DOSEN PENGAMPU :
NIM : 7203144002
FAKULTAS EKONOMI
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan Critical Book Report Evaluasi Hasil Belajar ini.
Penyusunan Critical Book Report ini penulis menyadari bahwa kelancaran penulisan
adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran
penulisan Critical Book Report ini.
Dalam penulisan Critical Book Report ini, penulis telah berusaha menyajikan yang
terbaik. Penulis berharap semoga Critical Book Report ini dapat memberikan informasi serta
mempunyai nilai manfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
TUJUAN..................................................................................................................1
MANFAAT.............................................................................................................1
BAB IV PENUTUP............................................................................................................34
KESIMPULAN.......................................................................................................34
SARAN....................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan CBR
Adapun tujuan dari critical book review adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Hasil Belajar sebagai tanggung – jawab yang wajib dipenuhi
2. Menambah wawasan mengenai evaluasi hasil belajar
3. Memahami dan dapat mengaplikasikan mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
C. Manfaat CBR
Terpenuhinya tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
Evaluasi Pembelajaran.
Sebagai sarana untuk membantu kita dalam mengingat sebuah buku atau suatu
uraian yang begitu panjang.
1
BAB II
ISI BUKU
IDENTITAS BUKU
BUKU UTAMA
BUKU PEMBANDING
2
RINGKASAN ISI BUKU
BUKU UTAMA
A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun
saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya.
Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah
sekalipun, belum dapat meng-gambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila
dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada
dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui
pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda meskipun
maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya, mengemukakan
definisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit
and worth”. Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a
process through which a value judgement or decision is made from a variety of
observations and from the background and training of the evaluator”.
Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi
keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data
kuantitatif maupun kualitatif. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa
terhadap problema seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi.
Namun yang perlu ditekankan disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah
karakter dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan
untuk mengejar dan sebagainya. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas.
Yakni mengukur dan menilai. (Suharsimi:2002:2-3).
Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin (2013:5)
mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,
3
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu
keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa
hal tentang evaluasi, bahwa:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).
2. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada
sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk
sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
3. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti.
4. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
5. Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi.
Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari
sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan
bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.
4
3. Ciri ketiga, dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.
4. Ciri kempat, dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau
tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil ulangan yang
diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil ulangan
dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan karena banyak
faktor. Mungkin ada hari Sabtu Mianti sedang risau hatinya menghadapi malam
Minggu sore harinya.
5. Ciri kelima, dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan
itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.
5
4. Kemampuan atau kecakapan untuk menjalankan kepemimpinan untuk memilih
pemimpin secara bijaksana untuk bekerja dalam kelompok dan masyarakat.
5. Menjadi warga negara yang berguna di rumah, sekolah dan masyarakat sekarang
dan masa mendatang.
6. Perkembangan estetika, baik sebagai penikmat maupun pencipta dalam seni sastra,
drama, radio dan televisi, kerajinan tangan, home decoration, dan sebagainya.
7. Kompotensi dalam komunikasi dengan orang-orang lain melalui berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis.
8. Kecakapan dalam berhitung, mengukur, menaksir, dan berfikir kuantitatif.
6
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
3. Menalar
Itilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
4. Mencoba
Penerapan metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, baik sikap, keterampilan, mau pun
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
7
B. Mengenal Penilaian Otentik
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran
meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Guna memperoleh penggambaran yang lebih objektif
terhadap pencapaian peserta didik terhadap berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut
diterapkannya peneilaian otentik.
1. Penilaian Kinerja
Penilaian otentik sedapat mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek atau tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek
bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-
lain.
8
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
9
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes
objektif fill in. Letak perbedaannya ialah pada tes objektif bentuk fill in bahan
yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada tes objektif bentuk
completion tidak harus demikian.
10
B. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan
oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat.
C. Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.Sikap
terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung.
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami
sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat
melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi
dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.
2. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik
tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan
Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.
3. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat
ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis
11
pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia.
D. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data.
E. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil
akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian
terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
F. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat
berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
G. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu.
12
BAB V PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian
kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.
13
mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan
kompetensi setiap mata pelajaran masing-masing kelas dalam kurikulum nasional.
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini sebaiknya
dinilai proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan.
Pilihan Ganda.
Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, pensekorannya objektif,
dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tes pilihan ganda dapat dipakai untuk
menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah, seperti
pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi
seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Uraian Objektif.
Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat digunakan
untuk bidang Ilmu Alam, walaupun tidak tertutup kemungkinannya untuk
digunakan dalam bidang ilmu yang lain. Agar hasil pensekorannya objektif,
diperlukan pedoman pensekoran.
Uraian Bebas.
Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun
demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria pensekoran yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
14
Performans/Unjuk Kerja.
Bentuk ini cocok mengukur kompetensi peserta didik dalam melakukan
tugas tertentu seperti praktik ibadah atau perilaku lainnya. Performans dalam
mata pelajaran PAI umumnya berupa praktik ibadah.
Instrumen Non-tes
Instrumen nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi:
angket, inventori dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai
aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai.
G. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian
yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa
yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami peserta didik.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang
telah dinalisis secara kualitatif kepada sejumlah peserta didik yang memiliki
krakteristik sama dengan peserta didik yang akan diuji dengan instrumen tersebut.
15
BAB VI PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTORIK
A. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai
kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan
pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah
dikuasai (Sudijono, 1996:49-50).
16
4. Skala Guttman
Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu pernyataan yang
durumuskan empat atau tiga pernyataan. Pernyataan tersebut menunjukkan
tingkatan yang berurutan, apabila responden setuju persyaratan 2, diduga setuju
pernyataan 1, selanjutnya setuju pernyataan 3 diduga setuju pernyataan 1 dan 2
dan apabila setuju pernyataan 4 diduga setuju pernyataan 1,2 dan 3.
5. Skala diffrential
Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi.
6. Pengukuran Minat
Untuk mengetahui/mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran terlebih
dahulu ditentukan indikatornya misalnya : kehadiran di kelas, keaktifan bertanya,
tepat waktu mengumpulkan tugas, kerapian. Catatan, mengerjakan latihan,
mengulan pelajaran dan mengunjungi perpustakaan dan lain-lain.
17
BAB VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN
Analisis instrumen penilaian dikaji segi analisis logis/rasional dan analisis empirik.
Analisis logis/rasional meliputi ranah materi, ranah konstruksi dan ranah bahasa. Sedangkan
analisis empirik meliputi seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes.
A. Analisis Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa. Analisis
materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan
yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.
B. Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1. Validitas Tes
a. Pengertian Validitas Tes
Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut
merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan
pengertian ini, maka validitas tes pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan
kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Mengukur
berat badan tentu tidak valid menggunakan meteran.
b. Cara-cara Menentukan Validitas Tes
Pada garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakan kepada
dua, yaitu validitas rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.
1. Validitas eksternal
Validitas eksternal dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor hasil uji
coba instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yang sudah baku.
2. Validitas Internal
Validitas Internal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis faktor
dengan analisis butir.
18
2. Reliabilitas Tes
Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata tersebut,
maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat
dipecaya. Salah satu keriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen tersebut
digunakan secara berulang-ulang, hasil pengukurannya tetap.
a. Reliabilitas Eksternal
Menguji reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya: (1) metode paralel, (2) metode tes ulang, dan (3) metode belah dua.
1. Metode tes ulang
Metode tes ulang atau test-retest method sering pula dinamakan metode
stabilitas. Metode tes ulang dilakukan dengan mengujicobakan sebuah tes kepada
sekelompok peserta didik sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda.
2. Metode bentuk paralel
Metode bentuk paralel atau alternate-forms method atau double test-double
trial method atau dikenal dengan juga metode ekuivalen. Metode paralel
dilakukan dengan mengujicobakan dua buah instrumen yang dibuat hampir sama.
Uji coba dilakukan terhadap sekelompok responden.
3. Metode belah dua
Metode belah dua digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
terjadi pada metode bentuk paralel dan metode tes ulang karena metode ini
memungkinkan mengestimasi reliabilitas tanpa harus menyelenggarakan tes dua
kali.
19
BAB VIII PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN
NORMA
Pengolahan hasil pengukuran dalam evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan
tujuan pengukuran yang dilaksanakan. Jika penilaian bertujuan untuk membandingkan
keberhasilan seorang peserta didik secara relatif dengan peserta didik lainnya, maka dilakukan
penilaian acuan norma (PAN).
