Anda di halaman 1dari 43

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Business Process Management


2.1.1 Sistem
Menurut Rainer et al (2011, p2), sistem adalah sekumpulan
komponen–komponen yang bekerja sama dan berkolaborasi antara satu
sama lain yang bergerak secara bersamaan secara sinergi untuk
menyelesaikan suatu tugas tertentu.

Menurut Satzinger et al (2005, p6), sistem adalah kumpulan


komponen yang saling terkait yang memiliki fungsi yang sama untuk
mencapai beberapa hasil secara bersama.

Menurut O’Brien (2005,p29) sistem merupakan sekelompok


komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam
proses transformasi yang teratur.

Kesimpulan dari beberapa definisi di atas bahwa sistem adalah


kumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan yang sama.

2.1.2 Proses
Menurut Jeston (2008 p.10), proses adalah semua hal yang kita
lakukan untuk memberikan seseorang yang peduli dengan apa yang
mereka harapkan untuk diterima.

2.1.3 Proses Bisnis


Menurut Rainer (2011, p7), proses bisnis adalah sekumpulan dari
aktivitas yang menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat bagi
organisasi, mitra, dan pelanggan.

Menurut Pearlson (2009, p138) dalam bisnis, proses didefinisikan


sebagai kumpulan aktivitas dan tugas yang berurutan dan saling terkait
yang mengubah input menjadi output dan meliputi:

11
12

 Sebuah awal dan akhir.

 Input danoutput.

 Sekumpulan tugas (sub proses) yang mengubah input menjadi output.


Sekumpulan metrik untuk mengukur efektivitas.

Salah satu contoh dari proses bisnis adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1.Contoh Proses bisnis


Sumber: Pearlson (2009, p138)
Proses ini memiliki awal dan akhir, input (persyaratan untuk barang
atau jasa) dan output (penerimaan barang, pembayaran vendor), dan sub
proses (mengisi pesanan pembelian, verifikasi faktur).

Proses bisnis juga merupakan kumpulan tugas-tugas yang dibutuhkan


untuk menyelesaikan atau melengkapi tujuan utama bisnis.

2.1.4 Business Process Management (BPM)


Menurut Rainer (2011, p9), business process management (BPM)
merupakan sebuah teknik manajemen yang termasuk metode dan alat
untuk mendukung, merancang, menganalisa, dan mengimplementasi
pengolahan dan pengoptimalan proses bisnis.

Menurut Jeston dan Nelis (2008, p11) business process management


(BPM) adalah pencapaian tujuan organisai melalui perbaikan,
pengelolaan dan pengendalian dari bisnis proses yang penting. Selain itu
BPM adalah:

 Lebih dari sekedar perangkat lunak.

 Lebih dari sekedar memperbaiki atau merekayasa ulang proses,juga


berkaitan dengan masalah–masalah manejerial.
13

 Merupakan bagian dari manajemen.

 Lebih dari sekedar model juga termasuk dalam implementasi dan


eksekusi dari proses–proses yang membutuhkan analisa.

Kesimpulannya, Business Process Management adalah sebuah teknik


untuk mendukung, merancang, menganalisa dan kemudian
diimplementasikan untuk mendukung proses bisnis organisasi guna
mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.4.1 Pendorong dan Pemicu BPM


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p17-19), Pendorong dan
pemicu yang dapat menyebabkan sebuah organisasi
mempertimbangkan untuk melakukan BPM terbagi atas 7
(tujuh) kategori, yaitu:

a) Organization

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :

 Pertumbuhan tinggi – Kesulitan mengatasi pertumbuhan


yang tinggi atau perencanaan proaktif untuk pertumbuhan
yang tinggi.
 Merger dan akuisisi - menyebabkan organisasi
mengakuisisi kompleksitas tambahan atau memerlukan
rasionalisasi proses. Proyek BPM memungkinkan untuk
ditempatkan di sistem yang sudah ada dan memberikan
waktu untuk mempertimbangkan strategi konversi yang
tepat.

 Reorganisasi – mengubah peran dan tanggung jawab.

 Perubahan dalam strategi – memutuskan untuk mengubah


tujuan lebih kepada keunggulan operasional,
kepemimpinan produk atau kedekatan dengan pelanggan.

 Tujuan organisasi atau tujuan yang tidak terpenuhi-


pengenalan manajemen proses, terkait dengan organisasi
14

strategi, pengukuran kinerja dan pengelolaan sumber daya


manusia.

 Kepatuhan atau peraturan - misalnya, banyak organisasi


memiliki proyek, proses dimulai untuk memenuhi
Persyaratan Sarbanes Oxley, kemudian diberikan platform
untuk memulai proses perbaikan atau BPM proyek.

 Kebutuhan untuk kelincahan bisnis yang memungkinkan


organisasi untuk merespon peluang yang muncul.

 Kebutuhan untuk menyediakan bisnis dengan kontrol lebih


dari kemampuan yang dimiliki.

b) Management

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :

 Informasi manajemen yang kurang handal dan


bertentangan.

 Kebutuhan untuk memberikan manajer kontrol yang lebih


besar terhadap prosesnya.

 Kebutuhan untuk pengenalan lingkungan kinerja yang


berkesinambungan.

 Kebutuhan untuk menciptakan budaya berkinerja tinggi.

 Kebutuhan untuk mendapatkan hasil maksimal dari


investasi sistem yang ada.

 Pemotongan anggaran.

 Kebutuhan kemampuan untuk mendapatkan kapasitas


lebih dari staf yang ada untuk pengembangan.

c) Employees

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :


15

 Pergantian karyawaan yang tinggi, mungkin karena


disebabkan sifat dari pekerjaan yang biasa atau tingkat
tekanan yang tinggi dan tidak adanya dukungan yang
cukup.

 Masalah pelatihan dengan karyawan baru.

 Kepuasan kerja karyawan yang rendah.

 Harapan dari peningkatan substansial dalam jumlah


karyawan.

 Keinginan untuk meningkatkan pemberdayaan karyawan.

 Karyawan mengalami kesulitan dengan perubahan yang


terus-menerus dan kompleksitas yang berkembang.

d) Customer/Supplier/Partner

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :


 Kepuasaan terhadap layanan rendah, yang dapat
disebabkan oleh:

o Tingkat ketidakpuasaan terhadap staf tinggi.

o Staf tidak mampu menjawab pertanyaan dalam jangka


waktu yang diperlukan.

 Peningkatan yang tidak terduga dalam jumlah pelanggan,


pemasok atau mitra.

 Membutuhkan waktu yang panjang untuk memenuhi


permintaan.

 Keinginan organisasi untuk fokus terhadap pelanggan.

 Segmentasi pelanggan atau persyaratan layanan berjenjang


atau banyak.
16

 Tingkat layanan terhadap pengenalan dan penegakan


hukum secara tegas.

