Nama :
( 292688 )
YOGYAKARTA
2011
Hemoroid
I. Pengertian
Hemoroid adalah dilatasi vena hemoroidal interior atau superior (kamus saku kedoteran
Dorland, 1998).
Hemoroid adalah pembengkakan yang tidak wajar/ distensi vena di daerah rectal yang tidak
signifikan (D. D. Ignatavicius, 1998).
II. Klasifikasi
Hemoroid internal
Adalah pelebaran plexus hemoroidalis superior. Diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa diatas spingter ani.
1. Derajad I
Hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa rasa nyeri sewaktu defekasi. Tidak
terdapat prolaps dan pada pemeriksaan terlihat menonjol dalam lumen.
2. Derajad II
Hemoroid menonjol melalui kanal analis pada saat mengejan ringan tetapi dapat masuk
kembali secara spontan.
3. Derajad III
Hemoroid akan menonjol saat mengejan dan harus didorong kembali sesudah defekasi.
4. Derajad IV
Hemoroid menonjol keluar saat menegejan dan tidak dapat didorong masuk kembali.
Hemoroid Eksternal
Adalah hemoroid yang menonjol keluar saat mengejan dan tidak dapat didorong masuk.
1. Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna
akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung- ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.
2. Kronik
Sedangkan hemoroid eksterna kronik satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
III. Etiologi
o Konstipasi menahun
o Herediter
o Pembesaran prostat
- Kehamilan
- Konstipasi
- Berdiri dan duduk terlalu lama
o Fibroma uteri
o Tumor rectum
o Diare
o Kongesti pelvis
V. Pathways
Konstipasi, diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, fibroma uteri,
pembesaran prostat, tumor rectum.
1. Cemas / takut b/ d lingkungan baru, jauh dari orang yang disayangi, kurang
pengetahuan terhadap tindakan yang akan dilakukan.
VII. Intervensi
- Kaji TTV
POST OP
- Memberi bed tambahan
Resiko injuri (jatuh Meminimalkan penyebab injuri
dikanan dan kiri klien
dari bed) b/ d dengan melakukan tindakan 1x 15
- Memantau TTV
INTRA OP Volume cairan dalam tubuh
seimbang setelah dilakukan 1 x 10 - Memantau intake dan output Mengetahui
Gangguan
menit dengan KH : cairan cairan intek
keseimbangan cairan
dan elektrolit b/d - TTV dalam batas normal :
maupun output
- Memantau integritas cairan
perdarahan intra apakah seimbang
TD : 120/80 mmHg
operasi atau tidak.
N : 80x/ menit
S : 35,4 0 C
R : 20 x/ menit
Smeltzer, Suzane. C dan Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal
Bedah Bruner & Suddarth
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
HEMOROIDEKTOMI
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan mukosa atau
tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.
b. Ruang lingkup
Buang air besar dengan perdarahan berupa darah segar dan tidak bercampur dengan
feses,prolaps hemoroid disertai dengan anal discharge, pruritus ani dan dermatitis disekitar
anus (proktitis).
Dalam kaitan penegakan diagnosis dan pengobatan diperlukan pemeriksaan anuskopi atau
rektoskopi.
c. Indikasi operasi
- Penderita dengan keluhan menahun dan hemoroid derajat III dan IV.
- Perdarahan berulang dan anemia yang tidaksembuh dengan terapi lain yang lebih sederhana.
- Penyakit Chron’s
- Wanita hamil
- Hipertensi portal
e. Diagnosis banding
- Karsinoma kolorektum
- Penyakit divertikel
- Polip
- Kolitis ulseratifa
- Prolaps rekti
- Prolaps ani
f. Pemeriksaan penunjang
- Sigmoideskopi (proktosigmoideskopi)
Penatalaksanaan
I. Operasi
Dimana semua sayatan ditempat keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari
rectum.
c. Metode Morgan-Milligan
3. Rubber band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastiskira-kira 1 minggu.
4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal hingga pedikel hemorrhoid
5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel hemorrhoid diligasi
dengan chromic
catgut 3-0
6. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit sebagian
Komplikasi Operasi
- Inkontinensia
- Retensio urine
- Stenosisani
- Perdarahan fistula & abses
I. Operasi
Infeksi dan edema pada luka bekas sayatan yang dapat menyebabkan fibrosis
II. Non Operasi
ani.
Mortalitas (tidak ada)
- Bila terjadi rasa nyeri yang hebat, bisa diberikan analgetika yang berat seperti petidin
- Obat pencahar ringan diberikan selama 2-3 hari pertama pasca operasi, untuk melunakkan
faeses
Follow-Up
- Rendam duduk hangat dapat dilakukan setelah hari ke-2 (2 kali sehari), pemeriksaan colok
dubur dilakukan pada hari ke-5 atau 6 pasca operasi. Diulang setiap minggu hingga minggu
ke 3-4, untuk memastikan penyembuhan luka dan adanya spasme sfingter ani interna.