Anda di halaman 1dari 22

STUDI KASUS

“Norma, Hukum dan Peraturan”

“Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konsep Dasar PKN SD”
Dosen Pengampu : Muhammad Amin, S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Resti Melinda
200407560022
30A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KASUS 1

Pelaku Pernikahan Sesama Jenis di Soppeng Terancam Hukuman 6 Tahun


Penjara Kompas.com - 15/06/2020
SOPPENG, KOMPAS.com - Kasus pernikahan sesama jenis yang
menggemparkan warga Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, memasuki babak
baru. Polisi menjerat kedua pelaku karena diduga memalsukan identitas di Kartu
Tanda Penduduk (KTP). Dugaan itu muncul setelah ada hasil pemeriksaan medis
dan sejumlah saksi. "Hingga saat ini sudah ada tujuh saksi yang kami periksa
termasuk penghulu yang menikahkan keduanya" kata Kepala Satuan Reserse dan
Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Soppeng, melalui pesan singkat, Senin,
(15/6/2020).
Amri mengatakan, MTR, mempelai laki-laki yang sebenarnya berjenis
kelamin perempuan, di KTP-nya tertulis sebagai seorang laki-laki. "Tentang jenis
kelamin MTR yang tertera pada KTP-nya itu ada kesalahan penulisan jenis
kelamin di Discapil (Dinas Pencatatan Sipil) berdasarkan hasil penyelidikan
penyidik di Discapil," kata Amri.
Kini kedua mempelai itu terancam dijerat pasal 263 KUHP tentang
pemalsuan dokumen dengan ancaman hukuman enam tahun penjara. Menurut
Amri, mempelai perempuan yang berinisial MT sudah tahu calon suaminya
ternyata juga perempuan. Namun, MT enggan memberitahu ke orangtuanya
karena telanjur cinta setelah kenal dengan MTR selama lima bulan. Pernikahan
sejenis ini menggemparkan warga Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan.
Peristiwa ini terungkap setelah warga yang menghadiri resepsi pernikahan curiga
dan mencari tahu asal usul sang mempelai pria yang ternyata adalah seorang
perempuan. Aparat kepolisian sendiri mengamankan kedua pelaku guna
menghindari amukan warga yang geram akan peristiwa ini, Minggu, (14/6/2020).
Resepsi pernikahan yang digelar antara mempelai wanita MT (21) dengan
mempelai pria, MTR (24) di Desa Baringeng, Kecamatan Lilirilau pada Selasa,
(9/6/2020) ini awalnya berjalan lancar.
Sumber:https://regional.kompas.com/read/2020/06/15/10095531/pelaku-
pernikahan-sesama-jenis-di-soppeng-terancam-hukuman-6-tahun-
penjara?page=all
Pertanyaan: Mengapa kasus tersebut dapat terjadi? apa sajakan norma yang
dilanggar? jika kasus tersebut tidak ditangani dengan serius, bagaimana dampak
yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat? bagaimanakah tindakan yang harus
dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang kembali? Jelaskan!
Jawab:
Mengapa kasus tersebut dapat terjadi?
Kasus tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa faktor yang
ditinjau dari sisi psikologi di antaranya :
a. Keluarga
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan anak.
Banyak sekali faktor-faktor dari keluarga itu sendiri yang dapat
mempengaruhi perilaku anak. Pengalaman atau trauma di masa anak-anak
misaslnya seperti dikasari oleh ayah sehingga anak beranggapan bahwa
semua laki-laki bersikap kasar yang memungkinkan si anak merasa benci
pada laki-laki sehingga lebih merasa nyaman dan lebih tertarik kepada
sesama perempuan. Dan pola asuh dari kedua orang tuapun berpengaruh
untuk si anak seperti misalkan memberi fasilitas pengembangan diri yang
tidak sesuai dengan identitas gender. Jadi sangat banyak sekali variabel dari
lingkungan dan pola asuh keluarga yang memungkinkan orang berkembang
ke arah homoseksual yang ahirnya menyebabkan perkawinan sesama jenis.
Hal ini berdasarkan wawancara yang saya lakukan dengan orang yang
melakukan hal yang menyimpang tersebut.
b. Pergaulan dan Lingkungan
Pergaulan dan lingkungan sangat mudah mempengaruhi terbentuknya
karakter seseorang. Lingkungan dimana individu ini hidup juga bisa
memberikan kontribusi, seperti misalnya seseorang berada di lingkungan
dimana banyak terdapat pelaku homoseksual maka orang tersebut juga dapat
tertular secara psikologis sehingga melakukan hal tersebut.
c. Biologis
Kombinasi/rangkaian tertentu di dalam genetik (kromosom), otak,
hormon, dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
homoseksual.Deti Riyanti dan Sinly Evan Putra, S.Si mengemukakan bahwa
berdasarkan kajian ilmiah, beberapa faktor penyebab orang menjadi
homoseksual dapat dilihat dari: Susunan Kromosom, Ketidakseimbangan
Hormon, Struktur Otak dan Kelainan susunan syaraf.
Selain itu, menurut saya hal itu dapat terjadi dikarenakan kurangnya
pemahaman dari individu akan norma, jikalau orang tersebut paham akan
norma maka mereka tidak akan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
norma yang berlaku. Pada hakikatnya orang tersebut harus mengetahui jati
diri sendiri sebelum melangkah kemasyarakat dan tidak melakukan hal-hal
hang bertentangan dengan agama uang berlaku.
Apa sajakah Norma yang dilanggar?
Negara Indonesia yang berbudaya ketimuran menjunjung tinggi norma-
norma agama, kesusilaan dan moral serta etika, melarang perkawinan sesama
jenis. Perkawinan sesama jenis melanggar norma-norma agama, moral dan etika
manusia sebagai makhluk yang diciptakan berpasangan dan melanggar undang-
undang dasar tentang perkawinan yang akan sah apabila sesuai dengan hukum
agama masing-masing pihak. Agama yang diakui di negara Indonesia juga tidak
ada yang membolehkan perkawinan sesama jenis. Selain itu, perkawinan sesama
