Anda di halaman 1dari 77

Sistem

Di Rumah Sakit

Ns. Yudi Elyas S.Kep


PJT - RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo
Ns. Yudi Elyas, S.Kep
1. Supv. Ruang Rawat, ICCU &
ICU Bedah Jantung PJT RSCM
2. Praktisi Keperawatan Kritis,
HIPERCCI DKI
3. Certified AHA BLS & ACLS
instructor

Email : yudielyas @gmail.com


HP : 081316006831
IG : @YUDIELYAS
The Process of Dying*
Primary ventricular
fibrillation
0 min
Primary Asystole

Alveolar anoxia 2-3 min Code blue

?
Asphyxia:
(Airway Obstruction) 5-12 min
(Apnea)
Circulatory Arrest

Pulmonary Failure

Shock

Brain Failure
*Safar P. Cerebral resuscitation after cardiac arrest: research initiatives and
future directions. Ann Emerg Med 22:324,1993
Henti Jantung

Keadaan terhentinya aliran darah dalam sistem


sirkulasi tubuh akibat terganggunya efektivitas kontraksi
jantung saat sistolik
Cardiac Arrest / Henti Jantung
1. Pasien tidak sadar
2. Tidak ada nafas / Gasping
3. Tidak teraba nadi
4. EKG:
Ventricular Fibrillation (VF)

Pulseless Ventricular Tachycardia (VT)

Pulseless electrical activity (PEA)

Asistole

Hasil penelitian :
Gbr EKG pada saat terjadi serangan jantung , sekitar 60%-70% adalah irama
Ventricular Fibrilasi (VF)
SINUS RHYTHM
CHAINS OF SURVIVAL

Early Early Early Early


Access CPR Defibrillation Advanced
Care

Chest Advanced Life Post-Cardiac arrest


Call for help Defibrillation
Compression Support Care
Rantai Kelangsungan Hidup
(Chains of Survival)

2015 (updated):
Rantai Kelangsungan Hidup dibedakan antara
pasien yang mengalami serangan jantung di
rumah sakit (HCA) dan yang di luar rumah sakit
(OHCA).
Dalam
Rumah Sakit

Luar
Rumah Sakit
AKREDITASI INTERNASIONAL JCI :
Resuscitation services are available
throughout the hospital
(Standard Care of Patient 3.2, The Joint Commission International)
AKREDITASI NASIONAL KARS :
Penanganan resusitasi pasien harus seragam dan
terdapat di seluruh bagian rumah sakit
(Pelayanan Pasien 3.2, Komite Akreditasi Rumah Sakit)
Intra Hospital
Cardiac Arrest Management
1. RJP
2. Airway Management BHD

3. Breathing Management BHL


4. Defibrillation
5. Drugs Management

ROSC Management
Tatalaksana Henti Nafas
& Henti Jantung Intra Hospital

Penatalaksanaan pasien henti nafas & henti jantung


tidak dapat dilakukan seorang diri

Call For Help


MISSION IMPOSIBLE
Code Blue System

Code Blue adalah kode panggilan yang


menandakan adanya kondisi kegawat-daruratan
pasien (henti nafas dan henti jantung)
Bellomo R GD, Uchino S, Buckmaster J, Hart GK, Opdam H, et al. A prospective before-
and-after trial of a medical emergency team. MJA. 2003;179:283-7.
Chen J, Ou L, Hillman K, Flabouris A, Bellomo R, Hollis SJ Assareh H. Cardiopulmoary
arrest and mortality trends and their association with rapid response system expansion.
MJA 2014; 201: 167-170
CODE BLUE
• Panggilan Code Blue
Panggilan code blue adalah panggilan aktivasi
sistem code blue oleh petugas yang mendapatkan
pasien dengan ancaman kegawatan atau kejadian
henti jantung dan henti napas

• Tim code blue


Tim medis yang siap dipanggil setiap saat untuk
melakukan pengelolaan pasien yang mengalami
kondisi kritis akut di RS.
Code Blue
Code Blue tidak diaktifkan pada kondisi atau area :

• DNR
• Fase terminal Informed
Pasien penyakit Concent Sudah
Dilakukan
• Paliatif Care

BLS & ALS


• Kamar Operasi
dilakukan tanpa
Jenis • ICU mengaktifkan
Ruangan • Catheterisasi Code Blue
Jantung System
Komponen System Code Blue

