Anda di halaman 1dari 11

RESUME

FILOSOFI BIDAN

Dosen Pengampu :
Heni Heryani, SST.,M.KM

Disusun oleh :
Devi Ayu Apriliani
2102277004

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………… i


URAIAN MATERI . ………………………………………………………………………. ii
1. Pengertian Filosofi Bidan …………………………………………………………… 2
2. Falsafah Kebidanan …………………………………………………………………. 5
3. Tinjauan Filosofi Dalam Kebidanan ……………………………………………….. 6
4. Kemitraan Bidan (partnership) Bidan Dan Perempuan …………………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 11
URAIAN MATERI
“ FILOSOFI BIDAN “

1. PENGERTIAN FILOSOFI BIDAN


Filosofi disebut juga falsafah atau filsafat, kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani,
yakni philosophia: philein artinya cinta, mencintai, philos pencinta, Sophia kebijaksanaan atau
hikmat. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, filosofi yaitu anggapan, pandangan hidup,
sikap batin yang paling umum yang dimiliki orang/masyarakat.
Filosofi pada pengertiannya adalah keyakinan dan nilai yang dianut oleh seseorang
yang memengaruhi perilaku seseorang, sehingga filosofi kebidanan dapat diartikan sebagai
keyakinan/cara pandang dan nilai dianut oleh seorang bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan.
Dalam menjalankan perannya bidan harus memiliki keyakinan yang dijadikan panduan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
Filosofi kebidanan menurut Guiland and pairman, bahwa filosofi kebidanan meliputi 4
aspek yaitu hamil, bersalin dan masa nifas adalah peristiwa alamiah (natural) dan fisiologis
(normal). Peran bidan adalah kehamilan normal, persalinan normal, dan masa nifas normal,
women center care, dan continuity of care.
Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) 2016, bahwa dalam menjalankan perannya bidan
memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan kebidanan meliputi:
1. Keyakinan tentang kehamilan dan Persalinan. Hamil dan bersalin merupakan proses
alamiah dan bukan penyakit.
2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan
harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya.
3. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologi harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat
guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan
janin/bayinya.
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan
harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang Kesehatan diri dan
keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling.
Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan,
keluarga dan pemberi asuhan.
5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan
berfokus pada: pencegahan, promosi Kesehatan yang bersifat holistic, diberikan dengan
cara yang kreatif dan fleksibel, support, peduli; bimbingan, monitor, dan Pendidikan
berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak
otoriter serta menghormati pilihan perempuan.
6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan, Praktik Kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistic terhadap
perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya,
spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam
praktinya yang berkolaborasi dengan tim Kesehatan lainnya.
7. Sebagai profesi Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan
menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia
adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu
kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama.
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan.
Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang
cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja.
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat
kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa
Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya
dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang
terorganisir.

Filosofi menurut ICM :


