Anda di halaman 1dari 38

CRITICAL BOOK REPORT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas – Tugas Mata Kuliah


Evaluasi Hasil Belajar

DOSEN PENGAMPU :

TAUADA SILALAHI, Drs., M.Pd.

ALYA NAJAH ZULINDA

NIM : 7203144002

PEND. ADMINISTRASI PERKANTORAN B 2020

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan Critical Book Report Evaluasi Hasil Belajar ini.

Penyusunan Critical Book Report ini penulis menyadari bahwa kelancaran penulisan
adalah berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran
penulisan Critical Book Report ini.

Dalam penulisan Critical Book Report ini, penulis telah berusaha menyajikan yang
terbaik. Penulis berharap semoga Critical Book Report ini dapat memberikan informasi serta
mempunyai nilai manfaat bagi semua pihak.

Medan, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

LATAR BELAKANG MASALAH........................................................................1

TUJUAN..................................................................................................................1

MANFAAT.............................................................................................................1

BAB II ISI BUKU..............................................................................................................2

IDENTITAS BUKU UTAMA................................................................................2

IDENTITAS BUKU PEMBANDING....................................................................2

RINGKASAN ISI BUKU UTAMA........................................................................3

RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING............................................................21

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................31

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU UTAMA..........................................31

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU PEMBANDING..............................33

BAB IV PENUTUP............................................................................................................34

KESIMPULAN.......................................................................................................34

SARAN....................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Proses belajar mengajar merupakan upaya pendidikan yang paling menonjol
diandingkan dengan upaya pendidikan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa proses
belajar mengajar adalah inti kegiatan yang dapat menadi tolak ukur keberhasilan suatu
upaya pendidikan.
Evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi
keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data
kuantitatif maupun kualitatif. Guba dan Lincoln (1985:35), mengemukakan definisi
evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and
worth”. Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a process
through which a value judgement or decision is made from a variety of observations
and from the background and training of the evaluator”.

B. Tujuan CBR
Adapun tujuan dari critical book review adalah sebagai berikut :
1. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Evaluasi Hasil Belajar sebagai tanggung – jawab yang wajib dipenuhi
2. Menambah wawasan mengenai evaluasi hasil belajar
3. Memahami dan dapat mengaplikasikan mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar

C. Manfaat CBR
 Terpenuhinya tugas mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar.
 Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang
Evaluasi Pembelajaran.
 Sebagai sarana untuk membantu kita dalam mengingat sebuah buku atau suatu
uraian yang begitu panjang.

1
BAB II

ISI BUKU

IDENTITAS BUKU

BUKU UTAMA

 Judul : Evaluasi Pembelajaran


 Penulis : Drs. Asrul, M.Si
Rusydi Ananda, M.Pd
Dra. Rosnita, MA
 Penerbit : Citapustaka Media
 Tahun terbit : 2015
 Kota Terbit : Bandung
 Tebal Buku : 236 Hlm

BUKU PEMBANDING

 Judul : Evaluasi Pembelajaran


 Penulis : Drs. Asep Jihad M.Pd.
Dr. Abdul Hans, M.Sc.
 Penerbit : Multi Media
 Tahun Terbit : 2008

2
RINGKASAN ISI BUKU

BUKU UTAMA

BAB I KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun
saling berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna yang sebenarnya.
Ujian ulangan harian yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah
sekalipun, belum dapat meng-gambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila
dikaitkan dengan penerapan kurikulum 2013. Sebab, evaluasi pembelajaran pada
dasarnya bukan hanya menilai hasil belajar, tetapi juga proses-proses yang dilalui
pendidik dan peserta didik dalam keseluruhan proses pembelajaran.

Istilah evaluasi telah diartikan para ahli dengan cara berbeda meskipun
maknanya relatif sama. Guba dan Lincoln (1985:35), misalnya, mengemukakan
definisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit
and worth”. Sedangkan Gilbert Sax (1980:18) berpendapat bahwa “evaluation is a
process through which a value judgement or decision is made from a variety of
observations and from the background and training of the evaluator”.
Evaluasi, adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang
berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan
measurement dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi
keputusan yang professional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data
kuantitatif maupun kualitatif. Assesment, bisa digunakan untuk memberikan diagnosa
terhadap problema seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi.
Namun yang perlu ditekankan disini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah
karakter dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan
untuk mengejar dan sebagainya. Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas.
Yakni mengukur dan menilai. (Suharsimi:2002:2-3).
Sejalan dengan pengertian evaluasi yang disebutkan di atas, Arifin (2013:5)
mengemukakan bahwa pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) daripada sesuatu,

3
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka mengambil suatu
keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa
hal tentang evaluasi, bahwa:
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk).
2. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada
sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan untuk
sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
3. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu, terutama
yang berkenaan dengan nilai dan arti.
4. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
5. Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar evaluasi.
Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti (worth and merit) dari
sesuatu yang sedang dievaluasi. Tanpa pemberian pertimbangan, suatu kegiatan
bukanlah termasuk kategori kegiatan evaluasi.

