H. Hasni Noor*
______________________________
* Tenaga Pengajar Fakultas Agama Islam Universitas Islam Kalimantan
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 9
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 10
78 yang artinya: dan Allah mengeluarkan kamu Islam berproses secara konvergensis, yang
dari perut ibumu dalam Keadaan tidak me- dapat membawa kepada paham konvergensi
ngetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu dalam pendidikan Islam.
pendengaran, penglihatan dan hati, agar Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kamu bersyukur. ilmu pendidikan Islam dapat berorientasi
Dari interpretasi tentang fitrah di atas dapat kepada salah satu paham filosofis pendidikan
disimpulkan bahwa meskipun fitrah itu dapat saja, atau kepada campuran paham tersebut di
dipengaruhi oleh lingkungan, namun kondisi atas. Namun apapun paham filosofis yang
fitrah tersebut tidaklah netral terhadap pengaruh dijadikan dasar pandangan, Ilmu Pendidikan
dari luar. Potensi yang terkandung di dalamnya Islam tetap berpijak pada kekuatan hidayah
secara dinamis mengadakan reaksi atas response Allah yang menentukan hasil akhir.
(jawaban) terhadap pengaruh tersebut.
3) Konsepsi Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Dalam pendidikan Islam, hidayah Allah
tiap manusia diberi kecenderungan nafsu untuk menjadi sumber spiritual yang menjadi penentu
menjadikannya kafir yang ingkar terhadap keberhasilan terakhir dari proses ikhtiariah manusia
Tuhannya dan kecenderungan yang membawa dalam pendidikan. Maka dengan dasar firman Allah
sikap bertakwa menaati perintah-Nya. Hal ini berikut, pendidikan Muslim sebagai salah satu faktor
bias dilihat dalam QS : As-Syams : 7 - 10. pendidikan Islam, tidak akan pesimis dalam
7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), melaksanakan tugas dan fungsinya membimbing
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu dan mengarahkan anak didik kepada tujuan yang
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. dicita-citakan, karena firman tersebut mengandung
Sesungguhnya beruntunglah orang yang
prospek yang penuh optimisme bagi ikhtiar manusia
mensucikan jiwa itu, 10. dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya. yang berprofesi sebagai pendidik.
Iman merupakan potensi rohani (fitrah)
Ayat di atas dapat dijadikan sumber pandangan manusia yang harus diaktualisasikan, dikembang-
bahwa usaha mempengaruhi jiwa manusia kan dan ditingkatkan secara terus-menerus dengan
melalui pendidikan dan dapat berperan positif cara melakukan amal sholeh, sehingga dapat dicapai
untuk mengarahkan perkembangannya kepada prestasi iman dalam bentuk taqwa. Taqwa ini juga
jalan kebenaran yaitu Islam. Jelaslah bahwa perlu ditingkatkan terus-menerus hingga akhir hayat,
faktor kemampuan memilih yang terdapat dalam baik melalui ta’allum atau proses belajar-mengajar
fitrah (human nature) manusia berpusat pada ke- maupun taqarrub atau upaya pendekatan diri kepada
mampuan berpikir sehat, karena akal sehat mampu Allah. Karena derajat kemuliaan seseorang disisi
membedakan hal-hal yang benar dan salah. Allah ditentukan seberapa tinggi derajat taqwanya.
Sejalan dengan interpretasi tersebut maka kita Dengan demikian pendidikan ditujukan kepada
dapat mengatakan bahwa pengaruh faktor upaya untuk membimbing dan mengembangkan
lingkungan yang disengaja, yaitu pendidikan dan potensi peserta didik secara optimal agar dapat
latihan, berproses interaktif dengan kemampuan menjadi hamba Allah yang bertaqwa.
fitrah manusia. Dalam pengertian ini, pendidikan
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 11
Pada zaman Yunani kuno, kerajaan Sparta Allah dengan fitrahnya, tidak dapat diterima oleh
beranggapan bahwa satu-satunya potensi manusia teori yang menganggap monotheisme atau keimanan
yang perlu dikembangkan adalah jasmaninya. kepada Allah sebagai tahap keimanan tertinggi.