1. Pregnancy and childbearing are usually normal physiological processes.
2. Pregnancy and childbearing is a profound experience, which carries significant
meaning to the woman, her family, and the community.
3. Midwives are the most appropriate care providers to attend childbearing women.
4. Midwifery care promotes, protects and supports women's human, reproductive and
sexual health and rights, and respects ethnic and cultural diversity. It is based on the
ethical principles of justice, equity, and respect for human dignity.
5. Midwifery care is holistic and continuous in nature, grounded in an understanding of
the social, emotional, cultural, spiritual, psychological and physical experiences of
women.
6. Midwifery care is emancipatory as it protects and enhances the health and social
status of women and builds women's self confidence in their ability to cope with
childbirth.
7. Midwifery care takes place in partnership with women, recognising the right to self
determination, and is respectful, personalised, continuous and non-authoritarian.
8. Ethical and competent midwifery care is informed and guided by formal and
continuous education, scientific research and application of evidence.
2. FALSAFAH KEBIDANAN
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa arab yaitu “ falsafa ” (timbangan) yang dapat
diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab, asal dan hukumnya. (Harun Nasution, 1979) Menurut bahasa Yunani yaitu “philosophy“
yang berasal dari dua kata yaitu philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan
sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis, intelegensi). Filsafat secara
keseluruhan dapat diartikan “ cinta kebijaksanaan atau kebenaran.” Falsafah kebidanan
merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :
1. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun peraturan
pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan
professional dan secara internasional diakui oleh International Confederation of
Midwives (ICM), FIGO dan WHO.
2. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka
membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka
menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman dan
KB.
3. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya.
Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang
cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan kesehatannya.
4. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah
proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.
5. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
6. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.
7. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang
membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
8. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.
9. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
10. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka
meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan interaksi social
serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara
terpadu.
11. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian
berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk
berbagai strata masyarakat.
3. TINJAUAN FILOSOFI DALAM ILMU KEBIDANAN
1. Tinjauan Keilmuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang
dapat dipergunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Setiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang terdiri dari ontology, epistemology,
dan aksiologi.
Ontology merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup wujud yang
menjadi objek penelahaan dan penafsiran mengenai hakikat realitas pada objek yang
ontologis atau objek formal. Epistemology merupakan asas mengenai cara bagaimana
materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi
merupakan asas dalam menggunakan sebuah pengetahuan yang diperoleh dan disusun
dalam pengetahuan yang utuh.
Berdasarkan komponen hakikat ilmu, setiap cabang ilmu pengetahuan
dibedakan berdasarkan dari apa yang diketahui (ontology), bagaimana pengetahuan itu
diperoleh (epistemologi), serta nilai mana yang saling berkaitan dengan pengetahuan
tersebut (aksiologi). Sebuah pengetahuan ilmiah harus memiliki landasan ontology,
epistemology dan aksiologi yang spesifik, artinya suatu pengetahuan secara umum
dikelompokkan sebagai pengetahuan ilmiah dapat memenuhi persyaratan ontology,
epistemology, dan aksiologi keilmuan.
Dimensi kefilsafatan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
a) Bersifat universal, artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan
b) Bersifat generik artinya mencirikan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah
c) Bersifat spesifik, artinya memiliki ciri-ciri yang khas antara disiplin ilmu yang satu
dengan yang lain.

2. Pengetahuan Kebidanan (Body of Midwifery Knowledge)


Secara filosofi, ilmu kebidanan merupakan ilmu yang memiliki karakteristik
ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu kebidanan mempunyai karakteristik dan spesifikasi
baik objek formal maupun objek material.
Objek formal disiplin ilmu kebidanan merupakan cara pandang yang berfokus
pada objek penelaahan dalam batas dan ruang lingkup tertentu. Objek formal dari
disiplin ilmu kebidanan selalu mempertahankan status Kesehatan reproduksi, termasuk
kesejaheraan wanita sejak lahir sampai masa tuanya, termasuk berbagai implikasi
dalam siklus kehidupannya.
Secara material disiplin ilmu kebidanan merupakan substansi dari objek
penelaahan dalam lingkup tertentu. Objek material dalam disiplin ilmu kebidanan
adalah janin, bayi baru lahir, bayi, anak di bawah lima tahun (balita), dan wanita secara
utuh atau holistic dalam siklus kehidupannya (anak-anak, pra remaja, dewasa muda,
dewasa, lansia dini, dan lansia lanjut) yang berfokus kepada Kesehatan reproduksi
masyarakat.
Berdasarkan pemikiran dasar tersebut, disusunlah batang tubuh pengetahuan
kebidanan (Body of Midwifery Knowledge) yang dikelompokan menjadi empat, yaitu:
a) Ilmu dasar
Meliputi anatomi, fisiologi, mikrobiologi dan parasiologi, patofisiologi, fisika
dan biokimia.
b) Ilmu sosial
Meliputi Pancasila dan wawasan nusantara, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
sosiologi, antropologi, administrasi dan kepemimpinan, ilmu komunikasi,
humaniora dan Pendidikan (prinsip belajar dan mengajar)
c) Ilmu terapan
Meliputi kedokteran, farmakologi, epidemiologi, statistic, Teknik Kesehatan
dasar atau keperawatan dasar, paradigma sehat, ilmu gizi, hukum Kesehatan,
hukum masyarakat dan metode riset.
d) Ilmu kebidanan
Ilmu kebidanan meliputi dasar-dasar kebidanan (perkembangan kebidanan,
registrasi, dan organisasi professional bidan serta fungsi bidan), toeri dan
model.