B. Proses Evaluasi Dalam Pendidikan


Apabila sekolah diumpamakan sebagai tempat untuk proses produksi, dan calon
peserta didik diumpamakan sebagai bahan mentah, maka lulusan dari sekolah itu
hampir sama dengan pruduk hasil olahan yang sudah siap digunakan disebut juga
dengan ungkapan transformasi.

C. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan


Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi
(2002:11), yaitu:
1. Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh
mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui
ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Dengan acuan bahwa tanda-tanda
anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai:
2. Ciri kedua, dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.
Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif. Contoh : Dari hasil pengukuran, Tika mempunyai IQ 125, sedangkan IQ
Tini 105. Dengan demikian maka Tika dapat digolongkan sebagai anak yang
pandai, sedangkan Tini anak yang normal.

4
3. Ciri ketiga, dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.
4. Ciri kempat, dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau
tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil ulangan yang
diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi hasil ulangan
dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan karena banyak
faktor. Mungkin ada hari Sabtu Mianti sedang risau hatinya menghadapi malam
Minggu sore harinya.
5. Ciri kelima, dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan
itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.

D. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan
dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud
meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem
penilaian itu sendiri. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga ditujukan untuk menilai
efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program
kurikulum, menilai dan meningkatkan efektifitas pembelajaran, membantu belajar
peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta untuk
menyediakan data yang membantu dalam membuat keputusan.

E. Objek Evaluasi Pendidikan


Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik
meliputi:Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi, ingatan, cara
menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran logis. Pendapat lain melihat
ruang lingkup objek evaluasi itu dari segi lain, yaitu dari segi pencapaian tujuan
belajar murid dari berbagai mata pelajaran di sekolah. Dari pandangan tersebut
dirumuskan beberapa aspek kepribadian yang perlu diperhatikan di dalam penilaian
sebagai berikut:
1. Kesehatan dan perkembangan fisik.
2. Perkembangan emosional dan sosial.
3. Tingkah laku etis, standar personal, dan nilai-nilai sosial.

5
4. Kemampuan atau kecakapan untuk menjalankan kepemimpinan untuk memilih
pemimpin secara bijaksana untuk bekerja dalam kelompok dan masyarakat.
5. Menjadi warga negara yang berguna di rumah, sekolah dan masyarakat sekarang
dan masa mendatang.
6. Perkembangan estetika, baik sebagai penikmat maupun pencipta dalam seni sastra,
drama, radio dan televisi, kerajinan tangan, home decoration, dan sebagainya.
7. Kompotensi dalam komunikasi dengan orang-orang lain melalui berbicara,
mendengarkan, membaca dan menulis.
8. Kecakapan dalam berhitung, mengukur, menaksir, dan berfikir kuantitatif.

BAB II EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF


KURIKULUM 2013 (PENILAIAN OTENTIK)
Pembahasan berikut ini akan menjelaskan tentang penilaian otentik, bagaimana
tutuntan kurikulum 2013 terhadap penilaian otentik, serta perbandingan antara penilaian
otentik dengan penilaian konvensional.

A. Teori Pendekatan Saintifik.


Pendekatan saintifik sudah lama diyakini sebagai jembatan bagi pertumbuhan dan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Para ahli meyakini
bahwa melalui pendekatan saintifik, selain dapat menjadikan peserta didik menjadi
lebih aktif dalam mengkonstruk pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat
memotivasi mereka untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta dari suatu
fenomena atau kejadian.
Tahapan di atas, sebagaimana dengan bagus telah dikemukakan oleh Dr. H.
Sulipan, M.Pd., Widyaiswara pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan bidang Mesin dan Teknik Industri (PPPPTK-BMTI) yang
selengkapnya mengemukakan sebagai berikut :
1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya.

6
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat
guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.

3. Menalar
Itilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada
Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif.

4. Mencoba
Penerapan metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk
mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, baik sikap, keterampilan, mau pun
pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan
tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2)
mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus
disediakan; (3)mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya; melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang
terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil
percobaan; dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

5. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif


Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari
sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan
memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan
benar untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

7
B. Mengenal Penilaian Otentik
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pendekatan saintifik dalam pembelajaran
meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Guna memperoleh penggambaran yang lebih objektif
terhadap pencapaian peserta didik terhadap berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut
diterapkannya peneilaian otentik.

