Anda di halaman 1dari 12

6 SASARAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

Muhammad Bismar

Bismarnasution9@gmail.com

Abstrak

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien
secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008). Setiap tindakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak
memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu
dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak
pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga
kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang
dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa pasal dalam undang-undang kesehatan yang
membahas secara rinci mengenai hak dan keselamatan pasien.

Kata kunci : 6 sasaran, penerapan, keselamatan pasien, rumah sakit

PENDAHULUAN diinginkan (Kemenkes, 2011).


Banyaknyajenis obat, jenis pemeriksaan dan
Latar Belakang
prosedur, serta jumlah pasien dan staf rumah
Keselamatan pasien merupakan sakit yang cukup besar, merupakan hal yang
sistem yang bertujuan untuk memberikan berpotensi terjadinya kesalahan dalam
asuhan terhadap pasien secara aman sebagai proses pemberian pelayanan kesehatan
upaya mencegah kejadian yang tidak berupa kesalahan diagnosis, pengobatan,
perawatan, serta kesalahan sistem lainnya pasien selama dirawat dapat disebabkan oleh
sehingga berbagai kesalahan yang terjadi berbagai faktor antara lain : Lingkungan
mengakibatkan insiden keselamatan pasien. kerja, hal-hal yang berhubungan dengan
Di Indonesia, menurut Depkes RI (2006), kondisi pasien, alur komunikasi yangkurang
data tentang KTD dan KNC masih langka, tepat, penggunaan sarana kurang tepat,
namun dilain pihak terjadi peningkatan kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat.
tuduhan mal-praktik yang belum tentu Semua faktor tersebut menimbulkan
sesuai dengan pembuktian akhir. Insidensi terjadinya insiden keselamatan pasien yang
pelanggaran keselamatan pasien 28,3% beragam, mulai dari yang ringan dan
dilakukan oleh perawat. Oleh karena itu, sifatnya reversible hingga yang berat berupa
perawat sebagai salah satu pelaksana kecacatan atau bahkan kematian (KKP–RS
berpotensi besar dalam melakukan suatu 2008). Berbagai upaya telah diusahakan
kesalahan jika tidak mempunyai untuk mengurangi dampak insiden
pengetahuan dan kesadaran yang tinggi keselamatan pasien. Salah satu cara dengan
bahwa tindakan yang dilakukan akan menerapkan sistem keselamatan pasien di
memberikan efek pada pasien. Hasil survey rumah sakit dan pelatihan/sosialisasi terkait
pendahuluan menurut Ketua Komite keselamatan pasien. Di ruang rawat inap,
Keselamatan Pasien di tempat penelitian perawat harus menerapkan enam sasaran
pada 4 Maret 2013, sudah dilakukan keselamatan diantaranya memastikan
program keselamatan pasien namun masih identifikasi pasien; mengkomunikasikan
ada keluhan terkait komunikasi perawat, secara benar saat serah terima pasien;
masih ada perawat yang belum memperhatikan nama obat, rupa dan ucapan
mengidentifikasi pasien menggunakan dua mirip (look-alike, sound-alikemedication
identitas pasien, masih didapatkan pasien names); memastikan tindakan yang benar
meminta obat oral untuk diletakkan dimeja pada sisi tubuh yang benar; meningkatkan
sehingga ada kemungkinan obat terlambat kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi;
diminum dari waktu yang ditentukan. dan menurunkan risiko cidera.
Terkait dengan jumlah insiden keselamatan
METODE
pasien peneliti tidak mendapat ijin
menampilkan data tersebut.Kejadian Tidak Jurnal ini menggunakan metode

Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada tersearch dan analisis dari berbagai sumber
seperti buku teks, buku referensi jurnal dan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
e-book, dan juga di bandingkan dengan Menurut Mardika Dwi Setiyani, dkk (2016)
jurnal yang berhubungan dengan 6 Sasaran ada beberapa hal yang dapatditerapkan
Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah dalam menerapkan kebijakankeselamatan
Sakit. Dari analisi berbagai sumber pasien, antara lain: 1). Gambaran Ketepatan
digunakan untuk mengetahui 6 Sasaran Identifikasi Pasien Hasil penelitian
Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
Sakit. telah mengimplementasikan identifikasi
pasien dengan baik. Hasil observasi pasien
Penulisan jurnal ini dimulai pada
menggunakan gelang identitas dengan
tanggal 30 Oktober 2020. Pengolahan jurnal
minimal dua identitas (nama pasien dan
dilakukan dengan metode membandingkan
tanggal lahir pasien) serta 33 rekam medik
beberapa jurnal yang berhubungan dengan 6
(100%) semuanya teridentifikasi dengan
Sasaran Penerapan Keselamatan Pasien di
minimal dua identitas. Sehingga dapat
Rumah Sakit. Untuk mengetahui 6 Sasaran
disimpulkan bahwa capaian ketepatan
Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah.
identifikasi pasien sudah dilakukan dengan
HASIL baik, tetapi belum optimal karena menurut
KARS (2013) capaian ketetapan identifikasi
Dari hasil perbandingan jurnal
harus 100%. 2). Gambaran Komunukasi
tentang 6 Sasaran Penerapan Keselamatan
Efektif Menurut WHO (2009), jika
Pasien di Rumah Sakit Keselamatan pasien
komunikasi tidak dilakukan dengan baik
adalah hal terpenting yang perlu
akan menjadi ancaman bagi keselamatan
diperhatikan oleh setiap petugas medis yang
pasien. Sehinggga perawat harus dituntut
terlibat dalam memberikan pelayanan
untuk melakukan komunikasi dengan pasien
kesehatan kepada pasien. Tindakan
karena perawat lah yang paling sering
pelayanan, peralatan kesehatan, dan
ketemu dengan pasien dan perawat juga
lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
sebagai perantara pasien dengan dokter atau
menunjang keselamatan serta kesembuhan
tim kesehatan lainnya. Menurut KARS
dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga
(2013) komunikasi harus mencapai 100%.
medis harus memiliki pengetahuan
3.) Gambaran Hand Hygine Mulyatiningsih
mengenai hak pasien serta mengetahui
(2013), menunjukkan 42.7% perawat
secara luas dan teliti tindakan pelayanan
melakukan tindakan pengurangan risiko Menurut Harus (2015), lamakerja berkaitan
infeksi dalam keselamatan pasien kurang dengan pengalaman kerja, dimana
baik. Cara yang baik untuk mencegah merupakan salah satu faktor kunci dalam
terjadinya infeksi nosokomial ialah mencuci keselamatan pasien di rumah sakit. Rosyidah
tangan pada setiap melakukan tindakan (2007) bahwa masa kerja biasanya dikaitkan
asuhan keperawatan kepada pasien di rumah dengan waktu mulai bekerja, dimana
sakit. Mencuci tangan dapat menurunkan pengalaman saat bekerja juga menentukan
20% - 40% kejadian nosokomial (Saragih, produktivitas seseorang. 7). Hubungan
2014). 4). Gambaran Implementasi Sasaran Pelatihan patient Safety dengan
Keselamtan Pasien Hasil penelitian yang Implementasikan Sasaran Keselamatan
dilakukan oleh Mulyatiningsih (2013) pasien Menurut Surani (2008), pelatihan
menunjukkan bahwa perilaku perawat dalam ialah serangkaian aktivitas yang disusun
melaksanakan keselamatan pasien kurang untuk meningkatkan pengetahuan,
baik (53%). Menurut Harus (2015), untuk kemampuan, keterampilan, sikap dan kinerja
meningkatkan pelaksanaan atau sumber daya manusia. Menurut Sukiarko
implementasi patient safety, maka Rumah 2007), pelatihan untuk meningkatkan
Sakit harus melakukan pelatihan patient pengetahuan dan keterampilan sebagai kunci
safety secara berkala dan melakukan keberhasilan sebuah program kesehatan
monitoring atau evaluasi pelaksaan patient secara keseluruhan. Semakin banyaknya
safety. 5). Hubungan Pendidikan Terakhir pelatihan yang diikuti seorang perawat, bisa
dengan Implementas Sasaran Keselamatan menjadi pengaruh yang kuat dalam
Pasien Menurut Hughes (2008), bahwa menentukan baik tidaknya perawat dalam
tingkat pendidikan individu yang dapat implementasi sasaran keelamatan pasien.
meningkatkan pengetahuan perawat agar
dapat menerapkan patient safety, sehingga
dapat menurunkan angka kejadian tidak PEMBAHASAN

