Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

PADA TAHAP PRA BENCANA (MITIGASI)

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana
yang dibina oleh

Oleh
Kelompok 2:

1. Pangestu Esa Ramadhani (P17210191020)


2. Niluh Ayu Trisnawati Putri (P17210191021)
3. Alya Annisa Ilma (P17210191022)
4. Erin Kholifatun Nisak (P17210191023)
5. Murni Wahyuni (P17210191024)
6. Ni Nyoman Nyna Karmawan (P17210191025)
7. Puput Dwi Priani (P17210191026)
8. Novita Sari (P17210191027)
9. Muhammad Sahadewo Pintarto (P17210191028)
10. Sandra Marinkha Putri (P17210191029)
11. Yoga Dwike Madani (P17210192030)
12. Niken Rizki Saputri (P17210192031)
13. Clarista Farah Admaja (P17210192033)
14. Dhea Dwi Fitria (P17210193034)
15. Anita Mahayu Sekarsari (P17210193035)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
April 2021
1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Manajemen Penanggulangan Bencana Pada Tahap Pra
Bencana (Mitigasi)” ini dengan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan
Gawat Darurat dan Manajemen Bencana. Penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan karya tulis ilmiah ini,
penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun
kearah perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Cukup banyak kesulitan yang
penulis temui dalam penulisan makalah ini, tetapi Alhamdullilah dapat penulis
atasi dan selesaikan dengan baik. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 04 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1 Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana Tanah Longsor 3

2.2 Skenario Bencana 4

2.3 Tindakan Pada Bencana Tanah Longsor 5

2.4 Manfaat 2

BAB III PENUTUP 12

3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSKATA 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No.24 Tahun 2007). Bencana
alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, letusan gunung api dan
lain-lain. Wilayah Indonesia, merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu: lempeng Hindia-Australia di
sebelah selatan, lempeng Eurasia di sebelah barat dan lempeng Pasifik di sebelah
timur (BNPB).
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana
alam tinggi, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah
longsor, dan lain sebagainya. Tercatat setidaknya 257 kejadian bencana terjadi di
Indonesia dari keseluruhan 2.866 kejadian bencana alam di Asia selama periode
tersebut. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang
memiliki tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat
kegempaan di Amerika Serikat. Gempa bumi yang disebabkan oleh interaksi
lempeng tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di
samudera. Selama kurun waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang
90 persen diantaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan
gunung api, dan 1 persen oleh tanah longsor (Pribadi dkk, 2008).
Peristiwa bencana tidak mungkin dihindari, tetapi yang dapat dilakukan
adalah memperkecil terjadinya korban jiwa, harta benda, maupun lingkungan.
Penanggulangan bencana masih sering dipersepsikan sebagai bantuan dan
pertolongan yang belum dianggap sebagai program penanggulangan atau mitigasi
yang menyeluruh, yang pelaksanaannya sering bersifat reaktif dan kurang
konsepsional. Badan-badan yang dilibatkan serta kekuatan dan dukungan yang
dikerahkan memerlukan penggalakan dan penggiatan setelah atau dekat sebelum
bencana terjadi untuk dapat secara tepat dan cepat bertindak dalam mengatasi
ancaman bencana. Banyaknya korban jiwa maupun harta benda dalam peristiwa

1
bencana yang selama ini terjadi, lebih sering disebabkan karena kurangnya
kesadaran dan pemahaman pemerintah maupun masyarakat terhadap potensi
kerentanan bencana serta upaya mitigasinya (Jurenzy & Thresa, 2011).
Oleh karena itu, dibutuhkan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, baik sebelum
terjadi, pada saat terjadi dan sesudah terjadi bencana, serangkaian upaya itu
disebut mitigasi bencana (Akbar, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana struktur organisasi penanggulangan bencana?
1.2.2 Bagaimana skenario suatu bencana yang sudah ditetapkan?
1.2.3 Bagaimana tindakan melakukan penyuluhan, mitigasi, dan preparedness
(simulasi terjadi bencana)?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui struktur organisasi penanggulangan bencana
1.3.2 Untuk mengetahui skenario suatu bencana yang sudah ditetapkan
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan melakukan penyuluhan, mitigasi, dan
preparedness (simulasi terjadi bencana)