jenis dapat mengurangi keberadaan manusia di muka bumi. Berdasarkan Sila I
“Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka jelas bahwa negara Indonesia dalam Ideologi
Pancasila adalah negara religius yang mengakui adanya peran Tuhan dan nilai-
nilai agama. Artinya tidak ada satu pun agama yang ditetapkan di Indonesia dapat
menerima pernikahan sesama jenis dan LGBT. Selanjutnya berdasarkan UUD
NKRI Tahun 1945 pasal 28B ayat 1 berbunyi “setiap orang berhak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan menurut perkawinan yang sah”. Kemudian,
menurut UU yang dibawahnya yang lex specialis yaitu UU No 1 Tahun 1974
tentang perkawinan maka pernikahan yang sah adalah pernikahan antara laki-laki
dengan perempuan ini membuktikan bahwa dari segi hukum pun tidak ada yang
membenarkan hal tersebut.
Bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat?
Pernikahan sejenis akan berdampak buruk bagi kehdupan bermasyarakat,
mereka dapat merusak tatanan moral dan agama yang ada serta sosial di
masyarakat dalam hal pendidikan dan juga relasi sosial antara kaum Adam dan
Hawa di Indonesia. Selain itu, perkawinan sejenis mempunyai dampak yang lebih
besar terhadap permasalahan kesehatan, baik secara fisik ataupun secara mental
dari pada heteroseksual tersebut.
Adanya pernikahan sesama jenis ini menyebabkan terjadinya pelecehan
seksual terjadi di mana-mana. Bahkan, banyak kasus yang mana pelecehan
tersebut terjadi pada anak-anak. Jika perkawinan sesama jenis mempengaruhi
anak-anak Indonesia, maka bukan tidak mungkin kalau perbuatan tersebut akan
ditiru, oleh anak-anak akan menganggap kalau itu perbuatan yang wajar, sehingga
merusak pendidikan seks yang sebenarnya. Di samping bahaya bagi individu
pelakunya, perkawinan sejenis juga membahayakan masyarakat. Jika individu
enggan menikah, dan melampiaskan nafsu seksnya secara tidak legal, dengan
sendirinya merusak sistem kekeluargaan dan merapuhkan landasan
kemasyarakatan, sehingga akan menimbulkankehancuran akhlak, dan
merenggangkan ikatan nilai-nilai dan norma agama yang akhirnya membawa
kebebasan tanpa batas, seperti yang disaksikan dalam masyarakat dewasa ini. Jika
pernikahan sesama jenis ini tidak ditangani dengan serius maka akan berdampak
pada masyarakat dimana terjadi pengulangan dari hal yang menyimpang tersebut.
Pernikahan sesama jenis tidak dapat diterima di masyarakat karena
masyarakat Indonesia dianggap sebagai warga yang religus. Jadi negara dan
masyarakat Indonesia memandang bahwa pernikahan itu peristiwa sakral, bahkan
ibadah. Maka nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan dalam pernikahan itu. Selain
itu pernikahan sesama jenis tentunya akan menganggu tatanan kehidupan sosial
dan juga mengaggu keyakinan dan nilai-nilai spiritual masyarakat.
Bagaimanakah tindakan yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali?
Salah satunya memberikan pemahaman lebih kepada mereka yang masih
duduk di bangku sekolah untuk tidak melakukan perilaku menyimpang itu.
Setidaknya, para murid harus sudah mengetahui kalau itu merupakan suatu
tindakan yang dilarang oleh hukum yang berlaku di negara. Hal yang dapat
dilakukan juga yaitu Pendidikan formal yang lebih eksplisit melalui kurikulum
tentang antisipasi perilaku menyimpang dari nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Selain itu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh seluruh
stakeholder untuk mengantisipasi agar pernikahan sesama jenis tidak terjadi lagi.
Upaya-upaya tersebut adalah melalui peran :
1. Pemerintah
Pemerintah sebagai organ tertinggi di negara memiliki peran yang penting.
Pendiskriminasian melalui peraturan daerah terhadap pernikahan sesama jenis
adalah langkah penting untuk mengantisipasi pergerakan komunitas ini.
Pernikahan sesama jenis adalah penyimpangan seksual yang juga menyalahi
norma agama dan hukum. Selain itu kelompok ini juga dapat merusak
paradigma berpikir yang kompleks tentang nilai-nilai agama.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah wadah edukasi yang sangat penting bagi peserta didik.
Pendidikan seksual juga dapat mengantisipasi penyimpangan seksual di
kalangan pelajar. Selain memberi pemahaman tentang seksualitas, pendidikan
juga dapat menjelaskan dampak dari penyimpangan seks LGBT tersebut.
Guru memiliki peran penting dalam pendidikan untuk mengantisipasi
pergerakan LGBT di kalangan pelajar.
3. Tokoh agama dan pemuka masyarakat
Tokoh agama memiliki peranan penting dalam penanaman nilai-nilai
agama terkhusus mengenai hubungan sosial antara kaum Adam dan Hawa
yang semestinya. Pendidikan agama oleh tokoh agama akan dapat memberi
stimulus kesadaran hidup yang rohaniah sehingga timbul kesadaran mengenai
gaya hidup yang tepat. Selain tokoh agama, pemuka masyarakat juga punya
peran penting dalam pengantisipasian ini. Pemuka masyarakat dapat melihat
gerak-gerak masyarakatnya yang mengarah pada penyimpangan seksualtas ini
untuk di bina. Hal ini agar timbul kesadaran di komunitas yang telah terbiasa
dalam penyimpangan seksualitas ini.
4. Orang Tua
Orang tua adalah tokoh yang paling berperan penting dalam
mengantisipasi anaknya tidak terlibat dalam LGBT. Orang tua harus
mengetahui setiap teman dari anaknya, baik perempuan ataupun laki-laki.
Latar belakang keluarga teman dari anaknya juga penting di ketahui oleh
orang tua. Pembatasan kegiatan di luar rumah juga penting dilakukan oleh
orang tua untuk mengantisipasi keterikutan anaknya terhadap komunitas ini.

