LANDASAN TEORI
terkait (review of related literature). Sesuai dengan artinya tersebut, suatu tinjauan
pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan
sebagainya) tentang masalah yang berkaitan-tidak selalu harus tepat identik dengan
bidang permasalahan yang dihadapi-tetapi termasuk pula yang sering dan berkaitan
(collateral). Tinjauan pustaka diartikan sebagai penegasan atas bata-batas logis peneliti
mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy (1997) bahwa semakin
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan erat dengan topik
Sebagai refrensi yang relevan, sebelum terdapat penciptaan yang dilakukan oleh
penciptaan yang sedang di lakukan pengkarya, meskipun secara tidak langsung, namun
penciptaan ini dapat memberikan arah serta konstribusi sebagai petunjuk selanjutnya
dapat diselenggarakan
luas.
4. “Perancangan Cerita, Muhammad Alhaq Penggunaan unsur kelokalan
Boneka Karakter dan & Senja Aprela tersebut dapat dijadikan fitur
‘Tangkupet’ dengan
Mengangkat Unsur
Identitas Lokal
Indonesia”
5. “Absurdisme Pelukis dan Lusi Handayani, Indikasi absurdisme yang
Wanita Karya Adhyra Sahrul N, & Roza tergambar dalam karya ini
ketidakpastian dan
ketidakseimbanga.
6. “Absurditas Naskah Eka Yuriansyah Menyuguhkan absurditas
irrasional.
7. “Analisis Bentuk, Fungsi Saaduddin (2016) Makna suatu relasi terhadap
merantau.
8. “Transformasi Teater Alief Nur Situdju Kondo Buleng dengan gaya
lagu Makasar.
9. “Identitas Budaya Samidi (2019) Teater yang
empirik ketubuhan
pengkarya.
Simpulan :
Kebaharuan / konstribusi penciptaan ini : Penciptaan yang telah dikaji pada konstribusi
pustakan bagi pengkarya, untuk lebih memahami struktural dalam penciptaan karya baik
dari ssegi perancangan, analisis, metode, pendekatan karya, identitas karya sebagai
landasan atau acuan bagi pengkarya untuk lebih berkreatif baik dari segi penulisan,
teoritis dari permasalahan yang sedang diteliti sehingga pengkarya bisa mewujudkannya
cerita tersebut merubah judulnya dengan Prabu Anunya Maha. Teater ini
(https://www.google.com/amp/s/m.solopos.com).
b) Frisdo Ekardo dan Rosyid Batubara, dalam rangka ujian akhir dengan minat
mengundang gelak tawa penonton, walau ada beberapa transisi yang tidak
Dari dua pementasan ini, tema dan makna yang ingin disampaikan oleh penyaji
sama. Namun, untuk metode atau pendekatan gaya akting dari penyaji berbeda. Proses
penggarapan pengkarya juga, akan menghadirkan karakter berbeda dari aktor. Seperti
karakter Baga, dimana aktor harus bisa atau mampu mengubah dirinya menjadi orang
lain, tentunya dengan melakukan observasi. Pergantian karakter yang berbeda dari
tokoh Baga, sebagai sutradara tentunya pengkarya ingin sekali dimana aktor Baga yang
dimainkan oleh aktor perempuan, tapi tiba-tiba dimana saat dia mengubah dirinya
Alasan lain, mengapa pengkarya ambil dua karya ini sebagai refrensi yang
relevan, karena dua dari karya ini yang pertama, aktor-aktornya menggunakan tubuh
yang begitu kalikatural, yang kedua proses pencarian aktor dengan metode akting
Naskah ini dipentaskan pertama kali di Comedia de Paris pada tahun 1964.
Penulis asli naskah ini adalah Robert Pinget (Jenewa,19 Juli 1919-25 Agustus 1997,
Tours) adalah seorang penulis perancis avant-garde, lahir di Swiss, yang meneulis
beberapa novel dan karya prosa lain yang dibandingkan dengan Beckett dan penulis
Modernis besar lainnya. Lalu diterjemah kembali oleh salah satu sastrawan Indonesia
yaitu Saini KM atau lebih dikenal dengan nama lengkapnya Saini Karnamisastra,
penulis naskah drama dan puisi. Di samping itu, ia juga menulis cerita pendek, novel,
dan karya terjemahan. Dia lahi di kampung Gending, Desa Kota Kulon, Sumedang,
Jawa Barat, tanggal 16 Juni 1938. Esensi naskah ini dilhami dengan perang dunia II.
selalu berkuasa dan bertindak sewenangnya. Sekarang pun, kekuasaan masih berlaku
dan selalu paling berkuasa walaupun hukum selalu ubah dan diketatkan.