diharapkan. Rosyidah (2008), kemahiran Keselamatan pasien adalah suatu


bekerja tergantung pada tingkat pendidikan, sistem dimana rumah sakit memberikan
pengetahuan, dan pengalaman seseorang. 6). asuhan kepada pasien secara aman serta
Hubungan Lama BekerjaDengan mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan
Implementasi Sasaran Keselamatan Pasien karena melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melaksanakan suatu tindakan yang sudah seharusnya menunjang keselamatan
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh
pengenalan resiko, identifikasi dan karena itu, tenaga medis harus memiliki
pengelolaan hal yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai hak pasien serta
resiko pasien, pelaporan dan analisis mengetahui secara luas dan teliti tindakan
insiden, kemampuan belajar dari insiden, pelayanan yang dapat menjaga keselamatan
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk diri pasien.
meminimalkan resiko (Depkes 2008).

Setiap tindakan pelayanan kesehatan


KESELAMATAN PASIEN DAN
yang diberikan kepada pasien sudah
MANAJEMEN RISIKO KLINIS
sepatutnya memberi dampak positif dan
tidak memberikan kerugian bagi pasien. Menurut penjelasan Pasal 43 UU
Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang
standar tertentu dalam memberikan dimaksud dengan keselamatan pasien
pelayanan kepada pasien. Standar tersebut (patient safety) adalah proses dalam suatu
bertujuan untuk melindungi hak pasien rumah sakit yang memberikan pelayanan
dalam menerima pelayanan kesehatan yang kepada pasien secara aman termasuk
baik serta sebagai pedoman bagi tenaga didalamnya pengkajian mengenai resiko,
kesehatan dalam memberikan asuhan kepada identifikasi, manajemen resiko terhadap
pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga pasien, pelaporan dan analisis insiden,
tertuang dalam undang-undang kesehatan. kemampuan untuk belajar dan
Terdapat beberapa pasal dalam undang- menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
undang kesehatan yang membahas secara solusi untuk mengurangi serta
rinci mengenai hak dan keselamatan pasien. meminimalisir timbulnya risiko. Yang
dimaksud dengan insiden keselamatan
Keselamatan pasien adalah hal
pasien adalah keselamatan medis (medical
terpenting yang perlu diperhatikan oleh
errors), kejadian yang tidak diharapkan
setiap petugas medis yang terlibat dalam
(adverse event), dan nyaris terjadi (near
memberikan pelayanan kesehatan kepada
miss).Enam sasaran keselamatan pasien
pasien. Tindakan pelayanan, peralatan
peraturan menteri kesehatan Republik
kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien
Indonesia Nomor
1691/menkes/per/viii/2011Tentang 1. Perintah lengkap secara lisan dan yang
Keselamatan pasien rumah sakit: melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima
SASARAN I : KETEPATAN
perintah.
IDENTIFIKASI PASIEN
2. Perintah lengkap secara lisan dan yang
Standar SKP I Rumah sakit
melalui telepon atau hasil pemeriksaan
mengembangkan pendekatan untuk
dibacakan secara lengkap oleh penerima
memperbaiki/ meningkatkan ketelitian
perintah.
identifikasi pasien
3. Perintah atau hasil pemeriksaan
Elemen Penilaian Sasaran I :
dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
identitas pasien, tidak boleh menggunakan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan
nomor kamar atau lokasi pasien.
pelaksanaan verifikasi keakuratan
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian komunikasi lisan atau melalui telepon secara
obat, darah atau produk darah. konsisten.

