Anda di halaman 1dari 4

Abses Paru

Pendahuluan

Abses paru adalah kondisi yang tidak umum pada anak – anak, namun merupakan temuan klinis
yang penting. Abses paru dapat ditemukan tunggal maupun jamak. Abses paru dibagi menjadi
abses paru primer dan abses paru sekunder. Abses paru primer adalah abses paru yang ditemukan
pada anak – anak yang sebelumnya sehat. Abses paru sekunder adalah abses paru yang
ditemukan pada anak – anak yang sebelumnya sudah memiliki faktor predisposisi dan
komorbiditas. Pada anak – anak, seperti pada orang dewasa, faktor predisposisi dan komorbiditas
tersebut memengaruhi hasil terapi dan prognosis pasien di kemudian hari.1

Patogenesis

Abses paru adalah kavitas dengan dinding tebal yang di dalamnya terdapat cairan purulent hasil
dari proses supurasi dan nekrosis parenkim paru. Abses paru dapat terjadi karena aspirasi cairan
infeksius, aspirasi cairan non-infeksius tetapi memicu reaksi kimia ( contohnya : cairan yang
bersifat asam dari lambung), infeksi bakteri primer, penyebaran infeksi bakteri secara
hematogen, maupun dari organ – organ yang berdekatan. Baik abses paru primer maupun
sekunder, aspirasi cairan merupakan awal dari kaskade pneumonitis yang berkembang menjadi
pneumonia dan akhirnya menyebabkan abses paru. Aspirasi yang terjadi dalam beberapa
episode, volume cairan aspirat, dan ketidakseimbangan mekanisme pertahanan mukosiliari
berkontribusi dalam perkembangan abses paru.1

Manifestasi Klinis

Perkembangan dari proses aspirasi menjadi abses paru tidak sebentar. Dapat ditemukan riwayat
anak dengan batuk - batuk dan demam ringan selama beberapa hari dan berulang. Gejala nyeri
dada, sesak, produksi sputum dan haemoptysis ditemukan dalam beberapa kasus, namun jarang
terjadi.1 Bila lesi abses melibatkan struktur bronkus, dapat ditemukan riwayat produksi sputum
yang purulent dan berbau tidak sedap. Hemoptysis dapat dijumpai dalam bentuk ringan, hanya
berupa bercak darah di sputum, dapat juga dalam bentuk perdarahan yang mengancam nyawa.2

Pada abses paru sekunder, dari anamnesis perlu digali lebih dalam mengenai riwayat penyakit
paru sebelumnya, seperti riwayat aspirasi berulang, serta riwayat penyakit predisposisi lainnya
seperti disabilitas neurologi, disabilitas kognitif, dysphagia, pemberian makan lewat pipa
nasogastik, penyakit kejang berulang, gangguan kesadaran, imunodefisiensi, dan kelaian struktur
anatomi saluran nafas atas.1

Dari pemeriksaan fisik gejala sistemik yang didapat adalah demam, mual, muntah, malaise dan
lethargi. Pemeriksaan paru didapatkan gejala yang bervariasi, dapat ditemukan anak dengan
tachypnoe, pada pemeriksaan perkusi didapatkan dull pada daerah dengan abses, pada auskultasi
paru, dapat ditemukan suara nafas normal, dapat juga ditemukan tanda – tanda konsolidasi paru,
berkurangnya suara udara yang memasuki daerah dengan abses paru, serta krepitasi lokal pada
pemeriksaan palpasi 3

Pemeriksaan Penunjang

Mikrobiologi

Spesies organisme penyebab abses paru yang dapat ditemukan dari pemeriksaan kultur akhir –
akhir ini dilaporkan meningkat, terutama kuman – kuman pathogen yang memerlukan aspirasi
secara anaerob. Hal ini terjadi berkat berkembangnya teknik pemeriksaan radiologi intervensi.
Patogen – pathogen tersebut diklasifikasikan menjadi pathogen aerob, anaerob, dan jamur.
Patogen yang paling sering ditemukan dapat dilihat pada Tabel I. Abses paru jarang ditemukan
pada neonatus, bila didapatkan pada neonatus, biasanya didapatkan faktor predisposisi seperti
kista paru, pneumonia, atau pemasangan jalur vena sentral. Organisme pathogen yang biasa
ditemukan adalah Staphylococcus aureus, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan
Klebsiella pneumonia.3

Tabel 1. Patogen yang terisolasi dari lesi abses paru3

Klasifikasi Patogen
Aerob Kokus Gram Positif Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Streptococcus pyogenes
Streptococcus milleri
Streptococcus viridans
Batang Gram Negatif Pseudomonas aeruginosa
Klebsiella pneumoniae
Moraxella catarrhalis
Acinetobacter spesies
Escherichia coli
Salmonella species
Anaerob Bacteroides
Peptostreptococcus
Fusobacterium nucleatum
Prevotella species
Actinomyces species
Jamur Candida albicans
Aspergillus species
Pencitraan

Pemeriksaan dasar untuk mendiagnosis abses paru adalah dengan rontgen thorax. Gambaran
radiologis dari abses paru adalah bayangan bulat berdinding tebal dengan air – fluid level di
dalamnya. Untuk membedakan abses paru dengan diagnosis bandingnya, seperti emphyema,
necrotizing pneumonia, sequestrasi, pneumatocoele, atau kelainan kongenital seperti kista
bronkogenik, CT- scan dengan kontras mungkin diperlukan. Di beberapa senter kesehatan, CT –
scan digunakan oleh bagian radiologi intervensi untuk melakukan aspirasi diagnostik dari abses,
serta pemasakan drain dengan kateter kecil yang bersifat sementara. 3

Gambar 1. Foto Rontgen PA dan lateral yang menunjukkan abses paru sebesar 8 cm dengan air –
fluid level di dalamnya.3

Karakteristik gambaran abses paru pada pemeriksaan CT scan adalah lesi berdinding tebal berisi
cairan mobile di tengah – tengah daerah konsolidasi paru. Air – fluid level terkadang dapat
terlihat pada pemeriksaan CT scan, walaupun tidak tampak di pemeriksaan rontgen thorax.
Pemeriksaan MRI tidak memiliki nilai diagnostik dan jarang dilakukan pada kasus abses paru.3

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan pilihan dalam mendiagnosis abses paru karena
kurang bersifat radiasi, tidak memerlukan prosedur anestesi, dan dapat dilakukan di senter –
senter kesehatan yang tidak memiliki akses CT scan. Gambaran abses paru pada pemeriksaan
USG pada stadium dini adalah lesi hipoekoik, mengandung udara, tanpa vaskularisasi.
Pemeriksaan USG yang dilakukan dengan anestesi total dapat memandu pemasangan kateter
drain dan aspirasi pada abses – abses yang letaknya di perifer.3

Gambar 2. Gambaran CT-scan yang menunjukkan abses paru yang terpasang kateter drainase3

Diagnosis Banding

Diagnosis banding abses paru adalah seperti emphyema, necrotizing pneumonia, sequestrasi,
pneumatocoele, atau kelainan kongenital seperti kista bronkogenik.3

Daftar Pustaka

1. Sydney DF. Infection , Inflammation & Other Topics. Paediatr Respir Rev [Internet].
2012;13:S23–4.
2. Emr BM, Alcamo AM, Carcillo JA, Aneja RK, Mollen KP. Pediatric sepsis update: how
are children different? Surg Infect (Larchmt). 2018;19:176–83.
3. Patradoon-ho P, Fitzgerald DA. Lung abscess in children. 2007;77–84.

Anda mungkin juga menyukai