 Pelanggan utama, pemasok dan/atau mitra yang


membutuhkan proses yang unik (berbeda).

 Kebutuhan perspektif end-to-end yang benar atau tepat


untuk memberikan visibilitas atau integrasi.

e) Product and Service

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :


 Dibutuhkan waktu yang lama untuk memasarkan produk
atau kurangnya kelincahan bisnis.
 Buruknya tingkat pelayanan stakeholder.

 Setiap produk dan jasa memiliki proses sendiri tetapi


sebagian besar prosesnya merupakan proses umum dan
serupa.

 Produk/jasa yang baru terdiri dari unsur produk / jasa yang


sudah ada.

 Produk/jasa sangat kompleks.

f) Processes

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :

 Kebutuhan penyediaan visibilitas proses dari perspektif


end-to-end.

 Banyak kesenjangan dalam proses dan tidak ada proses


yang jelas.

 Peran dan tanggung jawab yang tidak jelas dari perspektif


proses.

 Kualitas buruk dan volume pengerjaan ulang bersifat


substansial.
17

 Proses terlalu sering berubah atau tidak berubah sama


sekali.

 Kurangnya standarisasi proses.

 Sasaran atau tujuan proses kurang jelas.

 Kurangnya komunikasi dan pemahaman tentang proses


end-to-end dengan pihak yang menjalankan proses.

g) Information Technology

Pendorong dan pemicu dari kategori ini, adalah :

 Pengenalan sistem baru, misalnya CRM, ERP, billing


system, dll.

 Pembelian alat otomasi BPM (workflow, document


management, business intelligence) dan organisasi tidak
mengetahui bagaimana memanfaatkannya secara sinergis.

 Penghentian sistem aplikasi lama secara bertahap.

 Sistem aplikasi yang ada saling tumpang tindih dan belum


dipahami dengan baik.

 Pengenalan arsitektur IT yang baru.

 IT tidak mendukung ekspektasi bisnis.

 Biaya IT tidak terkontrol/ terlalu mahal.

 Pengenalan layanan web.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bank Sulut,


pendorong dan pemicu yang menyebabkan perlu diadakan BPM,
adalah sebagai berikut :

1. Management
18

 Kurangnya kontrol dan pengawasan dari pimpinan cabang


terhadap proses pelaporan garansi bank.

2. Employee

 Pembagian tugas kepada para petugas garansi bank masih


kurang tepat, mereka diberikan beberapa tugas oleh
pimpinan sehingga tugas untuk melaporkan garansi bank
tidak dapat mereka kerjakan.

 Kurangnya kemampuan dari beberapa petugas untuk


menggunakan aplikasi help desk karena mereka masih
tergantung pada cara kerja yang lama/secara manual.

3. Process

 Penanggung jawab garansi bank di divisi Kredit Bisnis


melakukan pekerjaan secara berulang karena harus
memasukan kembali nominal garansi bank dari setiap
cabang dan cabang pembantu ke dalam format laporan
divisi Kredit Bisnis.

 Standar operasional prosedur untuk proses pelaporan


garansi bank di Bank Sulut terganggu, karena para petugas
tersebut tidak melakukan pekerjaan mereka tidak sesuai
dengan job description.
 Penundaan pelaporan garansi bank ke divisi AKL karena
harus menunggu pimpinan Departemen Administrasi
Kredit dikarenakan laporan tersebut membutuhkan tanda
tangan dari pimpinan departemen di divisi Kredit Bisnis.

 Penerbitan garansi bank membutuhkan waktu yang lama


karena proses penyampaian hasil analisa yang masih
dilakukan secara manual.

 Aktivitas pengisian data permohonan pada penerbitan


garansi bank dilakukan pada bagian akhir sehingga
19

menyulitkan analis cabang dalam melakukan pengisian


data pada hasil analisa.

4. Information Technology

 Terdapat masalah dari segi jaringan sehingga proses


pertukaran informasi melalui help desk sering mengalami
gangguan.

2.1.4.2 Komponen yang Penting untuk Keberhasilan Proyek BPM


Yang menjadi dasar untuk keberhasilan atau kesuksesan
proyek BPM menurut Jeston dan Nelis (2008, p49) adalah:

1. Process

Harus ada tingkat yang tepat dari inovasi atau desain ulang
proses bisnis yang dihubungkan dengan strategi organisasi
dan tujuan proses serta penerimaan dari proses–proses
penting dalam organisasi.

2. People

Sebagai sebuah organisasi yang sedang tumbuh dalam


pengelolaan manajemen yang matang, akan memahami
bahwa orang adalah kunci untuk pelaksanaan proses baru
yang diajukan. Organisasi harus memiliki pengukuran kinerja
yang tepat dan struktur menejemen dalam proses utama.

3. Technology

Hal ini mengacu pada alat pendukung untuk process dan


people dan tidak selalu berarti komponen perangkat lunak
BPM atau aplikasi.

2.1.4.3 Fase-Fase

dalam

Framework

BPM
20

Gambar 2.2.BPM Project Framework


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p51)

Menurut Jeston dan Nelis (2008, p56) BPM memiliki sepuluh


fase yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. Foundation

Mayoritas proyek BPM yang baru di inisialisasi dari fase


launch pad, dan tipe dari proyek akan menentukan luasnya
pembahasan dalam fase Organization strategy dan Process
architecture. Ketiga fase ini akan membentuk “fondasi” dari
setiap proyek.

 Organization Strategy

Pada fase ini memastikan bahwa strategi organisasi,


visi, tujuan strategis, bisnis dan pendorong eksekutif harus
dipahami dengan jelas oleh anggota tim proyek. Strategi
ini harus dikomunikasikan dan disebarkan kepada para
pemangku kepentingan yang terkait khususnya
manajemen dan staf sampai menjadi akar dalam budaya
organisasi.

Strategi harus diketahui dan dipahami oleh tim proyek


untuk dapat memastikan lingkup, arah proyek dan nilai
tambah untuk strategi. Tujuan dari strategi organisasi
adalah bukan untuk menjelaskan bagaimana
21

pengembangan strategi dari sebuah organisasi tetapi untuk


menjelaskan bagaimana strategi, proses manajemen dan
proses interaksi serta hubungan antar individu dalam
organisasi.