KASUS 2
10 Kasus Inses atau Hubungan Sedarah yang Terbongkar dan Ditangani
Polisi Sepanjang 2019
1. Ayah Kandung Cabuli Anak sampai Melahirkan di Garut
UR (42), warga Kecamatan Malangbong, Garut, Jawa Barat, diringkus
aparat Polres Garut karena mencabuli dua anak gadisnya sendiri. Kasus
tersebut terungkap setelah satu di antara anak gadisnya yang baru berusia 15
tahun melahirkan pada 15 Junia 2019 di RSUD dr Slamet Garut. Kapolres
Garut AKBP Budi Satria Wiguna mengungkapkan, pelaku telah bercerai
dengan istri sejak 2010. Pelaku mulai melampiaskan nafsu bejatnya kepada
anak keduanya sejak 2015 saat anak gadisnya baru duduk di kelas V SD.
Mantan istri pelaku atau ibu kandung korban kemudian melaporkan kasus
tersebut ke Polsek Malangbong pada 29 Juni 2019. “Korban diancam jika
melapor ke ibu atau orang lain, korban dipaksa melayani pelaku di rumahnya
sendiri,” ungkap Budi, Sabtu (6/7/2019).
2. Kakek 70 Tahun cabuli anak kandungnya yang berusia 40 tahun
Tompo (70), kakek asal Kampung Mannuruki, Kelurahan Bontotangnga,
Kecamatan Tamalatea Jeneponto, Sulawesi Selatan, ditangkap aparat
kepolisian karena membuang seorang bayi, Kamis (18/4/2019) siang. Bayi
tersebut diketahui merupakan hasil hubungan dengan anak kandungnya
berinisial KM.
Tetangga Tompo, Halima, mengatakan, di rumah pelaku hanya ada tiga
orang yang tinggal, yaitu Tompo, istrinya, dan KM. Halima mengatakan, KM
memiliki keterbelakangan mental.
"Dari hasil interogasi, Tompo merupakan ayah dari KM di mana hasil
hubungan gelap ayah dan anak ini melahirkan bayi yang ia buang tidak jauh
dari rumahnya," kata Kanit Pegasus Polres Jeneponto Aipda Abd Rasyad saat
dikonfirmasi.
3. Alasan ritual, petani di Sumsel perkosa dua anak kandung
Ardiyanto (48), petani di Desa Rantau Ali, Kecamatan Suka Karya,
Kabupaten Musirawas, Sumatera Selatan, tega memerkosa dua putri
kandungnya dengan modus ritual mencari jodoh.
Kapolres Musirawas AKBP Suhendro mengatakan, dari hasil
pemeriksaan, tersangka Ardiyanto mulanya mengiming-imingi kedua
putrinya berinisial SS (17) dan MR (15) untuk mendapatkan seorang jodoh
yang kaya raya dengan melakukan ritual.
SS dan MR pun akhirnya dibawa ke dalam kamar dengan hanya
mengenakan handuk, di sana keduanya diberikan pisang dan sesuap nasi oleh
pelaku. "Pelaku ternyata memasukkan pil KB di dalam pisang sebelum
menyetubuhi kedua korban," kata Ardiyanto saat dikonfirmasi melalui pesan
singkat, Rabu (29/5/2019).
Suhendro menjelaskan, perbuatan yang dilakukan Ardiyanto sejak Agustus
2018 lalu tersebut terbongkar setelah pihak keluarga curiga setelah melihat
adanya perubahan fisik dari kedua korban.