4. KEMITRAAN BIDAN (PARTNERSHIP) BIDAN DAN PEREMPUAN


Kebidanan adalah profesi yang didasarkan pada kemitraan antara wanita dan bidan
yang bertujuan untuk mempromosikan hasil kesehatan. Kewajiban Bidan untuk
mengembangkan kemitraan dengan individu perempuan di mana mereka secara aktif
berbagi informasi dan mendukung perempuan dalam hak mereka untuk berpartisipasi aktif
dalam keputusan tentang mereka dan bayi mereka yang baru lahir.
Kebidanan (Midwiffery) menurut ICM 2017, kebidanan adalah suatu pendekatan
asuhan untuk perempuan dan bayi baru lahir, dimana bidan:

 Mengoptimalkan proses normal biologis, psikologis, sosial, dan budaya dari proses
persalinan dan awal kehidupan bayi.
 Bekerja sebagai mitra dengan perempuan, menghormati latar belakang dan situasi
serta pandangan dari setiap perempuan.
 Mempromosikan agar perempuan memiliki kapasitas untuk meramwat dirinya dan
keluarganya.
 Berkolaborasi dengan bidan dan profesi kesehatan lainnya untuk layanan holistik
yang diperlukan oleh perempuan.
Bidan harus bisa membantu menciptakan lingkungan di mana wanita bebas
berpendapat untuk dirinya sendiri tentang masalah yang mempengaruhi kesehatan
mereka dan keluarga mereka di budaya/masyarakat. Kemitraan yang dilakukan harus
didasarkan pada Kebutuhan perawatan kesehatan wanita dan bayi baru lahir,
melibatkan perempuan dalam proses identifikasi kebutuhan, bidan harus proaktif untuk
memberdayakan perempuan, agar dapat berpartisipasi dalam kegiatan asuhan yang
berkualitas, bidan bersikap ramah dan menghargai terhadap perempuan dan
Mempromosikan penerapan pedoman praktik yang mendukung pilihan berdasarkan
informasi perempuan dan pentingnya mendapatkan persetujuan untuk semua aspek
perawatan.
Berikut adalah bentuk-bentuk dari Partnership bidan dan perempuan dalam Pelayanan
Kebidanan:
1. WOMEN CENTERED CARE (ASUHAN YANG BERPUSAT PADA PERPEMPUAN
Women Centered Care Adalah suatu filosofi dasar dan pendekatan praktis yang
secara sadar dipilih dalam pengelolaan asuhan pada usia reproduksi. Hal ini merupakan
hubungan yang kolaboratif antara perempuan dan bidan. Hubungan ini dibangun
melalu interaksi yang baik dan saling terbuka, mengakui keahlian dan saling
menghormati kekuatan/kelebihan masing-masing, dan memiliki fokus yang seimbang
antara pengalaman perempuan dan juga/kesejahteraan dari ibu dan bayinya.
Pada gambar dibawah ini adalah prinsip dari women centered care:
a. Pilihan, setiap perempuan selalu diberi informasi terkait kesehatannya yang
menentukan apa keinginannya, misalnya, jika dan kapan akan hamil, informasikan
prosedur yang akan dilakukan, kontrasepsi apa yang tepat dia gunakan, dan pemberi
layanan dan fasilitas kesehatan yangn ingin digunakan.
b. Akses, akses yang dimaksud adalah layanan yang mudah dijangkau atau dengan kata
lain :
- Dapat terjangkau (harga/pembiayaan)
- Dilakukan dalam jangka waktu yang sesuai
- Bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat setempat
- Menghargai dan kerahasiaan dijamin
c. Kualitas
- Berikan informasi dan konseling untuk mendukung pilihan yang berdasarkan
kesadaran penuh
- Berikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan situasi sosialnya
termasuk untuk perempuan mudan dan yang belum menikah.
- Gunakan metode dan protoocol asuhan kebidanan yang direkomendasikan (atau
yang sudah terstandar)
- Berikan metode dan layanan kontrasepsi yang diinginkan
- Tawarkan layanan kesehatan reproduksi lain yang terkait
- Pastikan kerahasiaan/konfidesialitas, privasi dan interaksi yang menghormati
- Menjamin layanan yang bebas stigma, bebas diskriminatif dan non judgmental
- Menjamin rasa nyaman, aman dan menghargai (respectful)
- Layanan diberkan secara komprehensif dan menggunakan teknologi yang tepat.
Sebagai seorang bidan yang dapat kita lakukan adalah bidan mendukung
perempuan untuk membuat pilihan-pilihan untuk dirinya dengan cara:
- Memberikan informasi yang lengkap dan akurat
- Tawarkan pasien dan ajukan pertanyaan dan menyampaikan kekhawatiran.
- Akui hak pasien perempuan untuk membuat pilihan, tanpa melihat umur,
status pernikahan ataupun karakteristik lainnya.
- Miliki rasa empati dan hormat untuk semua perempuan, tanpa melihat umur
dan status pernikahan.