3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil SASARAN III : PENINGKATAN


darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan KEAMANAN OBAT YANG PERLU
klinis. DIWASPADAI (HIGH ALERT)

4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian Standar SKP III Rumah sakit


pengobatan dan tindakan/prosedur. mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang
SASARAN II : PENINGKATAN
perlu diwaspadai (high alert).
KOMUNIKASI EFEKTIF
Elemen Penilaian Sasaran III :
Standar SKP II Rumah sakit
mengembangkan pendekatan untuk 1. Kebijakan dan atau prosedur
meningkatkan efektifitas komunikasi antar dikembangkan agar memuat proses
para pemberi pelayanan. identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian
label dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
Elemen Penilaian Sasaran II :
2. Implementasi kebijakan dan prosedur. 4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan
untuk mendukung suatu proses yang
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit
seragam untuk memastikan tepat lokasi,
pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
tepat-prosedur, dan tepat-pasien, termasuk
secara klinis dan tindakan diambil untuk
prosedur medis dan dental yang
mencegah pemberian yang kurang hati-hati
dilaksanakan di luar kamar operasi.
di area tersebut sesuai kebijakan.
SASARAN V : PENGURANGAN RESIKO
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-
KESEHATAN
PASIEN OPERASI
Standar SKP V Rumah sakit
Standar SKP IV Rumah sakit
mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait
memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur dan
pelayanan kesehatan.
tepat-pasien.
Elemen Penilaian SasaranV :
Elemen Penilaian Sasaran IV :
1. Rumah sakit mengadopsi atau
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda
mengadaptasi pedoman hand hygiene
yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima
lokasi operasi dan melibatkan pasien
secara umum (a.l dari WHO Guidelines on
didalam proses penandaan.
Patient Safety.
2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist
2. Rumah sakit menerapkan program hand
atau proses lain untuk memverifikasi saat
hygiene yang efektif.
pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan
tepat-pasien dan semua dokumen serta 3. Kebijakan dan atau prosedur
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan dikembangkan untuk mengarahkan
fungsional. pengurangan secara berkelanjutan resiko
dari infeksi yang terkait pelayanan
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan
kesehatan.
dan mencatat prosedur sebelum "incisi/time
out" tepat sebelum dimulainya suatu SASARAN VI : PENGURANGAN
prosedur tindakan pembedahan. RESIKO PASIEN JATUH
Standar SKP VI Rumah sakit Dalam proses keperawatan terdapat lima
mengembangkan suatu pendekatan untuk tahapan :
mengurangi resiko pasien dari cidera karena
1. Pengkajian
jatuh.
Pengkajian merupakan tahap awal
Elemen Penilaian Sasaran VI :
dan dasar utama dari proses keperawatan.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen Dalam proses pengkajian, seorang perawat
awal atas pasien terhadap resiko jatuh dan bertugas untuk mengumpulkan informasi
melakukan asesmen ulang bila pasien berkenaan dengan kondisi pasien, baik
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau melalui pasien pribadi atau melalui keluarga,
pengobatan dan lain-lain. rekam medis, tenaga kesehatan, dan lainnya.
Informasi yang dikumpulkan oleh seorang
2. Langkah-langkah diterapkan untuk
perawat haruslah berupa fakta dan aktual.
mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh. Keselamatan awal seorang pasien
ditentukan dari cara seorang perawat
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik
melakukan proses pengkajian. Seorang
keberhasilan, pengurangan cedera akibat
perawat harus mampu mengunpulkan
jatuh dan dampak dari kejadian yang tidak
informasi mengenai kondisi pasien secara