Pertanyaan: mengapa kasus tersebut dapat terjadi? apa sajakan norma yang
dilanggar? jika kasus tersebut tidak ditangani dengan serius, bagaimana dampak
yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat? bagaimanakah tindakan yang harus
dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang kembali? Jelaskan!
Jawab:
Mengapa kasus tersebut dapat terjadi?
Fenomena inses atau hubungan sedarah yang kerap terjadi di masyarakat
Indonesia umumnya terjadi dalam kasus pencabulan akibat faktor ketiadaan
penyaluran seksual secara normal dari pelaku, ketidakberdayaan korban, dan
kesempatan yang lebar. Selain itu perbuatannya itu bisa saja dipicu tontonan
pornografi. Berdasarkan kasus hubungan sedarah antara orang tua dengan
anaknya. Dalam kasus ini, menurut saya ada faktor dari orang tua yang kurang
bisa mengkontrol diri.
Selain itu ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal :
1. Faktor Internal, meliputi: a) biologis, yaitu dorongan seksual yang terlalu
besar dan ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan nafsu seksnya, dan
b) psikologis, yaitu pelaku memiliki kepribadian yang menyimpang
seperti,minder, tidak percaya diri, kurang pergaulan atau menutup diri dari
lingkungan pergaulan, menarik diri dari pergaulan sosial dengan masyarakat.
2. Faktor Eksternal, meliputi: a) ekonomi keluarga, dimana masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah atau mempunyai keterbatasan pendapatan untuk
bermain di luar lingkungan mereka, sehingga mempengaruhi cara pandang
dan mempersempit ruang lingkup pergaulan, b) tingkat pendidikan dan
pengetahuan rendah, dan c) tingkat pemahaman agama serta penerapan
akidah dan norma agama yang tidak mereka ketahui atau tidak dipahami
Apa sajakah norma yang dilanggar?
Berdasarkan kasus tersebut norma yang dilanggar adalah norma agama/.
Dalam norma agama, hubungan sedarah tidaklah diperkenakan karena membawa
banyak mudarat.
Dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat?
Dampak yang paling terasa adalah pada tata budaya, moral, dan tata sosial
masyarakat pada umumnya dan pada generasi muda khususnya. Selain itu, hal ini
akan berpengaruh dalam kelangsungan hidup dari si anak, mungkin saja akan
mengalami trauma dan dikucilkan dalam masyarakat. Dalam kehidupan
masyarakat kasus ini mungkin akan menganggu, selain membuat trauma bagi
masyarakat juga merasa hal tersebut melanggar tata budaya, moral yang berlaku
sehingga bisa saja menimbulkan konflik dalam masyarakat.
Bagaimanakah tindakan yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali?
Upaya penanganan terhadap kasus hubungan sedarah tersebut adalah
dengan melakukan konseling psikologis dan hukum. Pasalnya, hukum di
Indonesia memang melarang terjadinya hubungan sedarah. Hal itu diatur dalam
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Beberapa faktor yang dapat mencegah terjadinya inses, meliputi:
1. Ikutsertakan instansi resmi yang menangani masalah perlindungan terhadap
anak sedini mungkin untuk menangkal tekanan yang dialami anak.
2. Evaluasi anggota keluarga untuk penyakit psikiatrik primer yang memerlukan
terapi. Evaluasi juga pada saudara kandung untuk memungkinkan perlakuan
salah atau penganiayaan.
3. Terapi keluarga dapat digunakan untuk menyusun kembali keluarga yang
pecah.
4. Ajarkan sang anak dengan mudah dan jelas bahwa alat kelamin mereka
adalah milik mereka sendiri, dan tidak boleh disentuh orang lain termasuk
anggota keluarga.
5. Memberikan pendidikan sejak dini dengan memberi tahu masalah dengan
lebih profesional, tidak bisa secara tiba-tiba memberitahukan kelainan
tersebut. Karena itu adalah bagian dari penerangan kesehatan, dimana hak
semua orang untuk mendapatkan informasi seluas- luasnya.
6. Memberikan pendidikan dan pengetahuan tentang agama
7. Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat.
8. Melalui pendidikan norma.
KASUS 3
Sejumlah Kasus Seorang Anak Yang Menuntut Orangtuanya Kerap Terjadi
di Indonesia:

