Anda di halaman 1dari 18

NAMA : YANSYAH HIDAYAT

NPM : 3062156269
KELAS : 05

MENGANALISIS PUISI

A. Puisi Lama

Puisi lama adalah puisi yang sudah ada sejak zaman dahulu dan biasanya digunakan dalam
upacara-upacara adat. Berbeda dengan puisi modern yang dapat ditulis secara bebas tanpa aturan,
puisi lama memiliki berbagai aturan yang harus diikuti berkaitan dengan jumlah kata dalam 1 baris,
jumlah baris dalam 1 bait, jumlah suku kata, dan rima.

Dapat disimpulkan bahwa aturan-aturan puisi lama sebagai berikut:


1. Terikat dengan jumlah baris, 2, 4 atau lebih
2. Terikat dengan jumlah suku kata
3. Terikat dengan rima
4. Terikat aturan jumlah baris pada satu bait
5. Terikat dengan rima

Jenis - Jenis Puisi Lama

1. Pantun

Salah satu jenis puisi lama yang paling populer adalah pantun. Ya, pantun masih menjadi jenis puisi
lama yang sering digunakan hingga kini. Puisi jenis ini merupakan puisi yang kerap kali digunakan
masyarakat sehari-hari. Hingga saat ini, pantun masih sering digunakan dalam berkomunikasi hingga
upacara adat pernikahan Betawi.

Ciri-ciri pantun diantaranya adalah memiliki sajak a-b-a-b.


1. Dalam 1 bait terdiri dari 4 baris. Kemudian satu baris terdiri dari 8-12 suku kata.
2. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, ketiga dan keempat merupakan isi.

Contoh Pantun :

Makan nasi pakai bakwan


Disiram pakai kuah kari
Nusantara penuh keragaman
Lestarikanlah potensi negeri

Anak kecil lompati pagar


Terkena bambu luka kakinya
Sejak kecil rajin belajar
Sudah besar terasa hasilnya
2. Karmina

Karmina biasanya digunakan sebagai media untuk menyatakan sindiran atau ungkapan secara
langsung yang termaktub di bagian isi (baris kedua) karmina. Sebetulnya, karmina sendiri merupakan
pantun yang terdiri atas 4 baris dan tiap barisnya mengandung suku kata sebanyak 4 sampai 5 suku
kata.

Namun, seiring berjalannya waktu, bentuk karmina pun menjadi dua baris dan mempunyai suku kata
sebanyak 8-12 suku kata. Karmina ini tidak jauh beda dengan pantun, yang membedakan hanyalah
sajak a-a-b-b.

Ciri-ciri karmina sebagai berikut:


1) Karmina terdiri dari 2 baris.
2) Karmina bersajak a-a atau b-b.
3) Baris pertama disebut sampiran.
4) Baris kedua disebut isi.
5) Setiap baris pada karmina terdiri dari 8-12 suku kata atau 4 suku kata.
6) Dan di antara sampiran serta isi tidak ada hubungan dengan yang lain nya.
7) Terkandung dua hal yang bertentangan, yakni rayuan maupun perintah.
8) Pada setiap baris harus selalu diakhiri dengan tanda koma, kecuali pada baris keempat yakni
selalu diakhiri dengan tanda titik.

Contoh Karmina:

Dahulu beras,sekarang ketupat,


Orang pemerat,tersiksa di akhirat.

Buah durian,tajam berduri,


Baca Al Quran,tenangkan hati.

Tari saman,indah gerakannya,


Tanda iman,lapang dadanya.

3. Mantra

Salah jenis puisi lama adalah matra. Mantra merupakan satu-satunya puisi lama yang setiap
ucapannya dianggap memiliki kekuatan gaib/magis untuk keperluan ritual ataupun pengobatan. Selain
itu, mantra juga tidak memiliki ciri-ciri khusus.

Mantra merupakan salah satu bentuk dari sastra lisan yang sampai saat ini digunakan dan dilestrarikan
di masyarakat. Adanya tradisi lisan masih eksis dan hidup di masyarakat tidak terlepas dari adanya
dukungan tradisi penuturan lisan.

Contoh Mantra:

Assalamualaikum putri satulung bersar


Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

4. Syair

Syair adalah salah satu jenis Puisi. Kata “Syair” berasal dari bahasa Arab Syu’ur yang berarti
“Perasaan”. Syaur mememiliki bentuk yang terikat, sehingga syair juga memiliki aturan-aturan
tersendiri.

