Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kelompok KMO Batch 31 Kelompok 20 (Pena Aksara)

Nama : Yuli Rista Widowati


Antologi Kelompok
1. Ide : Keluarga
2. Naskah : Fiksi
3. Tema : Perjuangan

Pecel Pembawa Title

1
"Pecel, pecel.. ", teriak saya sambil mengayu sepeda ontel peninggalan Eyang Akung, sambil
membonceng keranjang isi berbagai macam sayuran rebus dan gorengan serta satu botol air
mineral ukuran 1500 ml berisi sambel kacang. Di stang sepeda tergantung plastik besar
berisi daun dan kertas makan untuk membungkus pecel. Saya Ratih Wulandari seorang
mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas Keguruan Negri di Jakarta sekaligus
seorang penjual pecel keliling.
Penjual pecel adalah pekerjaan turun temurun di keluarga saya. Saya merupakan generasi
keempat yang berjualan pecel. Setelah Ibu saya terserang struk akhir tahun lalu, akhirnya
saya sebagai anak sulung dari lima bersaudara meneruskan pekerjaan turun menurun ini.
Alhamdulillah, kuliah saya tinggal menyelesaikan skripsi saja sehingga berjualan pecel tidak
terlalu mengganggu kegiatan perkuliahan saya.
Kata Ibu, saya harus memutuskan generasi penjual pecel ini. "Kamu mesti jadi orang, Ndok".
Begitu kata Ibu. Padahal saya bisa mengenyam pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi
sekarang ini ya karna hasil penjualan pecel dan saya tidak mau usaha jualan pecel yang
sudah turun temurun dan memiliki banyak pelanggan ini harus berhenti. Cita-cita saya ingin
tetap berjualan pecel bahkan mengembangkan nya menjadi rumah makan sambil
meneruskan cita-cita Ibu, agar saya menjadi seorang ASN.
Ibu sebenarnya keberatan saya menggantikan tugas Ibu berjualan pecel setelah Ibu sakit,
tetapi apa boleh buat kami sudah hidup 10 tahun tanpa Bapak. Bapak saya pergi
meninggalkan Ibu dan kelima anak nya dengan perempuan yang merupakan sahabat Ibu
saya sendiri. Sehingga 10 tahun kebelakang Ibu bekerja keras untuk menghidup kami anak-
anak nya dan juga agar kami bisa mengenyam pendidikan yang layak dan setinggi mungkin.
"Biar Ibu saja yang jadi orang bodoh, kalian jangan. Apa pun Ibu akan lakukan agar kalian
semua punya title lalu hidup enak". Begitulah kalimat yang sering diulang-ulang oleh Ibu
kepada saya dan empat adik saya.
Sekarang Ibu terkena struk, keuangan keluarga kami pun terganggu. Uang hasil saya
mengajar les tak menutup biaya hidup dan sekolah adik-adik saya, sehingga dengan berat
hati Ibu mengizinkan saya berjualan pecel. Setelah berjualan pecel, rasa cinta saya ke Ibu
menjadi semakin besar. Saya jadi merasakan betapa lelah nya Ibu menggowes sepeda
berkilo-kilo meter di pagi dan sore hari untuk menjajakan pecel. Karna selama ini Ibu tidak
pernah mengeluh dan selalu ceria dihadapan anak-anak nya sehingga kami kira Ibu baik-baik
saja.
Oh, Iyah untuk menyiapkan bahan-bahan pecel sebelum berjualan sudah dari dulu memang
kami lakukan bersama-sama. Kami berbagi tugas dalam hal ini. Setelah Sholat Subuh Adik
saya yang pertama dan kedua, Seto dan Teguh pergi ke pasar untuk membeli sayur
sedangkan di rumah Saya dan adik ketiga saya Utami mengulek kacang dan cabe hingga
menjadi bumbu pecel. Sebenarnya sudah dari dulu kami meminta Ibu untuk membeli
blender sehingga untuk membuat bumbu pecel tinggal memblender saja bahan-bahan nya
tapi kata Ibu "Rasane beda ndok".

2
3

Anda mungkin juga menyukai