1. Kisah Pilu Senah, Ibu yang Digugat Anak Kandung karena Jual Tanah
Warisan Suaminya Rp 260 Juta: Anak Saya Sudah Dapat Sawah
Kompas.com - 18/05/2021
KOMPAS.com - Hati Senah (70) hancur mengetahui dirinya digugat oleh
anak kandungnya sendiri yang bernama Yusriadi (45). Ibu asal Desa Lendang
Are, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu digugat karena
masalah tanah warisan suaminya. Sikap sang anak pun dingin terhadapnya.
Bahkan ketika Lebaran, Yusriadi tak mengunjungi sang ibu meski rumah
mereka hanya berjarak dua meter.
Dituding menjual tanpa sepengetahuan Yusriadi Senah disebut telah
menjual tanah warisan itu tanpa sepengetahuan Yusriadi. Namun menurut
pengakuan Senah, tanah seluas 13 are yang dia jual memang bukan jatah
anak-anaknya, melainkan untuk mendaftar haji.
"Dulu wasiat bapak, kebun tidak untuk dijual, karena itu niatnya untuk
biaya hidup, dan untuk mendaftar haji," kata Senah, saat ditemui di PN Praya,
Senin (17/5/2021). Bahkan Senah menyebut bahwa anak-anaknya sudah
mendapatkan jatah masing-masing. Sawah seluas 30 are milik suaminya
sudah dijual dan hasilnya dibagikan kepada anak-anaknya. "Kok bisa berhati
seperti ini, dia sudah dapat bagian sawah, ini kebun niat untuk naik haji
berdua," kata Senah.
Untuk bayar utang Pengacara Senah, Apriadi mengatakan, hasil penjualan
tanah itu juga digunakan untuk menutup utang almarhum suami Senah, yang
tak lain adalah ayah Yusriadi. Uang itu juga dipakai untuk menebus sawah
yang digadaikan. Sedangkan sawah itu sudah dibagi pada anak-anaknya.
"Penjualan tanah itu juga untuk mengganti utang orangtuanya, karena dalam
hukum Islamnya adalah membiayai dan menanggung segala utang dan biaya
orang meninggal," kata Apriadi. Dia berharap kasus berakhir lewat mediasi
karena masalah tersebut adalah persoalan keluarga. "Ini persoalan antara anak
kandung dan ibu kandung semoga hari ini bisa mendapatkan titik temu bisa
berdamai dan mengikhlaskan bahwa penjualan tanah itu adalah untuk
mengganti utang orangtuanya," kata Apriadi.
Minta jatah penjualan lahan Rp 260 juta Kuasa hukum Yusriadi, Mustafa
Kamal mengatakan, kliennya merasa tidak tahu tanah 13 are itu sudah dijual
oleh Senah. "Klien kami ini (Yusriadi) mau minta bagian 2 are dari lahan
yang dijual ibu Senah," kata Mustafa Kamal, saat ditemui di PN Praya,
(17/5/2021). "Dia kan tidak tahu, tanah kebun itu dijual dan sekarang dia
ingin meminta bagian dari hasil penjualan tanah itu, karena itu haknya," kata
Mustafa. Yusriadi berharap Senah bisa membagikan harta warisannya yang
telah dijual senilai Rp 260 juta.
Alasan Yusriadi menggugat Yusriadi tetap kukuh pada pendiriannya untuk
menggugat ibunya. Bahkan ia telah memberikan kuasanya untuk melaporkan
ibunya secara pidana di kepolisan. Dia melakukan langkah hukum karena
merasa tidak pernah diajak musyawarah, padahal dia merupakan anak laki-
laki tertua. "Ibu ini tidak pernah mempertimbangkan pendapat dari saya untuk
menjual tanah kebun ini," kata Yusriadi, Senin. Sementara menurutnya,
Senah hanya mendengarkan pendapat adik perempuannya yang kurang
sepaham dengannya. "Saya ini kan anak laki-laki yang paling besar,
seharusnya ibu dengarkan saya, jangan hanya dengar pendapat adik
perempuan saja," kata Yusriadi. Karena telah terlanjur dijual, dia meminta
haknya dari penjualan tanah 13 are senilai Rp 260 juta. "Saya tetap mau hak
saya, dari yang 13 are, saya mau 2 are saja, karena ini kan hak secara Islam,"
kata Yusriadi. "Walau sudah menembus sawah, sama untuk daftar haji, pasti
ada sisanya. Nah sisanya ini kita bagi seperti hukum Islam," kata Yusriadi.
Sumber: https://regional.kompas.com/read/2021/05/18/063000178/kisah-pilu-
senah-ibu-yang-digugat-anak-kandung-karena-jual-tanah-warisan?page=all.
2. Anak kandung menguggat ayahnya sebanyak 3 Miliar
Perkara Rumah, Anak Gugat Ayah Kandung Rp3 Miliar di Bandung CNN
Indonesia | Rabu, 20/01/2021.
Bandung, CNN Indonesia -- Seorang warga Kota Bandung, Jawa Barat,
Deden menggugat ayah kandungnya, yakni R.E. Koswara (85) ke Pengadilan
Negeri Kelas IA Khusus Bandung. Deden menggugat secara perdata agar
ayahnya membayar Rp3 miliar terkait perjanjian penggunaan lahan. Kasus
menjadi pelik karena selain sang ayah, Deden juga menggugat Imas (anak
pertama) dan Hamidah (anak kelima). Deden sendiri merupakan anak kedua
dari Koswara. Deden menggugat mereka didampingi istrinya yakni Nining
dan Masitoh yang merupakan anak ketiga Koswara atau adik Deden. Masitoh
menjadi kuasa hukum.
"Saya khawatir takut ada apa-apa (pertengkaran). Apalagi tanahnya bukan
punya saya saja, masih ada (hak waris) untuk adik-adik saya. Mereka mau
minta tanahnya dijual," tutur Koswara ditemui usai persidangan, Selasa
(19/1).
Koswara mengaku kecewa dengan kasus hukum yang sedang dihadapinya
ini. Padahal, ia ingin menikmati masa tua dengan tenang. "Sekarang mah saya
mau istirahat," kata Koswara. Sementara itu, salah seorang kuasa hukum
Deden, Komar Sarbini menjelaskan gugatan dilayangkan karena Hamidah,
Koswara dan Imas dianggap melakukan perbuatan melawan hukum. "Ikuti
proses hukum biar pengadilan nanti yang memutuskan," kata Komar.
Kronologi Kasus bermula saat Deden menyewa sebagian rumah milik
Koswara di Jalan AH Nasution. Deden menyewa sebagian rumah itu sejak
2012 dengan nilai kontrak Rp8 juta per tahun. Kemudian pada tahun 2020,
Koswara berencana menjual tanah dan bangunan miliknya seluas 3.000
meter. Uang hasil penjualan akan dibagikan kepada para ahli waris. "Pak
Koswara sendiri punya empat adik dan jika rumah dan tanah itu dijual akan
dibagikan kepada ahli waris termasuk juga nantinya dibagikan kepada anak-
anaknya. Akhirnya sewa menyewa dibatalkan, uang Rp8 juta itu juga sudah
dikembalikan," tutur Bobby Herlambang, kuasa hukum Koswara. Lihat
juga:Antam Digugat Rp817 Miliar, Setara 1,1 Ton Emas Namun Deden tak
terima. Ia pun mengajukan gugatan secara perdata ke PN Bandung. Dalam
gugatannya, penggugat meminta uang Rp3 miliar karena merasa dirugikan.
"Sampai-sampai plang baliho di rumah bapaknya. Dimulai saat itu, terjadi
konflik. Padahal anaknya enggak punya hak karena orangnya masih hidup.
Belum ada hak waris apapun," ujar Bobby.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210120143137-12-
596176/perkara-rumah-anak-gugat-ayah-kandung-rp3-miliar-di-bandung