Aturan tersebut bisa menjadi ciri-ciri sebuah syair, diantaranya:


1) Terdiri dari empat baris untuk setiap baitnya.
2) Terdiri dari bait-bait yang bermakna isi.
3) Jumlah kata setiap baris tetap biasanya ada 4-5 kata.
4) Jumlah suku kata dalam setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
5) Mempunyai rima yang tetap a-a-a-a atau a-b-a-b.
6) Menggunakan bahasa kiasan.

Contoh Syair :

Pada zaman dahulu kala


Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah kerajaan yang aman sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana

Paras elok amat sempurna


Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

5. Gurindam

Gurindam adalah jenis puisi lama yang setiap baitnya terdiri dari 2 baris. Pada dasarnya gurindam
sangat mirip dengan pantun. Hanya saja gurindam tidak memiliki sampiran. Gurindam memiliki
persajakan yang sama di akhir. Dua baris tersebut merupakan hubungan sebab dan akibat.

Ciri-ciri gurindam dibandingkan dengan jenis puisi lama lainnya, yaitu:


1) Gurindam terdiri dari dua baris tiap baitnya.
2) Tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata.
3) Tiap baris memiliki hubungan sebab akibat.
4) Tiap baris memiliki rima atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya.
5) Isi atau maksud dari gurindam ada pada baris kedua.
6) Isi gurindam biasanya berupa nasehat-nasehat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara.

Contoh Gurindam :
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
Barang siapa tinggalkan sembahyang
Bagai rumah tiada bertiang
Jika suami tiada berhati lurus
Istri pun kelak menjadi kurus

6. Seloka

Seloka adalah jenis puisi lama yang berisikan perumpamaan atau kiasan untuk menyindir maupun
bergurau. Seloka biasanya ditulis dalam bentuk pantun maupun syair. Pengaturan Rima atau
persajakan sangat penting dalam seloka.

Dalam penulisannya, setiap baris kedua dan keempat pada bait pertama akan menjadi baris pertama
dan ketiga bait selanjutnya, begitu pula seterusnya. Nama lain dari seloka adalah pantun berkait.

Ciri seloka secara umum antara lain adalah:


1) Dalam 1 bait terdiri dari 4 baris atau lebih.
2) Mempunyai sajak a-b-a-b.
3) Pada baris ke-1 dan baris ke-2 adalah sampiran, sedangkan pada baris ke-3 dan ke-4
merupakan isi.
4) Setiap baris terdiri atas 4 suku kata.
5) Memiliki rangkaian pantun yang saling sambung menyambung.
6) Disusun secara berangkap. Akan tetapi setiap rangkap tidak tetap, jadi rima akhir adalah
bebas.

Contoh Seloka :

Untuk apa punya belati


Jika tak pernah jua diasah
Untuk apa beranak istri
Jika tak pernah dikasih nafkah

Jika tak pernah jua diasah


Si belati pun akan menumpul
Jika tak pernah dikasih nafkah
Nanti dapur pun takkan mengepul

7. Talibun

Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi, tetapi lebih dari
4 baris (mulai dari 6 baris hingga 20 baris). Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dstnya.

Secara umum talibun memiliki ciri sebagai berikut:


1) Talibun memiliki jumlah baris yang genap yang terdiri dari isi dan sampiran. Jika talibun
terdiri dari 6 baris, maka 3 baris pertama disebut juga dengan sampiran dan 3 baris
selanjutnya merupakan isi. Sedangkan jika 8 baris, 4 baris pertama merupakan sampiran dan 4
baris selanjutnya isi dan begitu seterusnya.
2) Antara kalimat sampiran pertama dengan kalimat sampiran kedua, ketiga dan kalimat
sampiran seterusnya harus saling berhubungan dan jangan sampai bertolak belakang atau
tidak ada hubungan sama sekali.
3) Sampiran pada talibun berupa perumpamaan sebagai kalimat pembantu dalam menyampaikan
isi, usahakan kalimat sampiran menggunakan kata yang berima, indah dan menggunaakaan
perumpamaan alam dan lingkungan sekitar.
4) Bersajak abc-abc, abcd-abcd, dan abcde-abcde, dan seterusnya.
5) Tiap baris terdiri dari 8 hingga 12 kata.
6) Gaya bahasa yang digunakan luas dan menekankan pada bahas pengulangan yang berima.
7) Isinya menjelaskan tentang suatu perkara.

