Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI SEDIAAN STERIL

INFUS INTRAVENA RINGER

Disusun oleh:
Kelompok D1-3
Kelas D

KETUA : RENDY ARDYANSYAH (2012210215)


ANGGOTA : GINNA (2012210121)
HANI AFIFAH (2012210126)
ISTIE DWI KISWINDARI (2012210142)
MEGA WINARNI (2012210166)
NEFITA KHAIRUNNISA (2012210179)
NOVITA ZAHRA (2012210195)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2015
INFUS INTRAVENA RINGER

I. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. TEKNOLOGI FARMASI
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril . secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.
Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup.
Infus adalah larutan dalam jumlah besar, terhitung mulai dari 10 ml yang
diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan peralatan yang cocok. Infus
intravena adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen, dan
sedapat mungkin dibuat seperti darah, disuntikan langsung ke dalam vena dan
volume relatif besar. Infus intravena tidak diperbolehkan mengandung bakterisida,
dan zat dapar larutan dalam infus intravena harus jernih dan praktis bebas partikel
(FI III, Hal 112).
Infus Ringer adalah larutan steril Natrium klorida, Kalium klorida, dan Kalsium
klorida dalam air. Kadar ketiga zat tersebut sama dengan kadar zat-zat tersebut
dalam larutan fisiologis. Larutan ini digunakan sebagai penambah cairan elektrolit
yang diperlukan tubuh (Ansel hal 408).

B. FARMASETIKA
A. ZAT AKTIF

Nama zat Sifat fisika, kimia, Ekivalen Cara Cara


Khasiat / dosis
aktif stabilitas NaCl sterilitas pengunaan
NaCl Pemerian: Hablur 1,00 Autoklaf Khasiat: larutan Intravena
bentuk kubus, tidak (FI IV (Martindale 28 NaCl biasa (DI 88th
berwarna atau hal. 1251) hal 35) digunakan untuk edition
serbuk hablur putih; berbagai jenis hal.1451)
rasa asin (FI IV hal sediaan parenteral
584) atau non perenteral.

1
Terutama digunakan
Kelarutan: mudah pada sediaan
larut dalam air, parenteral sebagai
sedikit lebih mudah bahan pengisotonis
larut dalam air dan asupan ion NaCl
mendidih. (FI IV
hal. 584) Dosis:
1. Injeksi iv 3-5 %
pH: 4,9-7 dalam 100 ml
0,9 % (DI 2003 hal selama 1 jam (DI
2499) 2003 hal 2449)
2. Injeksi NaCl
OTT: korosif mengan-dung 2,5-
terhadap besi, 4 mEq/ml
perak, merkuri, 3. Na+ dalam plasma
senyawa = 135-145 mEq/L
pengoksidasi kuat (steril dosage From
memisahkan klorida hal. 251)
dan larutan NaCl,
mengurangi
kelaruan
antimikroba metal
paraben

Stabilitas: larutan
NaCl bersifat stabil
tetap dapat
menyebabkan
pemisahan partikel
gelas untuk
beberapa jenis
wadah gelas (DI
88th edition

2
hal.1451)
KCl Pemerian: Hablur 0,76 Autoklaf Khasiat: biasa Intravena
bentuk memanjang, (FI IV digunakan dalam (DI hal.1451)
prisma /kubus; hal. 1245) jenis sediaan
tidak berwarna/ parenteral sebagai
serbuk granul putih; senyawa pengisotonis
tidak berbau; rasa juga sebagai
garam; stabil di pencegah kekurangan
udara; larutan ion K+ bagi tubuh
bereaksi netral yang menyebab-kan
terhadap lakmus (FI iritabilitas dan
IV hal 477) konvulsi.