C. Penilaian Otentik dan Tugas Otentik


Penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung (Mueller,
2006:1). Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan akan menjadi lebih jelas
apabila dinilai langsung, misalnya dalam hal kemampuan berargumentasi atau
berdebat, keterampilan menggunakan media seperti komputer dan keterampilan
melaksanakan percobaan.

D. Jenis-Jenis Penilaian Otentik


Untuk melaksanakan penilaian otentik yang baik harus menguasai jenis-jenis
penilaian otentik, yang antara lain terdiri atas: (1) penilaian kinerja, (2) penilaian
proyek, (3) penilaian portofolio, dan (4) penilaian tertulis.

1. Penilaian Kinerja
Penilaian otentik sedapat mungkin melibatkan partisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur
proyek atau tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya.

2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu
tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh
peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek
bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-
lain.

8
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata.
Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta
didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

BAB III INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES


A. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian,
baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini,
khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk mengorganisasikan
dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri serta dapat
mengukur kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam
bentuk pertanyaan.
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat
dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian
bebas (extended respons items).

B. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif


Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap
semua murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test), dan salah satu tes hasil belajar yang terdiri dari
butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh tester dengan jalan memilih salah satu
(atau lebih), di antara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing masing items atau dengan jalan menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat-tempat yang disediakan untuk masing-masing
butir yang bersangkutan.
Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya: bentuk melengkapi
(completion test), pilihan ganda (multifle chois), menjodohkan (matching), bentuk
pilihan benar-salah (true false). Lebih jelasnya diuraikan subagai berikut.

9
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau
menyempurnakan. Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes
objektif fill in. Letak perbedaannya ialah pada tes objektif bentuk fill in bahan
yang dites itu merupakan satu kesatuan. Sedangkan pada tes objektif bentuk
completion tidak harus demikian.

2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)


Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari
pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.

3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)


Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciri-ciri tes ini adalah :
 Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
 Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah
bersedia sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan “jodoh” dari pertanyaan.

4. Test objektif bentuk True False (benar salah)


Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes
objektif bentuk true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan
ada yang salah.

BAB IV INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES


A. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya -
tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.

10
B. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan
oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat.

C. Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang diinginkan.Sikap
terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung.

1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang
dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami
sebagai kecenderungannya yang senang kepada kopi. Oleh karena itu, guru dapat
melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil observasi
dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan.

2. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik
tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan
Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi
jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap.

3. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat
ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan,
atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis

11
pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia.

D. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data.

E. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil
akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian
terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

F. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat
berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

G. Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek
yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu.

12
BAB V PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Pengertian Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan,
dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-
prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan
pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian
kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang
standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.

B. Tujuan dan Fungsi Penilaian Berbasis Kelas


Sebagaimana evaluasi pendidikan pada umumnya, PBK juga bertujuan untuk
memberikan suatu penghargaan atas pencapaian hasil belajar siswa dan sekaligus
sebagai umpan balik untuk meneguhkan dan/ atau melakukan perbaikan program dan
kegiatan pembelajaran.

C. Keunggulan Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian ini dilaksanakan oleh guru secara
variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu disebut
penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa
(portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja/penampilan
(performance), dan tes tertulis (paper and pencil).

D. Prinsip-Prinsip Penilaian Berbasis Kelas


Sebagai bagian dari kurikulum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Namun
demikian, guru mempunyai posisi sentral dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan kegiatan penilaian

E. Implementasi Penilaian Berbasis Kelas


Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana
yang tercantum dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok dari setiap

13
mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan
kompetensi setiap mata pelajaran masing-masing kelas dalam kurikulum nasional.
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini sebaiknya
dinilai proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan.

F. Bentuk Instrumen dan Pensekoran


1. Instrumen Tes
 Pertanyaan Lisan.
Pensekoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0–10
atau 10 – 100. Untuk memudahkan pensekoran, dibuat rambu-rambu
jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Uraikan beberapa arti
kata al-din?

 Pilihan Ganda.
Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, pensekorannya objektif,
dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tes pilihan ganda dapat dipakai untuk
menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah, seperti
pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi
seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

 Uraian Objektif.
Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat digunakan
untuk bidang Ilmu Alam, walaupun tidak tertutup kemungkinannya untuk
digunakan dalam bidang ilmu yang lain. Agar hasil pensekorannya objektif,
diperlukan pedoman pensekoran.

 Uraian Bebas.
Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun
demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria pensekoran yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.