SDM

FASILITAS
Code SISTEM
KOMUNIKASI
(sarana &
Prasarana)
Blue &
KOORDINASI
System
KOMITMEN
Transfortasi - Kebijakan
- SPO
Komponen DM
1. Kemampuan SDM untuk melakukan BLS & ACLS

BLS
High Quality CPR for Adult
(AHA 2015)

- Rate at least 100-120 x/min


- Compression depth at least 2-3 inches (5-6cm)
- Allow complete chest recoil after each compression
- Minimize interruptions in chest compressions
- Avoid excessive ventilation
- Change compressor < 5 seconds
- 1 breath for 5-6 seconds (10-12x/mnt)
Bantuan Hidup Dasar

D R C C A B
1. Danger = Bahaya.
2. Respon = Respon
3. Call For Help = Panggil bantuan
4. Circulation = Sirkulasi.
5. Airway = Jalan napas.
6. Breathing = Pernapasan.
BHD Anak
BHD Ibu Hamil
Manual
Uterine
Displacement
technique

BHD Bayi
ACLS
Henti Jantung

Shockable
DC Shock 360 J Not shockable
monofasik/200J bifasik Do chest compression
Chest compression

CPR
CPR
Survival with CPR
Early CPR

CPR

CPR
CPR
Early Defibrilation
DEFIBRILATION POSITION
SHOCK THERAPY
(Recommendation AHA 2015)

Patient Defibrilasi

Adult Bi phasic = 120-200 J


Monophasic = 360 J

Pediatrik 1st = 2 J/kg


2nd = 4 J / kg
Maks = 10 J/kg
Aba –aba saat akan
melakukan defibrilasi..Wajib.
Komponen SDM

2. Tindakan cepat dan tepat


Komponen SDM

3. Siap kapan saja dan dimana saja, tetap sesuai


dengan standar
Komponen SDM

3. Mengetahui SPO yang berlaku


Mengetahui sistem respon
- Respon awal (responder pertama) berasal dari
petugas rumah sakit baik medis ataupun non
medis yang berada di sekitar korban.
- Respon kedua (responder kedua) berasal dari
tim code blue.
Komponen SDM
4. Petugas harus mengetahui alat alat yang
dibutuhkan saat terjadi code blue dan letak
penyimpanannya
Komponen SDM
5. Tim code blue mengetahui obat-obatan yang
digunakan termasuk cara pengoplosan obat
Jenis Obat Adrenalin (1 Cara SA Cara Frekuensi
amp 1 mg) Pengoplosan (1mp=0.25m Pengoplosan Pemberian
obat g) obat

DEWASA 1 ampul = 1 amp 1st dose 0.5 1 amp utk Repeat 3-


1mg bolus adrenalin mg bolus, sekali 5minutes.
tiap 3-5 menit murni pemberian
Maksimum
dose 3 mg
ANAK 1 amp=1mg 1 amp 0.02 mg/kg. 1 amp dioplos Repeat 3-
diencerkan adrenalin dalam spuit 5minutes.
dengan WFI ditambahkan Minimum 2.5cc
menjadi 10 WFI 9 cc dose 0.1 mg,
cc,diberikan dengan spuit Maks dose
0.1 mg setiap 10 cc 0.5 mg
pemberian
Komponen SDM
6. Pemahaman SPO
A.Perawat 1
1. Perawat tidak meninggalkan pasien
2. Perawat 1 sebagai first responder mengaktifkan
code blue di ruangan kepada perawat lain
(perawat 2)

B. Perawat 2
1. Perawat 2 yang mendengar teriakan code blue
langsung mengaktifkan system code blue RS dengan
menghubungi operator / menelpon / paging untuk
memanggil tim code blue
2. Perawat 2 datang ke tempat terjadinya code blue
dengan membawa alat-alat emergency dan langsung
membantu perawat 1 melakukan BLS
Komponen :
Fasilitas, sarana dan pra sarana

 Kesediaan tempat ruang intensive


 Trolley emergency LENGKAP
• Set Intubasi
• Defibrilator
• Obat-obatan emergency
• Pacemaker
• EKG
• Ambu bag
• Oksigen
• dll
Komponen
Sistem Komunikasi & Koordinasi