Kelarutan: larut Dosis:


dalam air, lebih 1. Konsentrasi kalium
mudah larut dalam pada rute intravena
air mendidih (FI IV tidak lebih dari 40
mEq
hal 477) /L dengan
kecepatan 20 mEq/jam
pH: 4-8 (untuk hipokalimia)
5% (DI 2003 hal 2. Untuk
2493) mempertahankan
konsentrasi
OTT: larutan CaCl potassium pada
iv inkompatibel plasma 4mEq/L (DI
dengan protein 2003 hal 2493)
hidrosilat 3. K+ dalam plasma=
3,5-5 mEq/L (steril
Stabilitas: stabil dosage From hal.
dan harus disimpan 251)
dalam wadah
tertutup rapat
ditempat sejuk dan

3
kering (DI 88th
edition hal.1410)

CaCl2 Pemerian: granul 0,51 Autoklaf Khasiat: - Secara iv


atau serpihan, putih, (FI IV 1. untuk memperta- - Kalium
keras tidak berbau hal. 1246) hankan elektrolit klorida tidak
(FI IV hal 160) tubuh dapat
2.untuk hipokalemia diberikan
Kelarutan: mudah secara im, ip,
larut dalam air, Dosis: sc, karena
sangat mudah larut 1. kalsium secara menyebab-
dalam air panas (FI intravena tidak kan nekrosis
IV hal.160) melampaui 0,7-1,8 parah dan
mEq
/menit pengelupas-
pH: 5,5-7,5 (DI 88th edition an kulit
10% (Di 2003 hal hal.1398) dapat terjadi
1398) 2. Ca2+ dalam plasma (DI 88th
= 5 mEq/L (Steril edition hal.
OTT: karbonat, Dosage Form hal 1398)
fosfat, sulfat, tatrat, 252)
sefalotin, CTM,
dengan tetrasiklin
membentuk
kompleks

4
B. DATA BAHAN PEMBANTU

Konsentrasi/ Ekivalen
Fungsi zat Nama zat Sifat fisika kimia Sterilisasi
dosis NaCl
Pembawa Aqua Pemerian: cairan jernih, Autoklaf
proinjeksi tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai
rasa (FI III hal 97)

Stabilitas: uji yang


tertera pada uji keamanan
hayati (FI III hal.97)
Depirogenasi Norit Pemerian: serbuk Konsentrasi: Autoklaf Dipijar 15
larutan obat (carbo hablur, bebas butiran 0,1-0,3 % menit
adsorben) hitam, tidak berbau, tidak (Martindale
berasa (FI IV hal 173) 34th edition
hal.1030)
Depirogenasi Hidrogen Kelarutan: tidak larut
aqua pro peroksida dalam air (Martindale
injeksi (H2O2) 34th edition hal.1030)

Pemerian: cairan jernih


tidak berwarna, bereaksi
asam terhadap lakmus
(Martindale 34th edition
hal.1232)

II. FORMULA

5
Matriks Ringer
Ion dalam Larutan Infus
Σ
Kation Anion
Na+ 147.5
K+ 4
Cl- 156 312
Ca2+ 4.5
Σ 156

Kesetaraan equivalen elektrolit (Martindale 28 hal. 640, Sprowls )


1 g NaCl ~17,1 mEq Na+ E1 = 1
1 g KCl ~ 13,4 mEq K+ E2 = 0,76
1 g CaCl2 ~ 13,6 mEq Ca2+ E3 = 0,51
Formula standar infus Ringer (USP 2009 hal 3510)
NaCl 8.6 g
KCl 0.3 g
CaCl2 0.33 g
Air pro injeksi ad 1000 mL
Sediaan infus yang akan di buat sesuai dengan formula yang terdapat dalam
Farmakope Indonesia edisi IV halaman 586
NaCl 147,5 mEq/L
KCl 4 mEq/L
CaCl2 4,5 mEq/L
Aqua p.i. ad 1000 ml

Akan dibuat infus 500 ml sebanyak 2 botol (1000 ml)