diharapkan.
akurat, tepat, dan aktual. Jika seorang
4. Kebijakan dan atau prosedur perawat melakukan kesalahan pada tahap
dikembangkan untuk mengarahkan awal ini, maka akan terjadi pula kesalahan
pengurangan berkelanjutan resiko pasien pada tahap selanjutnya yang dapat
cedera akibat jatuh di rumah sakit. mengancam keselamatan nyawa pasien.
Oleh karena itu, pada tahap ini perawat
PROSES KEAMANAN DAN
harus mampu mengidentifikasi secara benar
KEPERAWATAN
dan meningkatkan komunikasi secara efektif
Definisi dari keselamatan pasien agar tidak terdapat informasi yang salah
adalah prinsip paling fundamental dalam dimengerti oleh perawat atau informasi yang
pemberian pelayanan kesehatan maupun tidak tepat dan tidak cukup.
keperawatan, dan sekaligus aspek yang
2. Diagnosa Keperawatan
paling kritis dari manajemen kualitas.
Diagnosa keperawatan adalah perawat harus mampu menyusun rencana
menganalisis data subjektif dan objektif tindakan yang akan diberikan kepada pasien
untuk membuat diagnosa keperawatan. secara sistematis dan tepat. Hal ini bertujuan
Diagnosa ini merupakan dasar untuk agar tidak terjadi kekurangan yang dapat
seorang perawat merumuskan tindakan mengancam keselamatan pasien saat proses
keperawatan. Analisis data yang telah implementasi dijalankan.
didapat oleh perawat merupakan kunci
4. Implementasi
keberhasilan dari proses keperawatan.
Seorang perawat harus mampu mendiagnosa Implementasi adalah pengolahan dan
kondisi tubuh pasien dan kebiasaan pasien perwujudan dari rencana keperawatan yang
secara tepat dan teliti. Jika terdapat telah disusun pada tahap perencanaan
kesalahan pada saat perawat melakukan (Effendi, 1995). Jalannya proses
proses diagnosa atau terdapat hal yang implementasi harus mendukung keselamatan
terlewatkan oleh perawat, maka rencana pasien. Perawat saat melakukan proses
tindakan yang akan disusun menjadi tidak implentasi harus menjamin bahwa tindakan
tepat. Oleh karena itu, dalam melakukan yang akan dilakukan adalah tindakan yang
proses diagnosa, seorang perawat harus tepat. Perawat juga harus mampu menilai
mampu berpikir secara kritis dan tepat kemampuan secara pribadi dalam
sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat melaksanakan proses impelentasi agar tidak
mengancam nyawa pasien. terjadi kesalahan saat memberikan tindakan
pada pasien. Selain itu, keselamatan pasien
3. Intervensi
juga ditentukan dari peralatan medis dan
Rencana tindakan keperawatan lingkungan sekitar pasien. Hal tersebut perlu
merupakan serangkaian tindakan yang dapat diperhatikan agar pasien dapat terhindar dari
mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan infeksi lain akibat melakukan kontak dengan
keperawatan meliputi perumusan tujuan, benda asing atau lingkungan di luar
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan tubuhnya.
keperawatan pada klien berdasarkan analisis
5. Evaluasi
pengkajian. Perencanaan merupakan dasar
bagi seorang perawat dalam melaksanakan Evaluasi mengacu kepada penilaian,
implentasi. Oleh karena itu, pada tahap ini, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa diperlukan pengkajian terhadap keselamatan
suatu proses keperawatan dapat berhasil atau pasien. Pengkajian tersebut meliputi
gagal. Proses evaluasi merupakan cermin pengkajian dalam bidang sebagai berikut :
bagi seorang perawat terhadap setiap
1. Struktur
tindakan yang telah dilakukannya. Jika pada
saat melakukan proses evaluasi perawat 2. Lingkungan
menemukan tindakan atau kejadian yang
3. Peralatan dan teknologi
salah, maka hal-hal tersebut dapat segera
diperbaiki sehingga mencegah terjadinya 4. Proses
kondisi buruk pada pasien serta menjaga
5. Orang
keselamatan pada pasien.
6. Budaya
Oleh karena, proses keperawatan
sangat berhubungan dengan patient safety
atau keselamatan pasien. Proses tersebut
KESIMPULAN
dikatakan berhubungan karena apabila
seorang perawat melakukan kesalahan saat Keselamatan pasien adalah proses