14
 Performans/Unjuk Kerja.
Bentuk ini cocok mengukur kompetensi peserta didik dalam melakukan
tugas tertentu seperti praktik ibadah atau perilaku lainnya. Performans dalam
mata pelajaran PAI umumnya berupa praktik ibadah.

 Instrumen Non-tes
Instrumen nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi:
angket, inventori dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai
aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai.

G. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian
yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa
yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami peserta didik.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang
telah dinalisis secara kualitatif kepada sejumlah peserta didik yang memiliki
krakteristik sama dengan peserta didik yang akan diuji dengan instrumen tersebut.

H. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian


Penilaian berbasis kelas sebagai komponen KBK, tidak bisa melepaskan diri dari
silabus. Oleh karena itu selalu dikatakan bahwa Silabus dan sistem penilaian
merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan sistem penilaian suatu
mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi.

15
BAB VI PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN
PSIKOMOTORIK
A. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana sampai
kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang berarti tujuan
pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah telah
dikuasai (Sudijono, 1996:49-50).

B. Pengukuran Ranah Afetktif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah
salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah
laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu cara
bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap
suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Ada beberapa bentuk skala yang dapat
digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan
ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6)
Pengukuran minat.
1. Skala likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap sesuatu,
misalnya pada mata pelajaran al-Qur’an Hadits siswa menunjukkan sikap dan
prilaku gemar melafalkan ayat-ayat al-Qur’an, siswa menunjukkan sikap hormat
pada orang tua dll. Skala likert terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan dan
alternatif jawaban.
2. Skala pilihan ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan
yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.
3. Skala thurstone
Skala ini mirip dengan skala likert karena merupakan instrumen yang
jawabannya menunjukkan adanya tingkatan thurstone menyarankan pernyataan
yang diajukan + 10 item

16
4. Skala Guttman
Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu pernyataan yang
durumuskan empat atau tiga pernyataan. Pernyataan tersebut menunjukkan
tingkatan yang berurutan, apabila responden setuju persyaratan 2, diduga setuju
pernyataan 1, selanjutnya setuju pernyataan 3 diduga setuju pernyataan 1 dan 2
dan apabila setuju pernyataan 4 diduga setuju pernyataan 1,2 dan 3.
5. Skala diffrential
Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi.
6. Pengukuran Minat
Untuk mengetahui/mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran terlebih
dahulu ditentukan indikatornya misalnya : kehadiran di kelas, keaktifan bertanya,
tepat waktu mengumpulkan tugas, kerapian. Catatan, mengerjakan latihan,
mengulan pelajaran dan mengunjungi perpustakaan dan lain-lain.

C. Pengukuran Ranah Psikomotorik


Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi: mengamati dan menjadikan
perilaku orang lain sebagai pola. Apa yang ditampilkan mungkin kualitas rendah.
1. Daftar Cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan daftar
cek (ya - tidak). Pada pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan daftar
cek, peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu
dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai.
2. Skala Rentang
Pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.

17
BAB VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN
Analisis instrumen penilaian dikaji segi analisis logis/rasional dan analisis empirik.
Analisis logis/rasional meliputi ranah materi, ranah konstruksi dan ranah bahasa. Sedangkan
analisis empirik meliputi seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes.

A. Analisis Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa. Analisis
materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan
yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal.

B. Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan
menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.

1. Validitas Tes
a. Pengertian Validitas Tes
Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut
merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan
pengertian ini, maka validitas tes pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan dan
kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan objek yang diukur. Mengukur
berat badan tentu tidak valid menggunakan meteran.
b. Cara-cara Menentukan Validitas Tes
Pada garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakan kepada
dua, yaitu validitas rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.

1. Validitas eksternal
Validitas eksternal dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor hasil uji
coba instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yang sudah baku.
2. Validitas Internal
Validitas Internal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis faktor
dengan analisis butir.

18
2. Reliabilitas Tes
Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata tersebut,
maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat
dipecaya. Salah satu keriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen tersebut
digunakan secara berulang-ulang, hasil pengukurannya tetap.

Cara-cara Menentukan Reliabilitas Instrumen


Secara garis besar, ada dua macam cara menentukan reliabilitas instrumen, yaitu
reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.

a. Reliabilitas Eksternal
Menguji reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya: (1) metode paralel, (2) metode tes ulang, dan (3) metode belah dua.
1. Metode tes ulang
Metode tes ulang atau test-retest method sering pula dinamakan metode
stabilitas. Metode tes ulang dilakukan dengan mengujicobakan sebuah tes kepada
sekelompok peserta didik sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda.
2. Metode bentuk paralel
Metode bentuk paralel atau alternate-forms method atau double test-double
trial method atau dikenal dengan juga metode ekuivalen. Metode paralel
dilakukan dengan mengujicobakan dua buah instrumen yang dibuat hampir sama.
Uji coba dilakukan terhadap sekelompok responden.
3. Metode belah dua
Metode belah dua digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang
terjadi pada metode bentuk paralel dan metode tes ulang karena metode ini
memungkinkan mengestimasi reliabilitas tanpa harus menyelenggarakan tes dua
kali.