Volume total larutan yang dibuat = 1000 mL + (10 % x 1000 mL) = 1100 mL
NaCl = 147,5 mEq x 1 g = 8,6257 g
17,1 mEq
KCl = 4 mEq x1g = 0,2982 g
13,41 mEq
CaCl2 = 4.5 mEq x1g = 0,3308 g
13,6 mEq

Perhitungan Isotonis
V = {(W1 x E1) + (W2 x E2) + (W3 x E3) + (W4 x E4)} x 111,11
= {(8,6257 x 1) + (0,2982 x 0,76) + (0,3308 x 0.51) } x 111,11

6
= {8,6257 + 0,2266 + 0,1687} x 111,11
= 9,021 x 111,11 = 1002,3233 ml
% Tonisitas = 1002,3233 ml x 0,9% = 0,9020 % (HIPERTONIS)
1000 ml
Latar belakang penetapan formula:
 Natrium merupakan kation mayor dalam cairan ekstraseluler. Fungsinya
adalah pengontrol distribusi air,cairan keseimbangan elektrolit dan osmotik
dari cairan tubuh. NaCl digunakan karena NaCl larut dalam air dan digunakan
sebagai pengganti Natrium yang hilang.
 Kalium merupakan kation utama dalam cairan intaseluler, dan berperan
penting sebagai pengatur keseimbangan asam basa,tonisitas,elektrodinersitas.
Untuk menggantikan Kalium yang hilang digunakan KCl yang mudah larut
dalam air.
 Kalsium merupakan kation yang penting sebagai aktivator dalam berbagai
macam reaksi enzimatis,dipakai CaCl2 yang mudah larut dalam air.

III. ALAT DAN BAHAN


I. Alat dan Bahan
- Alat
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Batang pengaduk
4. Corong glass
5. Gelas ukur
6. Kertas saring
7. Pipet tetes
8. Spatula
9. Pinset
10. Kaca arloji
11. Botol infus

7
- Bahan
1. NaCl
2. KCl
3. CaCl2
4. Carboadsorben
5. H2O2
6. Aqua p.i

IV. ALAT DAN CARA STERILISASI

No Alat dan bahan yang Cara Sterilisasi Waktu Mulai Waktu Akhir
digunakan
1 Aqua pro injeksi Dipanaskan 15 menit
Didihkan selama 30 11.30 12.00
menit
2 Beaker
glass,corong,botol Oven 150oC selama 11.30 12.30
infus,erlenmeyer,pipet 1 jam
tetes
3 Gelas ukur,kertas saring Autoklaf 121oC 11.40 11.55
selama 15 menit
4 Batang pengaduk, Direndam dalam
spatula, pinset, kaca etanol selama 30 11.25 11.55
arloji, penjepit besi menit
5 Karet pipet,karet tutup 11.25 11.55
Dididihkan 30 menit
botol infus
7. Sterilisasi Sediaan Infus Autoklaf 121oC 14.20 14.50
selama 15 menit

Penimbangan bahan
Penimbangan untuk 2 botol infus masing-masing 500 ml
V = {(2 x 500 ml) + (10%(2 x 500 ml)} = 1100 ml
Penimbangan ditambah 5% untuk diserap norit :
NaCl = ( 1100ml / 1000 ml x 8,6257 g) + 5% (1100 ml / 1000ml x 8,6257 g)
= 9.9626 g
KCl = (1100ml / 1000 ml x 0,2982 g) + 5% (1100ml / 1000 ml x 0,2982 g)
= 0,3444 g

CaCl2 = (1100ml / 1000 ml x 0,3308 g) + 5% (1100ml / 1000 ml x 0,3308 g)


= 0,3819 g
Aqua p.i ad 1100 ml

Carboadsorben = 0,1 / 100 x 1100 ml = 1,1 g


H2O2 = 1 / 100 x 1100 ml = 1,1 g

Penimbangan
Bahan Teoritis (gram) Praktek (gram)
NaCl 9,9627 9,9360
KCl 0,3448 0,3530
CaCl2 0,3822 0,3580
H2O2 1,1 1,125
Carboadsorben 1,1 1,078