Sedangkan di kerajaan lain, di Athena satu-satunya Apabila kita melihat program pendidikan
potensi yang dianggap penting hanyalah kecerdasan. sebagai usaha untuk menumbuhkan daya kreativitas
Kedua pendekatan tersebut, banyak mempengaruhi anak, melestarikan nilai-nilai ilahi dan insani, serta
pendidikan barat hingga dewasa ini. Dalam membekali anak didik dengan kemampuan yang
pandangan Islam sendiri, potensi-potensi manusia produktif. Dapat kita katakan bahwa fitrah merupakan
tersimpul pada Asma ul-Husna. Pengembangan potensi dasar anak didik yang dapat menghantar-
sifat-sifat ini pada diri manusia itulah ibadah kan pada tumbuhnya daya kreativitas dan produktifitas,
dalam arti kata yang luas, sebab tujuan manusia serta komitmen terhadap nilai-nilai insani. Hal
diciptakan adalah untuk menyembah Allah. Untuk tersebut dapat dilakukan melalui pembekalan ber-
mencapai tingkat “menyembah” ini dengan sempurna, bagai kemampuan dari lingkungan sekolah dan luar
haruslah sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam sekolah yang terpola dalam program pendidikan.
Al-Asma Al-Husna itu dikembangkan sebaik- Kamrani Buseri menegaskan tentang Pendidikan
baiknya pada diri manusia. Dan itulah pendidikan Nilai Ilahiah yang pada dasarnya adalah mem-
menurut pandangan Islam. Jadi, pendidikan Islam bimbing generasi muda dan generasi Islam
berusaha mengembangkan manusia seutuhnya, khususnya untuk secara sukarela mengikatkan
bukan hanya serpihan-serpihan potensi yang diri mereka kepada nilai-nilai moral yang bersumber
diberikan oleh Tuhan kepadanya, seperti berlaku pada ajaran Islam, sehingga pendidikan Islam tidak
pada pendidikan Sparta dan Athena yang hanya sekedar menghafal berbagai tuntunan agama,
didewa-dewakan orang sampai sekarang. melainkan pendidik memberi kesempatan seluas-
Dari penjelasan surah Ar-Rum ayat 30 dan luasnya kepada peserta didik untuk melakukan
hadis dari Abu Hurairah sebelumnya, telah jelas bahwa refleksi terhadap nilai-nilai ajaran agama yang
pada dasarnya anak itu membawa fitrah beragama, sedang dipelajarinya. Dengan cara seperti ini, ke-
dan kemudian bergantung kepada pendidiknya beragamaan peserta didik akan lebih kontekstual
dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dan bermakna, sehingga nilai-nilai ajaran agama
dengan usia anak dalam pertumbuhannya. akan dipegangi sesuatu yang harus diyakini,
Konsep fitrah tidak membebaskan seorang disadari dan diamalkan.
pendidik muslim dari melakukan upaya, karena
fitrah memang tidak berkembang dengan sendirinya, KELUARGA SEBAGAI PELAKU DAN
LINGKUNGAN KEPENDIDIKAN
dan sikap santai para pendidik sama sekali tidak
dibenarkan. Konsep fitrah juga otomatis meng- Keluarga dalam arti sempit ialah ikatan
haruskan pendidikan Islam bertujuan memper- laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau
kuat hubungan dengan Allah. Apapun yang di- undang-undang perkawinan yang sah dan nantinya
pelajari siswa di sekolah, tidak boleh menyalahi akan melahirkan anak-anak. Di sinilah terjadi
prinsip ini. Keyakinan bahwa manusia mengenal interaksi pendidikan. Para ahli pendidik umumnya
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 12
menyatakan, pendidikan di lembaga ini merupakan mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan
pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian dapat digunakan. Sifatnya yang halus dan perasa
karena di lembaga inilah anak mendapatkan merupakan imbangan terhadap sifat seorang ayah.
pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping Keduanya merupakan unsur yang saling melengkapi
itu pendidikan dalam keluarga mempunyai dan mengisi yang pada akhirnya akan mem-
pengaruh terhadap kehidupan peserta didik di bentuk keserasian dan keseimbangan dalam
kemudian hari kelak. kehidupan suatu keluarga.