Sebagai masyarakat pribumi yang tidak mengerti tentang kekuasaan, hanya akan
Dan tidak akan mengerti dengan nasib, atau penderitaan yang sedang di alami oleh
rakyatnya. Sehingga banyak dialog dalam naskah yang menyindir pemerintah mengenai
Dasar teori atau landasan teori adalah sebuah konsep dengan pernyataan yang
tertata rapi dan sistematis memiliki variabel dalam penelitian karena landasan teori
menjadi landasan yang kuat dalam penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu,
dengan menciptakan landasan teori yang baik dalam penelitian akan menjadi salah satu
hal terpenting. Karena landasan teori menjadi sebuah landasan dalam penelitian itu
sendiri. Teori yang yang digunakan pengkarya untuk mendukung penciptaan karya
dalam naskah Ratu Maha Anu Karya Robert Pinget terjemahan Saini KM ialah:
2.4.1 Teater
Teater berasal dari kata teatron (bahasa Yunani), artinya tempat melihat
teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukan di depan orang banyak
2008:1). Teater juga bisa diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan kru
juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan (seni
merupakan segala jenis dan unsur pertunjukan yang bisa dilihat atau ditonton
yang mampu memberikan pesan kesan yang berbeda bagi setiap pengunjung atau
penonton, atau bisa disebut juga sebagai penikmat seni pertunjukan. Teater adalah
kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan
sendiri. Nilai yang selama ini disepakati adalah tak masuk akal, absurd. Avand-
Garde. Konvensi struktur alur, penokohan, urutan waktu-tempat, serta tematik,
diabaikan atau dilanggar. Bentuknya seringkali olok-olok atau ejekan yang tragis,
Kehidupan kita selalu di penuhi dengan drama, namun kita tidak pernah
menyadarinya. Kehidupan yang selalu berpaut dengan pikiran dan logika, tanpa
disadari setiap harinya adalah hal yang sama untuk dilakukan. Begitupula dalam
pementasan naskah Ratu Maha Anu ini, mereka beribu abad hidup, hanya
melakukan kegiatan yang sama yaitu bersandiwara. Kadang yang kita lakukan
setiap harinya juga tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Lakon Ratu Maha Anu adaptasi naskah Prabu Maha Anu terjemahan Saini
merupakan pencarian dan keberadaan (eksistensialis) diri para tokoh yang ada di
dengan gagah menghadapi kenyataan bahwa bagi mereka yang merasa dunia ini
telah kehilangan penjelasan inti dan maknanya, tidak lagi mungkin untuk
standar dan konsep yang sudah kehilangan validitas; artinya, kemungkinan untuk
mengetahui aturan main dan nilai-nilai mutlak, sebagai bentuk yang bisa
didedukasi dari landasan kokoh keniscayaan yang tersingkap mengenai tujuan
adalah ‘tidak selaras dengan nalar atau kelayakan umum’ tidak kongruen, tidak
masuk akal, dan tidak logis. Dalam pemakaian setiap harinya, “absurd” berarti
atau tidak masuk akal. Namun, dalam realita dan dalam pementasan. Dalam
kehidupan realita kita menjalani hidup sesuai dengan apa yang kita lakukan,
namun pada pertunjukan teater absurd kita menjalani tidak sesuai dengan apa
kejenuhan.
cerita dan melakukan adaptasi, misal adaptasi zaman atau adaptasi nama, dan
(Merton 1968:48). Bisa disimpulkan bahwa, pengkarya bisa melihat atau bisa
pengkarya lebih memahami inti-inti dari setiap proses penggarapan yang sudah
dilakukan dan menjadi acuan semangat bagi pengkarya untuk lebih berkreatif
dalam berproses.
cuman di sebatas judul dari judul Prabu Maha Anu menjadi Ratu Maha Anu.