V. CARA KERJA
Prinsip: Sterilisasi akhir menggunakan Autoklaf.
1. Dikalibrasi botol infus sampai tanda (500 ml).
2. Dibuat aqua p.i. (aquadest dipanaskan sampai mendidih, biarkan mendidih selama 30
menit) ditambahkan H2O2, dipanaskan 15 menit lalu didinginkan (dispensasi)
0 Pembuatan Aqua p.i. (FI III hal 14) :
a. Aquadest disaring dengan kertas saring lalu dimasukkan ke dalam
erlenmeyer.
b. Erlenmeyer ditutup dengan sumbat kasa lalu dididihkan selama 30 menit
dihitung setelah mendidih.
c. Didinginkan.
3. Semua alat yang digunakan disterilkan dengan cara sterilisasi yang sesuai.
4. Ditimbang bahan-bahan.
5. Dilarutkan masing-masing bahan dengan sebagian aqua p.i. bebas pirogen.
6. Dicek pH larutan sebelum di ad-kan, lalu ditambah dengan aqua p.i. ad 1100 ml.
7. Campur ad homogen.
8. Ditambah carbon absorben, lalu dipanaskan sambil diaduk selama 15 menit, jangan
sampai mendidih sekitar 50-600C.
9. Disaring dengan kertas saring dua lapis atau sampai jernih.
10. Masukkan dalam wadah botol infus ad tanda (500 ml).
11. Ditutup dengan karet penutup steril, lalu ditutup lagi dengan kap infus.
12. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC, 15 menit.
13. Diberi etiket dan label, dikemas dalam dus, lalu diserahkan.

VI. EVALUASI
In Process Control
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal. 1356)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang
terhadap reflex dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih dengan rangkaian isi
dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel ≥25 ųm/ml
2. Uji pH
Cek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universal
3. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)
 Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥10 ml. Ambil isi tiap wadah alat suntik
hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang diukur dan
dilengkapi dengan jarum suntik no.21 panjang tidak kurang dari 2,5ųm
 Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik
 Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa menggosokkan bagian jarum kedalam
gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang
diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

Quality Control
1. Uji Kejernihan (Lachman III, hal. 1356)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang efek
dari mata, berlatarbelakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan
aksi memutar.
Syarat : semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang
dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar, serta
partikel  25 µm/ml.

2. Uji Sterilitas (FI IV hal 861)


Menggunakan teknik penyaringan membran :
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang
sesuai, ambil isi secara aseptik.
Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap
penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring
dengan bantuan pompa vakum/tekanan.
Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah
bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran atau setengah bagian
membran ke dalam 100 ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7 hari.
Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.

3. Uji Keseragaman Volume (FI IV hal. 1044)


Pilih 1 atau lebih wadah bila volume  1m ml. Ambil isi tiap wadah dengan alat
suntik hipodemik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur
dan dilengkapi dengan jarum suntik no. 21 dengan panjang tidak kurang dari 2,5 µm.
Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum ke dalam gelas
ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur
memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera.