Hasil dari fase ini merupakan input yang signifikan


untuk fase selanjutnya yaitu Process architecture.
Hasilnya, yaitu:

a. Dokumentasi dari organisasi

Visi, Misi, Tujuan, Tujuan strategis, Sasaran, Strategi


implementasi.

b. Konteks atau model bisnis yang termasuk di dalamnya


yaitu:

 Pelanggan

 Produk dan jasa

 Pemasok atau mitra

 Key differentiator

 Sumber daya

c. Key differentiator dari organisasi

Langkah – langkah untuk menyelaraskan strategi


organisasi dan proyek BPM ditunjukkan dalam gambar
berikut:
22

Gambar 2.3.Organization Strategy phase steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p74)
 Process Architecture

Fase ini merupakan fase dimana arsitektur proses


dirancang. Arsitektur proses merupakan cara organisasi
untuk menetapkan seperangkat aturan, prinsip, model
untuk pelaksanaan BPM diseluruh organisasi. Arsitektur
proses memberikan dasar untuk mendesain dan
merealisasikan inisiatif dari proses BPM, dimana proses
IT dan arsitektur bisnis harus sejalan dengan strategi
organisasi. Arsitektur proses merupakan penghubung
antara fase strategi organisasi dan fase launch pad. Hasil
atau output dari fase ini adalah sebagai berikut :

a. Arsitektur proses yang didokumentasi dan disetujui.

b. Arsitektur awal sebuah proyek.

c. Sebuah Organization process view.

d. Daftar dari proses end-to-end.

Langkah – langkah dari fase arsitektur proses


ditunjukkan dalam gambar berikut:

Gambar 2.4.Process Arcitecture Phase steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p91)
23

 Launch Pad

Pada fase ini memiliki tiga hasil utama:

1. Pemilihan dimana proyek BPM di dalam organisasi


akan dimulai.

2. Persetujuan dari tujuan proses dan, atau visi dimana


setelah proses dipilih.

3. Pembentukan dan pengembangan proyek yang dipilih.

Menentukan dimana akan memulai merupakan suatu


hal yang sulit, akan tetapi sebuah framework akan
memberikan beberapa cara untuk menentukan dan
bagaimana untuk memulainya. Tujuan proses harus
sejalan dengan strategi organisasi dan arsitektur proses
untuk meningkatkan dan menambah nilai pada strategi.

Ketika unit bisnis, proses-proses telah dipilih serta


tujuan proses telah disepakati, proyek harus dibentuk dan
dikembangkan untuk meningkatkan kesuksesaan.
Membangun proyek termasuk menentukan struktur tim
proyek, ruang lingkup, manajemen stakeholders dan
manfaat bisnis yang diharapkan. Hasil yang diharapkan
dari fase Launch Pad mencakup :

a. Definisi Stakeholder yang terlibat dan terkait dengan


proyek

b. Perjanjian dan komitmen Stakeholder dan harapan yang


terdokumentasi dan disetujui

c. Process Selection Matrix

d. Daftar dari proses bisnis yang teridentifikasi dan metrik


awal

e. Daftar dari tujuan proses yang disetujui


24

f. Proses yang menjadi prioritas untuk fase Understand

g. Strategi implementation awal

h. Manajemen proyek : dokumen piagam proyek,


dokumen lingkup proyek, rancangan awal dari rencana
proyek, ketentuan dan dokumentasi dari strategi
komunikasi awal, dan analisis risiko awal.

i. Pengembangan dari business case awal.

Langkah - langkah dalam fase Launch Pad, antara lain :

Gambar 2.5.Launch Pad Phase Steps

Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p108)


2. Findings and Solution

Tahap ini mengacu pada penemuan atau analisis yang


harus dilakukan pada proses berjalan dan fase Understand
dengan solusi yang ditentukan dan dijelaskan pada fase
Innovate.

 Understand

Tujuan dari fase Understand ini adalah membantu anggota


tim proyek untuk memahami lingkungan proses bisnis yang
sedang berjalan untuk memungkinkan fase Innovate
25

berlangsung. Fase ini penting untuk menentukan biaya dasar


proses untuk tujuan perbandingan di masa yang akan datang.
Langkah penting lainnya adalah root-cause analysis dan
identifikasi dari kemungkinan sukses yang cepat.

Dalam hal ini, dibutuhkan identifikasi, penerapan yang


ideal, kesuksesan secara terus-menerus, karena bisnis tidak
akan menyediakan pembiayaan tanpa batas untuk proyek
peningkatan proses. Situasi yang ideal adalah untuk proyek
menjadi mandiri dalam pembiayaan karena keberhasilan
implementasi. Hasil dan output yang diharapkan dari fase ini,
adalah :

a. Model proses dari proses yang sedang berjalan.

b. Metrik yang tepat untuk menentukan dasar pengukuran


perbaikan proses di masa yang akan datang, dan
menentukan prioritas serta seleksi di fase Innovate.

c. Pengukuran dan dokumentasi dari tingkat kinerja aktual


atau saat ini.

d. Dokumentasi dari apa yang telah berjalan dengan baik dan


apa yang bisa berjalan dengan lebih baik.

e. Identifikasi ‘quick wins’ yang dapat diterapkan dalam


jangka waktu tiga sampai enam bulan.

f. Laporan.

Langkah-langkah dalam fase Understand, yaitu :


26

Gambar 2.6.Understand Phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p135)

 Innovate

Fase ini merupakan fase kreatif dan yang paling menarik


dari proyek. Fase ini tidak hanya melibatkan timproyek,
tetapi juga melibatkan stakeholders yang terkait, baik internal
maupun eksternal. Setelah pilihan proses baru diidentifikasi,
kemudian dibuat simulasi, dibuat activity based costing,
perencanaan kapasitas dan menentukan kelayakan
implementasi untuk memungkinkan penyelesaian dari pilihan
yang terbaik. Tambahan kemungkinan dari keberhasilan
diidentifikasi dan diprioritaskan dalam bisnis.

Tujuan dari fase ini adalah membuat proses dalam lingkup


proyek menjadi lebih efisien dan efektif untuk memenuhi
harapan stakeholder saat ini dan di masa yang akan datang.
Fase ini juga menyediakan kesempatan yang unik untuk
mengukur lebih lanjut dengan teliti dan tepat, dan garis besar
manfaat dalam business case.

Berbagai dokumen yang dapat dibuat sebagai hasil dari


fase ini, yakni :

a. Model proses yang dirancang ulang

b. Dokumentasi yang mendukung proses perancangan ulang.


27

c. Kebutuhan bisnis tingkat tinggi dari pilihan proses baru.

d. Modela simulasi dan rincian activity based costing.

e. Informasi perencanaan kapasitas.

f. Konfirmasi bahwa alternatif pilihan proses baru akan


memenuhi harapan stakeholder.

g. Konfirmasi bahwa pilihan proses baru konsisten dengan


strategi organisasi, dan tujuan proses yang telah ditentukan
tercapai.

h. Laporan analisa kesenjangan proses.

i. Rincian dari perencanaan proyek untuk fase People dan


Develop.

j. Rincian cost-benefit analysis dapat dibuat dan dimasukan


kedalam business case.

k. Pembaharuan business case dengan manfaat dan biaya


yang lebih rinci dan terukur, dan penilaian dampak pada
organisasi yang harus mencerminkan manfaat berwujud
dan tidak berwujud.

l. Laporan yang rinci tentang langkah-langkah yang diambil,


alternatif dan pilihan yang dipertimbangkan, analisis,
penemuan dan rekomendasi.

m. Penyajian untuk manajemen tingkat atas mendukung


business case dan rekomendasi arahan.

n. Perencanaan komunikasi awal untuk diinformasikan ke


seluruh stakeholder.

o. Dokumen awal People Change Management Strategy.