Pertanyaan: mengapa kasus tersebut dapat terjadi? apa sajakan norma yang
dilanggar? jika kasus tersebut tidak ditangani dengan serius, bagaimana dampak
yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat? bagaimanakah tindakan yang harus
dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang kembali? Jelaskan!
Jawab:
Mengapa kasus tersebut dapat terjadi?
Faktor penyebab anak menggugat orangtua yang pertama adalah adanya
permasalahan dalam keluarga yang menjadi alasan bagi anak menggugat
orangtua. Permasalahan dalam keluarga ini timbul dikarenakan ketentuan hukum
yang telah ada dan berlaku secara nasional belum mampu menyelesaikan berbagai
persoalan keluarga yang terjadi secara komprehensif dalam rangka memenuhi asas
kemanfaatan dan keadilan, serta kepastian hukum sebagai tujuan dari ketentuan
hukum itu sendiri. Kedua, faktor penyebab anak menggugat orangtua adalah
karena ketentuan terkait kewajiban anak kepada orangtua yang termuat dalam
Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan belum
memberikan ketegasan yang menyatakan bahwa anak yang menggugat orangtua
merupakan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut.

Apa sajakan norma yang dilanggar?


Dalam kasus tersebut melanggar norma agama dan norma kesopanan.
Anak dalam kasus tersebut melanggar norma kesopanan karena tidak menghargai
orang tua. Dan hal ini juga melanggar norma agama karena agama juga
mengajarkan adab terhadap orang tua dan anak pada kasus tersebut melanggar hal
tersebut.
Dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat?
Dampak yang paling terasa adalah pada tata budaya, moral, dan tata sosial
masyarakat pada umumnya dan pada generasi muda khususnya. Dalam kehidupan
masyarakat kasus ini mungkin juga akan menganggu bagi masyarakat. Karena
mereka merasa hal tersebut melanggar tata budaya, moral yang berlaku sehingga
bisa saja menimbulkan konflik dalam masyarakat.

Bagaimanakah tindakan yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali?
Upaya penegakan hukum terhadap Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan untuk mencegah anak menggugat orangtua yang
pertama adalah dengan penyelesaian permasalahan dalam keluarga melalui
musyawarah untuk mufakat atau dengan melalui jalur non litigasi, salah satunya
yaitu mediasi. Kedua, upaya yang dapat dilakukan adalah dengan merumuskan
kebijakan hukum lanjutan sebagai penjabaran Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan.

KASUS 4

Hakim Vonis Juliari Batubara 12 Tahun Penjara dan Denda Rp 500 Juta
TEMPO.CO, Jakarta - Hakim Pengadilan Tipikor menjatuhi vonis 12
tahun penjara terhadap mantan Menteri.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 12
tahun dan pidana denda sejumlah Rp 500 juta,” kata Ketua Majelis Hakim
Muhammad Damis dalam pembacaan putusan, Senin, 23 Agustus 2021.
Hakim menilai Juliari terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama sesuai dakwaan
alternatif pertama, yakni Pasal 12 huruf b Jo Pasal 18 atau Pasal 11 Jo Pasal 18
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) ke-1 KUHP.
Kuasa hukum Juliari menyatakan memilih untuk berpikir dahulu ihwal
putusan vonis dari hakim Sosial Juliari Batubara dalam kasus bansos Covid-19.
Sidang yang dipimpin oleh hakim M. Damis menyatakan Juliari bersalah dalam
perkara bansos Covid-19. Sebelumnya, jaksa KPK menuntut Juliari 11 tahun
penjara dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. Selain pidana pokok,
jaksa KPK menuntut Juliari Batubara dihukum membayar uang pengganti
sebanyak Rp 14,5 miliar dan pencabutan hak politik selama 4 tahun setelah
menjalani hukuman penjara.
Sumber: https://nasional.tempo.co/read/1497644/hakim-vonis-juliari-batubara-
12-tahun-penjara-dan-denda-rp-500-juta/full&view=ok