4. Uji Pirogenitas (FI IV hal 908)


a. Uji Biologik
Berdasarkan peningkatan suhu badan kelinci setelah disuntikkan dengan larutan 
10 ml/kg bobot badan dalam vena auricularis.
b. Uji Serologi
Lisat darah kepiting (L. polyphemus) + endotoksin, gelatinisasi selama 30 menit.
Akan terbentuk gumpalan/bekuan seperti gel bila Endotoksin gram negatif positif.
3. Uji Penetapan Kadar
Penetapan Kadar Kalsium: Ukur serapan larutan baku dan larutan uji pada garis
emisi kalsium pada 422,7 nm, dengan spektrofotometer serapan atom yang
dilengkapi dengan lampu tabung katode kalsium dan nyala asetilen udara,
terhadap blangko. Gambarkan kurva dari serapan larutan baku terhadap kadar
kalsium dalam mikrogram per ml, dengan menghubungkan 3 titik. Hitung kadar
kalsium dalam mg per 100 ml injeksi yang digunakan.
Penetapan Kadar Natrium: Lakukan penetapan seperti yang tertera kurva baku dan
prosedur dalam penetapan kadar kalium, atur fotometer nyala hingga transmitrans
maksimum pada panjang gelomang lebi kurang 589 nm. Hitung kadar natrium
dalam mg per 100 ml injeksi yang digunakan.
Penetapan kadar kalium: atur alat seperti yang tertera pada kurva baku, ukur
transmitan larutan uji dan hitung kadar kalium dalam mg per 100 ml injeksi yang
digunakan.
Penetapan kadar klorida: pipet 10,0 ml injeksi Infus Ringer ke dalam wadah
porselen, tambahkan 140 air dan 1 ml diklorofluoresin LP dan campur. Titrasi
dengan perak nitrat 0,1 N hingga perak klorida menggumpal dan campuran
berubah menjadi merah muda lemah.

VII. HASIL EVALUASI


1. In Process Control
Evaluasi Hasil evaluasi
Uji kejernihan Jernih
Uji pH 6
Uji keseragaman volume Seragam

2. Quality Control
Evaluasi Hasil evaluasi
Uji kejernihan Jernih
Uji sterilitas Dispensasi
Uji keseragaman volume Seragam
Uji pirogenitas Dispensasi
Uji kadar Dispensasi

VIII. PEMBAHASAN
1. Alat-alat yang akan digunakan pada saat pembuatan sediaan harus disterilkan terlebih
dahulu,hal ini bertujuan untuk membebaskan alat-alat yang akan digunakan dari
mikoorganisme.
2. Penambahan H2O2 pada saat pembuatan aquadest pro injeksi bertujuan untuk
membebaskan pirogen yang terdapat pada aquadest.
3. Penambahan carboadsorben ke dalam sediaan bertujuan untuk membebaskan pirogen
yang terdapat pada sediaan.
4. Pada saat pelarutan zat aktif,zat aktif harus benar-benar larut karena sediaan
parenteral harus jernih.
5. Penyaringan sediaan setelah penambahan carboadsorben dilakukan 3 kali
penyaringan,hal ini bertujuan untuk mencegah carboadsorben yang lolos dari kertas
saring.
6. %Tonisitas sediaan harus isotonis karena bila hipotonis akan menyebabkan sel pecah
dan bila hipertonis akan menyebabkan sel menggerut.
7. Uji pH dilakukan untu mengetahui pH sediaan,pH sediaan haruslah sesuai dengan pH
darah.
8. Uji kejernihan dilakukan untuk melihat jernih atau tidaknya sediaan,karena sediaan
parenteral harus jernih dan tidak boleh ada zat aktif/benda asing di dalam sediaan.
9. Uji keseragaman volume dilakukan untuk melihat keseragaman volume sudah sesuai
dengan volume yang tertera pada etiket.
10. Sterilisasi akhir pada sediaan dilakukan untuk mensterilkan sediaan dan
membebaskan pirogen yang ditakutkan masih tertinggal agar diperoleh sediaan steril
yang baik.

IX. DAFTAR PUSTAKA


1. Turco S, King RE. Sterile Dosage Forms. Second edition. Philadelphia: Lea &
Febiger; 1979.
2. Sprowls JB. Prescription Pharmacy. Second edition. Philadelphia: J.B. Lippincott
Company; 1970.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
5. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi
ketiga. Jakarta: UI-press; 1994.
6. Reynolds JEF, Martindale The Extra Pharmacopoeia. 28th edition. London: The
Pharmaceutical Press; 1982.
7. Evory MC, Gerald K. Drug Information. USA: American Society of Health-System
Pharmacist; 2003.
8. Kibbe, Arthur H. Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Washington
D.C: American Pharmaceutical Association.

Anda mungkin juga menyukai