Namun, untuk tema cerita tetap ubah yang ditekankan pengakrya adalah seperti
yang sudah dijelaskan pada Bab 1 latar belakang. Pengkarya ingin memainkan
pengkarya yang membuat seolah naskah dan suasana dalam pementasan tersebut
terjadi di NTT. Walaupun proses adaptasi yang dilakukan pengkarya tidak secara
2.4.4 Lakon
Naskah atau lakon adalah sumber ide untuk membentuk sebuah karakter
bagi seorang pemain teater. naskah atau lakon atau cerita yang digarap menjadi
sebuah pergelaran teater. lakon mutlak harus dipahami dahulu oleh penggarap
teater sebelum nantinya secara otomatis penonton pun ikut paham. Di dalam
lakon terdapat tema atau dapat disebut inti cerita yang merupakan pesan
pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut akan hidup jika ada aktor yang mampu
menjiwai isi dan makna di dalam naskah dengan di dukung oleh estetik panggung
atau biasa dikatakan adalah artistik yang mampu memperdalam suasana
pertunjukan tersebut.
dominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah
kreatifitas imajinatif, secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan,
lama dan modern, daerah dan nasional (Ratna,2011:476). Karya sastra juga
Karya sastra bisa disalurkan melalui ungkapan isi hati atau kegelisahan-
kegelisahan yang bisa menjadi sebuah karangan yang dapat dinikamati melalui
tulisan berupa, puisi, cerpen, novel, dan sebagainya. Sehingga dalam pertunjukan
teater, pemilihan naskah sangatlah penting atau yang cocok untuk digarap oleh
seorang sutradara yang mampu diwujudkan dalam bentuk visual, dan bisa
2.4.5 Aktor
Pemain adalah orang-orang yang bergabung dalam sebuah tim kerja untuk
disebut pemeran dan ada pemain yang berada di belakang layar. Walau tidak
dalam pertunjukan.
Pemain atau aktor adalah alat untuk memeragakan tokoh. Tetapi bukan
sekedar alat yang harus tunduk kepada naskah. Pemain mempunyai wewenang
membuat refleksi dari naskah melalui dirinya. Agar mereflesikan tokoh menjadi
pemain tidak sederhana mengucapkan kata-kata yang ada dalam naskah lakon
bisa menyampaikan secara lisan maupun secara visual. Pada karya Ratu Maha
tiga aktor diantaranya adanya Ratu, Baga, dan Maut. Memilih pemain bukan
kelebihan dari aktor yang akan dicasting. Karena mengusung konsep ketimuran,
kebetulan juga ketemu dua aktor timur yang sama-sama menempuh jurusan yang
sama. Dilihat dari segi naskah dan tempo permainannya, memang sangat sulit,
namun itu adalah sebuah tantangan yang harus dijalani demi mengasah
kemampuan akting, apalagi tokoh Baga yang harus bisa mengubah karakternya
dalam setiap babaknya. Dalam naskah ini, mereka sudah memeran tokoh diatas
pertunjukan, tapi harus dituntut juga adanya wujud tokoh lain dalam satu karakter
2.4.6 Akting
diinginkan oleh naskah dan sutradara baik secara fisik maupun psikis. Untuk
menampilkan akting yang baik diperlukan latihan yang tekun dan disiplin.
Latihan itu meliputi olah tubuh, vokal, dan olah rasa. Dengan pelatihan tersebut
mampu membentuk karakter pada aktor untuk mampu menciptakan tokoh yang
Penguasaan dialog yang baik, pengendalian emosi dengan penguasaan tubuh yang
yang baik.
adalah dengan pelatihan pemeranan aktor. Adapun tahapan teknik keaktoran yang
1) Teknik Memberi Isi, teknik ini untuk memberi isi pengucapan dialog-dialog
tersebut. Teknik ini dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dengan tekanan
dinamik, memberi tekanan ucapan pada salah satu kata pada kalimat. Guna
membedakan kata yang penting dan yang tidak. Kedua, dengan tekanan nada,
kalimat atau kata yang kita ucapkan dengan bernada akan mencerminkan
perasaan kita ketika mengucapkan kata atau kalimat tersebut. Ketiga, dengan
pengucapan kata tersebut. hampir mirip dengan tekanan terhadap kata yang
diberikan tekanan.
memberi isi. jika teknik memberi isi bisa dilakukan dengan menekankan kata
Teknik ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama, menahan
intensitas emosi, yaitu dengan cara melakukan tahap demi tahap penggunaan
emosi pemeranan pada suatu pementasan lakon. Kedua, menahan reaksi pada
perkembangan alur, yaitu menyesuaikan tingkat emosi yang terdapat pada alur
yang dimainkan. Ketiga, gabungan yaitu memadukan antara gerakan dan suara
cepat maka suaranya yang ditahan. Apabila sudah sampai puncak semuanya
4) Teknik Timing, adalah teknik ketepatan waktu antara aksi & tubuh dan aksi
ucapan atau ketepatan antara gerak tubuh dan dialog yang diucapkan (gerakan
membedakan tekanan pada vokal dan pose tubuh. Penonjolan pada vokal yang
sudah dibahas pada teknik memberi isi, sedangkan teknik penonjolan dengan
jasmani lebih dititik beratkan pada teknik ekspresi. Teknik berupa perubahan-
perubahan gerak, terutama perubahan tempat dan perubahan tingkat atau level
latihan yang sedang dilakukan sampai menemukan suatu teknik yang pas.