Contoh Talibun :

Jauh dimata Jangan di Pandang


Jauh Dihati jangan di Sakiti
Jauh Di badan jangan di sentuh
Kalau dosa terus di tambang
Walau mati itu pasti
Tanda hatimu rapuh

B. Puisi Baru

Puisi baru adalah salah satu jenis puisi yang memiliki bentuk yang lebih bebas dalam hal aturan mulai
dari jumlah baris, suku kata, rima dan irama.

Definisi puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat dengan aturan-aturan baku tertentu dalam
pembuatan atau pembacaannya, artinya puisi baru merupakan jenis puisi yang bebas, tidak terikat
dengan aturan terkait jumlah suku kata, jumlah kata, jumlah baris, rima (sajak) ataupun jumlah bait
dalam pembuatannya.

Puisi baru juga diartikan sebagai suatu jenis puisi modern yang sudah tidak terikat lagi oleh
aturan-aturan atau dibuat secara bebas oleh sang pengarang, dan puisi ini ada atau lahir setelah puisi
lama.

Berikut ini ciri atau karakteristik puisi baru, diantaranya yaitu:


1) Bentuknya simetris dan rapi.
2) Memiliki persajakan akhir yang teratur.
3) Pola yang dominan yaitu pola sajak pantun dan syair.
4) Hampir semua merupakan puisi empat seuntai.
5) Setiap baris terdiri atas sebuah gatra atau kesatuan sintaksis.
6) Setiap gatra terdiri dari 2 kata atau 4-5 suku kata.
7) Diketahui nama pengarangnya.
8) Dalam perkembangannya secara lisan dan juga tertulis.
9) Menggunakan majas atau gaya bahasa yang dinamis.
Jenis - Jenis Puisi Baru

Berdasarkan isi atau bahasan dalam puisi, puisi baru dibedakan menjadi 7 jenis yaitu balada, himne,
ode, epigram, romansa, elegi, dan satire.

1. Balada

Balada merupakan sebuah puisi yang berisi kisah atau cerita tertentu. Jenis puisi baru ini terdiri dari 3
bait, dengan masing-masing bait terdiri atas 8 baris. Skema rima yang digunakan dalam balada adalah
a-b-a-b-b-c-c-b kemudian beralih dengan skema rima a-b-a-b-b-c-b-c.

Contoh : Berikut adalah salah satu contoh balada yang terkenal karya WS Rendra

Balada Ibu yang dibunuh

Ibu musang di lindung pohon tua meliang


Bayinya dua ditinggal mati lakinya.
Bualan sabit terkait malam memberita datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga.
Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya
Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga
Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya.
Dan jalannya semua peristiwa
Tanpa dukungan satu dosa, tanpa.

2. Hymne

Hymne merupakan sebuah puisi yang berisi pujian untuk Tuhan, dewa, pahlawan, tanah air, atau
almamater (dalam dunia sastra). Dewasa ini, hymne menjadi sebuah puisi yang dinyanyikan.

Contoh :

Ya Tuhan kami
Kami telah terpuruk dalam lautan dosa
Detik menit jam kami terendam dalam dosa
Pikiran yang mendua
Hati yang beku
Ampunilah kami
Ya Tuhan kami
Ya Tuhan
Telah kotor setiap inci daging ini
Telah hina diri ini
Menyalahgunakan karunia-Mu
Mengkufurkan nikmat-Mu
Semoga Kau tuntun kami kembali
Ke jalan kebenaran-Mu
Ke jalan lurus-Mu
Sebelum Kau panggil kami kembali
Ke alam kekal-Mu
Amin

3. Ode

Ode merupakan puisi yang berisi sanjungan atau pujian. Kata-kata yang digunakan bernada anggun
tapi resmi.

Contoh :

Guruku…
Cahaya dalam kegelapanku
Pengisi semua kekosonganku
Penyejuk kelayuan hatiku
Kau sirnakan segala kebodohan
Kau terangi setiap sisi jiwa
Kau terjang segala pandang negatif
Sungguh mulia hatimu
Sungguh besar pengorbananmu
Sungguh tak ternilai keikhlasanmu
Jasamu bagai emas mulia
Tak kan terganti sampai maut menjemput
Tak kan tertutup oleh keburukan dunia
Guruku…
Terima kasihku dari dalam lubuk hatiku

4. Epigram

Epigram adalah puisi yang memuat tuntunan dalam hidup.