 Komunikasi antar
ruangan
 Komunikasi Gedung
(Sentral)
• Operator
mengumumkan
“Code Blue di lantai...
kamar ….” (2x)
Saat kode diaktifkan tim menuju ruangan di mana pasien
berada & melakukan tindakan resusitasi jantung paru
Uncoordinated Cardiac Arrest
Team
Cardiac Arrest Team

Team Leader A&B

Airway C
Breathing
Circulation
C
Documentation
TL
D
Pembagian Tugas Tim

1. Pembagian tugas sebelum terjadi Code Blue


Pembagian Tugas Tim

Pembagian tugas saat terjadi Code Blue


Code Blue Team Positions
Peran Team Leader

Airway Management
• Menerima laporan ETT insertion Airway &
singkat kejadian Breathing set
• Meninjau catatan medis
sebelumnya
Defibrillation
• Memimpin jalannya Defibrillator
Chest
resusitasi compression
IV line Trolley
• Mengatur peran Fluid emergency
anggota tim Drugs

DOKTER, PERAWAT Team Documentation


TERLATIH leader
Peran PJ Airway &
Breathing
• Mempertahankan jalan Airway Management
Airway &
ETT insertion
napas Breathing set
• Memberikan oksigen
• Memberikan bantuan Defibrillation
napas manual
Chest Defibrillator
• Melakukan auskultasi compression
IV line Trolley
suara napas Fluid emergency
• Mempersiapkan set Drugs
intubasi endotrakheal
• Melakukan intubasi Team Documentation
endotrakheal leader
DOKTER, PERAWAT TERLATIH
Peran PJ
Circulation (1)
• Memasang papan Airway Management
Airway &
ETT insertion
resusitasi Breathing set
• Memeriksa nadi pasien
• Melakukan kompresi Defibrillation
jantung
Chest Defibrillator
• Memasang lead monitorcompression
IV line Trolley
EKG, pulse oxymetri Fluid emergency
• Memasang akses Drugs
intravena
• Melakukan pengambilan Team Documentation
sampel gas darah leader

DOKTER, PERAWAT
Peran PJ
Circulation (2)
• Mempersiapkan obat- Airway Management
Airway &
ETT insertion
obatan: adrenalin, SA, Breathing set
amiodaron, lidokain
• Memberikan cairan dan
Defibrillation
obat-obatan
Chest Defibrillator
• Menyiapkan defibrillator compression
IV line Trolley
• Melakukan defibrilasi Fluid emergency
atau kardioversi Drugs

Team Documentation
leader
DOKTER, PERAWAT
Peran PJ Documentation
• Mengidentifikasi Airway Management
Airway &
ETT insertion
pasien dan Breathing set
penyakitnya
• Mencatat
kondisi/tanda vital Defibrillation
pasien Chest Defibrillator
• Mencatat setiap compression
IV line Trolley
tindakan resusitasi Fluid emergency
• Melaporkan kepada Drugs
team leader
• Membuat laporan
resusitasi Team Documentation
leader
PERAWAT
Peran Kepala/
Perawat Ruangan
• Menjaga ketertiban Airway Management
Airway &
ETT insertion
ruangan (menutup tirai) Breathing set
• Menenangkan pasien lain
• Memberitahu/telepon
keluarga pasien Defibrillation

• Menghubungi/telepon Chest Defibrillator


dokter penanggung jawab compression
IV line Trolley
• Menghubungi HCU/ICU Fluid emergency
Drugs
• Menyiapkan transportasi
ke HCU/ICU
• Laporan insidens Team Documentation
leader
Komponen Transfortasi

• Transfortasi ke ruang intensive oleh petugas code


blue (2-3 orang)
• Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
lengkap
Komitmen Anggota
Tim Code Blue

• Prioritas untuk menangani kondisi kegawatan


• Bertanggung jawab dengan tugas dan peran
masing-masing
• Tidak melimpahkan tugas ke orang lain dengan
alasan yang tidak baik

