. 1998. Sex Determination and Primary Sex Scott, AG., Penman, D.J., Beardmore, J.A., & Skibinski,
Differentiation in Amphibians: Genetic and D.O.F. 1989. The ‘YY’ supermale in Oreochromis niloticus
Developmental Mechanisms. J. Exp. Zool. 281: 373— (L.) and its potential in aquaculture. Aquaculture. 78:
399. 237—251.

82
Aplikasi rekayasa genetik pada budidaya ikan di Indonesia (Otong Zenal Arifin)

Sugama, K., Taniguchi, N., & Seki, S. 1992. Survival Utomo, D.S.C. 2006. Efektivitas aromatase inhibitor melalui
growth and gonad development of triploid red sea perendaman pada larva ikan lele sangkuriang, Clarias
bream, Pagrus major: use of isozyme marker for ploidy sp. yang berumur 0, 2, dan 4 hari setelah menetas.
and family identification. Bulletin Aquaculture Fisheries Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas
Management. 45: 112—119. Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Sugama, K. 2006. Perbaikkan mutu genetic ikan untuk Wang, R., Zhang, P., Gong, Z., Hew, C.L. 1995. Expression
membangun perikanan budidaya. Orasi Pengukuhan of the antifreeze protein gene in transgenic goldfish
Professor Riset. Departemen Kelautan dan Perikanan, (Carassius auratus) and its implication in cold
Jakarta. hlm. 77. adaptation. Mol Mar Biol Biotechnol. 4(1): 20—6.
Suhanti, I.Y. 2003. Sensitivitas Periode Waktu Pemberian Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and mariculture.
Aromatase Inhibitor melalui Pakan untuk Seks Reversal Department of Aquatic Biosciences, Tokyo University
pada Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Skripsi. of fisheries. JICA. pp 233.
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Woody, T. 2002. The plot to kill the carp. Wired (October):
Ilmu Kelautan. IPB 104—106.
Sukmara. 2007. Sex reversal pada ikan gapy (Poecilia Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish
reticulata) secara perendaman larva dalam larutan madu in N.P. Wilkins (ed): Genetic in Aquaculture. Elsevier
5 mL/L. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Science Publishers B.V. Amsterdam. pp 329—345.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB Yazawa, R., Hirono, I., & Aoki, T. 2005. Characterization
Sumantadinata, K., Taniguchi, N., & Sugama, K. 1990. of Promoter Activities of Four Different Japanese
The necessary conditions and the uses of ultra violet Flounder Promoters in Transgenic Zebrafish. Mar
irradiated sperm from different species to induce Biotechnol (NY). 7(6): 625—633.
Indonesian common carp. In the second Asian Fisheries Yazawa, R., Hirono, I., & Aoki, T. 2006. Transgenic
Forum (Editors: K. Hirano and I. Hanyu). Asian Fisheries Zebrafish Expressing Chicken Lysozyme Show
Society, Manila, Philippines. pp 539—547. Resistance against Bacterial Diseases. Transgenic
Sumantadinata, K & Taniguchi, N. 1990. Study on Research, Springer. 15(3): 385—391(7).
morphological variation in Indonesian common carp Zairin, M.Jr. 2002. Memproduksi Benih Ikan Jantan atau
stock. Nippon Suisan Gakkaishi. 56: 879—886. Betina, Sex Reversal. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumantadinata, K. & Taniguchi, N. 1994. Variance of some Zairin, M.Jr. 2003. Endokrinologi dan Peranannya bagi
quantitative characters in the second generation of Masa Depan Perikanan Indonesia. Orasi Ilmiah Guru
gynogenetic diploids of the Indonesian common carp. Besar Tetap Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan
Journal Tropical Agriculture. 5: 42—47. Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Tasdiq, Moh. 2005. Pengaruh pemberian aromatase inhibitor Pertanian Bogor.
melalui artemia (Artemia sp.) terhadap keberhasilan sex Zhang, W., Subbarao, S., Addae, P., Shen, A., Armstrong,
reversal pada ikan nila merah (Oreochromis sp.). Skripsi. C., Peschke, V., & Gilbertson, L. 2003. Cre/lox mediated
Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan marker gene excision in transgenic maize (Zea mays
Ilmu Kelautan. IPB. L.) plants. Theor Appl Genet. 107: 1,157—1,168.
Taufik, P. & Gustiano, R. 2000. Uji resistensi ikan lele Zhu, Z., Li, G., He, L., & Chen, S. 1985. Novel gene
triploid terhadap bakteri Aeromonas hydrophila. transfer into the fertilized eggs of gold fish (Carassius
Biosfera. 19: 97—100. auratus L.1758). Angew Ichthyol. 1: 31—34.
Tave, D. 1993. Genetics for fish managers. The AVI Publ.
Comp. Inc. NY, USA. pp 418.

83

Anda mungkin juga menyukai