Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


“PERBAZNAS No. 2 Tentang Pembentukan dan Tata Kerja UPZ ”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Marketing Syariah
Dosen Pengampu : Dr. Mursyid, S. Ag. MSI

Disusun oleh:
Kelompok 5

HARUN (1931710168)
MUHAMMAD MIFTAKHUDIN (1931710171)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen dan
teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Masih banyak kekurangan dari segi tata bahasa dan penguatan dari
dosen dan teman-teman. Terkadang kami hanya mengikuti keegoisan pribadi,
karena kami sangat berharap jika ada kritik dan saran harap disampaikan agar kita
semua menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Besar harapan dari penulis, agar makalah yang telah disusun bermanfaat bagi
individu dan orang lain yang ingin belajar dari makalah kami yang berjudul
"PERBAZNAS No. 2 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Tata Kerja
UPZ".
Oleh karena itu, penulis mempersembahkan makalah ini dengan rasa syukur yang
sebesar-besarnya dan memohon kepada Allah SWT agar makalah ini dapat
memberikan manfaat.

Samarinda, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat...................................................................................2
B. Legalitas BAZNAS...............................................................................3
C. Pengertian UPZ.....................................................................................3
D. Tata Kelola UPZ...................................................................................3
D.1 Dasar Hukum...............................................................................4
D.2 Kedudukannya.............................................................................4
D.3 Tugas UPZ...................................................................................5
D.4 Fungsi UPZ..................................................................................6
D.5 Wewenang UPZ...........................................................................7
D.6 Apa saja Hak Pengurus UPZ.......................................................9
D.7 Kegiatan Integrasi UPZ dengan BMK Masjid.............................9
E. Pasal PERBAZNAS No. 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Tata
Kerja UPZ.............................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan salah satu instansi
pemerintah non terstruktur yang bertanggung jawab menerima, mengelola
dan menyalurkan zakat, serta bertanggung jawab langsung kepada pemerintah
sesuai dengan tingkatannya.

Badan Amil Zakat Nasional terdiri dari beberapa bidang salah satunya
adalah Unit Pengumpul Zakat. Unit Pengumpul Zakat adalah unit organisasi
yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di semua tingkatan yang bertugas
menghimpun Zakat untuk melayani berbagai instansi atau instansi
pemerintah, BUMN, BUMD, dan muzakki (penyedia zakat) perusahaan
swasta provinsi, dan lain lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Zakat ?
2. Bagaimana Legalitas BAZNAS ?
3. Apa itu UPZ ?
4. Apa saja Tugas, Fungsi dan Wewenang UPZ ?
5. Bagaimana Tata Kelola UPZ, Dasar Hukum dan Kedudukannya ?
6. Apa saja Hak Pengurus UPZ ?
7. Bagaimana Kegiatan Integrasi UPZ dengan BKM Masjid ?
8. Apa saja bunyi Pasal PERBAZNAS No. 2 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Tata Kerja UPZ ?

iv
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Zakat
2. Untuk mengetahui Legalitas BAZNAS.
3. Untuk mengetahui apa itu UPZ.
4. Untuk mengetahui Tugas, Fungsi dan Wewenang UPZ.
5. Untuk mengetahui Tata Kelola UPZ, Dasar Hukum dan Kedudukannya.
6. Untuk mengetahui apa saja Hak Pengurus UPZ.
7. Untuk mengetahui bagaimana Kegiatan Integrasi UPZ dengan BKM
Masjid.
8. Untuk mengetahui apa saja bunyi Pasal PERBAZNAS No. 2 Tahun
2016 Tentang Pembentukan dan Tata Kerja UPZ.

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAKAT
Zakat merupakan sebuah sebutan bagi suatu hak Allah yang dikeluarkan
seseorang kepada orang orang tertentu dengan syarat syarat tertentu. Kata
zakat secara etimologis berarti tumbuh (al-nuwuw), bertambah banyak dan
mengandung berkah, juga Suci (thoharoh).1 Zakat menurut terminologi adalah
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan
kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya
dengan persyaratan tertentu pula. Sedangkan dalam istilah ekonomi, zakat
merupakan tidak akan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada
golongan yang tidak punya.2
Allah SWT  berfirman dalam Q.S At Taubah ayat 103 :