Contoh :

Hari itu tak ada tempat berlari


Tak ada tempat bersembunyi
Tak ada memohon belas kasih
Semua sudah menyatu
Amal satu-satunya penolong
Amal satu-satunya cahaya
Merintih tiada berarti
Menyesal tiada berguna
Barulah sadar dunia yang fana
(memuat pengingat untuk beramal selagi masih hidup)

5. Romansa

Kata romansa berasal dari bahasa Perancis yaitu “romantique” yang berarti keindahan perasaan.
Romansa adalah puisi baru yang merupakan luapan perasaan cinta kasih.

Contoh :

Kisah ini hanya kau dan aku


Tak ada ketiga, keempat, kelima
Aku adalah kau
Kau adalah aku
Senyummu adalah bahagiaku
Tangismu adalah laraku
Citamu adalah wajibku
Karena kau…
Adalah tulang rusukku

6. Elegi

Berkebalikan dengan romansa, elegi merupakan puisi yang berisi tentang kesedihan. Puisi ini
bertujuan untuk mengungkapkan rasa duka, sedih, rindu, terutama karena kepergian seseorangatau
penyesalan di masa lalu.

Contoh :

Dalam erangan jiwa


Aku menangis mengingat-Mu
Dalam pilunya hati
Aku bersujud kepada-Mu
Dalam ratap tangisku
Aku berserah kepada-Mu
Renungi semua dosa dan khilaf
Takutku dan sesalku
Merangkai doa selalu kupanjatkan
Ya Tuhan…
Ampunilah dosaku
Ampunilah khilafku

7. Satire
Satire adalah puisi yang memuat sindiran kepada penguasa/orang yang memiliki posisi/jabatan. Tokoh
sastrawan yang terkenal dengan karya satirenya adalah W.S. Rendra.

Contoh :

Lihatlah kami
Peluh dan keringat adalah kawan kami
Banting tulang adalah kesetiaan kami
Kekurangan adalah kelebihan kami
Penderitaan adalah keseharian kami
Tapi lihatlah dirimu
Tertawa di atas peluh keringat kami
Bersantai di atas remuknya tulang kami
Berfoya di atas kekurangan kami
Kau curi semua hak kami
Kau curi sesuap nasi kami
Kau berlimpah harta atas nama kami
Kau berjanji atas nama kami
Kami hanya cukup diam
Di atas sajadah kami
Semoga Tuhan membalas kezhaliman ini

Berdasarkan bentuknya, puisi baru dibedakan menjadi 8 jenis yaitu distikon, terzina, quatrain, kuint,
sektet, septime, oktaf, dan soneta.

1. Distikon

Adalah puisi yang terdiri atas dua baris dalam tiap baitnya.

Contoh :

Pandanglah mata ibumu


Sayu namun penuh kasih sayang

Pandanglah mata ayahmu


Tegas namun penuh kasih sayang

Untukmu…mereka berjuang
Agar kelak kau sukses dunia akhirat

2. Terzina

Adalah puisi yang terdiri atas tiga baris dalam tiap baitnya.

Contoh :
Ayah…
Tajamnya matamu menyiratkan kekuatan
Dalam mendidik kami untuk tegap

Ayah..
Otot tanganmu tak pernah lelah
Membimbing kamu selalu maju ke depan

Terima kasih slalu kuucapkan


Atas semua pengorbanan dan letihmu
Semoga Tuhan selalu menjagamu

3. Quatrain

Adalah puisi yang terdiri atas empat baris dalam tiap baitnya.

Contoh :

Mulai menyeruak pelan


Kenangan masa kecil dulu
Mulai teringat pasti
Peluhmu untuk tawaku

Kini semua tak serupa


Tawamu bahkan tak bisa kuperjuangkan
Tawamu tak bisa kepandang
Oh Ibuku tersayang

4. Kuint

Adalah puisi yang terdiri atas lima baris dalam tiap baitnya.

Contoh :

Detak jantungmu mengubah hidupku


Gerakan halusmu menyeruak jiwaku
Tendangan kencangmu menengok dunia
Selamat datang…
Putri kecilku

5. Sektet

Adalah puisi yang terdiri atas enam baris dalam tiap baitnya.

Contoh :
Bangunan reot kayu tua
Atap jerami yang mulai tertembus
Pintu yang tak lagi rapat
Tanpa jendela melihat dunia
Rintikan hujan tak lagi bisa dibendung
Rumahku kenanganku

6. Septime

Adalah puisi yang terdiri atas tujuh baris dalam tiap baitnya.

