Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MINUMAN JAMU INSTAN


PT SEMBAGI ARUTALA
(Disusun utnuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Manajemen Produksi)

Disusun Oleh :
Risqia Azzahra P 193020008
Virda Rizky M 193020022
Dena Mulyani 193020024
Nanda Windyarini 193020030
Annisa Alifia Z 193020035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Mah Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah
Manajemen Produksi.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semu pihak yang telah membantu
kami terutama kepada Bapak Ir. Syarief Assalam, MT yang telah membimbing kami, orang
tua yang telah mendukung kami dalam pembuatan tugas, dan anggota kelompok yang telah
berusaha semaksimal mungkin, semua mahasiswa kelas A dan buku sumber serta web yang
dijadikan acuan dalam penyusunan tugas ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki
tugas makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadapt pembaca.

Bandung, 24 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendiri Usaha
Indonesia merupakan salah satu negara yang akan kaya dengan rempah-rempah yang
memiliki daya minat yang tinggi. Selan itu, rempah-rempah juga memiliki daya jual yang
tinggi karena memiliki ciri khas tertentu seperti aroma, rasa, dan khasiat. Sehingga, kita
dapat memanfaatkan rempah-rempah menjadi suatu produk yang dapat diolah
menjadisuatu produk dan memiliki nilai jual salah satunya yaitu jamu.
SEMBAGI ARUTALA merupakan nama perusahaan yang didirikan oleh 5 orang
sahabat yang memiliki mimpi yang sama. Kata “Sembagi” memiliki arti cita-cita
sedangkan “Arutala” memiliki arti rembulan. Sehingga SEMBAGI ARUTALA dimaknai
sebagai perusahaan yang memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia seperti rembulan.
Rembulan yang dimaksud yaitu menjadikan perusahaan sebagai salah satu pelopor yang
memanfaaatkan rempah-rempah menjadi suatu produk yang memiliki inovasi baru,
sehingga menghasilkan bahan pangan yang dapat diterima dan bermanfaat untuk
masyarakat.
Jamu merupakan salah satu minuman tradisional khas Indonesia yang sudah ada sejak
zaman dahulu dan dipercaya memiliki khasiat untuk menyehatkan tubuh sehingga PT.
Sembagi Arutala membuat produk minuman jamu yang memiliki manfaat yang baik
untuk kesehatan karena terbuat dari rempah-rempah alami dan menggunakan pemanis
alami. Bahan baku utama yang dipilih yaitu jahe dan stevia. Produk jamu yang dihasilkan
PT. Sembagi Arutala memiliki nama dagang ‘Sidjamoe’. Produk jamu yang dibuat tidak
seperti jamu pada umumnya, melainkan jamu instan dengan adanya penambahan aroma
khas pandan sehingga aroma jamu yang dihasilkan tidak begitu menyengat serta
penambahan gula yang menggunakan stevia memiliki rasa manis dengan 0 kalori.
1.2 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi pelopor yang memproduksi jamu tradisional dengan menggunakan
teknologi modern tanpa menghilangkan ciri khas yang dimiliki oleh jamu.
b. Misi
1. Menghasilkan produk jamu yang memiliki kualitas yang unggul dengan
memperhatikan kandungan nilai gizi.
2. Menghasilkan inovasi jamu dengan menggunakan teknologi yang modern
dengan harga yang terjangkau.

1.3 Struktur Organisasi


BAB II
PEMILIHAN DAN PERENCANAAN PRODUK
2. 1 Tahapan Proses
Kami menggunakan nama produk ‘Sidjamoe’ karena agar mudah diingat dan agar
tidak terlalu kaku, oleh karena itu kami menambahkan kata ‘si’ sebelum kata ‘djamoe’.
Penulisannya juga menggunakan ejaan lama agar tidak meninggalkan ciri khas tradisional
dari jamu itu sendiri.

Pengertian jamu menurut Permenkes No. 003/Menkes/Per/I/2010 adalah bahan atau


ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan serian
(generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan dapat diterapkan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.

Bahan baku yang digunakan Sidjamoe adalah beras, kencur, gula stevia, dan jahe.
Adapun manfaat dari bahan-bahan yang digunakan adalah:
a. Beras kencur, fungsinya untuk menambah nafsu makan, mengatasi flu, mengatasi
diare, mencegah kanker, dan lain-lain.
b. Gula stevia, fungsinya sebagai pemanis. Gula stevia mempunyai tingkat kemanisan
200-300 kali dari pemanis yang berasal dari gula tebu dan berkalori rendah.
c. Jahe, fungsinya sebagai anti penuaan dan kanker, memperkuat sistem imun,
meredakan sakit otot, meredakan morning sickness, dan lain-lain.