Pertanyaan: Mengapa kasus tersebut dapat terjadi? apa sajakan norma yang
dilanggar? apakah putusan hakim itu memenuhi tujuan hukum, yakni keadilan,
kemanfaatan dan kepastian hukum? jika kasus tersebut tidak ditangani dengan
serius, bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat?
bagaimanakah tindakan yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali? Jelaskan!
Jawab :
Mengapa kasus tersebut dapat terjadi?
Kasus tersebut dapat terjadi karena adanya faktor internal dari manusia itu sendiri
yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor dintaranya :
1. Sifat tamak/rakus manusia, Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang
rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang
dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
2. Moral yang kurang kuat, Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah
tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk
itu.
3. Gaya hidup yang konsumtif, Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong
gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk
melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
Adapun faktor eksternalnya yaitu :
1. Faktor Politik, Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal
ini dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Perilaku korup seperti penyuapan dan politik uang merupakan fenomena yang
sering terjadi.
2. Faktor Hukum, Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek
perundang-undangan dan sisi lain lemahnya penegakan hukum. Ini bisa
meliputi aturan yang diskriminatif dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas-
tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir, hingga sanksi yang terlalu ringan.
3. Faktor Ekonomi, Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya korupsi. Selain rendahnya gaji pegawai, banyak aspek ekonomi
lain yang menjadi penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan
pemerintah yang dibarengi dengan faktor kesempatan bagi pegawai
pemerintah untuk memenuhi kekayaan mereka dan kroninya.
4. Faktor organisasi, Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang
luas, termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi
yang menjadi korban korupsi atau di mana korupsi terjadi biasanya memberi
andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk
terjadinya korupsi.
apa sajakah norma yang dilanggar?
Norma yang dilanggar yakni norma hukum dan norma kesusilaan. Korupsi
melanggar norma hukum karena merupakan tindakan yang melawan hukum
dengan menyalahgunakan kekuasaan/jabatan. Tindakan korupsi sangat terikat
dengan persoalan akhlak. Korupsi melanggar norma kesusilaan yang dijunjung
tinggi oleh suara hati kolektif. Tindakan korupsi menandakan sejauh mana
kualitas akhlak sebagai moral-kesusilaan yang melekat dalam diri seseorang.
Karena, korpsi merupakan sebuah wujud nyata dari gagasan moral yang abstrak.
Apakah putusan hakim itu memenuhi tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan
dan kepastian hukum?
Menurut saya tidak, ditinjau dari segi keadilan hal tersebut tidak sepadan,
tuntutan tersebut tidak mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat yang
terdampak Covid-19. Tuntutan untuk terdakwa korupsi bansos Covid-19 hanya 11
tahun saya rasa tidak bisa mngobati penderitaan masyarakat yang menajdi korban
korupsi bansos, karena putusannya tidak berat sedangkan apa yang dilakukan
adalah hal yang tidak wajar dan sangat merugikan negara. Berdasarkan wacana
sebelumnya yang mengatakan bahwa tindak korupsi yang dilakukan saat pandemi
maka akan dihukum mati, namun, dalam pelaksaannanya hal tersebut tidak terjadi
dan malah terkesan hakim melindungi pelaku dengan meringankan hukuman.
Padahal jika ditunjau ancaman tersebut dapat memberatkan hingga mendapat
hukuman mati apalagi tindak korupsi yang dilakukan dalam keadaan bencana
seharusnya pihak terkait bisa menuntut hukuman lebih berat, sangat disayangkan
tuntunan yang didapatkan jauh sekali dari ancaman maksimal sehingga tuntutan
yang diberikan saya rasa gagal menimbang rasa keadilan para korban bansos.
Pasalnya tindakan Juliari telah melukai dan membuat masyarakat semakin susah
disaat pandemi Covid-19. Ditinjau dari kepastian hukum, tentunya kami tidak
merasa putusan hakim memenuhi tujuan kepastian hukum, karena berdasrkan dari
vonis yang diberikan malah terkesan melindungi dan putusan dianggap belum
mencerminkan nilai keadilan yang diharapkan para pencari keadilan. Hal ini
membuat berbagai kritik dan menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap
penegakan hukum. Dan dari segi kemanfaaan pun saya rasa tidak ada, karena
dengan pemberian hukuman ringan maka tindak korupsi akan tetap terus
dilakukan karena adanya keringanan dalam pemberian hukuman tersebut.
Bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan masyarakat?
Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara,
menurunnya investasi, meningkatnya kemiskinan, serta meningkatnya
ketimpangan pendapatan. Bahkan korupsi juga dapat menurunkan tingkat
kebahagiaan masyarakat di suatu negara.
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa korupsi mengakibatkan
penurunan daya saing nasional, mengganggu pertumbuhan ekonomi,
menimbulkan biaya sosial yang besar, dan akhirnya menambah tingkat
kemiskinan. Korupsi berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak. Baik
individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan korupsi juga
akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap sesama.
Korupsi bukan suatu tindak pidana biasa karena ia merusak sendi-sendi
kehidupan yang paling dasar yaitu etika sosial bahkan kemanusiaan. Kejujuran
sudah tidak ditegakkan lagi. Selain itu korupsi berdampak. Dampak terhadap
politik dan demokrasi
Munculnya kepemimpinan korup, perilaku koruptif dan tindak korupsi
dilakukan dari tingkat bawah,masyarakat digiring untuk memilih pemimpin yang
korup dan di berikan mimpi-mimpi dan janji akan kesejahetraan yang menjadi
dambaan rakyat sekaligus menerima suap dari calon pemimpin tersebut.
Bagaimanakah tindakan yang harus dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali?
1. Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor. Memberikan hukuman berat bagi
para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera. Hal ini juga dapat
menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang
serupa. Tak hanya di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor
dalam kehidupan sehari-hari juga harus diterapkan.
2. Bangun Pendidikan Moral Sejak Kecil. Pendidikan moral merupakan pondasi
yang harus diberikan sedari kecil. Dengan pendidikan moral maka setiap
insan tidak mudah tergiur dengan praktik korupsi. Orang yang bermoral tidak
akan berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka menyadari bahwa
perbuatan korupsi akan merugikan orang lain.
3. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensif. Sudah bukan rahasia lagi jika
menanamkan nilai-nilai religi maka dapat berperan memberantas korupsi.
Setiap agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan perbuatan tercela.
Maka orang-orang yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak
korupsi.
4. Supremasi Hukum yang Kuat. Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk
menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak berfungsi sebagai mana fungsinya,
maka kepercayaan publik akan hilang. Dengan membangun supremasi hukum
yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan celah untuk
melancarkan aksi mereka. Membangun supremasi hukum yang kuat adalah
dengan memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih sehingga tak
ada lagi manusia yang kebal hukum.