20
BUKU PEMBANDING
BAB I PEMBELAJARAN
A. Belajar
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar
siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Tahapan dalam belajar tergantung pada
fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu,
tahap acquisition, tahap storage dan tahap retrieval. Hamalik (2003) menyajikan dua
definisi yang umum tentang, yaitu :
Ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting
adalah perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari ,atau dengan kata lain bukan kebetulan ,
21
Perubahan positif dan aktif dlama arti baik,bermanfaat ,serta sesuai dengan harapan,
dan perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa
pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek,yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
beorientasi pada apa yang harus dilakuan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal, yaitu pembelajaran
diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, isi pembelajaran
harus didesain relevan dengan karakteristik siswa, menyediakan media dan sumber
belajar yang dibutuhkan dan penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara
formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara
berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Abdurrahman,1999). Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang
menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa (Hamilik,2005). Usman (2001) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan
instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam 3
kategori,yaitu Domain Kognitif (Pengetahuan(Knowledge), Pemahaman
(comprehension), Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang
baru, analisa, sintesa dan evaluasi).
Domain Kemampuan sikap(affective)yaitu menerima atau memperhatikan,
merespon, penghargaan, mengorganisasikan, mempribadi(mewatak). Ranah
Psikomotorik yaitu menirukan,manipufasi,keseksamaan,artikulasi,naturalisasi. Ada
dua kriteria yang bersifat umum menurut Sudjana(2004) kedua kriteria tersebut adalah
kriteria di tinjau dari sudut prosesnya dan kriteria ditinjau dari hasilnya.
22
BAB II BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KONTENPORER
Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian,atau interaksi,relasi dalam
suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode
tertentu secara efektif. Contoh pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran antara lain
CBSA, kontekstual, induktif, deduktif, spiral, pemecahan masalah dan sebagainya. Strategi
pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintregasikan
urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pembelajaran dan pembelajar, peralatan dan
bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran,untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien. Metode Mengajar adalah cara
mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar.Macam –
macam metode mengajari antara lain ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan. Model
Pengajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik,dan memberi petunjuk kepada pengajar
di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Model pengajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan
menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh
siswa dan guru. Ada beberapa model pembelajaran yaitu
23
pengajaran kooperatif yaitu, untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar
dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang
terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula, penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok
daripada perorangan. Tujuan penerapan pembelajaran kooperatif yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan
pertanyaan atau masalh, memusatkan pada keterkaitan antar displin,penyeledikan
autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan.Pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik
dan menjadi pembelajar yang mandiri.
4. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran termatik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Ciri khas dari pembelajaran tematik adalah
pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa,
kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama, membantu mengembangkan keterampilan
berpikir siswa, menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering di temui dalam lingkungannya.
5. Model Pembelajaran Kontekstual
Model Pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang
dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is constructed by human
(Zahorik,1995). Atas dasar itu maka dikembangkan model pembelajaran
konstruktivis yang membuka peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk
24
meberdayakan diri. Cara belajar yang baik adalah dengan siswamengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.
25
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh
mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan. Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk
objektif dan bentuk uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan, serta jawaban singkat. Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas.
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik minat,sifat,dan kepribadian,melalui pengamatan,skala sikap, angket dan catatan
harian.
Untuk menetukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian ini dilakukan penskoran
dan penentuan standar keberhasilan belajar. Secara khusus sistem penilaian perlu
memperhatikan keterkaitannya dengan ranah yang ada,yaitu ranah kognitif,afektif dan
psikomotor, ketiga ranah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.oleh karena itu teknik
penskoran untuk ketiga ranah tersebut juga harus dibedakan. Tes kognitif, ada beberapa
model jenis tes yaitu penskoran untuk tes bentuk objektif, penskoran untuk tes esai,
penskoran tugas-tugas,pengukuran afektif dan tes psikomotor. Tes lisan, pertanyaan lisan
dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan
dengan kognitif tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan dikelas cenderung rendah,seperti
pengetahuan dan pemahaman.
26
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran tertentu. Manfaat penilaian kelas yaitu untuk memberikan umpan balik
bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi, untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan,
dan sumber belajar yang digunakan, untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan
belajar, untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan. Fungsi penilaian kelas yaitu, menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik
telah menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menetukann apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan dan lain-lain.