Karakteristik dari produk Sidjamoe adalah produk Sidjamoe memiliki tekstur yang
halus dan berbentuk serbuk. Yang membedakan Sidjamoe dengan jamu yang lain adalah
Sidjamoe menggunakan gula stevia, yang aman dikonsumsi untuk orang yang memiliki
penyakit diabetes. Selain itu, Sidjamoe terbuat dari bahan-bahan alami.

2. 2 Tahapan Proses
Proses produksi jamu dibagi menjadi dua proses, yaitu persiapan bahan baku dan
proses pengolahan jamu.
1. Persiapan Bahan Baku
a. Sortasi
Sortasi dibedakan menjadi 2 yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar yang bertujuan untuk memisahkan
bahan dari kotoran-kotoran yang berupa bahan-bahan yang mencemari hasil
tanaman obat, misal tanah, kerikil, gulma dan rumput. Sedangkan sortasi kering
bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang
diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering,
misal pasir, tanah, kerikil, rambut serta bahan lain yang mencemari bahan pada
saat pengeringan harus segera dihilangkan karena dapat berpengaruh pada kualitas
simplisia (Widiyastuti, 2004).
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama
bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar
pestisida. Pencucian dapat dilakukan dengan perendaman air (kalau perlu
menggunakan air panas), dengan penyemprotan ataupun menggunakan alat
pencuci dengan segala perlengkapannya (washing machine) dan lain-lain.
Sebelum digunakan sebagai wadah, sebaiknya diadakan pencucian agar terhindar
dari adanya kotoran-kotoran serta untuk menghilangkan bagian-bagian yang
tidak dikehendaki baik logam halus pelapis dan sebagainya. Biasanya yang
dipergunakan sebagai pencuci adalah air panas ataupun pencuci lainnya
(Susanto, 1994).
c. Pengecilan Ukuran
Perajangan pada simplisia dilakukan untuk mempermudah proses
selanjutnya, seperti pengeringan, pengemasan, penyimpanan. Perajangan
biasanya hanya dilakukan pada simplisia yang tebal dan tidak lunak seperti
akar, rimpang, batang dan lain-lain. Ukuran perajangan sangat berpengaruh
pada kualitas bahan simplisia. Jika perajangan terlalu tipis dapat menambah
kemungkinan berkurangnya zat yang terkandung dalam simplisia. Sebaliknya,
jika terlalu tebal maka kandungan air dalam simplisia akan sulit dihilangkan.
Tebal perajangan yang baik pada simplisia adalah 3-5 mm sehingga diperoleh
ketebalan ideal simplisia kering yaitu 3-5 mm (Tilaar, 2002).
d. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan langsung dibawah teriknya sinar matahari,
diangin-anginkan atau dipanaskan pada suhu tertentu dalam ruang pengeringan,
pengeringan daun digitalis misalnya pada suhu yang tidak lebih dari 60ºC.
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air, sebab dengan keringnya bahan-
bahan akan dapat dicegah:
- Terjadinya reaksi enzimatik
- Pertumbuhan bakteri dan cendawan (Kartasapoetra, 1992).
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari
proses pengeringan. Kelembaban udara serta suhu udara pada simplisia kering
biasanya mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang
penguapan pada simplisia akan terhenti dan jumlah molekul air yang diserap
oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat tergantung pada perbedaan
antara kadar air simplisia dengan kadar air keseimbangan (Widiyastuti, 2004).
2. Pengolahan Jamu
a. Penggilingan
Tiga tipe mesin yang biasa digunakan adalah plate mill, hammer
mill, dan roller mill. Penggunaan mesin-mesin tersebut tergantung pada
tipe produk yang akan digiling dan hasilnya seperti yang diharapkan.
Penggilingan palu (hammer mill) merupakan aplikasi dari gaya pukul
(impact force). Bahan masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan
bertumbukan dengan dinding, palu atau sesama bahan. Akibatnya akan
terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus hingga didapatkan
bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain gaya
pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek (Aman, 1992).
b. Pengayakan
Menurut Fellows (1990), laju pemisahan dipengaruhi oleh bentuk
dan ukuran partikel sifat alami bahan ayakan, amplitudo dan frekuensi
goyangan ayakan dan keefektifan metode yang digunakan untuk mencegah
pengeblokan ayakan. Tipe kasa banyak digunakan untuk mengayak bahan
pangan kering seperti tepung, gula dan rempah-rempah. Masalah yang
sering dihadapi yaitu:
o Pengeblokan, bila ukuran partikel hampir sama dengan ukuran
lubang ayakan.
o Partikel besar, dimana mengeblok kasa.
o Laju pemasukan bahan yang berlebih, dimana menyababkan pada
kasa terjadi overloaded dan partikel kecil terhimpit partikel yang
besar.
o Kelembaban tinggi yang menyebabkan partikel kecil menempel
pada kasa atau mengumpil dan membentuk partikel berukuran lebih
besar, sehingga melebihi ukuran dari kasa.
c. Pencampuran
Menurut Fellows (1990), pencampuran merupakan suatu proses
untuk mendapatkan campuran yang seragam dari dua atau lebih
komponen. Hal ini banyak diaplikasikan pada industri makanan untuk
mengkombinasikan bahan sehingga didapatkan sesuatu secara fungsional
atau karakteristik sensoris yang berbeda. Tingkat pencampuran yang
didapatkan bergantung pada ukuran relatif partikel, bentuk dan densitas
masing-masing komponen, efisiensi alat pencampur terhadap komponen,
tendensi bahan untuk bercampur, kelembaban, karakteristik permukaan
dan karakteristik untuk mengurai dari masing-masing komponen. Secara
umum, bahan yang memiliki ukuran, bentuk, densitas yang serupa dapat
menghasilkan campuran yang lebih seragam bila dibandingkan dengan
bahan yang tidak serupa. Selama proses pencampuran, perbedaan properti
dapat menyebabkan tidak bercampurnya sebagian dari komponen. Selain
itu, penting untuk menentukan waktu pengadukan yang tepat.
2. 3 Segmentasi Pasar
a. Segmentasi Geografi
Produk ‘Sidjamoe’ ini dipasarkan di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari perkotaan
hingga perdesaan. Produk ini menargetkan ke seluruh Indonesia karena produk ini
berbahan dasar yang kaya akan rempah-rempah.
b. Segmentasi Demografi
Produk ‘Sidjamoe’ akan dipasarkan untuk orang yang berusia 7-40 tahun ke atas dan
produk ini dapat dibeli untuk semua kalangan sehingga dipasarkan untuk semua orang
tanpa memandang tingkat ekonomi dan pendidikan, serta dipasarkan untuk semua jenis
kelamin. Produk ‘Sidjamoe’ juga aman dikonsumsi untuk orang yang mempunyai
penyakit diabetes karena produk ini menggunakan gula stevia.
c. Segmentasi Psikografi
Masih banyak kalangan yang beranggapan bahwa jamu merupakan minuman
tradisional, tetapi kita membuat produk ini dibuat menjadi bentuk minuman modern
sehingga semua kalangan bisa mengonsumsi sehingga selain ditargetkan untuk
minuman kesehatan. Produk ini juga dibuat untuk minuman dikala sedang santai
sehingga produk ini kita targetkan untuk orang yang ingin hidup sehat bahkan sampai
ke orang-orang yang suka bersantai
d. Segmentasi Tingkah Laku
Sebelum mengonsumsi pasti orang mencari terlebih dahulu khasiat dari makanan atau
minuman yang akan dikonsumsinya sehingga produk “Sidjamoe’ dipasarkan dengan
bertujuan untuk memberikan nutrisi yang terkadung pada produk sehingga sangat baik
untuk tubuh.