Langkah-langkah fase Innovate, adalah :


28

Gambar 2.7.Innovate Phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p157)

3. Fullfillments

Pada tahap ini terdiri dari fase People, Develop dan


Implement untuk menjelaskan solusi yang ada.

 People

Fase ini merupakan fase yang kritis atau penting dalam


framework dan dapat memberikan dampak risiko apabila
tidak ditangani dengan baik dan membuat standar terlalu
tinggi.Tujuan dari fase ini adalah untuk memastikan
aktivitas-aktivitas, peran, dan pengukuran kinerja sejalan
dengan strategi organisasi dan tujuan proses.

Pada akhirnya, orang/people yang akan membuat


proses menjadi efektif dan efisien, walaupun telah disertai
dengan otomatisasi. Fase ini seharusnya tidak perlu
melibatkan people change management karena ini terkait
dengan seluruh fase dalam proyek.

Kegiatan dan laporan yang dihasilkan dari fase People


ini, sebagai berikut :
29

a. Pemecahan dan penggabungan dari proses baru dan


tugas komponen kedalam aktivitas.

b. Perancangan ulang deskripsi peran dan tujuan yang


telah dibahas dan disetujui dengan orang yang akan
menjalankannya.

c. Manajemen kinerja dan pengukuran untuk peran yang


tepat yang telah disepakati dan disetujui dengan orang
yang akan menjalankannya.

d. Sebuah rencana dan sekumpulan tugas yang


memungkinkan organisasi untuk mengubah kondisi
sekarang ke kondisi yang dinginkan. Hal ini mencakup
yang menyeluruh tentang kompetensi utama dan
kemempuan orang pada tingkat peran pada saat ini dan
masa yang akan datang.

e. Struktur organisasi baru berbasis proses untuk area


bisnis yang terlibat dalam proyek.

Langkah-langkah dalam fase People, yaitu :

Gambar 2.8.People Phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p182)

 Develop
30

Fase ini terdiri dari pengembangan semua komponen


untuk implementasi proses baru. Penting untuk diketahui,
bahwa ‘pengembangan’ dalam konteks ini melibatkan
pengembangan seluruh infrastruktur untuk mendukung
program people change management dan perubahan dalam
dukungan dari orang-orang yang menjalankan proses. Hal
ini juga melibatkan pengujian perangkat lunak dan
perangkat keras.

Pada fase develop, terdapat langkah-langkah yang


diperlukan merancang ulang dan memperbaiki proses dari
fase innovate untuk fase Implement dan Deployment. Jadi
dalam fase ini, persiapan sudah lengkap dan diselesaikan
serta telah menyiapkan solusinya. Hasil untuk tahap ini
adalah :

a. Gambaran tingkat tinggi dari solusi.

b. Rincian kebutuhan bisnis.

c. Finalisasi dokumen pemilihan perangkat lunak.

d. Desain/spesifikasi dari perangkat lunak.

e. Konfigurasi/pengembangan dari perangkat lunak.

f. Skrip pengujian dan hasil dari perangkat lunak.

g. Spesifikasi dari perangkat keras.

h. Ketersediaan perangkat keras.

i. Skrip pengujian dan hasil dari perangkat keras.

j. Skrip pengujian dan hasil dari intergrasi.

Langkah-langkah untuk fase develop, antara lain :


31

Gambar 2.9.Develop Phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p203)

 Implement

Fase ini merupakan fase dimana semua proses


perbaikan yang telah dirancang dan dikembangkan akan
dijalankan. Aktivitas people change management juga
berlangsung dalam fase ini. Keputusan untuk
implementasi akan berdampak pada banyak aspek dalam
proyek seperti bagaimana proses dirancang atau didesain
ulang, bagaimana pengembangan dan pengujian dapat
dilakukan, dan sebagainya.

Keputusan akan terus di-review selama proyek


berlangsung untuk menyadari bahwa metode implementasi
dapat berubah. Banyak organisasi percaya bahwa proyek
selesai jika implementasi telah berhasil dilakukan, akan
tetapi fase Realize Value danSustainable Performance
merupakan fase yang paling penting dalam proyek BPM.

Jika fase Implement selesai dengan baik, hasil yang


diperoleh, yaitu :

a. Staf yang terlatih dan termotivasi.

b. Perbaikan atau proses baru yang berjalan memuaskan,


sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan dari
stakeholder yang ditungkan dalam business case.

Langkah-langkah dalam fase Implement, yaitu :


32

Gambar 2.10.Implement Phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p219)

4. Future

Di dalam tahap ini berhubungan dengan pengaturan


proyek untuk masa yang akan datang dan dapat dicapai
dengan penyempurnaan fase Realize value dan Sustainable
performance. Namun, kedua fase tersebut tidak digunakan
dalam penulisan skripsi ini, karena usulan untuk pemecahan
masalah yang diberikan belum pasti diterapkan dalam proses
bisnis yang dimiliki oleh Bank Sulut.

 Realize Value

Tujuan dari fase ini adalah untuk memastikan bahwa


manfaat yang ditentukan di dalam proyek bisnis dapat
direalisasikan atau diwujudkan. Fase ini pada dasarnya terdiri
dari penyampaian realisasi manfaat proses manajemen,
manfaat pelaporan realisasi.

Apabila manfaat tidak terealisasikan, organisasi tidak


perlu menyediakan dana tambahan untuk melanjutkan proyek
kedepannya. Peran tim proyek, sponsor proyek, pemilik
33

proyek dan bisnis adalah untuk memastikan bahwa manfaat


dapat terealisasikan.

Sejumlah hasil dari fase realize value ini adalah:

a. A benefits summary plan.

b. A benefits milestone network matrix.

c. A benefits delivery matrix.

d. A benefits realization register.

Langkah – langkah untuk menjelaskan realize value yaitu:

Gambar 2.11.Realize Value phase Steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p231)

 Sustainable Performance

Fase ini sangat penting bagi tim proyek untuk bekerja


dalam bisnis yang memungkinkan untuk membangun
strukur proses yang memastikan bahwa kelancaran proses
dan perbaikan lanjutan dapat bertahan. Organisasi harus
mengerti proses memiliki siklus hidup dan akan
membutuhkan perbaikan lanjutan setelah target perbaikan
proyek dapat dijalankan. Fase ini adalah tentang konversi
dari sebuah proyek menjadi sebuah aktivitas operasional
bisnis.
34

Tujuan dari fase ini adalah untuk menjamin


kesinambungan proses perbaikan dan menjadikannya
bagian dari bisnis seperti biasa. Investasi yang ada dalam
setiap proyek harus dipertahankan dan ditingkatkan dari
waktu ke waktu. Keberlanjutan ditentukan oleh
kemampuan organisasi untuk menciptakan dan
memberikan nilai bagi seluruh stakeholder secara
berkelanjutan.