Dalam arti yang luas, lingkungan mencakup Pada tahun-tahun pertama, orang tua me-
iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, megang peranan utama dan memikul tanggug
pengetahuan, pendidikan dan alam. Pengetahuan jawab pendidikan anak. Pada saat ini pemeliharaan
tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan dan pembiasaan sangat penting dalam pelaksanaan
alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan pendidikan, karena itu orang tua harus pandai dan
dan mempengaruhi anak didik secara lebih baik. tepat memberikan kasih saying kepada anaknya,
Misalnya anak manja biasanya berasal dari jangan kurang dan jangan pula berlebihan.
lingkungan keluarga yang anaknya tunggal; atau anak Keluarga yang ideal ialah keluarga yang
yang nakal di sekolah umumnya di rumah men- mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya
dapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang. untuk mendapatkan pendidikan agama. Adapun
Keluarga merupakan masyarakat alamiah keluarga yang acuh dan tidak taat menjalankan
yang pergaulan anggotanya bersifat khas. Dalam agama atau bahkan membenci ajaran agama, karena
lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. mereka berkeyakinan bahwa agama justru akan
Pengetahuan mengenai bentuk-bentuk lingkungan menghambat perkembangan dan kehidupan anaknya.
keluarga anak didik amat perlu diketahui oleh Keluarga yang demikian inilah yang akan melahirkan
para guru, karena dengan itu ia akan dapat lebih anak-anak yang bersikap apatis terhadap agama bahkan
memahami anak yang bersangkutan. Pengetahuan mungkin menjadi ingkar terhadap kebenaran agama.
itu akan membawa guru untuk melakukan pilihan Pilar pendidikan berintikan tauhid dan ke-
yang tepat terhadap alat-alat pendidikan yang imanan akan menjadikan manusia mampu me-
seharusnya ia gunakan dalam membimbing madukan antara fungsi akal dengan wahyu. Ketika
perkembangan anak, lahir maupun bathin. manusia telah mampu menembus ruang angkasa dan
Unsur utama yang menjadi landasan pokok menginjakkan kakinya di bulan, ia tak sekadar ber-
dalam pendidikan di lingkungan keluarga manapun hasil menguak rahasia alam atau eksploitasi sumber
adalah tetap, yaitu adanya rasa kasih sayang dan daya alam, melainkan berhasil pula menambah iman
terselenggaranya kehidupan beragama yang kepada Allah SWT. Iman menuntun ilmu agar
mewarnai kehidupan pribadi atau keluarga. tidak digunakan untuk pribadi, apalagi merusak.
Mengenai materi pendidikan keimanan kepada
Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai
Allah, Burhanuddin Abdullah menerangkan ada tiga
dan tetap menjalankan agama yang dianutnya
hal penting yang harus tercakup didalamnya,
merupakan persiapan yang baik untuk memasuki
yaitu Allah sebagai Khaliq, Allah sebagai Rabb,
pendidikan sekolah. Seorang ibu secara intuisi
dan Allah sebagai Ilah.
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 13
1. Allah sebagai Khaliq yaitu pengakuan terhadap dan larangan-Nya. Bahkan dari jiwa yang penuh
eksistensi Allah sebagai Pencipta alam semesta perasaan keimanan ini akan keluar zat antibiotik
dan segala isinya, yang nyata maupun yang gaib. pencegah terhadap masuknya virus kerusakan sosial,
2. Allah sebagai Rabb yaitu penghayatan terhadap bisikan nafsu serta akhlak-akhlak tercela. Dengan
pemeliharaan Allah sebagai Pengelola yang demikian, ia akan menjadi anak yang baik rohani
Maha Sempurna terhadap alam semesta dan dan budi pekertinya, sempurna akal dan sepak
segala isinya baik di dunia ini maupun di akhirat. terjangnya. Bahkan ia akan menjadi orang ter-
3. Allah sebagai Ilah yaitu pengabdian hanya kepada hormat yang tidak dibuat-buat, karena ia berjalan
Allah sebagai Zat Yang Maha Esa yang memiliki dalam petunjuk, agama, kebenaran, dan jalan
sifat-sifat ketuhanan, yang wajib disembah oleh yang lurus.