2. 4 Latar Belakang Pemilihan Lokasi


Setiap perusahaan atau badan usaha memerlukan lokasi yang menunjang untuk
kelangsungan produksi dan merupakan salah satu keputusan yang penting bagi suatu
perusahaan. Pilihan lokasi meliputi memperluas tempat fasilitas yang sudah ada
daripada pindah, mempertahankan lokasi yang ada sekarang sementara itu tetap
menambahkan tempat fasilitas di lain tempat, atau menetup tempat fasilitas yang ada
dan pindah ke lokasi lainnya. Keputusan pemilihan lokasi usaha suatu perusahaan
merupakan keputusan untuk jangka Panjang perusahaan karena lokasi adalah
pendorong biaya dan pendapatan.

Pemilihan lokasi sering bergantung pada tipe bisnisnya yaitu untuk keputusan
lokasi Industri biasanya adalah meminimalkan biaya dikarenakan pemilihan lokasi
usaha oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi resiko (risk) dan keuntungan (profit)
perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini terjadi karena lokasi sangat
mempengaruhi biaya tetap (fix cost) maupun biaya variabel (variable cost), baik
dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Di dalam manajemen organisasi,
lokasi usaha sebaiknya diperhitungkan pada saat perencanaan, sehingga usaha yang
akan dijalankan tersebut dapat terorganisir pelaksanaannya di masa mendatang.
Tujuan dari pemilihan lokasi adalah untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi
perusahaan dan keputusan lokasi mendukung strategi biaya yang rendah memerlukan
pertimbangan tertentu secara hati-hati (Heizer dan Render, 2004).