- Pertahankan interaksi dan komunikasi yang positif


- Hormati privasi dan kerahasiaan
- Patuh pada proses yang sukarela dan berbasiskan konsent/ijin
- Membeirkan asuhan sesuai dengan kompetensi, kode etik, standar profesi,
standar pelayanan dan SOP yang ada.
Selain dukungan, hal yang lain yang sama pentingnya adalah sikap dan
kepercayaan pemberi layanan kesehatan. Sikap dan kepercayaan bidan akan
mempengaruhi kualitas layanan yang diberikan. Klarfikasi nilai direkomendasikan
untuk membantu bidan memisahkan bias personal dan sikap serta profesionalisme
mereka.

2. CONTINUE OF CARE
Continuity of care (COC) merupakan paradigma yang digunakan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan maternal, bayi baru lahir dan kelurga berencana
secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pada asuhan ini akan terpantau kondisi ibu
sehingga menjamin kehamilan persalinan, nifas dan bayi baru lahir berkualitas.
Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktik
kebidanan untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang
berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling percaya
antara bidan dengan klien
Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care
yaitu dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, serta hari-
hari awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat
pelayanan yang menghubungkan berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah,
masyarakat, dan sarana kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan
secara berkesinambungan.
Menurut Saifuddin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan yang
berkesinambungan adalah sebagai berikut : 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2. Meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. 10 3. Mengenal
secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 4.
Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas
berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan
keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. 1.1.4 Manfaat Continuity
of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk
memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya.
bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam melakukan konsultasi dan rujukan
dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017).

Continuum of care the life cycle artinya pelayanan yang diberikan pada siklus
kehidupan yang dimulai dari prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi, balita,
anak prasekolah, anak sekolah, remaja, dewasa hingga lansia.
Continuum fa care yang dalam hal ini dimulai dari pelayanan pra konsepsi pada
wanita usia subur (WUS) dan Pasangan Usia Subur (PUS), pelayanan antenatal,
pelayanan persalinan dan bayi baru lahir, pelayanan masa nifas dan keluarga berencana,
pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kehatan anak balita dan prasekolah, hingga
pelayanan anak sekolah dan remaja.

3. EMPOWERMENT WOMAN (PEMBERDAYAAN PEREMPUAN)

Pemberdayaan perempuan adalah upaya pemampuan perempuan untuk


memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya,
agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu
berperan dan berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah, sehingga mampu
membangun kemampuan dan konsep diri.
Pemberdayaan perempuan merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Oleh
karena itu, pemberdayaan perempuan tidak akan terlepat dari pemberdayaaan
masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang
mandiri,mampu menggali dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada didaerahnya,
dan membantu masyarakat untuk terbebas dari keterbelakangan atau kemiskinan.
Bidan mengoptimalkan perannya agar perempuan dapat lebih
berdaya/mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan untuk dirinya terutama
terkait hak-hak reproduksi. Penguatan peran bidan dilakukan melalui pengetahuan dan
keterampilan yang baik mengenai situasi masyarakat sekitar.
Bidan sebagai pendidik dapat membeirkan pengetahuan dan keterampilan
kepada perempuan, memberikan arahan-arahan. Sebagai penggerak, bidan dapat
memberikan motivasi dan mengajarkan untuk berpartisifasi aktif kepada perempuan
dalam setiap kegiatan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ibi.or.id/id/article_view/A20150112002/filosofi-kami.html
http://eprints.umpo.ac.id/4199/2/2%20BAB%20I.pdf
http://mitrahusada.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/MODUL-KONSEP-KEBIDANAN.pdf
https://reionnote.wordpress.com/2016/04/14/tinjauan-filosofi-dalam-ilmu-kebidanan/

Anda mungkin juga menyukai