Anda di halaman 1dari 3

PROBLEM DAN TANTANGAN PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI

Sejak kasus pertama Covid 19 diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2020
yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada masa pandemi. Banyak sektor kehidupan
yang lumpuh, termasuk bidang pendidikan. Negara berkewajiban mencarikan solusi demi
keberlangsungan pendidikan agar proses pembelajaran tidak terhenti.

Saat ini, kegiatan belajar mengajar tidak lagi berlangsung dengan tatap muka di
sekolah, melainkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh. Peserta didik belajar dari rumah dengan
bimbingan dari guru dan orang tua. Kegiatan seperti Ujian Tengah Semeser, Ujian Akhir
Semester terpaksa dibatalkan. Pihak sekolah mulai mengatur strategi pembelajaran yang tepat
untuk menghadapi masa pandemi. Pada awal pandemi, media yang digunakan untuk
pembelajaran daring adalah WhatsApp.

Aplikasi ini mempunyai kelebihan relatif murah dalam pemakaian kuota internet dan
hampir semua orangtua Peserta didik sudah mengenalnya. Kekurangannya antara lain video
grup WhatsApp hanya bisa diikuti oleh empat orang, sehingga tidak bisa digunakan untuk
pembelajaran langsung yang maksimal. Selain itu, aplikasi ini juga tidak efektif untuk tempat
pengumpulan tugas peserta didik, sehingga perlu dicari alternatif yang lain.

Kemendikbud menayangkan sebuah program Belajar dari Rumah yang disiarkan


TVRI pada pertengahan bulan April 2020. Program ini diisi dengan berbagai tayangan
edukatif dan menyenangkan sebagai alternatif pembelajaran bagi peserta didik, orangtua, dan
guru. Kelebihannya peserta didik tinggal menonton dari TVRI didampingi orangtuanya untuk
meringkas materi yang disampaikan. Kekurangannya adalah tidak semua peserta didik di
rumahnya ada televisi, ada juga yang mempunyai televisi, tapi tidak dapat menangkap siaran
TVRI, kemudian jadwal penayangannya kadang berubah dan tidak mencakup semua mata
pelajaran, sehingga masih perlu dicari alternatif aplikasi yang lain.

Media (aplikasi) Pembelajaran Daring yang bisa digunakan antara lain Zoo), Jitsi
Meet, Google, Cisco Webex, Google Classroom, Google Form, dan WhatsApp.

Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan SDM, keterbatasan sarana prasarana seperti
laptop atau HP yang dimiliki orangtua peserta didik, kesulitan akses internet, kondisi listrik
yang tidak stabil, dan keterbatasan kuota internet yang bisa disediakan oleh orangtua. Menteri
pendidikan pada kegiatan Webinar Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi
Covid-19, yang dilaksanakan secara virtual melalui Zoom dan disiarkan langsung dari kanal
YouTube Kemendikbud RI menyatakan terdapat beberpa kendala yang dihadapi guru,
orangtua, dan peserta didik selama PJJ setidaknya meliputi:

1. Guru mengalami hambatan dalam PJJ dan cenderung fokus kepada penuntasan
kurikulum.
2. Waktu pembelajaran menjadi berkurang, sehingga guru tidak dapat memenuhi beban
jam mengajarnya.
3. Guru mengalami kesulitan komunikasi dengan orangtua sebagai pembimbing peserta
didik di rumah
4. Belum semua orangtua bersedia dan mampu mendampingi anak belajar di rumah
karena ada tanggung jawab yang lain seperti urusan kerja, urusan rumah, dan
sebagainya.
5. Orangtua mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat
mendampingi belajar di rumah.
6. Peserta didik mengalami kesulitan untuk konsentrasi dalam belajar dari rumah dan
mengeluhkan banyaknya penugasan soal dari guru.
7. Meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi di rumah secara berkelanjutan
berpotensi menimbulkan rasa cemas dan depresi bagi anak, akses ke sumber belajar
baik disebabkan karena masalah jangkauan listrik atau internet, maupun dana untuk
aksesnya.

Solusi yang bisa diambil diantaranya guru mengikuti Program Guru Berbagi, Seri
Bimtek Daring, dan Seri Webinar, penyediaan kuota gratis, relaksasi BOS dan BOP, “Belajar
dari Rumah” di TVRI, belajar di radio RRI, Rumah Belajar, dan kerjasama dengan platform
pembelajaran daring. Langkah yang dapat ditempuh adalah menyusun kurikulum darurat..
Selain itu didukung juga dengan beberapa dasar hukum yang lain.

Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan jumlah KD yang mengacu pada K-


2013. Kurikulum darurat diharapkan akan memudahkan proses pembelajaran di masa
pandemi dengan adanya pemilihan KD esensial. Dampak yang diharapkan setelah penerapan
kurikulum darurat bagi guru, orangtua, dan peserta didik antara lain tersedianya acuan
kurikulum yang sederhana, berkurangnya beban mengajar bagi guru, Peserta didik tidak lagi
merasa terbebani tuntutan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum, guru dan Peserta
didik dapat lebih fokus pada pendidikan serta pembelajaran yang esensial dan kontekstual,
orangtua di rumah lebih mudah mendampingi anaknya belajar, sehingga kesejahteraan
psikososial guru, Peserta didik, dan orangtua menjadi lebih baik. Pelaksanaan PJJ selama
masa darurat Covid-19 untuk masing-masing sekolah sangat bervariasi, sesuai dengan asumsi
dan kesiapan sekolah tersebut.

Implementasi pelaksanaan kurikulum darurat menuntut guru untuk merubah paradigma pada
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pada penilaian hasil belajar karena kegiatan
pembelajaran tidak lagi dilaksanakan di sekolah, tetapi dilaksanakan peserta didik dari
rumah. Kegiatan belajar dari rumah menuntut adanya kerjasama antara guru, orangtua dan
peserta didik.

Belajar dari rumah pada hakikatnya tidak hanya untuk memenuhi tuntutan kompetensi pada
kurikulum, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan
kemandirian Peserta didik. Guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan
materi pelajaran dan memberi tugas kepada peserta didik, agar terwujud kegiatan
pembelajaran yang lebih bermakna, menginspirasi, dan lebih menyenangkan agar peserta
didik tidak mengalami kejenuhan belajar dari rumah.

Anda mungkin juga menyukai