Dalam memilih suatu lokasi usaha, pemilik lokasi harus mempertimbangkan


faktor-faktor pemilihan lokasi karena lokasi akan berdampak pada kelangsungan dan
kesuksesan suatu usah itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan lokasi
diantaranya :
1. Produktivitas Tenaga Kerja
Ketika memutuskan suatu lokasi, manajemen akan memilih dengan area yang
memiliki tingkat upah yang rendah. Namun, tingkat upah tidak dapat dipertimbangkan
oleh mereka sendiri. Selain itu, bagi banyak perusahaan, kebiasaan dan sikap calon
tenaga kerja suatu daerah lebih penting daripada keterampilan dan Pendidikan karena
jarang perusahaan yang dapat menemukan tenaga kerja baru yang telah siap pakai
untuk pekerjaan yang bervariasi, sehingga perusahaan harus menyelenggarakan
program latihan khusus lagi bagi tenaga kerja baru.
2. Biaya
Kita dapat membagi biaya lokasi ke dalam 2 kategori, berwujud dan tidak berwujud.
Biaya berwujud (tangible costs) adalah biaya-biaya yang mudah diidentifikasi dan
diukur secara tepat persis. Mereka meliputi utilitas, tenaga kerja, bahan material,
pajak, depresiasi, dan biaya lainnya yang dapat diidentifikasi oleh departemen
akuntansi dan manajemen. Sebagai tambahan, biaya seperti transportasi bahan
mentah, transportasi produk jadi, dan pembangunan situs seluruhnya digolongkan ke
dalam keseluruhan biaya lokasi
3. Kedekatan dengan Para Pemasok
Lokasi perusahaan dekat dengan bahan mentah dan para pemasok karena cepat
rusaknya, biaya transportasi, atau dalam ukuran besar. Contohnya toko roti dan pabrik
susu menggunakan bahan baku yang yang cepat rusak sehingga mereka seringkali
bertempat dekat dengan pemasok. Perusahaan bergantung pada input bahan mentah
yang besar menghadapi biaya transportasi dalam negeri yang mahal sehingga biaya
transportasi menjadi faktor yang utama. Kemudian barang-barang dimana terdapat
pengurangan dalam jumlah besar umumnya memerlukan tempat fasilitas yang dekat
dengan bahan mentah
4. Kedekatan dengan Para Pesaing
Baik perusahaan manufaktur dan jasa kedua-keduanya juga ingin lokasi, kadangkala
mengejutkan dekat dengan para pesaing. Kecenderungan ini, dinamakan dengan
pengelompokan (clustering), sering terjadi Ketika sumber daya utama ditemukan
dalam kawasan tersebut
5. Kedekatan dengan Pangsa Pasar
Bagi banyak perusahaan, penerapatan lokasi dekat dengan konsumennya sangat
penting. Terutama perusahaan jasa, seperti apotik, restoran, kantor pos, atau tukang
potong rambut, menemukan bahwa kedekatan dengan pangsa pasar merupakan faktor
penentuan lokasi yang sangat penting. Perusahaan manufaktur menemukan hal ini
bermanfaat untuk dekat dengan konsumen ketika transportasi produk jadi sangat
mahal atau sulit
6. Keputusan Daerah/Provinsi/Kabupaten
Di Indonesia dikenal dengan istilah OTDA (Otonomi Daerah). Dengan
diberlakukannya OTDA ini, daerah mengembangkan kebijakan sendiri dalam
penentuan pajak dan peraturan-peraturan lainnya. Inilah yang menjadi daya tarik
tersendiri. Masalah budaya misalnya, budaya Minang adalah merantau. Maka akan
timbul kesulitan untuk mencari tenaga kerja laki-laki di Minang sebanyak 2000 orang
untuk dipekerjakan di pabrik
7. Risiko Politik, Nilai, dan Budaya
Risiko politik dihubungkan dengan perilaku nasional, negara bagian, pemerintah
setempat mengenai properti swasta dan intelektual, penetapan wilayah, dan stabilitas
pekerjaan akan berfluktuasi. Posisi pemerintah pada saat keputusan lokasi dibuat tidak
akan abadi, namun manajemen menemukan bahwa perilaku ini dapat dipengaruhi
oleh kepemimpinan mereka sendiri. Nilai dari para pekerja juga berbeda dari satu
negara ke negara yang lain, kawasan ke kawasan, dan kota kecil ke kota. Para pekerja
memandang mengenai tingkat perputaran, serikat, dan ketidakhadiran semuanya
merupakan faktor yang relevan. Pada gilirannya, nilai ini dapat memengaruhi
keputusan perusahaan apakah akan membuat penawaran kepada para pekerja yang
ada jika perusahaan akan relokasi ke lokasi yang baru. Variasi budaya dalam
ketepatan waktu oleh para pekerja dan pemasok membuat perbedaan dalam produksi
dan jadwal pengiriman. Penyuapan dan bentuk korupsi lainnya pada umumnya juga
menciptakan ketidakefisienan ekonomi, seiring dengan permasalahan etika dan
hukum dalam arena global. Sebagai hasilnya, manajer operasional menghadapi
tantangan yang signifikan ketika membangun rantai pasokan yang efektif lintas
budaya.
Selain faktor-faktor di atas, terdapat faktor lainnya yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi, diantaranya yaitu harga tanah, dominasi
masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja (laborlaws) dan relokasi, tingkat pajak,
kebutuhan untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta konsekuensi
pelaksanaan peraturan tentang peraturan hidup.
Luas lokasi yang diperlukan sebagai tempat berdirinya pabrik Sidjamoe
sebesar 5000 m2. Dari hasil peninjauan lokasi terdapat dua alternatif lokasi yang dapat