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”3

Dalam undang undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 pasal


satu ayat dua menyatakan zakat adalah harta yang diwajibkan dikeluarkan
oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
1
Supiana, M.Karman, Materi Pendidikan Agama Islam (PT Remaja Rosdakarya, Bandung) hal. 61
2
Didin Hafidhuddin, zakat dalam perekonomian modern, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, hal, 7
3
https: // opi110 . com/AlQur’an & Terjemahnya Hadist web

vi
menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Hubungan antara etimologi dan
terminologi tentang zakat seperti diuraikan di atas jelas sangat erat sekali
yakni harta yang dikeluarkan oleh seorang Muzaki akan tumbuh, bertambah,
dan Suci atau dengan kata lain hartanya akan bertambah berkah.

B. LEGALITAS BAZNAS
Dalam Undang Undang Republik Indonesia tahun 2003 tahun 2011
dinyatakan bahwa badan Amil zakat atau BAZNAS adalah suatu lembaga
yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS merupakan
lembaga pemerintah non struktur yang bersifat mandiri dan
bertanggungjawab kepada presiden melalui menteri agama. BAZNAS
dibentuk BAZNAS Pusat, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS
Kabupaten/Kota.
Fungsi BAZNAS adalah menyelenggarakan :
1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan Pendayagunaan zakat.
2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan bandnya guna zakat.
3) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan Pendayagunaan zakat.
4) Pelaporan dan pertangungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.4

C. PENGERTIAN UPZ
Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) adalah Unit Organiasasi yang dibentuk
oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan zakat. Pendapatan Zakat
yang dikumpulkan oleh UPZ harus disetorkanke BAZNAS , BAZNAS
Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota.5

D. TATA KELOLA UPZ


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS
Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ. 6 Unit

4
UU RI No. 23 Tahun 2011 Pasal 17 tentang Pengelolaan zakat
5
https: // id. m. Wikipedia. org/ wiki/ Badan_Amil_Zakat_Nasional
6
PP Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011

vii
Pengumpulan Zakat atau disebut dengan UPZ untuk membantu
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat dan Infaq.

D.1 DASAR HUKUM


Al-Quran Suarat At Taubah ayat 103 dan 60, Surat Al-Baqoroh ayat 3.
1) Undang undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.
2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
3) Permenag Nomor 30 tahun 2016 Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja
Anggota BAZNAS.
4) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2014 tentang Optimalisasi
Pengumpulan Zakat.
5) Peraturan BAZNAS Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Tata Kerja Unit Pengumpulan Zakat.

D.2 KEDUDUKAN
Dalam peraturan badan Amil Zakat Nasional Nomor 2 Tahun 2016
menyebutkan bahwa kedudukan UPZ bisa dibentuk pada Instansi sesuai
tingkat kepengurusan BAZNAS,7 Pembentukan UPZ di semua
tingkatan melalui keputusan ketua BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan
BAZNAS Kabupaten/Kota.
Adapun institusi tersebut antara lain :
1) Kantor Instansi Vertikal: Kementerian Agama, Pelayanan Pajak,
Kepolisian Resort, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Negeri,
Pengadilan Agama, Bea Cukai, Imigrasi, Lapas, dan
Perbendaharaan Negara.
2) Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Lembaga Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Dinas Perhubungan, Dinas Kominfo,
Dinas PUPR, Dinas Pendidikan dan Olahraga, Dinas Kesehatan,
Dinas Binamarga, Dinas Keuangan dan Aset, Dinas Sosial, Tenaga

7
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 2,3,4 dan 5

viii
Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perairan, Dinas Pertanian, Dinas
Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Kehutanan, Dinas Kelautan,
Badan Penanggulangan Bencana, Badan Kehutanan, Dinas
Kelautan, Badan Penanggulangan Bencana, Badan Kepegawaian
Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (PAPEDA),
Dinas Perizinan, dan Dinas Perkebunan.8
3) Badan Usaha milik Daerah Kabupaten/Kota: Perusahaan Daerah
Air Minum, PT Perkebunan, PT Pertambangan, PT Aneka dan
Jasa, dan Perusahaan Daerah dalam Lingkup Pemerintahan
Kabupaten/Kota.
4) Perusahaan Swasta Skala Kabupaten/Kota : PT Perkebunan,
Pertambangan, PT Perikanan, PT Air Minum, Semua Perusahaan
Swasta yang bergerak di daerah Kabupaten/Kota.
5) Pendidikan Tingkat Taman Kanak Kanak, PAUD, SD, dan SMP
sederajat atau nama lainnya baik sekolah Negeri maupun Swasta.
6) Masjid dan mushola di tingkat kabupaten atau kota, kecamatan,
kelurahan atau desa, lingkup atau Dusun, masjid atau mushola di
pusat perbelanjaan dan kantor kantor swasta.