KOMITMEN PIMPINAN
Rumah Sakit
POLA TIM CODE BLUE
1. Pola Sentralisasi
Tim code blue dengan anggota lengkap stanby untuk seluruh
area RS (banyak gedung)
2. Pola 1 atap
Tim code blue diambil dari petugas yang sedang bertugas
,diambil dari beberapa ruangan ditambah dokter jaga
3. Pola 1 lantai
Tim code blue terdiri dari dokter jaga dan perawat yang
sedang tugas saat terjadi code blue. Tim code blue
(perawat) berasal dari satu lantai. --> satu lantai terdiri dari
beberapa ruang rawat
4. Pola Zona / Wilayah ( Untuk RS yang luas dan gedung
banyak)
Dokumentasi
1. Kondisi code blue pada pasien
didokumentasikan dalam rekam medis
pasien
2. Semua tindakan yang dilakukan serta obat-
obatan yang diberikan dicatat
3. Pendokumentasian sebagai bukti tindakan
4. Dapat menjadi sumber evaluasi untuk
perbaikan
Post-Cardiac Arrest Care
2015 AHA Guidelines Update
Post-Cardiac Arrest Care
“lebih baik mencegah ...
cardiac arrest”
Pengembangan
System Code Blue Saat ini
• System code blue saat ini
digunakan untuk melakukan
pengelolaan pasien yang
Tidak Hanya mengalami kondisi kritis akut
Henti nafas di Rumah Sakit
• Kondisi kritis akut
&
Perubahan kondisi fisiologis
Henti Jantung tubuh yang merupakan
ancaman atau kejadian yang
harus diatasi segera untuk
mencegah morbiditas dan
mortalitas.
6-8 hrs before arrest Cardiac Arrest

70% (45/64) of pts show evidence of respiratory


deterioration within 8 hrs of arrest (Schein, 1990)
66% (99/150) of pts show abnormal signs and
symptoms within 6 hrs of arrest and MD is notified in
25% (25/99) of cases (Franklin, 1994)
Six abnormal clinical observations were found to be
independently associated with an increased high risk of
mortality: decrease in level of consciousness, loss of
conciousness, hypoxia, and tachypnea. Among these
events, the most common were hypoxia (51%) and
hypotension (17%) (Buist, 2004)
6-8 hrs before arrest Cardiac Arrest

Reversible cause of arrest Early Warning Scoring System


- Hypovolemia Staf member worried about the pts
- Hypoxia Acute change in :
- Hydrogen ion (acidosis) HR<40 or >130 bpm
- Hypo-/Hyperkalemia sBP<90 mmHg
- Hypoglycemia RR<8 or >28 bpm
- Hypothermia Threatened airway
- Toxins SpO2<90%
- Tamponade, cardiac Concious state
- Tension pneumothorax Urin<50 mL/hr
- Thrombosis coronary
- Thrombosis pulmonary
- Trauma
TEAM
Medical Emergency Team
Calling Criteria
Airway Threatened
Breathing All respiratory arrest
RR < 5
RR > 36
Circulation All cardiac arrest
PR < 40
PR > 140
Systolic BP < 90
Neurology Sudden fall in level of conciousness (fall in GCS 2 points)
Repeated or prolonged seizures

Other Any patient you are seriously worried about that does not
fit the above criteria
Pengenalan Perubahan
Kondisi Pasien
Menggunakan Tools:
Early Warning Scoring System (EWSS)
Untuk memantau adanya perubahan keadaan umum
pada pasien

• Dilakukan secara terintegrasi dalam Lembar Observasi


Keperawatan
• Harapan  Angka pemanggilan Code Blue berkurang
karena penanganan pasien dilakukan sebelum pasien jatuh
kedalam kondisi code blue.
Scoring EWSS : Adult
Scoring EWSS: Pediatric
Outcomes Penggunaan EWSS
di RSCM
Panggilan code blue di RSCM 80-100 kejadian/bln
Tahun Panggilan Panggilan False
Code Blue Code Blue Code blue
(Henti Nafas & (penurunan
Henti Jantung) kondisi
pasien)
2014 42 % 57% 1%

2015 37% 62% 1%


Outcome :
1. Pasien mortality : Pasien meninggal pasca code blue menurun dari 37%
(2014) menjadi 33% (2015)
2. Awareness petugas meningkat 57 % (2014) menjadi 63 % (2015)
Sumber Data : PDSA Aktivasi sistem code blue 2015
Kesimpulan
1. Code Blue System merupakan salah satu strategi untuk
menurunkan mortalitas
2. Code Blue System ditentukan oleh kesiapan sistem,
fasilitas, dan tenaga medis; serta kerja sama tim
3. Medical Emergency Team merupakan upaya
pengelolaan pasien yang berisiko tinggi
4. Pencegahan code blue efektif dengan meggunakan
EWSS
TERIMAKASIH

Email : yudielyas @gmail.com


HP : 081316006831
IG : Yudi Elyas

Anda mungkin juga menyukai