a. Pengertian
Student Centered Learning (SCL) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan
peserta didik menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
yang bersifat kaku instruksi dari pendidik dirubah menjadi pembelajaran yang memberi
kesempatan pada peserta didik menyesuaikan dengan kemampuannya dan berperilaku langsung
dalam menerima pengalaman belajarnya (M.Bruri Triyono, 2011).
Menurut Rogers (1983), Student Centered Learning (SCL) merupakan hasil dari transisi
perpindahan kekuatan dalam proses pembelajaran, dari kekuatan guru sebagai pakar menjadi
kekuatan siswa sebagai pembelajar. Perubahan ini terjadi setelah banyak harapan untuk
memodifikasi atmosfer pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi pasif, bosan, dan
resisten. Sedangkan menurut Harden dan Crosby (2000) dalam Fairuz (2010), Student Centered
Learning (SCL) menekankan pada siswa sebagai pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk
sukses dalam belajar dibanding dengan apa yang dilakukan oleh guru.
Student Centered Learning atau SCL merupakan satu pendekatan pembelajaran yang dipercaya
efektif dalam meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Tentu saja, Student Centered
Learning ini bisa diterapkan dalam perkuliahan di perguruan tinggi. Justru, mahasiswa
seharusnya lebih aktif terlibat dalam kegiatan kuliah dibandingkan dengan anak sekolahan.
Bagaimanapun, sudah seharusnya jika mahasiswa memiliki daya kritis yang tinggi.
Proses belajar yang terbaik yaitu dengan melibatkan mahasiswa untuk memahami materi secara
aktif. Sementara itu, dosen lebih berperan sebagai fasilitator. Kurang-lebih begitulah pendapat
Angela Attard dari Education International dan European Students Union. Kegiatan yang
merangsang mahasiswa agar aktif misalnya dengan melakukan riset, mengadakan diskusi, dan
menulis buku.
Foto adalah gambar diam baik berwarna maupun hitam-putih yang dihasilkan oleh
kamera yang merekam suatu objek atau kejadian atau keadaan pada suatu waktu tertentu.
Laptop ,computer, dan proyektor bisa digunakan untuk masing masing siswa dan
proyek penelitian kelompok. Dapat juga digunakan untuk untuk membuat presentasi
dan berkomunikasi dengan siswa lain melalui, skype, email, Whatsapp, dan aplikasi
komunikasi lainnya.
Teknologi tampilan seperti Clickers bisa digunakan untuk umpan balik siswa jadi
guru dapat menilai pemahaman siswa. Clickers, dikenal sebagai sistem respon
elektronik, adalah elektronik kontrol jenis perangkat remote kecil sekitar ukuran
setengah setumpuk dari kartu remi. Dalam menanggapi pertanyaan ditampilkan
melalui perangkat lunak presentasi seperti PowerPoint, mengirimkan sinyal ke
penerima, yang tabulasi dan grafis menampilkan hasil. Meskipun clickers tidak selalu
digunakan untuk bermain game, aktivitas menggunakan clickers sering dianggap
sebagai menyenangkan ( Sherry Robinson , 2007).
2) Media Non-ICT
Menurut Abdulhak & Sanjaya (1995), media non elektronik adalah media yang dapat digunakan
tanpa bantuan alat-alat elektronik seperti media grafis, media berbasis visual dan media berbasis
cetak. Karena tidak adanya tuntutan perangkat elektronik yang pada umumnya memerlukan
energi listrik, memungkinkan kelompok media ini dapat digunakan di berbagai daerah yang
belum memiliki sumber energi listrik.
Media cetak adalah sebuah media yg menyampaikan informasi secara tertulis yg
memiliki manfaat buat masyarakat atau buat kepentingan oarng banyak misalnya
modul, koran, majalah , buku,dll. Buku yang bisa digunakan siswa bisa bermacam
macam, seperti buku paket ,buku cerita, dll. Pada pendekatan SCL media cetak dapat
dijadikan sumber untuk membuat laporan hasil diskusi kelompok.
Media grafis seperti Gambar, globe, model (benda tiruan), dll.
Contoh penerapannya misalnya dalam pembelajaran PBL guru membagikan siswa
gambar hewan hewan yang dilindungi di Indonesia siswa diminta untuk
mendiskusikan bagaimana cara pelestarian hewan langka.
Teacher Centered learning (TCL) adalah pembelajaran yang berpusatkan pada guru dimana
gurulah yang menentukan tujuan pengajaran dan menjaga agar lingkungan belajar di kelas
terarah dan cukup terstruktur (Arends 2008 : 1). Menurut Colburn (dalam Ramdhani 2012)
Teacher Centered Learning merupakan proses belajar yang mengacu pada pembelajaran yang
berpusat pada instruksi pendidik, instruksi langsung dari pendidik kepada pesert didik.
Ketika guru akan merencanakan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) maka
perlu mengidentifikasi standar – standar dan panduan kurikulum Negara atau distrik, merancang
sasaran – sasaran tertentu untuk pelajarannya, dan membangun aktifitas – aktifitas pembelajaran
untuk membantu siswa memenuhi sasaran – sasaran tersebut (Wiggins & McTighe dalam
Jacobsen 2009: 197). Dari pendukung yang memakai pendekatan Teacher Centered Learning
(TCL) menyatakan bahwa pendekatan ini adalah cara yang terbaik untuk mengajarkan keahlian
dasar yang membutuhkan ketrampilan yang terstuktur secara jelas (seperti yang dibutuhkan
untuk pelajaran bahasa, matematika, sains, dan membaca). Jadi dalam mengajarkan keahlian –
keahlian dasar ini, pendekatan Teacher Centered learning (TCL) memungkinkan bisa diajarkan
secara eksplisit (Santrock 2008:482) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
Teacher Centered Learning adalah suatu kegiatan pembelajaran dimana seorang guru cenderung
lebih aktif memberikan materi pelajaran sedangkan siswanya pasif karena hanya mendengarkan
materi yang diberikan sehingga kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak
kreatif. Namun Teacher Centered Learning adalah cara yang terbaik untuk mengajarkan keahlian
dasar yang membutuhkan ketrampilan yang terstruktur dan jelas.
Kekurangan TCL :
1) Pengajar mengendalikan pengetahuan sepenuhnya, tidak ada partisipasi dari pembelajar
2) Terjadi komunikasi satu arah, tidak merangsang siswa untuk mengemukakan pendapatnya
3) Tidak kondusif terjadinya critical thinking
4) Mendorong pembelajaran pasif
5) Suasana tidak optimal untuk pembelajaran secara aktif dan mandiri
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya jawab
3. Metode demonstrasi