D.3 TUGAS UPZ


Hasil pengumpulan zakat oleh UPZ wajib disetor ke BAZNAS,
BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota.9 Dalam satu
institusi yang menaungi UPZ hanya dapat dibentuk satu UPZ.10
1) Tugas UPZ adalah membantu BAZNAS sesuai tingkatannya
melakukan pengumpulan zakat pada institusi yang bersangkutan.
Dalam hal bilamana diperlukan, UPZ dapat melaksanakan tugas
terkait dengan pembantuan pendistribusian maupun

8
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 1 ayat 18
9
https: // id. wikipedia. org. unit pengumpul zakat
10
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 6

ix
Pendayagunaan zakat berdasarkan kewenangan BAZNAS sesuai
tingkatannya.
2) UPZ masjid atau mushola menyerahkan 30% hasil pengumpulan
kepada BAZNAS Kabupaten/Kota sebagai bagian dari sumber
pengumpulan BAZNAS Kabupaten/Kota.
3) UPZ masjid atau mushola dalam hal pendistribusian dapat
menyalurkan dana zakat sampai 100% dengan ketentuan
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan yang
dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten/Kota.

D.4 FUNGSI UPZ


Dalam melaksanakan tugas membantu BAZNAS, BAZNAS
Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Fungsi UPZ antara lain :
1) Sosialisasi, Edukasi zakat di institusi nya. Sosialisasi, Edukasi
dilakukan secara terencana dan terjadwal sepanjang tahun sehingga
terukur hasilnya. Kegiatan ini sangat menentukan dalam perjalanan
UPZ dan tidak boleh berhenti. Berhentinya sosialisasi dan Edukasi
akan memandikan perjalanan UPZ karena struktur masyarakat akan
terus berubah, pertambahan penduduk akan berpengaruh pula
terhadap pertambahan Muzaki, meningkatnya perhatian warga akan
berpengaruh kepada pengumpulan zakat seiring dengan
pertambahan Muzaki.
2) Mengumpul zakat di institusi nya. Pengumpulan zakat merupakan
kegiatan yang sangat menentukan dalam perjalanan UPZ. Kalau
tidak ada zakat yang terkumpul, maka tidak ada zakat yang akan
didistribusikan, jika tidak ada Muzaki maka tidak ada mustahil, lalu
persyaratan pun jadi lumpuh. Maka pengurus UPZ harus bekerja
keras untuk menghimpun zakat dari para Muzaki untuk
didistribusikan kepada mustahik.

x
3) Pendataan dan layanan Muzaki. Setiap UPZ harus mendata siapa
saja Muzaki yang ada dalam lingkup kerjanya, misalnya Muzaki
yang ada disekitar masjid atau di luar lingkungan masjid akan
tetapi beraktivitas di dalam masjid baik sebagai Jamaah atau
donatur masjid.
4) Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan atau (RKAT)
UPZ penyaluran dan Pendayagunaan.
5) Penyerahan nomor pokok wajib Zakat atau NPWZ dari BAZNAS.
6) Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan, penyaluran dan
Pendayagunaan dan menyampaikanya kepada pengurus BAZNAS
di atasnya. Bentuk laporan dimaksud menjadi lampiran yang tidak
terpisahkan dari tata kelola UPZ ini.11

D.5 WEWENANG UPZ

1. Menetapkan RKAT UPZ.  Rencana kegiatan dan anggaran tahunan


atau RKAT disusun oleh UPZ bersama Baznas yang di atasnya
untuk merencanakan kegiatan himpunan dan pendistribusian dan
Pendayagunaan pada setiap bulan Oktober setiap tahun untuk
dijadikan pedoman pelaksanaan kegiatan UPZ tahun berikutnya.
2. Menyusun rencana pengumpulan zakat. Menyusun rencana dan
strategi pengumpulan berdasarkan sekalah prioritas jangka pendek
dan jangka panjang serta jadwal pelaksanaannya minuman untuk
satu tahun.
a) Melaksanakan pengumpulan zakat. Melaksanakan
pengumpulan zakat dari para Muzaki dengan membuat target
pengumpulan jangka pendek dan jangka panjang.
b) Melaksanakan pengelolaan data. Setiap UPZ membuat
database Muzakki lembaga maupun perorangan yang