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita peroleh dari pembuatan makalah ini yaitu
dapat menambah pemahaman mengenai mitigasi bencana alam meliputi
memanajemen dan mengahadapi suatu bencana apabila sudah terjadi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana Tanah Longsor

3
2.2 Skenario Bencana

Pada hari Minggu 1 Desember 2013, jam 5.30 wib, terjadi bencana
tanah longsor di wilayah Gedang Sari Gunungkidul, setelah tiga hari diguyur
hujan yang lebat. Informasi dari pemerintah desa setempat dilaporkan terdapat

● 20 rumah tinggal rusak berat


● 5 rumah tertimbun tanah longsoran
● Beberapa tempat jalan desa tertutup longsoran tanah
● korban jiwa : 21 KK kehilangan rumah terdiri dari dengan 45 jiwa harus
mengungsi, 25 orang mengalami perlukaan : 10 orang luka berat, 9 luka
sedang, 6 orang luka ringan.
● Kemungkinan ada 9 orang berada di dalam rumah yang tertimbun tanah
longsor.

Kronologis pertolongan:

10 orang masyarakat dari desa tangguh dan SIBAT yang membantu


korban pertama kali. Setelah kejadian, perangkat desa setempat melapor ke
pak tentang kejadian bencana melalui sms. Sambil berangkat menuju lokasi
bencana, pak Lurah menghubungi pihak-pihak terkait (untuk
menginformasikan kejadian tersebut dan langkah-langkah yang harus segera
diambil).

Panduan kegiatan simulasi:

LAPORAN TIM Komunikasi : laporan telah terjadi bencana tanah longsor


di desa Gedang sari pada Minggu, 1 Desember 2013, Pukul 05.30 WIB.

SESI I:

Tim Kentongan

Tim Reaksi Cepat dari masyarakat dan puskesmas

4
Kasus yang di dapat

SESI II:

Tim Evakuasi

- Tim medis dari puskesmas, TRC, komunitas, dan masyarakat yang selamat
melakukan pertolongan pertama dan membawa korban ke rumah sakit.
- Kasus yang banyak dan rumah sakit tidak mampu sehingga membutuhkan
bantuan dari luar.
- Sementara, korban tanah longsor berkumpul di bangunan yang aman di
daerah tersebut.
- BPBD melakukan penilaian cepat terkait lokasi, penentuan status gawat
darurat, kerusakan, kerugian, sumber daya, penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terkena bencana, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
terhadap kelompok rentan dan pemulihan dengan segera prasarana dan
sarana vital.

SESI III: Rehabilitasi : dengan kesiapsiagaan yang baik maka penanganan


bencana tanah longsor dapat dilakukan dengan baik.

2.3 Tindakan Pada Bencana Tanah Longsor

2.3.1 Penyuluhan Pada Bencana Tanah Longsor

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi


risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, Indonesia
merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana alam tinggi,
seperti tanah longsor, dan lain sebagainya. Data menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan
tanah longsor dan gempa yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat
tingkat kerawanan gempa di Indonesia

Sebagai Mahasiswa yang mengkaji upaya mitigasi bencana dan


harus memiliki pengetahuan akan potensi bencana serta dapat

5
mengimplementasikannya. Maka dari itu perlu adanya pematerian yang
dilakukan agar peserta didik khususnya sebagi mahasiswa dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi suatu bencana.
Selain memberikan ilmu-ilmu tambahan terkait kebencanaan kepada
peserta didik, pematerian ini juga dapat bermanfaat bagi masyarakat,
umumnya saat mahasiswa yang telah di berikan pemahaman tentang
lingkungan memberikan sosialisasi atau penyuluhan.