Hasil yang akan disampaikan di dalam fase ini sebagai


berikut:

a. Mekanisme (kumpulan langkah – langkah praktis)


untuk mengelola proses bisnis,mengidentifikasi serta
menyadari peluang unuk perbaikan proses.

b. Mengelola dan memperbaiki proses.

Langkah –langkah yang termasuk dalam sustainable


performance adalah:

Gambar 2.12. Sustainable Performance phase steps


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p244)

2.1.4.4 Organization Process View


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p95), organization process
view mempresentasikan gambaran atau pandangan tingkat atas
organisasi dari perspektif proses. Penggambaran atau
35

pengelompokkan proses biasanya ditunjukkan dalam tiga


tingkatan antara lain:

1. Strategic Processes – level ini menggambarkan proses-proses


strategis yang memastikan bahwa proses yang mendasar terus
memenuhi tujuan tertentu.

2. Core Processes – level ini menggambarkan aktivitas bisnis


utama dari organisasi.

3. Support Processes – level ini menggambarkan proses yang


mendukung proses utama dalam organisasi.

Gambar 2.13.Organization Process View


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p95)

2.1.4.5 Process Selection Matrix (PSM)


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p116), process selection
matrix adalah cara untuk menunjukkan semua proses bisnis
dalam unit bisnis. Selain itu, PSM juga merupakan cara yang
ideal untuk memahami dan menunjukkan tingkat kompleksitas
proses, jumlah proses, dan metrik proses tingkat atas dalam
bisnis.

Pada metrik ini, sumbu vertikal berisi proses utama yang


berasal dari proses end-to-end, sedangkan sumbu horizontal
36

berisi skenario untuk memberikan analisis lebih rinci dari proses


yang tercantum pada sumbu vertikal.

Gambar 2.14.Process Selection Matrix


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p116)

2.1.4.6 Process Worth Matrix (PWM)


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p117), metrik ini digunakan
untuk menentukan investasi yang ada di dalam prosess bisnis.
Berikut beberapa kategori definisi yang digunakan untuk
membuat process worth matrix:

a. Asset - Setiap proses yang mengembalikan keuntungan bagi


organisasi yang melebihi biaya yang dikeluarkan. Akan tetapi
harus dipastikan bahwa penentuan biaya yang digunakan
telah dihitung secara benar.

b. Liability - merupakan sebuah kewajiban atau kebalikan dari


asset.

c. Identity–mendefinisikan organisasi itu sendiri, pelanggan dan


stakeholder. Identity yang membedakan organisasi dari para
pesaingnya. Sebagai contoh, McDonald memiliki reputasi
yang didasarkan cepat, layanan yang konsisten. Ini
merupakan persepsi pemasaran bahwa proses ini harus
memberikan yang terbaik untuk menentukan identitas sebuah
organisasi.
37

d. Priority - proses ini mendukung efektivitas dari proses


identitas. Biasanya di dalam priority jika terdapat kegagalan
maka ini akan berdampak langsung bagi para stakeholder.

e. Background - background mendukung kegiatan operasi


sehari-hari didalam organisasi dan termasuk orang-orang
seperti administrasi, SDM dan manajemen dokumen.

f. Mandated–Proses yang ada di dalam organisasi dan


berhubungan dengan faktor eksternal seperti undang –
undang dan kepatuhan yang mengharuskan organisasi untuk
melakukan itu. Biasanya bersifat wajib dan jarang dapat
menambah nilai secara langsung bagi organisasi.

Proses dapat berubah menjadi satu kategori menjadi kategori


lain. Hal ini disebabkan karena lingkungan bisnis, keputusan
manajemen, perilaku staf dan organisasi dan kelalaian yang
tidak sengaja dari sebuah proses.

Gambar 2.15.Process Worth Matrix


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p117)

2.1.4.7 Activity Based Costing (ABC)


Menurut Pearlson (2009, p305) Activity Based Costing adalah
teknik lain yang digunakan untuk menghitung biaya sesuai
dengan perkelompok yang dicatat bedasarkan aktivitas, produk
atau layanan yang mendukung. ABC berguna untuk
mengalokasikan biaya overhead yang terlalu besar.

MenurutJeston dan Nelis (2008, p404), Activity Based


Costing adalah alat tambahan yang penting untuk sistem
38

akuntansi biaya yang ada. ABC membuat kesuksesan proyek


BPM dapat diukur dan membuat transparansi dalam pengertian
atas pengendalian utama dari biaya proses. Ini adalah alat yang
digunakan untuk membantu mengamankan keputusan strategis
dari organisasi pada sisi biaya dan untuk mencapai pengurangan
biaya jangka panjang. Kemampuan untuk menghasilkan dan
memanfaatkan keunggulan kompetitif membutuhkan
pengetahuan tentang biaya yang tepat.

Menurut Jeston dan Nelis (2008, p142-143), dalam metrik ini


harus dikumpulkan dari seluruh tingkatan (level),dan sebagai
contoh berikut ini:

 Process Selection Matrix level:


1. Penjualan dan tingkat kepegawaian di tingkat unit bisnis.
2. Diseksi dari organisasi (penjualan dan volume) di
berbagai segmen unit bisnis dan ruang lingkup proyek.
3. Pada tingkat proses dan sub-proses.
4. Biaya untuk transaksi bisnis (Misalnya, anggaran
tahunan).
 Process level:
1. Penentuan bagian dari proses yang mana yang akan
diukur.
2. Koleksi estimasi waktu dari proses perproses atausub-
proses. Jika biaya dapat memberikan kontribusi terhadap
suatu proses, ini sangat ideal. Kegiatan berbasis biaya,
jika diterapkan dalam suatu perusahaan dapat
menyediakan banyak informasi bagi perusahaan itu
sendiri.
3. Penentuan ukuran dari kinerja proses, misalnya,SLA,
KPI, dan sub-proses KPI.
4. Rincian tentang bagaimana pengukuran tentang akurasi
proses saat ini serta pemeriksaan atau pelacakaan jika ada
kesalahan.
5. Pengukuran terhadap hambatan yang terjadi.
39