11
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 8

xi
menyalurkan zakatnya kepada UPZ untuk melihat apakah
Muzaki bertambah atau berkurang setiap tahunnya.
c) Melaksanakan pengelolaan data mustahik. Setiap UPZ
mempunyai database mustahik berdasarkan asnaf dan atau
program dan terus menerus dilakukan evaluasi kelayakan nya
sebagai mustahik. Pada dasarnya tidak ada mustahiq yang
permanen yang menentukan adalah kriteria dan persyaratan
yang berlaku untuk menentukan apakah seseorang mustahik
atau tidak mustahik.
d) Melaksanakan sosialisasi dan evaluasi zakat.
e) Melakukan usaha usaha sosialisasi dan Edukasi kepada jamaah
masjid untuk menjadi Muzaki dan melaksanakan evaluasi
perkembangan daa Muzaki.
f) Memberikan layanan dan konsultasi zakat. Membantu
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Muzaki untuk
menghitung jumlah harta yang akan di zakati dengan
menggunakan Kalkulator zakat.
g) Melakukan evaluasi pelaksanaan Tusi UPZ. Setiap akhir tahun
melakukan evaluasi pengumpulan, pendistribusian dan
Pendayagunaan zakat yang terkumpul dan menyampaikan nya
kepada Muzaki dan pihak pihak lain yang berhak mendapatkan
informasi zakat dari UPZ.
3. Menyerahkan hasil pengumpulan dan pendistribusian zakat UPZ ke
BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota sesuai ketentuan
yang berlaku.
4. Melaksanakan pendistribusian dan Pendayagunaan zakat untuk
Infaq berdasarkan kebutuhan dan kewenangan nya.

xii
D.6 HAK PENGURUS UPZ
1) Pengurus UPZ berhak mendapatkan Pelatihan Sertifikasi Amil dari
BAZNAS yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pengelolaan Zakat dan Sertifikasi Amil.
2) Mendapatkan hak Amil untuk kepentingan nya biaya operasional
maksimal sebesar 12,5% dari dana zakat dan 20% dari dana Infak.12

D.7 INTEGRASI KEGIATAN UPZ dengan BKM MASJID


Kenyataan selama ini institusi yang mengurus masjid adalah
badan kesejahteraan Masjid atau (BKM) dan dalam strukturnya ada
tiga bidang yang menangani beberapa kegiatan yaitu :
1) Idarah yaitu yang mengurusi masalah administrasi masjid.
2) Ri’ayah yaitu yang mengurusi masalah masalah pemeliharaan aset
masjid.
3) Imarah yaitu yang mengurusi masalah masalah kegiatan dan
Kemakmuran masjid.
Kehadiran Unit Pengumpulan Zakat atau UPZ dalam masjid
tentu saja memerlukan perhatian khusus agar tidak terjadi tumpang
Tindih program dan kegiatan nya dari dua institusi yang ada yang
akan membawa persoalan baru di masjid. Untuk itu perlu dibuat
pembidangan kerja masing masing yang sifatnya saling melengkapi
dan terintegrasi dengan baik. Untuk itu perlu dibuat penajaman tugas
dan fungsi masing masing sehingga sinkron dalam pelaksanaannya di
masjid.
Untuk itu perlu di atur hal hal sebagai berikut :
1) Penyusunan kepengurusan UPZ masjid adalah perpaduan antara
personil kepengurusan BKM dengan tokoh yang dari luar BKM
namun memiliki Kepedulian kepada masjid dari unsur
masyarakat, tokoh agama dan profesional.
12
Keputusan Ketua Baznas No. 25 Tahun 2018, tentang Pedoman Pengelolaan zakat, hal 23