Juliari: Akhirilah Penderitaan Kami dengan Membebaskan Saya dari Segala


Dakwaan
JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara
meminta agar dirinya divonis bebas dalam perkara korupsi pengadaan paket
bantuan sosial (bansos) Covid-19 wilayah Jabodetabek tahun 2020. Dilansir dari
Antara, permintaan itu disampaikan Juliari saat membacakan nota pembelaan atau
pleidoi dalam sidang lanjutan, Senin (9/8/2021). "Oleh karena itu permohonan
saya, permohonan istri saya, permohonan kedua anak saya yang masih kecil-kecil
serta permohonan keluarga besar saya kepada majelis hakim yang mulia, akhirilah
penderitaan kami ini dengan membebaskan saya dari segala dakwaan," ucap
Juliari dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui video
conference pada majelis halim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
Jakarta. Juliari menyebut bahwa vonis majelis hakim akan sangat berdampak pada
keluarga. Apalagi, kata Juliari, perannya sangat dibutuhkan sebagai seorang ayah
"Putusan majelis yang mulia akan teramat besar dampaknya bagi keluarga saya,
terutama anak-anak saya yang masih di bawah umur dan masih sangat
membutuhkan peran saya sebagai ayah mereka," tuturnya. Juliari menyebut
bahwa dirinya tak pernah berniat untuk melakukan tindak korupsi. "Sebagai
seorang anak yang lahir, saya dibesarkan di tengah keluarga yang menjunjung
tinggi integritas dan kehormatan. Dan tidak pernah sedikit pun saya memiliki niat
atau terlintas saya untuk korupsi," jelas dia. Ia menceritakan bahwa dirinya
berasal dari keluarga yang mengabdi di dunia pendidikan. Latar belakang itu,
sambungnya, membuat ia bersikap kooperatif pada KPK. "Keluarga saya sejak
dulu aktif di bidang pendidikan, khususnya pendidikan menengah. Keluarga saya
salah satu pendiri yayasan pendidikan menengah yang sudah berusia puluhan
tahun di Jakarta dan sudah menghasilkan ribuan alumni," papar Juliari. "Latar
belakang ini yang membuat saya dengan penuh kesadaran menyerahkan diri ke
KPK untuk menunjukan sikap kooperatif saya terhadap perkara ini," pungkas dia.
Diketahui Juliari dituntut 11 tahun dan denda Rp 500 juta subsider 6 bulan
kurungan. Juliari juga dituntut pidana pengganti sebesar Rp 14,5 miliar dan hak
politiknya dicabut selama 4 tahun. Jaksa menilai Juliari terbukti menerima suap
dalam pengadaan paket bansos Covid-19 wilayah Jabodetabek 2020 sebesar Rp
32,48 miliar. Dalam tuntutannya, jaksa menyebut Juliari memerintahkan dua anak
buahnya Matheus Joko dan Adi Wahyono untuk meminta fee Rp 10.000 tiap
paket bansos Covid-19 dari perusahaan penyedia.
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2021/08/09/18354531/juliari-
akhirilah-penderitaan-kami-dengan-membebaskan-saya-dari-segala?page=all.

Pertanyaan: Bagaimana tanggapan kalian melihat hal tersebut, berilah jawaban


anda dengan menggunakan perspektif norma-norma sosial?
Jawab :
Menurut saya berdasarkan wacana diatas tindakan yang dilakukan oleh
Juliari yang menunjukkan sikap kooperatif adalah hal yang baik, namun hal
tersebut tidak dapat menutupi kesalahan yang telah diperbuatnya dan
membebaskannya dari dakwaan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Juliari
adalah tindakan korupsi, tindakan yang sangat merugikan negara maupun
masyarakat secara luas maka ia harus mempertanggung jawabkan atas perbuatan
yang telah dilakukannya. Tindakan yang dilakukan oleh Juliari tidak dapat
dibenarkan dan diberikan keringanan, walaupun berdasarkan nota pembelaan yang
dilakukan Juliari mengatakan bahwa meminta agar dirinya divonis bebas menurut
saya ini tidaklah masuk akal, sebagaimana sebelum melakukan tindakan korupsi
sepantasnya ia paham akan dampak yang dilakukannya di kemudian hari, dan juga
dari persepktif kesusilaan bahwa Tindakan korupsi sangat terikat dengan
persoalan akhlak. Korupsi melanggar norma kesusilaan yang dijunjung tinggi oleh
suara hati kolektif. Tindakan korupsi menandakan sejauh mana kualitas akhlak
sebagai moral-kesusilaan yang melekat dalam diri seseorang. Karena, korupsi
merupakan sebuah wujud nyata dari gagasan moral yang abstrak. Apalagi seorang
menteri pasti ilmunya sudah tinggi dan paham mengenai norma jad, tidak ada
alasan untuk memberikan kebebasan atas perbuatan berat yang telah dilakukan.
Korupsi adalah salah satu kriminalitas yang merusak disiplin nasional.
Perilaku korupsi telah merusak mental dan moral berbagai kalangan. Kerusakan
disiplin nasional berakar dari hilangnya ketaatan individu terhadap peraturan
ataupun hukum negara yang berlaku. Hal ini berkaitan dengan norma hukum yang
berlaku dalam masyarakat apabila tidak di implementasikan.
Dari Perspektif norma-norma sosial tindakan korupsi yang dilakukan oleh
Juliari melanggar norma yang berlaku. Seperti yang kita ketahui bahwa korupsi
adalah tindakan yang melanggar norma hukum dan kesusilaan. Korupsi adalah
tindakan pelanggaran terhadap norma yang berkembang dalam masyarakat.
Logikanya penguatan norma masyarakat harus dilakukan dalam upaya untuk
memperkuat norma sosial dalam masyarakat. Salah satunya dengan memperkuat
nilai-nilai agama agar tindak korupsi diatas tidak terulang lagi.

Anda mungkin juga menyukai