digunakan untuk lokasi produksi Sidjamoe yaitu Kecamatan Gunung Guruh
Kabupaten Sukabumi dan Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
Penentuan kedua pilihan ini terkait dengan dekatnya lokasi pabrik dengan penyedia
bahan baku.
Berikut rincian lokasi penyedia bahan baku rempah-rempah yang dekat
dengan penempatan Pabrik Si Djamoe setelah melalui proses peninjauan lokasi
1. Kecamatan Gunung Guruh (Kabupaten Sukabumi)
Hasil peninjauan daerah Kecamatan Gunung Guruh yang berada di Kabupaten
Sukabumi yaitu, lokasi ini dekat dengan lokasi penempatan pabrik Sidjamoe di mana
mayoritas penduduk disana memiliki mata pencaharian sebagai petani beras, sehingga
dapat mengurangi biaya transportasi. Selain bahan utama, lokasi ini juga dekat dengan
akses jalan untuk pendistribusian
Hasil peninjauan harga tanah sebesar Rp. 2.000.000.000,- sedangkan harga bahan
baku yaitu beras di Kecamatan Gunung Guruh sebesar Rp. 275.000 per 25 kg, harga
jahe sebesar Rp. 42.000 per kg, harga kencur sebesar Rp. 60.000 per kg, dan upah
pegawai sebanyak 50 orang sesuai UMR Kabupaten Sukabumi sebesar Rp.
3.125.444,- per orang
2. Desa Rahtawu Kecamatan Gebog (Kabupaten Kudus)
Hasil peninjauan daerah di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
yaitu, lokasi ini dekat dengan lokasi penempatan pabrik Sidjamoe di mana mayoritas
penduduk disana memiliki mata pencaharian sebagai petani jahe dan kencur, sehingga
dapat mengurangi biaya transportasi. Selain bahan utama, lokasi ini juga dekat dengan
potensi wisata yang menarik, sehingga produk SiDjamoe dapat dijadikan sebagai
oleh-oleh dari Desa Rahtawu
Hasil peninjauan harga tanah sebesar Rp. 175.000.000,- sedangkan harga bahan
baku yaitu jahe sebesar Rp. 30.000 per kg, harga kencur sebesar Rp. 40.000 per kg,
dan harga beras sebesar Rp. 12.000 per kg, dan upah pegawai sebanyak 50 orang
sesuai UMR Kabupaten Kudus sebesar Rp. 2.290.995,33 per orang.
2. 5 Analisis Data
Dalam pemilihan lokasi untuk produksi Sidjamoe terdapat di Kecamatan Gunung
Guruh Kabupaten Sukabumi dan di Desa Rahtawu Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus,
karena dari masing-masing daerah bisa memenuhi kebutuhan dalam bahan baku, produksi
dan objek wisata. Di mana Kecamatan Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi dekat dengan
bahan baku yaitu beras, sedangkan di Desa Rahwatu Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
dekat dengan bahan baku yaitu jahe dan kencur. Selain itu dekat dengan objek wisata
yang menarik dan Kabupaten Kudus memiliki UMR yang lebih rendah untuk membayar
cost pegawai. Di daerah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Kudus luas tanah telah
ditentukan sekitar 5.000 m2 dan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 50 orang, terdiri
dari satu orang direksi, empat direktur, dan empat manager, tiga ADM dan gudang, dan
38 orang tenaga kerja.
1. Harga Tanah
Luas tanah yang dibutuhkan untuk membuat pabrik Sidjamoe yaitu sebesar
5.000 m2 dengan harga yang berbeda di setiap lokasinya. Lokasi A, yaitu di
Kecamatan Gunung Guruh Kabupaten Sukabumi diperlukan 5.000 m2 dengan
harga per m2 nya adalah Rp. 400.000,- maka biaya yang disediakan adalah Rp.
400.000,- x 5.000 m2 = Rp. 2.000.000.000,-. Lokasi B, yaitu di Desa Rahtawu
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diperlukan 5.000 m2 dengan harga per m2
nya adalah Rp. 35.000.- maka biaya yang disediakan adalah Rp. 35.000,- x 5.000
m2 = 175.000.000,-
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi Sidjamoe ini sebanyak 50
orang yang terdiri dari satu orang direksi, empat direktur, dan empat manager,
tiga ADM dan gudang, dan 38 orang tenaga kerja
 Untuk Lokasi Kabupaten Sukabumi
Direksi dibayar sebesar Rp. 18.000.000,- per bulan, direktur dibayar
sebesar Rp.15.000.000,- per bulan, manager dibayar sebesar
Rp.8.000.000,- per bulan, ADM dan gudang dibayar sebesar
Rp.6.000.000 per bulan, dan tenaga kerja dibayar sebesar Rp. 3.125.444,-
per bulan. Maka total biaya untuk lokasi Kabupaten Sukabumi
perbulannya adalah:
a. Direksi 1 orang = Rp. 18.000.000,-
b. Direktur 4 orang = Rp. 60.000.000,-
c. Manager 4 orang = Rp. 32.000.000.-
d. ADM dan Gudang 3 orang = Rp. 18.000.000,-
e. Tenaga Kerja 38 orang = Rp. 118.766.872,- +
Rp. 246.766.872
 Untuk Lokasi Kabupaten Kudus
Direksi dibayar sebesar Rp.17.000.000,- per bulan, direktur dibayar
sebesar Rp.14.000.000,- per bulan, manager dibayar sebesar
Rp.5.500.000,- per bulan, ADM dan gudang dibayar sebesar
Rp.4.500.000,- dan tenaga kerja dibayar sebesar Rp.2.290.995,33 per
bulan. Maka total biaya untuk lokasi di Kabupaten Kudus perbulannya
adalah:
a. Direksi 1 orang = Rp.17.000.000,-
b. Direktur 4 orang = Rp.56.000.000,-
c. Manager 4 orang = Rp.22.000.000,-
d. ADM dan Gudang 3 orang = Rp.13.500.000,-
e. Tenaga Kerja 38 orang = Rp.87.057.822,5,- +
Rp.195.557.822,5