 Manajemen Level:
1. Survei kepuasaan pelanggan dapat menjadi informasi
yang menarik.
2. Untuk mengkur kualitas atau efektivitas dapat digunakan:
o Efisiensi-berapa banyak sumber daya yang digunakan
untuk melakukan apa yang perlu dilakukan
o kemampuan beradaptasi-betapa mudahnya untuk
organisasi berubah?
o common denominators, yaitu waktu, biaya, kepuasan
pelanggan
o tingkat retensi pelanggan, dengan pembagian
dan /atau saluran distribusi (bulanan selama dua belas
bulan terakhir, termasuk tren bulanan).
3. Penelitian terhadap tren produktivitas.
4. Laporan headcount sesuai dengan kedudukan,
disesuaikan dengan struktur organisasi untuk
menemukan setiap perbedaan.
5. Salinan laporan pengukuran kinerja manajemen untuk dua
belas bulan terakhir.
6. ISO dan audit laporan, baik internal maupun eksternal.
7. Tingkat persedian saat ini.
8. Omset staf selama dua belas bulan terakhir.
9. Lamanya staf dalam melayani.
Manfaat Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
 Membantu mengidentifikasi ketidakefisienan yang terjadi
dalam proses produksi, baik per departemen, per produk
ataupun per aktivitas.
 Membantu pengambilan keputusan dengan lebih baik karena
perhitungan biaya atas suatu objek biaya menjadi lebih
akurat.
 Membantu mengendalikan biaya (terutama biaya overhead
pabrik) kepada level Individual dan level departemental.
(Rahmaji, 2013)
40

Gambar 2.16.Activity Based Costing


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p141)

2.1.4.8 People Capability Matrix (PCM)


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p144), people capability
matrix ini dapat digunakan untuk analisis ketrampilan saat ini
dan akan memberikan informasi yang berguna tentang penyebab
penyimpangan proses yang terjadi saat ini serta apa yang perlu
diubah di masa yang akan datang.

Sumbu horizontal pada metrik ini merupakan ketrampilan


atau kemampuan inti yang dibutuhkan oleh setiap proses untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau aktivitas. Sedangkan sumbu
vertikal merupakan model proses end-to-end, proses kelompok
atau proses individu. Kemudian ketrampilan atau kemampuan
tersebut dinilai dengan angka 1, 2 dan 3, dimana 1 adalah
ketrampilan yang wajib dan 3 adalah ketrampilan yang
diharapkan tetapi tidak wajib.
41

Gambar 2.17.ContohPeople Capability Matrix


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p145)

2.1.4.9 RASCI Model


Menurut Jeston dan Nelis (2008, p184), RASCI model
merupakan metode yang berguna untuk membantu
mengidentifikasi aktivitas, peran dan tanggung jawab selama
fase People pada proyek BPM. Model ini membantu
menggambarkan dengan jelas apa yang harus dilakukan oleh
siapa untuk membuat proses baru dapat dijalankan.

RASCI merupakan singkatan dari :

- R (Responsibility) = orang yang memiliki masalah atau


aktivitas.

- A (Accountable) = orang yang harus mendatangani atau


menyetujui pekerjaan sebelum efektif.

- S (Supportive) = orang yang menyediakan sumber daya atau


informasi dalam peran pendukung dalam penyelesaian proses
atau aktivitas.

- C (Consulted) = orang yang memiliki informasi dan


kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
atau aktivitas.

- I (Informed) = orang yang harus diberitahu tentang hasil dari


proses atau aktivitas, tetapi tidak harus dikonsultasikan
selama pelaksanaan.
42

Gambar 2.18.RASCI Model


Sumber: Jeston dan Nelis(2008, p185)

Urutan untuk menyelesaikan tabel diatas, yaitu :

1. Mengidentifikasi semua aktivitas dalam fase people pada


sumbu vertikal.

2. Mengidentifikasi semua peran pada sumbu horizontal dan


menyelesaikan tabel dengan R, A, S, C, I untuk setiap
kegiatan.

3. Menyelesaikan kesenjangan dan tumpang tindih. Sebagai


aturan umum, setiap aktivitas harus memiliki hanya satu R
atau setidaknya satu A.

2.1.4.10 Business Process Modeling Notation (BPMN)


Menurut Bizagi (2011), business process modeling notation
adalah notasi grafis yang menggambarkan logika dari langkah-
langkah dalam suatu proses bisnis. Notasi ini telah dirancang
khusus untuk mengkoordinasikan urutan proses yang mengalir
antar partisipan atau aktor dalam kegiatan yang berbeda.

Elemen dalam BPMN, yaitu :

1. Events, merupakan sesuatu yang terjadi dalam proses bisnis


berjalan serta mempengaruhi aliran atau alur sebuah proses
dan biasanya memiliki penyebab dan hasil. Event biasanya
berbentuk bulat. 3 tipe event adalah Start event, End event,
dan Intermediate event.

2. Activities, merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai


bagian dari proses bisnis. Notasi activities berbentuk
segiempat.

3. Gateway, digunakan untuk mengontrol perbedaan dan


konvergensi dari aliran atau alur proses. Notasi gateway
berbentuk seperti diamond.
43

4. Sequence Flow, digunakan untuk menunjukan urutan


kegiatan yang akan dilakukan dalam proses.

5. Message Flow, digunakan untuk menunjukan aliran pesan


yang akan dikirim atau diterima dalam proses.

6. Pool, merupakan representasi grafis dari aktor.

7. Data object, memberikan informasi tentang apa yang harus


dilakukan atau apa yang dihasilkan.

Gambar 2.19.Contoh Business Process Modeling Notation


Sumber: http://www.bizagi.com/eng/downloads/BPMNbyExample.pdf

2.1.4.11 Activity Diagram


Menurut Satzinger et al (2005, p144 - 147), activity diagram
adalah tipe diagram workflow yang menggambarkan kegiatan
pengguna dan alur kegiatan secara berurutan.
44

Gambar 2.20.Activity Diagram Symbols


Sumber: Satzinger et al (2005, p145)

Berikut adalah simbol – simbol yang digunakan dalam


activity diagram:

 Starting Activity (pseudo) merupakan simbol untuk


menandakan dimulainya aktivitas, berbetuk lingkaran hitam.

 Transition Arrow merupakan garis penunujuk arah urutan


aktivitas yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas
atau urutan antar aktivitas.

 Activity merupakan simbol yang menggambarkan aktivitas


dalam suatu alur kerja, biasanya berbentuk oval.

 Ending Activity (pseudo) merupakan simbol untuk


menandakan berakhirnya aktivitas.

 Swimlane merupakan area persegi dalam activity diagram


yang menunjukkan aktivitas diselesaikan seorang agent.

 Synchronization bar merupakan symbol yang digunakan


untuk mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur
berurutan.

 Diamond atau decision symbol merupakan simbol poin


keputusan dalam alur proses mengikuti satu jalur atau jalur
lainnya.

2.1.4.12 Use Case Diagram

Menurut Satzinger et al (2005, p213), use case diagram


adalah sebuah diagram yang menggambarkan bermacam –
macam peran pengguna dan bagaimana pengguna berinteraksi
dengan sistem.