19
BAB VIII PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN
NORMA
Pengolahan hasil pengukuran dalam evaluasi pembelajaran dilakukan sesuai dengan
tujuan pengukuran yang dilaksanakan. Jika penilaian bertujuan untuk membandingkan
keberhasilan seorang peserta didik secara relatif dengan peserta didik lainnya, maka dilakukan
penilaian acuan norma (PAN).

A. Penilaian Acuan Patokan


Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced
Test adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada kriteria
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya (Slameto, 1988).
Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dikaitkan dengan tingkat pencapaian
penguasaan (mastery) peserta didik tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal senada diungkapkan Shirran (2008)
menjelaskan PAP menfokuskan pada apa yang mampu dikerjakan peserta didik dan
apakah peserta didik tersebut menguasai mata pelajaran.

B. Penilaian Acuan Norma


Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Test
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok. Nilai-nilai
yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai peserta didik lainnya
yang termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988).

C. Pengolahan Tes Acuan Norma


Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah sampling materi tes, dan
penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan,
maka dalam PAN adalah pengolahan data statistiknya. Standar yang digunakan dalam
PAN adlah skor rata-rata kelompok yang mengikuti tes, sehingga penentuannya
dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak dapat menetapkan
patokan terlebih dahulu seperti pada PAP.

20
BUKU PEMBANDING

BAB I PEMBELAJARAN

A. Belajar
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar
siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.  Tahapan dalam belajar tergantung pada
fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh Witting yaitu,
tahap acquisition, tahap storage dan tahap retrieval. Hamalik (2003) menyajikan dua
definisi yang umum tentang, yaitu :

a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman


(learning is defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing)
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan.

Slameto(2003) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan


seseoranng untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Ciri-ciri tentang perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar
,yaitu terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif,
bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah serta mencakup seluruh aspek tingkah
laku. Kategori belajar mutahir dibuat komisi delors dari Unesco terbagi menjadi
empat pilar ,yaitu belajar bagaimana belajar (learning to know), belajar berbuat
(learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together) dan belajar
mengaktualisasikan diri (learning to be) Suparno (2000).

Ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting
adalah perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang
dilakukan dengan sengaja dan disadari ,atau dengan kata lain bukan kebetulan ,

21
Perubahan positif dan aktif dlama arti baik,bermanfaat ,serta sesuai dengan harapan,
dan perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa
pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi siswa.

B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek,yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
beorientasi pada apa yang harus dilakuan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal, yaitu pembelajaran
diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, isi pembelajaran
harus didesain relevan dengan karakteristik siswa, menyediakan media dan sumber
belajar yang dibutuhkan dan penilaian hasil belajar terhadap siswa dilakukan secara
formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara
berkesinambungan dan dalam bingkai belajar sepanjang hayat.

C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Abdurrahman,1999). Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang
menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa (Hamilik,2005). Usman (2001) menyatakan bahwa hasil
belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan
instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan ke dalam 3
kategori,yaitu Domain Kognitif (Pengetahuan(Knowledge), Pemahaman
(comprehension), Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang
baru, analisa, sintesa dan evaluasi).
Domain Kemampuan sikap(affective)yaitu menerima atau memperhatikan,
merespon, penghargaan, mengorganisasikan, mempribadi(mewatak). Ranah
Psikomotorik yaitu menirukan,manipufasi,keseksamaan,artikulasi,naturalisasi. Ada
dua kriteria yang bersifat umum menurut Sudjana(2004) kedua kriteria tersebut adalah
kriteria di tinjau dari sudut prosesnya dan kriteria ditinjau dari hasilnya.

22
BAB II BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KONTENPORER

Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian,atau interaksi,relasi dalam
suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode
tertentu secara efektif. Contoh pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran antara lain
CBSA, kontekstual, induktif, deduktif, spiral, pemecahan masalah dan sebagainya. Strategi
pembelajaran merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan, dengan mengintregasikan
urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pembelajaran  dan pembelajar, peralatan  dan
bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran,untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien. Metode Mengajar adalah cara
mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang kita ajar.Macam –
macam metode mengajari antara lain ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan. Model
Pengajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik,dan memberi petunjuk kepada pengajar
di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.