Rambu-rambu Penilaian Kelas, kriteria penilaian kelas yaitu validitas, reliabilitas, terfokus
pada kompetensi, keseluruhan/komprehensif, objektivitas serta mendidik.
27
Langkah-langkah pelaksanaan penilaian, yaitu penetapan indikator pencapaian
kompetensi, pemetaan standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator, penetapan teknik
penilaian,. Contoh alat dan penskoran dalam penilaian yaitu format pengamatan unjuk kerja,
mempersiapkan alat dan bahan, pelaksanaan, menggunakan hasil pengukuran untuk menarik
kesimpulan, penilaian sikap ilmiah serta penilaian tertulis.
Tujuan Tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk : (a) mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik, (b) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik, (c) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik (d) mengetahui
hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f) mengetahui pencapaian
kurikulum, (g) mendorong peserta didik belajar, dan (h) mendorong guru agar
mengajar yang lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan,
namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak di gunakan di
lembaga pendidik, yaitu: (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes
formatif, dan (d) tes sumatif. Sistem penilaian berbasis kompetensi pada
umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif.
Langkah Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan
tes hasil atau prestasi belajar, yaitu: (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis
soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan uji coba tes, (e) menganalisis
butir soal, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h) melaksanakan tes, dan (i)
menafsirkan hasil tes.
Khusus mengenai uji coba tes, dalam penyususnan tes untuk mengukur
prestasi hasil pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru di kelas seperti
ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaikan kelas, tidak harus
28
dilakukan secara tersendiri. Pembakuan tes dilakukan melalui beberapa kali
ujicoba.
A. Kesahihan/ Validitas
Sebelum soal tes ini dipakai harus di uji coba dahulu, selanjutnya dilakukan
pengujian validitas yang terdiri dari:
29
Validitas isi dan kontruk, validitas ini dilakukan bertujuan untuk menentukan
kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur
atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam
bidang sedang diuji.
Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu
memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalnya ujian
masuk atau tes seleksi.
Validitas Empiris (Kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan
tingkat kehandalan soal adalah validitas banding. Dalam penentuan tingkat
validitas butir soal digunakan korelasi product moment pearson dengan
mengkorelasikan.
B. Keajegan Reliabilitas
Reliablitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau
kekonsistenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan
perhitungan Alpha Cronbach.
30
BAB III
PEMBAHASAN
BUKU UTAMA
KELEBIHAN
31
3. Dilihat Dari Aspek Isi Buku
Memiliki isi/pembahasan yang sangat terstruktur sehingga pola pikir pembaca
pun menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti langkah langkah yang
disampaikan. Ditambah lagi isi buku banyak dilengkapi dengan teori-teori yang
mendukung isi/pembahasan berdasarkan pendapat para ahli sehingga pemahaman
konten akan lebih jelas untuk dipelajari.
KEKURANGAN.
1. Dari segi layout dan tata letak, terdapat kekurangan sebagai berikut:
a) huruf yang digunakan (font style) yang digunakan pada sub judul dan isi
(body text) menggunakan huruf yang sama dan tidak adanya ornamen-
ornamen disetiap pergantian bab sehingga tampak monoton.
b) font yang digunakan untuk mebuat subbab dengan isi/pembahasan
menggunakan font yang sama sehingga tampilan buku tampak kurang
menarik.
32
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
BUKU PEMBANDING
KELEBIHAN
KEKURANGAN
1. Di setiap bab nya buku ini tidak mempunyai rangkumann yang mencakup seluruh
materi pada perbabnya
2. Buku ini di setiap babnya tidak mempunyai soal untuk mengasah kemampuan siswa.
3. Tata penulisan pada buku ini tidak rapi , dan banyak kata penulisan yang salah
33
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Evaluasi Pendidikan merupakan proses
untuk menentukan tujuan pendidikan dibandingkan tujuan yang telah ditentukan atau secara
umum dapat diartikan bahwa evaluasi pendidikan sebagai suatu kegiatan penilaian yang
dilakukan didalam dunia pendidikan.
SARAN
Sebaiknya sebagai mahasiswa harus memiliki kedua buku ini karena buku ini sangat
bagus untuk kita para calon guru untuk dijadikan pedoman bagi kita calon pendidik anak-
anak penerus bangsa.
34
DAFTAR PUSTAKA
35