Topik yang dibahas pada saat kegiatan penyuluhan kegiatan ini


adalah pemahaman terkait bencana tanah longsor Pada hari Minggu 1
Desember 2013, jam 5.30 wib, di wilayah Gedang Sari Gunungkidul,
setelah tiga hari diguyur hujan yang lebat, pemahaman aktif dalam upaya
penanggulangan bencana dan cara mengatasi bencana Dengan materi
yang diberikan diharapkan peserta mampu memahami dan
mempraktekkan mengenai penanggulangan bencana longsor yaitu :

- Persiapan materi (mencari &merangkum materi dari


beberapasumber) Pembuatan desain brosur Pencetakan brosur

- Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap tanggap


bencana (khususnya longsor)

Seperti yang dilaporkan oleh tim komunikasi telah terjadi bencana


tanah longsor di desa Gedang sari pada Minggu, 1 Desember 2013, Pukul
05.30 WIB.20 rumah tinggal rusak berat

-5 rumah tertimbun tanah longsoran

- Beberapa tempat jalan desa tertutup longsoran tanah

- korban jiwa : 21 KK kehilangan rumah terdiri dari dengan 45


jiwa harus mengungsi, 25 orang mengalami perlukaan : 10 orang
luka berat, 9 luka sedang, 6 orang luka ringan.

- Kemungkinan ada 9 orang berada di dalam rumah yang tertimbun


tanah longsor.

6
risiko tinggi terhadap bencana dan sisanya memiliki risiko sedang.
. Dengan risiko yang tinggi tersebut memberikan filosofi penanggulangan
bencana:

- Jauhkan bencana dari manusia

- Jauhkan manusia dari bencana

- Beradaptasi dan hidup harmoni dengan bencana

- Mendorong kearifan local sebagai kekuatan utama

- Menyelamatkan keluarga yang utama

Dengan adanya kegiatan ini masyarakat secara umum dapat


kembali merefresh pengetahuan tentang tanggap darurat dan siaga bencana
longsor khususnya dalam tingkatan kepala keluarga (rumah).

Pemateri yang kedua menjelaskan Ketika terjadi bencana seperti


longsor di lapangan ada beberapa risiko yang terjadi yaitu cedera,
kematian, kerusakan bangunan, dan kehilangan pekerjaan. Hal yang dapat
dilakukan sebelum terjadinya gempa yang dapat meminimalisir risiko
adalah dengan penentuan jalur evakuasi dan titik kumpul, pembentukan
tim keselamatan yang dapat terdiri dari (masyarakat ,pekerja, satpam, OB,
penjual ,pedagang, dll), keselamatan dan pertolongan, yang harus
disiapkan adalah melakukan pertolongan pertama dan membawa korban
ke rumah sakit.Pelatihan dan simulasi juga menjadi salah satu kegiatan
yang harus diadakan sebelum bencana agar memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada masyarakat untuk meminimalisir risiko bencana.

Pada dasarnya longsor merupakan fenomena alam yang kita tidak


tahu kapan bisa terjadi, maka selayaknya bagi masyarakat yang hidup di
tengah-tengah fenomena tersebut untuk dapat memahami karakteristik
fenomena tersebut sehingga tidak menjadi bencana (menimbulkan korban
jiwa) bagi masyarakat. Dengan adanya program ini hendaknya dapat

7
memberikan sedikit pengetahuan atau sedikit merefresh pengetahuan
masyarakat tentang tanggap darurat bencana longsor.

2.3.2 Mitigasi Pada Bencana Tanah Longsor

Mitigasi bencana adalah segala upaya untuk mengurangi risiko


bencana. Program mitigasi bencana dapat dilakukan melalui pembangunan
secara fisik maupun peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Tujuan utama dari mitigasi bencana adalah untuk mengurangi
resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk,
seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi dan kerusakan sumber
daya alam. Berikut tahapan mitigasi pada bencana tanah longsor
sesuai skenario:

1. Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan 


bencana alam geologi di desa Gedang sari, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah kabupaten / kota dan provinsi sebagai
data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.

2. Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana,


sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

3. Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah


strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat
bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah di Gedang sari.

4. Sosialisasi

8
Memberikan pemahaman kepada masyarakat desa Gedang sari,
Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang
bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya.
Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan
poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.

5. Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi


bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang
terlanda bencana tanah longsor.