3. Bahan Baku
Rencana penjualan produk Sidjamoe dalam satu sachet seberat 25 gram. Target
penjualan dalam satu bulan yaitu 5 ton, mengacu pada target tersebut diperlukan
5.000 kg bahan baku yang terdiri dari beras, jahe, kencur, dan gula stevia.
Berikut analisis biaya dalam penentuan lokasi produksi Sidjamoe:
a. Fixed Cost

Lokasi
Kapasitas
No Jenis Biaya
Alat
Sukabumi Kudus
Tanah dan
1 5000 m² Rp2.000.000.000 Rp1.750.000.000
Bangunan
1 mobil truk Rp200.000.000 Rp200.000.000
2 Transpotasi 1 mobil pick
Rp112.000.000 Rp112.000.000
up
Total Rp2.132.000.000 Rp2.062.000.000

Peralatan dan Mesin


1 Alat Sortasi 60 kg Rp7.000.000 Rp7.000.000
2 Getra RW-50 50 kg Rp7.750.000 Rp7.750.000
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Total
Total Fixed Cost(FC)
Biaya Pemeliharaan
Mesin dan
-
1 Peralatan
2 Bangunan -
Total
Total Fixed Cost (FC)
Biaya Karyawan    
1 Direksi 1 orang Rp18.000.000 Rp17.000.000
2 Direktur 4 orang Rp60.000.000 Rp56.000.000
3 Manager 4 orang Rp32.000.000 Rp22.000.000
Administrasi
4 3 orang Rp18.000.000 Rp13.500.000
dan Gudang
5 Tenaga Kerja 38 orang Rp118.766.872 Rp87.057.822,5
Total Rp246.766.872 Rp195.557.822,5
Total Fixed Cost (FC)
Lain-Lain Rp15.000.000 Rp15.000.000
Total Fixed Cost (FC)
Pajak 5%