Menurut Satzinger et al (2005, p215), sebuah use case


dilambangkan oleh oval dengan nama use case didalamnya dan
45

stick figure untuk mewakili aktor. Garis yang menghubungkan


aktor dengan use case menunjukan bahwa aktor memanfaatkan
penggunaan sistemnya atau aktor yang mana yang mengerjakan
use case yang mana.

Gambar 2.21.Simple use case with an actor

Sumber: Satzinger et al (2005, p215)

2.1.4.13 User Interface (UI)


Menurut Satzinger et al (2005, p442), user interface adalah
bagian dari sistem informasi yang membutuhkan interaksi
pengguna untuk membuat input dan output. User interface
memungkinkan pengguna berinteraksi dengan komputer untuk
membuat transaksi. Dalam sistem berbasis web, pelanggan dapat
berinteraksi langsung dengan sistem untuk meminta informasi,
membuat order, atau melihat status dari order.

2.2 Teori Bank


2.2.1 Bank
Menurut Kamus Perbankan Bank Indonesia, Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
46

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Bank merupakan suatu badan


usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang di
masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.

Menurut Kasmir (2004, p11) bank dapat diartikan sebagai lembaga


keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank memiliki


3(tiga) kegiatan utama, yaitu :

1. Menghimpun dana.

Ini merupakan kegiatan pokok dalam bank yaitu mengumpulkan


atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas
dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Kegiatan ini
sering disebut dengan istilah Funding.

2. Menyalurkan dana.

Ini juga merupakan kegiatan pokok yang dilakukan bank, yaitu


melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,
tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit)
bagi bank yang berdasarkan prinsip konvesional atau pembiayaan bagi
bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan ini juga dikenal
dengan istilah Lending.

3. Memberikan jasa bank lainnya.

Ini merupakan jasa pendukung atau pelengkap dari kegiatan


perbankan yang diberikan terutama untuk mendukung kelancaran
kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan
langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak
langsung. Diantaranya meliputi, jasa setoran, jasa pembayaran, jasa
pengiriman uang, jasa penagihan, jasa kliring, jasa penjualan mata
47

uang asing, jasa penyimpanan dokumen, jasa kartu kredit, jasa-jasa


yang ada di pasar modal, jasa bank garansi, dan lain-lain.

Banyaknya jenis jasa yang ditawarkan sangat tergantung dari


kemampuan bank masing-masing. Kemampuan bank dapat dilihat dari
segi permodalan, manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang
dimilikinya.

2.2.2 Garansi Bank


Garansi bank atau jaminan bank menurut Kamus Perbankan Bank
Indonesia adalah kesanggupan tertulis yang diberikan oleh bank kepada
pihak penerima jaminan bahwa bank akan membayar sejumlah uang
kepadanya pada waktu tertentu jika pihak terjamin tidak dapat memenuhi
kewajibannya.

Menurut Kamir (2004, p127) Garansi bank merupakan pembayaran


yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak, baik perorangan,
perusahaan atau lembaga atau badan lainnya dalam bentuk surat jaminan.
Pemberian jaminan dengan maksud bank menjamin akan memenuhi atau
membayar kewajiban-kewajiban dari pihak yang dijaminkan ke pihak
yang menerima jaminan, apabila yang dijamin kemudian hari ternyata
tidak memenuhi kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan yang
dijanjikan atau cidera janji.

Setiap transaksi yang berkaitan dengan garansi bank, akan dikenakan


biaya kepada pemohon (nasabah) yang merupakan pendapatan bagi bank
dan kompensasi dari risiko yang akan dihadapi bank yang mungkin akan
terjadi dikemudian hari, diantaranya, yaitu :

 Biaya Provisi

Merupakan sejumlah uang yang wajib dibayar oleh terjamin kepada


bank sebagai balas jasa untuk pemberian garansi bank, besarnya biaya
didasarkan pada tujuan penggunaan bank garansi dan ditetapkan
berdasarkan presentase.

 Biaya Administrasi
48

Merupakan biaya yang lazim dipungut berhubungan untuk


pelaksanaan administrasi, jumlah yang dikenakan terhadap terjamin
(nasabah) tergantung bank masing-masing.

 Bea Materai

Merupakan biaya materai yang dilekatkan pada surat perjanjian


garansi bank yang ditandatangani oleh bank dan pihak terjamin
(nasabah).

Disamping biaya yang dikenakan terhadap nasabah, permohonan


garansi bank juga harus disertai jaminan lawan yang sepadan sebagai
jaminan terhadap risiko yang mungkin timbul dikemudian hari. Adapun
bentuk jaminan lawan yang diberikan, antara lain dapat berupa : uang
tunai, giro yang dibutukan, sertifikat depostito, surat-surat berharga
(saham dan obligasi), sertifikat tanah, dan jaminan lawan lainnya.

Setelah semua persyaratan dipenuhi, maka bank akan menerbitkan


surat garansi bank yang kemudian akan diberikan dan ditandatangani
oleh pihak terjamin (nasabah) serta membayar lunas biaya yang telah
ditetapkan. (Kasmir, 2004, p128-129)

2.2.2.1 Tujuan dan Sifat Garansi Bank


Tujuan pemberian garansi bank oleh pihak bank kepada si
penerima jaminan atau yang dijaminkan adalah :

1. Memberikan bantuan fasilitas dan kemudahan dalam


memperlancar transaksi nasabah.

2. Bagi pemegang jaminan garansi bank adalah untuk


memberikan keyakinan bahwa pemegang jaminan tidak akan
menderita kerugian bila pihak yang dijaminkan melalaikan
kewajibannya, karena pemegang akan mendapat ganti rugi
dari pihak perbankan.

3. Menumbuhkan rasa saling percaya antara pemberi jaminan


yang dijaminkan dan yang menerima jaminan.
49

4. Memberikan rasa aman dan ketentraman dalam berusaha baik


bagi bank maupun bagi pihak lainnya.

5. Bagi bank disamping keuntungan yang diatas juga akan


memperoleh keuntungan dari biaya - biaya yang harus
dibayar nasabah serta jaminan lawan yang diberikan.

Disamping memiliki tujuan, garansi bank juga memiliki sifat


tertentu, yakni garansi bank hanya berlaku untuk satu kali
transaksi yaitu sampai dengan tanggal berakhirnya jangka waktu
yang ditetapkan sesuai dengan klausa yang tercantum dalam
surat garansi bank yang bersangkutan (Kasmir, 2008, p127).

2.2.2.2 Jenis Garansi Bank


Garansi bank terdiri dari beberapa jenis. Jenis-jenis garansi
bank yang ada di Bank Sulut diantaranya yaitu :

1. Bid Bond atau juga disebut Tender Bond yang merupakan


jaminan penawaran agar pemenang tender tidak
membatalkan diri secara tiba-tiba.