makhluk-Nya, dengan berbagai bentuk peribadatan. Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan
agar kalimat tauhid adalah kalimat paling pertama
Tauhid merupakan esensi semua agama yang
yang diucapkan anak di awal ia belajar berbicara.
diturunkan Allah kepada manusia, dan pluralitas
Sedikitnya jumlah kalimat dalam surah al-Ikhlas
Tuhan hanya menjadi dominan jika tauhid dilupakan
dan al-Kafirun (yang didalamnya terkandung pokok
orang. Kita harus yakin bahwa konsep tauhid
dan ringkasn tauhid) menandakan mudah untuk
bukanlah semata masalah jumlah namun lebih
dihafal oleh anak-anak di usia dini.
dari itu adalah masalah otoritas. Konsep tauhidlah
yang menekankan kedaulatan Allah harus diper- MASYARAKAT SEBAGAI PENDIDIK DAN
hatikan dalam kurikulum pendidikan Islam. LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Apabila tauhid sudah tertanam dalam diri setiap
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
muslim, maka jiwanya akan terlepas dari keter-
manusia menurut fitrahnya adalah makhluk jasmani
gantungan pada selain Allah, terhindar dari dominasi
dan rohani. Dalam perkembangan pribadinya
apapun. Oleh karena itu, setiap kita harus selalu
dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor keturunan
berusaha lebih memantapkan aqidah kepercayaannya,
dan faktor lingkungan (bi’ah). Tingkat dan kadar
ketauhidannya. Sebab perbedaan fundamental,
pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap
perbedaan yang paling prinsip, yang paling pokok
manusia berbeda menurut segi-segi pertumbuhan
antara agama Islam dengan agama-agama lain
kepribadian, umur serta fase pertumbuhan yang
adalah terletak pada kepercayaan tauhid ini.
dilalui. Faktor keturunan umumnya lebih kuat
Suatu hal yang tidak diragukan, bahwa jika
pengaruhnya pada tingkat bayi. Faktor keturunan
kita menanam secara dalam hakikat iman kepada
itu berkembang ketika hubungan sosial dan
Allah pada diri anak kita dan berusaha terus menjalin
pengalaman anak masih terbatas. Sebaliknya
ikatan antara anak dengan akidah ketuhanan, maka
pengaruh lingkungan terutama masyarakat akan
insya Allah, akan tertanam dalam diri anak
lebih besar apabila manusia meningkat dewasa,
perasaan bahwa Allah senantiasa mengawasinya,
yaitu ketika wilayah hubungannya dan ruang
takut serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada
geraknya sudah semakin luas.
Allah, dan akan senantiasa menaati segala perintah
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 14
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)
Al ‘Ulum Vol.59 No.1 Januari 2014 halaman 8-15 15
Kamrani Buseri, 2004, Nilai Ilahiah Remaja Sahilun A. Nasir, Bimbingan Islam Terhadap
Pelajar: Telaah Phenomenologis dan Strategi Fitrah Manusia, Surabaya: Al-Ikhlas, t.th.
Pendidikannya, Yogyakarta: UII Press.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, 2006,
M. Sudiyono, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jilid Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta, Lembaga
1, Jakarta: Rineka Cipta. Penerbit Fakultas Ekonomi UI,.
Maktabah Syamilah: Abu Al-Husain Muslim bin Zainuddin, 1991, Seluk-Beluk Pendidikan dari
Hijaz bin Muslim Al-Qusairi An-Naisaburi, Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
Al-Jami’I Ash-Shahih Al-Musamma Shahih
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet.
Muslim, (Beirut: Dar Al-Jiili dan Dar Al-
ke-2, Jakarta: Bumi
Afaq Al-Jadidah, t.th).
Pembawaan dan Pengalaman dalam Pendidikan (Konsep Fitrah, Nature dan Nurture) (H. Hasni Noor)