Contoh :

Akankah datang…
Pagi esok dengan embun di atas daun
Sapaan halus dari bibir kecilmu
Rengkuhan manja dari tangan kecilmu
Langkah terhuyung namun semangat
Suaramu yang selalu memanggilku
Ibu…

7. Oktaf/stanza

Adalah puisi yang terdiri atas delapan baris dalam tiap baitnya.

Contoh :

Selama langit masih biru


Selama awan masih putih
Selama matahari masih bersinar
Selama siang berganti malam
Selama bintang bersama bulan
Kupanjatkan selalu doaku
Semoga kau sehat selalu
Oh Ayah Ibu…

8. Soneta

Soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris dan terbagi menjadi dua. Dua bait pertama
berisi masing-masing empat baris, dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berbeda
dengan puisi baru lainnya. Perbedaan ini terletak pada ketidak bebasan nya dalam hal rima. Rima
pada bait pertama sama dengan rima pada bait kedua. Sedangkan pola rima pada bait ketiga sama
dengan rima pada bait keempat.

Contoh :

Siapa aku ini (a)


Hamba yang tak rajin sembahyang (b)
Tapi menuntut berumur panjang (b)
Tak tahu malu diri ini (a)
Ingin bisa selalu berdiri (a)
Ingin selalu dipandang orang (b)
Banyak rizki tanpa jauh dari kandang (b)
Ingin semua serba pasti(a)
Siapa aku ini (a)
Tanpa ada ikhlas hati (a)
Dan berserah diri (a)
Ampunilah aku Ya Tuhan (c)
Hamba yang selalu meminta kelebihan (c)
Tanpa ada dalam diri suatu kebaikan ©

C. Puisi Kontemporer

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), arti dari kontemporer adalah masa kini. Sehingga
makna puisi kontemporer adalah puisi yang dibuat pada masa sekarang, atau penciptanya pada masa
sekarang. Puisi ini tidak memiliki ikatan bentuk dan irama, selain itu yang menjadikan momen
kekinian adalah kebebasan penyair untuk menciptakannya.

Ada beberapa tokoh yang memiliki perang penting dalam puisi kontemporer di negara Indonesia
yaitu:

1) Sutardji Calzoum Bachri, yang terkenal dengan karyanya yang berjudul O, Amuk, dan juga O
Amuk Kapak
2) Hamid Jabbar, yang terkenal dengan karyanya di dalam kumpulan puisi Wajah Kita
3) Ibrahim Sattah, yang terkenal dengan karyanya di dalam kumpulan puisi Hai Ti
4) Puisi kontemporer lebih menitikberatkan pada puisi yang menekankan pada grafik atau
bentuk fisik (bunyi) untuk mengekspresikan emosi penyair. Tugas penyair adalah menyusun
kata-kata agar bunyinya terdengar indah.

Terkadang dalam puisi kontemporer, penggunaan kata tidak memperhatikan kesopanan bahasa.
Gunakan kata-kata kasar, ejekan, dll. Oleh karena itu, puisi ini juga dapat diartikan sebagai puisi yang
muncul di zaman modern, bentuk dan gayanya tidak sesuai dengan kaidah puisi pada umumnya dan
memiliki ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.

Ciri-Ciri Puisi Kontemporer

Dalam puisi kontemporer terdapat beberapa ciri-ciri antara lain:


1) Seringkali menggabungkan beberapa kata atau kalimat bahasa Indonesia dengan kata atau
kalimat dari bahasa asing atau daerah ke bahasa dialek.
2) Banyaknya pengulangan kata, frasa atau kelompok kata yang membuat puisi ini tidak wajar.
3) Loudness / idiosyncrasy diperhatikan
4) Seringkali mengutuk idiom yang tidak konvensional (tidak konvensional) atau tidak biasa
5) Ada banyak kemacetan, dan hampir tidak terbaca karena terkadang hanya tanda tanya yang
berbaris
6) Tipografi atau bentuk penulisan puisi ini unik
7) Menggunakan gaya paralelisme yang dipadukan dengan gaya bahasa yang hiperbola.

Jenis - Jenis Puisi Kontemporer

1. Puisi Mantra

Pengertian puisi mantra adalah jenis puisi kontemporer yang satu ini berkaitan dengan salah satu jenis
puisi lama yaitu mantra. Puisi mantra pertama kali dikenalkan oleh Sutardji Calzoum Bachri.