2.3.3 Preparedness Pada Bencana Tanah Longsor

Pada dasarnya kegiatan simulasi adalah kegiatan yang diciptakan


seolah sebagai suatu kegiatan yang nyata dengan maksud untuk menguji
sesuatu. Simulasi tanggap bencana merupakan merupakan alat atau
instrumen untuk menguji tingkat pengetahuan, pemahaman, respon dan
tindakan warga ketika akan, saat dan pasca terjadi bencana.
Langkah-Langkah pelaksanaannya adalah:

1. Persiapan

Pelaku utama dan penanggungjawab pelaksanaan kegitan persiapan ini


adalah Tim Inti Perencana Partisipatif (TIPP). Dalam melaksanakan
kegitaan-kegiatan ini TIPP wajib bekerjasama dengan BKM dan
pemerintahan desa/kelurahan serta BPBD kabupaten/kota serta
pemangku kepentingan PRB lainnya (PMI, Tagana dll).

2. Pelaksanaan

Ada beberapa langkah pelaksanaan, yaitu:

- Pembentukan Panitia Pelaksana


9
- Pelatihan Panitia Pelaksana

- Sosialisasi Tingkat Desa


- Sosialisasi Tingkat Basis

- Pembekalan dan Technical Meeting


- Pelaksanaan Simulasi Bencana
- Pelaksanaan Simulasi Bencana

3. Evaluasi

Lingkup evaluasi mencakup hal-hal sebagai berikut:

- Evaluasi terhadap pelaksanaan skenario simulasi bencana


- Evaluasi terhadap kelayakan fungsi prasarana dan sarana yang
digunakan dalam simulasi
- Evaluasi kinerja partisipan dalam melaksanakan simulasi untuk
mengetahui tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan warga dan
pemerintah desa/keluarahan.
- Evaluasi tingkat kapasitas warga dan pemerintah desa/kelurahan dalam
melakukan tindakan antisipatif menghadapi bencana
- Evaluasi tingkat ketrampilan warga dan pemerintahan desa/kelurahan
dalam menghadapi bencana
- Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi
sebagai bahan pembelajaran warga (lesson learned) terkait dengan
kesiapsiagaan tetapi juga terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi lingkungan permukiman di masa mendatang. Evaluasi
dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana yang telah
dibuat dengan praktek yang telah dilakukan.
- Dalam pelaksanaan evaluasi ini, panitia pelaksana bekerja sama dengan
TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau
pemangku kepentingan PRB lainnya.
Kegiatan evaluasi ini dilaksanakan untuk memperoleh informasi
sebagai bahan pembelajaran warga (lesson learned) terkait dengan

10
kesiapsiagaan tetapi juga terkait dengan pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi lingkungan permukiman di masa mendatang. Evaluasi
dilaksanakan dengan cara membandingkan antara rencana yang telah dibuat
dengan praktek yang telah dilakukan.
Dalam pelaksanaan evaluasi ini, panitia pelaksana bekerja sama
dengan TIPP, BKM serta wajib melibatkan BPBD kabupaten/kota atau
pemangku kepentingan PRB lainnya.

BAB III
PENUTUP
11
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia
merupakan salah satu negara yang rawan bencana sehingga diperlukan
manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mitigasi bencana. Mitigasi bencana
adalah sebuah upaya untuk memperingan atau mengurangi resiko suatu dampak
dari terjadinya bencana baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi bencana memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaannya yang
meliputi pemetaan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, dan pemeriksaan.
Tujuan utama dari mitigasi bencana adalah untuk mengurangi resiko/dampak yang
ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk, seperti korban jiwa
(kematian), kerugian ekonomi dan kerusakan sumber daya alam. Mitigasi bencana
harus benar-benar dilakukan ketika terjadi suatu bencana baik longsor, banjir
bandang, tsunami, dan lain-lain. Mitigasi bencana juga harus benar-benar
direncanakan sematang mungkin agar dalam pelaksanaan dilapangan dapat
berjalan dengan baik.

3.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah
atau lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari
masyarakat umum. Dalam mitigasi bencana sebaiknya dilakukan dengan kerja
sama yang baik antara pihak pemerintah dan pihak masyarakat agar semua pihak
tidak kesulitan pada saat terjadi bencana. Diharapkan dari semua lapisan
masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Usman. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

12
Jurenzy, Thresa. 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam Kaitannya
dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana Di Daerah Rawan Bencana.
Skripsi. Bandung: Institut Pertanian Bogor
Pribadi, Krishna S, dkk. 2008. Pendidikan Siaga Bencana. Bandung: Pusat
Mitigasi Bencana-ITB.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.

13

Anda mungkin juga menyukai