menjalani salah satu proses keperawatan dalam suatu rumah sakit yang memberikan
dalam menangani pasien, maka kesalahan pelayanan pasien secara aman. Proses
tersebut akan memungkinkan timbulnya tersebut meliputi pengkajian mengenai
kecelakaan kerja yang dapat mengancam resiko, identifikasi, manajemen resiko
keselamatan pasien. terhadap pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan untuk belajar dan
APLIKASI KESELAMATAN PASIEN
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan
Pelayanan keperawatan yang baik solusi untuk mengurangi serta
adalah pelayanan keperawatan yang meminimalisir timbulnya risiko. Pelayanan
memperhatikan keselamatan pasien. Setiap kesehatan yang diberikan tenaga medis
tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien mengacu kepada tujuh
beserta dengan peralatan dan lingkungan standar pelayanan pasien rumah sakit yang
sekitar sudah seharusnya dikondisikan meliputi hak pasien, mendididik pasien dan
secara sempurna untuk menunjang keluarga, keselamatan pasien dan
keselamatan pasien. Oleh karena itu, kesinambungan pelayanan, penggunaan
metode- metode peningkatan kinerja untuk Pasien Oleh Perawat. Journal Of Health
melakukan evaluasi dan program Studies, 2 (1), 84-95.
peningkatan keselamatan pasien, peran
Keles, Aw. dkk. (2015). Analisis
kepemimpinan dalam meningkatkan
Pelaksanaan Standar Sasaran Keselamatan
keselamatan pasien, mendidik staf tentang
Pasien di UGD RSUD Dr. Sam Ratulangi
keselamatan pasien, dan komunikasi
Tondano Sesuai Dengan Akreditasi RS
merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
Versi 2012. Jurnal Ilmu Kesehatan
keselamatan pasien. Selain mengacu pada
Masyarakat Unsrat, 5 (3), 250-259.
tujuh standar pelayanan tersebut,
keselamatan pasien juga dilindungi oleh Lombogia, A. dkk. (2016). Hubungan
undang-undang kesehatan sebagaimana Perilaku Dengan Kemampuan Perawat
yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien
tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 (Pasien Safety) di Ruang Akut Instalasi
tahun 2009. Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. E Jurnal Keperawatan, 4
(2), 1-8.
REFERENSI
Neri, Reno Afriza. dkk. (2018). Analisis
Arrum, Diah. Salbiah, Murniati Manik. Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien di
(2015). Pengetahuan Tenaga Kesehatan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Dalam Sasaran Keselamatan Pasien di Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan
Rumah Sakit Sumatera Utara. Idea Nursing Andalas, 7 (4), 48-55.
Jurnal, 6 (2), 1-6.
Nursalam. (2007). Manajemen
Efendi, Z. (2013). Analisis Hubungan Keperawatan Dan Aplikasinya. Jakarta :
Antara Beban Kerja dan Karakteristik Selemba Medika.
Individu Dengan Penerapan Keselamatan
Rasam, Rianayanti Asmira. (2017). Analisis
Pasien di RS Islam Ibnu Sina Yarsi Padang
Tatakelola Sasaran Keselamatn Pasien Pada
Tahun 2013. Jurnal Mercubaktijaya
Alur Pelayanan Penyakit Sepsis di Rumah
Nursing Midwifery, 5 (2), 146-151.
Sakit Tebet 2015. Jurnal ARSI, 3 (2),100-
Insani, Tria Harsiwi Nurul. Sri Sundari. 113.
(2018). Analisis Pelaksanaan Keselamatan
Sanjaya. P D. dkk. (2017). Evaluasi Through Clinical Preceptor Models. Medico
Penerapan Pencegahan Pasien Beresiko Legal Update, 20(3), 553-556.
Jatuh di Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan
Sundoru. (2016). Evaluasi Pelaksanaan
Masyarakat, 11 (2), 105-113.
Sasaran Keselamatan Pasien Sesuai
Simamora, R. H. (2018). Buku ajar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Di
keselamatan pasien melalui timbang terima Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak PKU
pasien berbasis komunikasi efektif: Muhammadiyah Kotagede Yogyakarta.
SBAR. Medan: USUpress. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen
Rumah Sakit, 5 (1), 40-48.
Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient
Identification in Patient Safety Programs

Anda mungkin juga menyukai