Ciri-ciri Puisi mantra diantaranya:


1) Disajikan untuk menimbulkan efek tertentu
2) Digunakan untuk menghubungkan dengan dunia misteri
3) Memberikan efek kemanjuran

Berikut ini salah satu contoh puisi mantra karya Sutardji Calzoum Bachri:

Contoh Puisi Mantra

Shang Hai

ping di atas pong


pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping

mau pong? bilang ping


mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring

2. Puisi Mbeling

Kata “mbeling” berasal dari bahasa Jawa yang berarti nakal atau sulit diatur. Arti kata mbeling
ternyata sesuai dengan ciri khas puisi ini. Ketentuan numum dalam puisi tidak berlaku dalam puisi
mbeling. Puisi mbeling tidak mengikuti aturan.

Ciri-ciri puisi mbeling, diantaranya:


1) Biasanya berisi kritik sosial untuk pemerintahan
2) Dapat juga digunakan untuk menyindir penyair puisi jenis yang lain
3) Pengarang mengutamakan unsur kelakar tanpa ada unsur tersirat

Contoh Puisi Mbeling

Kesejukan
kesejukan
di tengah kota
pasti AC
kesejukan
di tengah kampung
sepoi angin
yang satu
membuang uang
karena kebutuhan
yang satu
gratis menyehatkan

3. Puisi Konkret

Pengertian puisi konkret adalah jenis puisi kontemporer yang menitikberatkan pada tampilan grafis
susunan katanya. Susunan grafis tersebut dapat menyerupai gambar tertentu.

Contoh Puisi Konkret

Karya : Sutardji Calzoum Bachri, 1983

kawin

kawin

kawin

kawin

kawin

ka

win

ka

win

ka

win
ka

win

ka

win

ka

winka

winka

winka

sihka

sihka

sihka

sih

ka

sih

ka

sih

ka

sih

ka

sih

ka

sih

sih

sih
sih

sih

sih

ka

Ku

4. Puisi Tanpa Kata

Puisi kontemporer jenis ini tidak menggunakan kata untuk mengungkapkan ekspresinya, namun
sebagai gantinya digunakan titik, garis, huruf atau simbol tertentu.

Contoh Puisi Tanpa Kata

Pupus

Karya : Abdul Malik

“ “
??
?
X

5. Puisi Minim Kata

Pengertian puisi minim kata adalah jenis puisi kontemporer yang minim sekali dalam penggunaan
kata, namun dilengkapi simbol lain berupa huruf, garis ataupun tanda baca.

Contoh Puisi Minim Kata

Reformasi
RR R

RRRRR

RRRRRRRRR

RRRRRRRRR

RRRRRRRR
!! REFORMASI !!

6.Puisi Multi Lingual

Pengertian puisi multi lingual aadalah jenis puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat
dalam berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.

Contoh Puisi Multi Lingual

Merapi
merapi…
gagah bak penguasa
asap putih memayungimu
lebat hutan pengawalmu
sejarah laharmu abadi kini
merapi…
saumpamane kowe bisa nguri-uri
kabeh sing kaleksana ing tanah Jawi
prilakune manungsa
becik lan ora
marang alam
karunia sang Illahi.

7. Puisi Supra Kata

Pengertian puisi supra kata adalah jenis puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional
dan susunannya dijungkirbalikkan sehingga menciptakan kosakata baru yang belum ditemui
sebelumnya. Aspek bunyi dan ritme merupakan hal yang paling ditonjolkan. Puisi ini lebih mirip
dengan puisi mantra karena digunakan untuk merangsang timbulnya suasana magis.

Contoh Puisi Supra Kata

PUISI JAMAN BAHARI

GIRISA

Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya

8. Puisi Idiom Baru


Pengertian puisi idiom baru menggunakan idiom baru di dalamnya. Kata yang digunakan dalam puisi
ini diungkapkan dengan cara baru sehingga mengandung nyawa baru. Idiom yang digunakan dalam
puisi ini adalah idiom yang jarang digunakan.

Contoh Puisi Idiom Baru

TIDAK

keheningan
bukanlah sepi
kesepian
bukanlah sunyi
penderitaan
bukanlah luka
pertanyaan
bukanlah ketidakpercayaan
menghilang
bukanlah ketakutan
firasat
jadi pertanda
kau pergi
tuk selamanya!

Anda mungkin juga menyukai