7) Teknik Improvisasi, adalah teknik dasar permainan tanpa ada persiapan atau
pemeran untuk mengatasi suatu masalah yang timbul diatas panggung pada
menciptakan karakter oleh pemain atau aktor. Dengan sudah melakukan proses
teknik pemeranan, pemain atau aktor akan dengan mudah mampu mewujudkan
pola pikir, gerak-gerik, dan prinsip-prinsip tokoh. Sosok tokoh yang hidup,
ini, mencoba mengucapkan dialog-dialog dengan laku yang mengacu pada aspek-
suatu proses pencarian tokoh antara lain study: persepsi, motivasi, emosi, belajar,
bahkan pola tingkah laku seseorang. Tingkah laku pemain dengan demikian dapat
pas dan harus sesuai waktu latihan dan menyesuaikan dengan kebutuhan naskah,
pengkarya juga menggunakan spektakel. Pelatihan ini, supaya aktor bisa melatih
2.4.7 Artistik
artistik Yang mampu menjadi seorang direktor atau desainer yang menyiapkan
semua aspek visual yang menyangkut setting tempat atau suasana, properti atau
saya ingin melakukan yang terbaik. Karena dalam pertunjukan ini dibagi menjadi
dua; yaitu, salah satu pengkarya mengambil sebagai seorang sutradara dan yang
satunya akan mengambil artistik. Jadi pertunjukan ini akan digabung atau kolab
atau ide yang mampu menyamakan dengan konsep yang sudah dibahas bersama.
mampu menciptakan sebuah desain yang estetik. Pekerjaan tersebut, bukan hanya
dalam dekorasi panggung, dari segi kostum, dan semua elemennya akan
2.4.8 Sutradara
Dalam sebuah pertunjukan teater, tentu adanya yang mengatur atau
Seorang sutradara yang mempunyai argumen/alasan yang kuat dan jelas mengapa
sebuah penciptaan karya yang menjadi salah satu unsur terpenting yang tidak
dapat di hilangkan, konsep juga menjadi landasan awal dalam menentukan bentuk
struktur dan tekstur sebuah pertunjukan teater. Untuk mencapai puncak sebuah
Usaha seorang sutradara dalam melahirkan suatu nilai estetika harus adanya
bersangkut paut dengan ide-ide sumber kreatif yang hasil dari perenungan,
kreatif, melatih pemain dan menggabungkan segala unsur artistik hingga menjadi
1. Sutradara Konseptor
Ia menentukan pokok penafsiran dan menyarankan konsep penafsirannya
2. Sutradara Diktator
3. Sutradara Koordinator
4. Sutradara Paternalis
Ia bertindak sebagai guru atau suhu yang mengamalkan ilmu yang bersamaan
padepokan, sehingga pemain adalah cantrik yang harus setia kepada sutradara.
sebuah teater. Baik buruknya pementasan teater sangat ditentukan oleh kerja
2.4.9 Penyutradaraan
lain halnya yang berhubungan dengan suatu pementasan pasti ada namanya
dalam sebuah pementasan tidak hanya akting para pemain yang diurusnya, tetapi
2.5 Observasi
yang sangat lama. Karena seorang pemain membutuhkan tafsiran yang lebih matang
observasi seperti mencari informasi tentang peran berdasarkan teks naskah. Observasi
dilakukan agar pemain bisa menemukan karakter tokoh yang optimal. Observasi yang
dimaksud adalah dengan menonton film, baca berita, atau kejadian yang sering terjadi
kepada kita. Hasil observasi tersebut, akan diterapkan dalam proses pelaltihan aktor
untuk kepentingan pemanggungan. Proses ini, supaya aktor dapat meleburkan diri
dengan tokoh yang akan dibawakan. Dengan berekplorasi mencari suaranya, bentuk
mimik supaya karakter yang dimainkan aktor akan sesuai dengan karakter tokoh lakon.
Dengan proses latihan yang intensif dalam penghayatan peran supaya pendalaman
karakter.