Model pengajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan
menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh
siswa dan guru. Ada beberapa model pembelajaran yaitu

1. Model Pengajaran langsung


Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses
belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi
selangkah.Ciri-ciri pengajaran langsung yaitu  adanya tujuan pembelajaran dan
prosedur penilaian hasil belajar, sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan
pembelajaran dan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
berlangsung dan berhasilnya pengajaran..
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model

23
pengajaran kooperatif yaitu, untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar
dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang
terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka
diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda pula, penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok
daripada perorangan. Tujuan penerapan pembelajaran kooperatif yaitu hasil
belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan
keterampilan sosial.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan
pertanyaan atau masalh, memusatkan pada keterkaitan antar displin,penyeledikan
autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan.Pembelajaran
berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan
informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah
bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik
dan menjadi pembelajar yang mandiri.
4. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran termatik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Ciri khas dari pembelajaran tematik adalah
pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar, kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa,
kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil
belajar dapat bertahan lebih lama, membantu mengembangkan keterampilan
berpikir siswa, menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering di temui dalam lingkungannya.
5. Model Pembelajaran Kontekstual
Model Pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang
dibangun atas dasar asumsi bahwa knowledge is constructed by human
(Zahorik,1995). Atas dasar itu maka dikembangkan model pembelajaran
konstruktivis yang membuka peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk

24
meberdayakan diri. Cara belajar yang baik  adalah dengan siswamengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.

BAB III KONSEP DASAR PENILAIAN

Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi


secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai
siswa yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya
(Depdiknas, 2001). Dengan demikian, inti dari penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian
berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar. Fungsi evaluasi
dibedakan menjadi dua yakni fungsi hasil belajar dan fungsi evaluasi program pengajaran .
Fungsi evaluasi hasil belajar antara lain, fungsi formatif,fungsi sumatif.fungsi
diagnostik,fungsi selektif dan fungsi motivasi.Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui
kemajuan belajar siswa, untuk perbaikan dan peningkatkan kegiatan belajar siswa serta
sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar. Penilaian
secara sistematis dan berkelanjutan untk menilai hasil belajar siswa disekolah,
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat dan mengetahui
mutu pendidikan di sekolah (Kep.Mendiknas No.012/U/2001).

Sistem penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun


penilaian akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip yaitu menyeluruh,
berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian dan sesuai dengan pengalaman
belajar. Sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai, maka pengujian harus
mencakup:

1. Proses belajar,yaitu seluruh pengalaman belajar yang dilakukan siswa.


2. Hasil belajar, yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar,baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor yang diperoleh siswa selama mengikuti  kegiatan
pembelajaran tertentu.

BAB IV INSTRUMEN PENILAIAN

25
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh
mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan. Bentuk penilaian berupa tes tertulis terdiri atas bentuk
objektif dan bentuk uraian. Bentuk objektif meliputi pilihan ganda, isian, benar salah,
menjodohkan, serta jawaban singkat. Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas.
Penilaian non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik minat,sifat,dan kepribadian,melalui pengamatan,skala sikap, angket dan catatan
harian.

Langkah penyusunan instrument test, Langkah awal dalam mengembangkan


instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen
mencakup kegiatan,menentukan tujuan,menyusun kisi-kisi,memilih bentuk instrumen, dan
menetukan panjang instrumen. Langkah penyusunan instrumen nontest,yaitu instrumen untuk
mengungkap aspek Psikomotor dapat berupa tes tertulis , tes identifikasi, tes simulasi, tes
contoh kerja.. Instrumen untuk mengungkap aspek Afektif ada dua komponenafektif yang
penting untuk diukur yaitu sikap dan minat pada pembelajaran yang digunakan hanya sikap
dan minat terhadap pelajaran, karena keduanya ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

Untuk menetukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian ini dilakukan penskoran
dan penentuan standar keberhasilan belajar. Secara khusus sistem penilaian perlu
memperhatikan keterkaitannya dengan ranah yang ada,yaitu ranah kognitif,afektif dan
psikomotor, ketiga ranah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.oleh karena itu teknik
penskoran untuk ketiga ranah tersebut juga harus dibedakan. Tes kognitif, ada beberapa
model jenis tes yaitu penskoran untuk tes bentuk objektif, penskoran untuk tes esai,
penskoran tugas-tugas,pengukuran afektif dan tes psikomotor. Tes lisan, pertanyaan lisan
dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan
dengan kognitif  tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan dikelas cenderung rendah,seperti
pengetahuan dan pemahaman.