Total Fixed Cost(FC)

b. Variablel Cost

Kebutuhan/Bulan
No Jenis Biaya
Sukabumi Kudus
1 Jahe
2 Gula Stevia
3 Kencur
4 Beras
5 Air
6 Transportasi
7 Listrik
8 Pengemas
Total Variable Cost (VC)

2. 6 Operation Proses Chart (OPC)


Peta proses operasi atau yang disebut dengan Operation Process Chart (OPC)
adalah peta yang menggambarkan urutan operasi yang dilalui suatu produk. Peta
proses operasi memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi kedalam
gambaran grafis pola aliran pertama yang telah dikembangkan. Tujuan dari peta
proses operasi adalah untuk menggambarkan bagaimana perusahaan mengatur semua
aliran produksi secara bertahap dan setiap tahapan tidak akan terlewatkan. Informasi
yang dibutuhkan dalam peta proses operasi adalah waktu proses, material yang
diproses dan mesin. Manfaat yang dari peta operasi proses adalah mengurangi
keterlambatan operator dalam mengoperasikan mesinnya karena waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan semua proses sudah disesuaikan dengan keadaan dan
kondisi operator. Simbol-simbol yang dignakan dalam aktivitas pembuatan OPC yaitu
:

Lambang Keterangan

Kegiatan operasi terjadi apabila benda


atau bahan mengalami perubahan sifat
baik fisak maupun kimiawi

Operasi

Transportasi merupakan perpindahan


benda atau bahan dari suatu tempat ke
tempat yang lain

Transportasi

Inspeksi merupakan pemeriksaan terhadap


benda kerja atau peralatan

Inspeksi
Merupakan proses penundaan untuk
menuju proses berikutnya

Penundaan (delay)

Merupakan tahapan penyimpanan atau


persediaan bahan yang akan masuk ke
operasi selanjutnya

Menyimpan

Aktivitas merupakan kegiatan gabungan


yang terjadi apabila antara aktivitas
operasi dan pemeriksaan dilakukan
bersamaan atau dilakukan pada suatu
tempat kerja
Aktivitas

OPERATION PROCESS CHART


Nama : Sortasi Beras Dipetakan Tanggal :

Pemeriksaan & Pemilihan O-1 ’ ()

beras

’ ()

Kode Jenis Kode Jenis mesin/ Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat alat (menit)

Pemeriksaan
O-1 ST-101 Shorter 1
& Pemilihan

Bak
Penyimpanan PY-1 Penyimpana 1
n

Jumlah 2

OPERATION PROCESS CHART


Nama : Sortasi Kencur Dipetakan Tanggal :

Kencur Bubuk

Pemeriksaan ’ ()
O-1

’ ()

Kode Jenis Kode Jenis mesin/ Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat alat (menit)

O-1 Pemeriksaan ST-101 Shorter 1

Penyimpana PY-1 Bak 1


n penampung
Jumlah 2

OPERATION PROCESS CHART


Nama : Sortasi Jahe Bubuk Dipetakan Tanggal :

Jahe Bubuk

Pemeriksaan ’ ()
O-1

’ ()

Kode Jenis Kode Jenis mesin/ Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat alat (menit)

O-1 Pemeriksaan ST-101 Shorter 1

Penyimpana PY-1 Bak 1


n penampung

Jumlah 2

OPERATION PROCESS CHART


Nama : Sortasi Gula Stevia Dipetakan Tanggal : 2 Maret 2021

Gula Stevia

Pemeriksaan Gula ’ ()
O-1

’ ()

Kode Jenis Kode Jenis mesin/ Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat alat (menit)

O-1 Pemeriksaan ST-101 Shorter 1


Penyimpana Bak
PY-1 1
n penampung

Jumlah 2 20

OPERATION PROCESS CHART


Nama : Sortasi Anti Kempal Dipetakan Tanggal : 2 Maret 2021

Anti Kempal

Pemeriksaan Anti Kempal ’ ()


O-1

’ ()

Kode Jenis Kode Jenis mesin/ Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat alat (menit)
O-1 Pemeriksaan ST-101 Shorter 1

Penyimpana Bak
PY-1 1
n penampung

Jumlah 2 20

2. 7 Multi Product Process Chart (MPPC)