2. Advance Payment Bond yaitu jaminan uang muka untuk


mencegah hilangnya uang muka yang diberikan oleh pemilik
proyek karena pemenang proyek tidak memenuhi
kewajibannya dengan baik.

3. Performance Bond merupakan jaminan pelaksanaan untuk


memastikan bahwa proyek dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan dalam hal kualitas, waktu dan spesifikasinya.

4. Retention/Maintenance Bond yaitu jaminan pemeliharaan


untuk memastikan setelah proyek selesai pelaksana proyek
akan melakukan kewajibannya yang berupa perbaikan dan
pemeliharaan dalam jangka waktu tertentu.

2.2.2.3 Permohonan Garansi Bank


50

Berdasarkan prosedur Garansi Bank di Bank Sulut,


permohonan Garansi Bank harus disampaikan secara tertulis dan
ditujukan kepada Kantor Cabang Bank Sulut. Dalam
permohonan Garansi Bank tersebut harus menyebutkan maksud
dan tujuan garansi bank, nilai atau nominal garansi bank yang
diminta, pihak yang akan dijamin oleh bank, jangka waktu
garansi bank, dan kontra agunan yang disanggupi.

Selain itu, permohonan garansi bank yang disampaikan perlu


dilampiri dengan beberapa dokumen, antara lain :

 Kontrak jual-beli barang atau pemborongan pekerjaan atau


lainnya yang mendukung tujuan garansi bank tersebut.

 Akte pendirian perusahaan, perijinan, NPWP, dan KTP


pemohon (nasabah).

 Memiliki rekening giro pada bank.

 Copy bukti pemilikan barang agunan.

 Laporan keuangan perusahaan apabila konta agunan berupa


kebendaan.

2.2.2.4 Cash Collateral


Cash Collateral yang juga disebut jaminan kas atau jaminan
likuid menurut Kamus Perbankan Bank Indonesia adalah uang
kas, instrumen yang dapat diperjual-belikan, dokumen surat
berharga, deposito bank, dan aktiva jangka pendek lain yang
mudah dicairkan atau dipertukarkan menjadi uang tunai yang
dijadikan jaminan atas fasilitas kredit bank.

2.2.2.5 PerjanjianGaransi Bank

Perjanjian Garansi Bank merupakan suatu bentuk perjanjian


tertulis yang isinya bank telah menyetujui untuk mengikatkan
diri kepada penerima jaminan agar memenuhi kewajiban
51

terjamin dalam jangka waktu tertentu dan dengan syarat - syarat


tertentu berupa pembayaran sejumlah uang tertentu, apabila
pihak terjamin dikemudian hari ternyata tidak memenuhi
kewajibannya kepada penerima jaminan. (Tejawati, 2012)

Di dalam proses penerbitan garansi bank terdapat 3 pihak


yang saling terkait yakni:

1. Pertama pihak penjamin (Bank), dimana pihak ini yang


memberikan jaminan.

2. Pihak yang dijamin (nasabah), yang merupakan pihak yang


diberikan jaminan oleh pihak bank.

3. Pihak yang akan menerima jaminan oleh bank.

Terdapat lima klausula dalam isi dari perjanjian garansi bank


yaitu:

 Klausula mengenai besaran atau nominal bank garansi.

Klausula ini mempunyai arti penting karena merupakan


batas maksimum kewajiban bank untuk membayar klaim
kepada pihak pemegang bank garansi. Seberapa besar klaim
yang dibayar oleh bank, sebesar itu pula yang menjadi
fasilitas kredit oleh nasabah bank bersangkutan.

 Klausula mengenai jangka waktu bank garansi.

Klausula ini memiliki arti penting karena merupakan batas


waktu bagi bank (guarantor) untuk menyediakan dan untuk
klaim yang diajukan oleh bouwheer. Batas waktu bagi
nasabah akan adanya jaminan dari bank dimana pemegang
bank garansi melakukan klaim kepada bank penerbit bank
garansi.

 Klausula covenant.
52

Klausula ini memiliki arti penting terkait dalam beberapa


hal, antara lain: adanya syarat – syarat tangguh yang harus
dipenuhi nasabah sebelum pihak bank berkewajiban untuk
memberikan bank garansi tersebut kepada nasabah yang
selanjutnya menyerahkan kepada penerima jaminan; adanya
janji – janji nasabah untuk melakukan hal - hal tertentu
selama perjanjian pemberian bank garansi masih berlaku;
adanya janji – janji nasabah debitur untuk tidak melakukan
beberapa hal tertentu selama perjanjian pemberian bank
garansi masih berlaku.

 Klausula biaya - biaya yang harus dibayar nasabah.

Klausula ini penting karena hanya dari biaya inilah bank


memperoleh pendapatan dari pemberian bank garansi. Tidak
adanya pengenaan bunga pada pemberian bank garansi
disebabkan tidak adanya cash out oleh bank kepada nasabah.
Cash out terjadi setelah ada klaim dari pemegang bank
garansi. Adapun biaya-biaya tersebut yaitu berupa provisi
dan administrasi.

 Klausula barang jaminan.

Klausula ini memiliki arti penting, karena apabila terjadi


atas bank garansi tersebut bank akan mengeluarkan dana
sebesar klaim yang harus dibayarkan kepada pemegang bank
garansi atau penerima jaminan. Dengan demikian dana yang
dikeluarkan tersebut ter-cover oleh suatu jaminan yang
disebut juga dengan counter guarantee atau jaminan lawan
yang telah diikat sebelumnya oleh bank dalam suatu
perjanjian pemberian bank garansi.

2.3 Kerangka Berpikir


Dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan,
yaitu:
53

Literature Review
Textbook dan jurnal

Survei
Wawancara dan pengamatan

Masalah
Identifikasi BPM triggers dan drivers

Usulan Solusi
Perubahan/pengembangan proses dan sistem garansi bank
BPM

Process Architecture
Organization Strategy Membuat organization process view dan
Identifikasi visi misi perusahaan, job identifikasi faktor keberhasilan BPM (proses,
description people, teknologi)

Launch Pad
Membuat Process Selection Matrix dan Process Worth Matrix

Understand
Membuat Activity Based Costing, Process Guideline (activity diagram), dan
Peoprle Capability Matrix

Innovate
Membuat Business Process Modeling Notation, Process Selection Matrix –
updated, dan Activity Based Costing - updated

Develop
Identifikasi technology requirement dan membuat software design

People
Membuat People Capability Matrix – updated, RASCI Model, struktur organisasi dan
job description -updated

Implement
identifikasi faktor keberhasilan BPM (proses, people, teknologi) dalam proses yang baru dan
Kesimpulan
membuat
Identifikasi process guideline –
Gambar 2.22. Kerangka
manfaat dan updated,
keterkaitannya serta
dengan software
Berpikir
visi manual
misi perusahaan

Anda mungkin juga menyukai