BAB V PENILAIAN KELAS

26
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran tertentu. Manfaat penilaian kelas yaitu untuk memberikan umpan balik
bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi, untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan,
dan sumber belajar yang digunakan, untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan
belajar, untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan. Fungsi penilaian kelas yaitu, menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik
telah menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menetukann apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan dan lain-lain.
Rambu-rambu Penilaian Kelas, kriteria penilaian kelas yaitu validitas, reliabilitas, terfokus
pada kompetensi, keseluruhan/komprehensif, objektivitas serta mendidik.

Ada beberapa teknik penilaian dalam pembelajaran di kelas,yaitu Teknik penilaian


unjuk kerja , merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan
alat atau instrumen yaitu daftar cek dan skala penilaian. Teknik  penilaian sikap dapat
dilakuakn dengan beberapa cara atau teknik antara lain, observasi perilaku,pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi. Teknik penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.dalam penilaian
proyek ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu kemampuan pengelolaan, relevansi,
keaslian.penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan , sampai hasil
akhir proyek. Teknik penilaian produk adalah teknik penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk.Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Teknik penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu.Dengan demikian teknik penilaian fortofolio dapat memperlihatkan
perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya yaitu karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, lukisan dan lain-lain. Teknik penilaian diri merupakan teknik
penilaian dimana pserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,
proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

27
Langkah-langkah pelaksanaan penilaian, yaitu penetapan indikator pencapaian
kompetensi, pemetaan standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator, penetapan teknik
penilaian,. Contoh alat dan penskoran dalam penilaian yaitu format pengamatan unjuk kerja,
mempersiapkan alat dan bahan, pelaksanaan, menggunakan hasil pengukuran untuk menarik
kesimpulan, penilaian sikap ilmiah serta penilaian tertulis.

BAB VI PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN

A. Komponen Penyusunan Tes

 Tujuan Tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk : (a) mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik, (b) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik, (c) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik (d) mengetahui
hasil pengajaran, (e) mengetahui hasil belajar, (f) mengetahui pencapaian
kurikulum, (g) mendorong peserta didik belajar, dan (h) mendorong guru agar
mengajar yang lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan,
namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak di gunakan di
lembaga pendidik, yaitu: (a) tes penempatan, (b) tes diagnostik, (c) tes
formatif, dan (d) tes sumatif. Sistem penilaian berbasis kompetensi pada
umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif.
 Langkah Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan
tes hasil atau prestasi belajar, yaitu: (a) menyusun spesifikasi tes, (b) menulis
soal tes, (c) menelaah soal tes, (d) melakukan uji coba tes, (e) menganalisis
butir soal, (f) memperbaiki tes, (g) merakit tes, (h) melaksanakan tes, dan (i)
menafsirkan hasil tes.
Khusus mengenai uji coba tes, dalam penyususnan tes untuk mengukur
prestasi hasil pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru di kelas seperti
ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan kenaikan kelas, tidak harus

28
dilakukan secara tersendiri. Pembakuan tes dilakukan melalui beberapa kali
ujicoba.

B. Penyususnan Tes Kognitif dan Teknik Penskorannya


Bentuk Tes Kognitif
a. Tes Lisan di Kelas
Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik
untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif. Pertanyaan lisan yang di ajukan ke
kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus di beri kesempatan yang sama.
Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan,
memberi waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab
pertanyaan.
b. Bentuk Pilihan Ganda
pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977)
adalah :
1. pokok soal harus jelas
2. pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3. panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama
4. tidak ada petunjuk jawaban benar
5. hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah
6. pilihan jawaban angka diurutkan
7. semua pilihan jawaban logis
8. jangan menggunakan negatif ganda
9. bahasa indonesia yang digunakan baku.
10. Bentuk Uraian Objektif

BAB VII KRITERIA TES YANG BAIK

A. Kesahihan/ Validitas
Sebelum soal tes ini dipakai harus di uji coba dahulu, selanjutnya dilakukan
pengujian validitas yang terdiri dari:

29
 Validitas isi dan kontruk, validitas ini dilakukan bertujuan untuk menentukan
kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur
atau dengan kisi-kisi yang kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam
bidang sedang diuji.
 Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu
memprediksi keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalnya ujian
masuk atau tes seleksi.
 Validitas Empiris (Kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan
tingkat kehandalan soal adalah validitas banding. Dalam penentuan tingkat
validitas butir soal digunakan korelasi product moment pearson dengan
mengkorelasikan.
B. Keajegan Reliabilitas
Reliablitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau
kekonsistenan suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan
perhitungan Alpha Cronbach.