Multi-Product Process Chart (MPPC) adalah sebuah peta yang digunakan untuk
menggambarkan aliran atau urutan operasi kerja yang menghasilkan produk dengan
banyak

jenis, atau produk dengan banyak part. Peta ini terutama berguna untuk menunjukkan
keterkaitan produksi antara komponen produk-produk atau antar produk, bahan, part,
pekerjaan, atau kegiatan (Wignjosoebroto, 2003). Pembuatan MPPC dimulai dari
pembuatan routing sheet. Input dari Multi Product Process Chart (MPPC) yaitu OPC
(Operation Process Chart) dan routing sheet. Tujuan dari pembuatan Multi Product
Process Chart (MPPC) yaitu untuk dapat memahami aliran proses produksi suatu produk
secara keseluruhan beserta dengan total waktu pengoperasian mesin yang digunakan.
MULTY PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)

MULTY PRODUCT PROCESS CHART


Nama: Pencucian, Perendaman, Dipetakan Tanggal : 2 Maret 2021
Pengeringan, Pengovenan, Penggilingan

Beras

O-1

O-2

O-3
O-4

O-5

O-6

Kode Jenis Kode Jenis Jumlah Waktu


kegiatan kegiatan mesin/alat mesin/alat

O-1 Pemilihan &


ST-101 Shorter 1
pemeriksaan

O-2
Rice
Pencucian RW-601 1
Washer

O-3 Soaking
Perendaman SK-701 1
Machine

Pengeringan SD-801 Sentrifuge 1


O-4
O-5

Dryer

Oven

O-5 Pengovenan OV-901 1

O-6 Penggilingan RM-1001 Roller Mill 1

Bak
Penyimpanan PY-1 1
Penampung

Jumlah 7

MULTY PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)

MULTY PRODUCT PROCESS CHART


Nama: Roasting (penyanggraian) Dipetakan Tanggal : 2 Maret 2021

OPC OPC MPPC


Jahe Kencur Beras
O-1 O-1 O-1

O-7

Kode Kode Jenis Waktu


Jenis Kegiatan Jumlah
kegiatan mesin/alat mesin/alat (menit)

Roasting
O-6 RT-1101 Roaster 1
(penyanggraian)

Bak
Penyimpanan PY-1 1
Penyimpan

Jumlah 2

MULTY PRODUCT PROCESS CHART (MPPC)

MULTY PRODUCT PROCESS CHART


Nama: Roasting, Pencampuran, Pengisian Dipetakan Tanggal : 2 Maret 2021
dan Pengemasan, Pengepakan

MPPC Roasting
O-7 O-1 O-1

O-8

O-9

O-10

Kode Jenis Kode Jenis


Jumlah Waktu(menit)
Kegiatan Kegiatan Mesin/Alat Mesin/alat

O-7 Roasting RT-1101 Roaster 1

Pencampura MT-1201 Mixer Tank 1

O-8 n
Pengisian
O-9 dan FS-1301 Fill and Seal 1
Pengemasan

Meja
O-10 Pengepakan MP-1401 1
produksi

Penyimpana Bak
PY-1 1
n Penampung

Jumlah 2
MPPC (Multi Product Process Chart)

Kode Jenis Kode Jenis


Jumlah Waktu
Kegiatan Kegiatan Mesin/Alat Mesin/Alat

O-1 Sortasi ST-101 Shorter 1

Rice
O-2 Pencucian RW-601 1
Washer

Soaking
O-3 Perendaman SK-701 1
Machine

Sentrifuge
O-4 Pengeringan SD-801 1
Dryer

O-5 Pengovenan OV-901 Oven 1

O-6 Penggilingan RM-1001 Roller Mill 1

O-7 Roasting RT-1101 Roaster 1

Mixer
O-8 Pencampuran MT-1201 1
Tank

Pengisian
Fill and
O-9 dan FS-1301 1
Seal
pengemasan

Meja
O-
Pengepakan MP-1401 1
10 Produksi

Bak
Penyimpanan PY-1 1
Penampung

Jumlah
BAB III
PERENCANAAN PRODUKSI PABRIK
3. 1 Pengertian Routing Sheet
Routing sheet atau lembar pengurutan produksi merupakan langkah-langkah yang
dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari
hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain (Apple, 1990). Routing sheet berguna untuk
menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan dan untuk menghitung jumlah part yang harus
disiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan. Kegunaan
atau manfaat dari routing sheet adalah untuk menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan
dan untuk menghitung jumlah part yang harus disiapkan dalam usaha memperoleh
sejumlah produk jadi yang diinginkan. Routing sheet adalah tabulasi langkah-langkah
yang tercakup dalam memproduksi komponen-komponen tertentu dan terdiri dari
perincian dari hal-hal yang berkaitan.

3. 2 Daftar Routing Sheet

Anda mungkin juga menyukai