DISUSUN OLEH:
1. IDA RAMAYANA MANIK(A1C421038)
3. PUPUT OKTARIA(A1C421089)
4. JUSNIA PUTRI(A1C421018)
5. SABINA RAHMADANI(A1C421069)
6. SYFAAYU RAHMAWATI(A1C421043)
7. NURUL HARDIANTI(A1C421048)
Dosen Pengampu
1. Latar Belakang
Multikultaralisme merupakan sebuah pemahaman dan penilaian terhadap budaya dalam
masyarakat atau komunitas, serta penghormatan atas keingintahuan tentang budaya orang
lain. Multikultural merupakan ideologi yang ada di masyarakat untuk membentuk sikap dan
sifat saling belajar dan saling menghargai antar individu atau antar kelompok masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana model multikultural di Singapura, Malaysia, Thailand, Cina, Jerman,
Amerika, Inggris, Arab Saudi, Afrika Selatan, Indonesia.
3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui model multikultural di negara Singapura, Malysia, Thailand, Cina,
Jerman, Amerika, Inggris, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Indonesia.
2. Untuk Menganalisis perbandingan model Multikultural yang ada di berbagai negara
yaitu di Singapura, Malysia, Thailand, Cina, Jerman, Amerika, Inggris, Arab Saudi,
Afrika Selatan, dan Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Memahami dunia tempat kita tinggal dan saling ketergantungan antar bangsa.
Menggunakan bahasa dengan efektif dan imaginatif dalam membaca, menulis, dan
berbicara.
Mengajarkan anak tentang keberhasilan manusia dalam seni dan ilmu pengetahuan,
agama, dan tatanan masyarakat yang lebih berkeadilan.
a. Bahasa Inggris tidak lagi menjadi Bahasa satu-satunya melainkan Bahasa Inggris
dijadikan Bahasa kedua.
Pada saat badai revolusi menghantam timur tengah, untuk meredam aksi
demonstrasi di Arab Saudi, tunjangan mahasiswa diusulkan naik menjadi 1000 SR/bulan.
Namun Raja Abdullah memilih kebijakan lain yang lebih luas manfaatnya untuk jangka
panjang dan demi pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Arab Saudi. Di bandingkan
dengan menaikkan tunjangan mahasiswa dari 900 SR menjadi 1000 SR per bulan, Raja
Abdullah lebih memilih mendidirikan universitas-universitas baru di seluruh provinsi di
Arab Saudi dan berusaha mencegah terjadinya brain drain (kehilangan sumber daya
manusia).
Kesimpulan
Dalam lingkup lebih luas, pemerintahdi berbagai negara berhasil mempertahankan
kesatuan dalam suatu wilayah yang kerapkali dikepung oleh ketegangan antaretnis. Namun,
kesatuan dan perdamaian yang dimaksud di sini tidak serta-merta dapat disetarakan sebagai
tanda kerukunan antar ras. Multikultural mengakui adanya keragaman dan menghendaki
penghormatan serta kesederajatan manusia dari manapun dia datang dan berbudaya apapun.
multikultural merupakan solusi untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik
disebabkan adanya keragaman budaya, ras, etnik, agama dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan pemikiran siswa akan lebih
terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Untuk itu sangat penting
memberikan porsi pendidikan multikultural dalam sistem pendidikan, terutama pada peserta
didik agar memiliki kepekaan dalam menghadapi gejala dan masalah sosial yang berakar
pada perbedaan. Hal ini dapat diimplementasi baik pada substansimaupun model
pembelajaran yang mengakui dan menghormati keanekaragaman budaya.pendidikan
multikultural di Indonesia yaitu sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, peserta didik
diharapkan tidak meninggalkan akar budayanya, dan pendidikan multikultural sangat relevan
digunakan untuk demokrasi yang ada seperti sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Els Bogaerts dan Remco Raben, Beyond Empire and Nation: The Decolonization of African and Asian
Societies, 1930s–1970s (Singapura: Brill, 2012
John Rex dan Gurharpal Singh, “Pluralism and Multiculturalism in Colonial Society: Thematic
Introduction,” International Journal of Multicultural Studies 5, no. 2 (2003): 109–110.
Lian Kwen Fee, “The Construction of Malay Identity across Nations: Malaysia, Singapore, and
Indonesia,” Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde157, no. 4 (2001): hlm. 871.
Bhikhu Parekh, Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory (Cambridge:
Harvard University Press, 2000.
Ballengee-Morris & Stuhr, 2001; Gay, 2004, Gollnick & Chinn, 2006; Sleeter & Grant, 2003)
Arif, Muhamad.(2014). Model Kerukunan Sosial Pada Masyarakat Multikultural Cina Benteng
(Kajian Historis Dan Sosiologis). Sosio-Didaktika: Social Science Education Journal.
Syah Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.