30
BAB III

PEMBAHASAN

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

BUKU UTAMA

KELEBIHAN

1. Dilihat Dari Aspek Tampilan


a) memiliki desain sampul yang menarik.
b) Dibagian belakang sampul dilengkapi dengan biography penulis sehingga
memudahkan pembaca untuk lebih mengenal sang penulis buku.
c) Judul buku yang ditawarkan mudah dipahami
d) Format buku teks dalam hal ini ukuran panjang dan lebarnya, telah
menggunakan ukuran buku ideal, yaitu ukuran buku B5 (176 mm x 250 mm).
e) Sistematika pembahasan materi pada buku telah ditulis dengan sistematis
dimulai dari pengenalan manajemen, konsep dan tantangan manajemen
sekolah, pembahasan lebih dalam manajemen sekolah, pembahasan

2. Dilihat Dari Aspek Layout dan Tata letak


a) memiliki layout yang baik pada bab dan sub babnya, yaitu telah terlihat
kontras sehingga pembaca mudah mengenali bagian judul dan sub judul. Sub
judul juga telah diberi sedikit area kosong setelah bagian isi sehingga pembaca
memiliki jeda untuk beralih ke bagian berikutnya.
b) Sistem penomoran halaman dan footer telah digunakan dengan baik.
c) Perataan pada buku mengunakan perataan kiri kanan (Justify) sehingga
terkesan rapi.
d) Elemen-elemen komunikasi grafis (teks, gambar, tabel) dalam buku telah
ditulis dan disusun dengan baik dan komunikatif.
e) Font yang digunakan dalam menulis buku ini ada beberapa jenis

31
3. Dilihat Dari Aspek Isi Buku
Memiliki isi/pembahasan yang sangat terstruktur sehingga pola pikir pembaca
pun menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti langkah langkah yang
disampaikan. Ditambah lagi isi buku banyak dilengkapi dengan teori-teori yang
mendukung isi/pembahasan berdasarkan pendapat para ahli sehingga pemahaman
konten akan lebih jelas untuk dipelajari.

4. Dilihat Dari Aspek Tata Bahasa


Menggunakan bahasa yang baku dan sesuai dengan kaidah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).

KEKURANGAN.
1. Dari segi layout dan tata letak, terdapat kekurangan sebagai berikut:
a) huruf yang digunakan (font style) yang digunakan pada sub judul dan isi
(body text) menggunakan huruf yang sama dan tidak adanya ornamen-
ornamen disetiap pergantian bab sehingga tampak monoton.
b) font yang digunakan untuk mebuat subbab dengan isi/pembahasan
menggunakan font yang sama sehingga tampilan buku tampak kurang
menarik.

2. Dari aspek Isi buku, terdapat kekurangan sebagai berikut:


a) Tidak memuat kesimpulan diakhir pembahasan yang merupakan intisari dari
pembahasan materi tiap bab.
b) Tidak memuat daftar pustaka/referensi maupun footnote disetiap bab yang
menandakan bukti-bukti referensi yang digunakan dalam penulisan buku.
c) Tidak memuat soal-soal evaluasi sehingga tidak dapat melakukan pengujian
penguasaan materi.

3. Dari aspek Bahasa, terdapat kekurangan sebagai berikut:


Selain menggunakan bahasa baku, penyampaian isi/pembahasan sering kali
diselipkan kata-kata asing dalam bahasa inggris sehingga menyulitkan pembaca
untuk menangkap maksud penulis karena penyampaiannya terkesan bertele-tele.

32
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN

BUKU PEMBANDING

KELEBIHAN

1. Terhitung dari pokok pembahasannya buku utama ada 7 bab.


2. Materi yang ada pada buku utama cara penjelasannya jelas dan tidak bertele-tele /
tidak merambat kemana-kemana.
3. Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti di kalangan pelajar maupun
dikalangan mahasiswa.

KEKURANGAN

1. Di setiap bab nya buku ini tidak mempunyai rangkumann yang mencakup  seluruh
materi pada perbabnya
2. Buku ini di setiap babnya tidak mempunyai soal untuk mengasah kemampuan siswa.
3. Tata penulisan pada buku ini tidak rapi , dan banyak kata penulisan yang salah

33
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Evaluasi sebagai kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Evaluasi Pendidikan merupakan proses
untuk menentukan tujuan pendidikan dibandingkan tujuan yang telah ditentukan atau secara
umum dapat diartikan bahwa evaluasi pendidikan sebagai suatu kegiatan penilaian yang
dilakukan didalam dunia pendidikan.

SARAN

Sebaiknya sebagai mahasiswa harus memiliki kedua buku ini karena buku ini sangat
bagus untuk kita para calon guru untuk dijadikan pedoman bagi kita calon pendidik anak-
anak penerus bangsa.

34
DAFTAR PUSTAKA

Asrul., dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Citapustaka Media

Jihad, Asep. Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Multi Media.

35

Anda mungkin juga menyukai