Anda di halaman 1dari 2

PERANG THAIF

Thaif adalah sebuah kota yang mempunyai perbentengan kokoh dan kuat karena mayoritas
penduduknya dari orang kaya. Benteng itu dipagari dengan tembok yang terbuat dari batu besar, tinggi
dan tebal sehingga tidak dapat dimasuki melainkan melalui pintu gerbang, yang juga dapat ditutup dan
dikunci rapat dari dalam ketika ada bahaya mengancam dari luar.
Meskipun perang Hunain sudah berakhir dan pihak musuh banyak yang menyerah juga
menjadi tawanan, tetapi pasukan muslim masih melakukan pengejaran kepada mereka yang belum
menyerah dan melarikan diri ke Thaif, pemimpinnya yaitu Malik bin Auf. Setelah Nabi mengetahui
bahwa Malik bin Auf telah melarikan diri bersama pengikutnya dari kabilah Tsaqif, beliau langsung
memerintahkan kaum muslim bergerak untuk mengejarnya ke Thaif. Setibanya di Thaif Nabi dan kaum
muslim membuat kemah dan mulai mengatur barisan pertahanan, sementara Malik bin Auf dan
pengikutnya berlindung di dalam benteng dengan persediaan makanan yang banyak, diperkirakan cukup
selama satu tahun.
Pihak musuh telah melakukan serangan dari atas benteng kepada kaum muslim yang sedang
mengatur pertahanan. Diantara mereka menyerang dengan memanah dan melempar batu sehingga
banyak dari kaum muslim yang terluka. Keuntungan berada di pihak musuh karena mereka bisa lebih
mudah menyerang kaum muslim dari atas atau dari lubang-lubang benteng sambil berlindung,
sementara pihak muslim merasa kesulitan untuk menyerang karena anak panah tidak meluncur tepat
pada musuh karena bentengnya terlalu tinggi.
Ketika itu Nabi Muhammad memikirkan bagaimana caranya melakukan serangan kepada
musuh sehingga mereka mau menyerah. Kaum muslim melakukan berbagai cara, diantaranya mereka
membuat manjanik (alat pelontar batu yang besar) dan dabbabah (semacam kendaraan yang diatasnya
berperisai yg dapat dimasuki orang). Dari jarak jauh dilepaskannya manjanik dengan tidak ada putus-
putusnya dan berusaha merobohkan pintu gerbang dengan dilindungi dabbabah. Namun usaha itu tidak
berhasil, sebelum merobohkan pintunya pihak musuh sudah menyerang dengan gumpalan besi yang
dipanaskan terlebih dahulu, menyebabkan kendaraan dabbabah itu hancur. Pihak muslim yang di
dalamnya dihujani anak panah dan banyak dari mereka yang meninggal. Karena itu, tentara muslim
yang ingin menyerbu benteng terpaksa mengundurkan diri.
Sehubungan dengan gagalnya usaha untuk menyerang Thaif, Nabi mengambil tindakan lain
yaitu memerintah pasukan muslim untuk menebang pohon kurma dan anggur milik orang-orang Tsaqif
lalu membakarnya, hal itu dilakukan agar mereka keluar dari benteng. Tapi mereka tidak juga keluar dan
hanya mengirim utusan untuk menyampaikan kepada Nabi bahwa pohon itu adalah sumber penghasilan
mereka, jika Nabi ingin buah dari pohon itu mereka mempersilakan kepada beliau supaya mengambilnya
saja, tapi jika Nabi tidak menginginkannya mereka meminta dengan sangat agar penebangan itu tidak
diteruskan. Nabi pun memerintah kaum muslim untuk menghentikan penebangannya. Kemudian Nabi
mengumumkan kepada seluruh budak belian orang Tsaqif, siapa saja dari mereka yang turun dari
benteng maka akan dimerdekakan. Maka datanglah 23 orang budak menyerahkan diri mengikut islam.
Beliau memerdekakan mereka dan menyerahkannya kepada orang-orang islam yang mampu menjamin
penghidupannya.
Kira-kira sudah sebulan lamanya melakukan pengepungan namun orang-orang Tsaqif belum
menyerah juga. Nabi berpikir realistis karena sudah banyak dari 12.000 tentara muslim yang terluka,
sedangkan pihak musuh terus menyerang menghujaninya dengan anak panah. Akhirnya Nabi
mengumumkan pada pengikutnya Insya Allah besok mereka akan pulang. Nabi dan pengikutnya
mengundurkan diri dari Thaif dan saat berada di dusun Ji'ranah berhenti dahulu untuk menyelesaikan
urusan harta rampasan yang mereka dapatkan di perang Hunain dan membagikannya secara adil kepada
orang yang berhak menerimanya tapi untuk mu'allaf diberi bagian yang lebih banyak.
Saat tahu kaum muslim pergi, kabilah Tsaqif merasa senang namun ada juga yang merasa
khawatir karena keluarganya ada yang menjadi tawanan kaum muslim yaitu dari kaum Hawazin
(pengikut kabilah Tsaqif). Beberapa orang dikirim untuk menemui Rasulullah, yang menjadi kepala
utusan dari mereka adalah Zuhair bin Sharad. Setelah bertemu dengan Nabi mereka menyerahkan diri
dan masuk agama islam. Keislaman mereka diterima oleh Nabi. Zuhair meminta kepada Nabi untuk
mengembalikan harta yang telah dirampas, tapi Nabi mengajukan pertanyaan agar mereka memilih
harta atau keluarganya. Mereka pun memilih keluarganya. Akhirnya yang terdiri dari 6000 tawanan
orang Hawazin itu dibebaskan oleh Nabi.
Sebelum mengambil 6000 orang tawanan tersebut, Nabi memberikan pesan kepada Malik bin
Auf melalui perantara utusan Hawazin, bahwa jika ia masuk islam maka Nabi akan mengembalikan
keluarga dan harta bendanya serta akan memberinya 100 ekor unta. Setelah sampai kepada orang yang
dituju, tanpa berfikir panjang malam harinya Malik bin Auf berangkat dari Thaif menuju Ji'ranah dan
menyatakan keislamannya dihadapan Nabi.
Keadaan kaum Tsaqif masih tetap musyrik, hanya pemimpin mereka yang sudah memeluk
islam, tapi Nabi yakin tidak lama lagi mereka akan memeluk Islam. Kemudian dari Ji'ranah Nabi bersama
pengikutnya memakai pakaian ihram untuk ibadah umrah di Makkah, setelah itu kembali ke Madinah.

Sumber: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad jilid 3 karya K.H. Moenawar Chalil

Tiara Aulia Fisabilah

Anda mungkin juga menyukai