xiii
2) Manajemen UPZ masjid diatur tersendiri yang kegiatannya
terpokus pada pengumpulan zakat saja, baik zakat mal maupun
zakat Fitrah dan pendistribusiannya berdasarkan asnaf zakat
maupun program kerja yang dibuat dengan Seksama dan seluruh
kegiatan tersebut terkonsentrasi di masjid.
3) Sumbangan yang termasuk dalam kategori Wakaf baik itu Wakaf
benda maupun Waqqas ditangani oleh BKM yang membidangi
nya.
4) Dalam hal pembiayaan operasional masjid seperti biaya rekening
listrik dan air, tenaga dan alat kebersihan, transfer khotib, lampu,
ATK BKM, biaya PHBI, dan Kurban ditangani oleh BKM. Jika
dana BKM yang sangat terbatas, maka dapat diambil dari dana
hak amil yang ada di UPZ secara proporsional.
5) Dana hal amil yang sudah diambil oleh UPZ maka tidak boleh
diambil lagi oleh BAZNAS Kabupaten/Kota.
6) Pada prinsipnya, BKM, UPZ dan Kenaziran Masjid adalah
institusi yang terintegrasi di dalam masjid dalam rangka
sejahterakan jamaah masjid maupun masyarakat sekitar masjid
untuk mencapai tujuan dibangunnya masjid sebagai wadah
menjalankan ibadah dan pembinaan umat.
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) adalah unit organisasi yang
dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan Zakat.
Pendapatan Zakat yang dikumpulkan oleh UPZ harus disetorkan ke
BAZNAS, BAZNAS provinsi, atau BAZNAS kabupaten/kota.

E. PASAL PERBAZNAS NO. 2 TAHUN 2016 Tentang PEMBENTUKAN


DAN TATA KERJA UPZ

xiv
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Adapun isi PERBAZNAS No. 2 TAHUN 2016 yang tertuang dalam
BAB II tentang KEDUDUKAN, TUGAS , DAN FUNGSI ialah sebagai
berikut13 :

PASAL 2

1. (1) UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS berkedudukan di :


a) Lembaga Negara
b) Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian
c) Badan Usaha Milik Negara
d) Badan Usaha milik Negara/Swasta Asing
e) Perwakilan Negara Republik Indonesia di Luar Negeri
f) Kantor Perwakilan Lembaga Asing/Negara Asing dan
g) Masjid Nasional.
(2) Pembentukan UPZ BAZNAS melalui keputusan Ketua BAZNAS

PASAL 3

2. (1) UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS provinsi terletak di :


a) Kantor Instansi Vertikal
b) Kantor Satuan Wilayah/Lembaga Daerah Provinsi
c) Perusahaan Provinsi
d) Perusahaan Swasta Provinsi
e) Universitas
f) Masjid Besar.

(2) Pembentukan UPZ BAZNAS Provinsi melalui Keputusan BAZNAS


Provinsi.

13
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 2,3 dan 5

xv
PASAL 5

3. (1) UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS Kabupaten/Kota berlokasi di :


a) Kantor Satker Perangkat Daerah Kabupaten/Kota
b) Kantor Dinas Vertikal Tingkat Kabupaten/Kota
c) Wilayah Kabupaten/Kota Semua Badan Usaha
d) Perusahaan Skala Kabupaten/Kota
e) Masjid, Mushola, Lange, Surau atau Nama lain
f) Sekolah/Madrasah dan Lembaga Pendidikan Lainnya
g) Kecamatan/Nama lain
h) Desa/Kelurahan atau Nama lain.
(2) Pembentukan UPZ Kabupaten/Kota melalui Keputusan Ketua UPZ
Kabupaten/Kota.

PEMBENTUKAN UPZ
Sesuai dengan BAB IV tentang “TATA CARA PEMBENTUKAN
UPZ” terdapat beberapa pasal yang menjelaskan terkait “TATA CARA
PEMBENTUKAN UPZ” diantaranya14 :

PASAL 27
Pembentukan UPZ dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Usulan oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi atau BAZNAS


Kabupaten/Kota sesuai dengan tingkatannya kepada institusi yang
menaungi UPZ; atau
2) Usulan oleh Pimpinan Institusi

PASAL 28

14
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 27,28,29,30 dan 31

xvi
1) Usulan oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota
mengenai pembentukan UPZ sebagaimana dimaksud dalam pasal 27
huruf a dilakukan dengan mengajukan surat tertulis kepada Pimpinan
institusi yang akan dibentuk UPZ yang Tembusan suratnya dikirimkan
kepada atasan pimpinan institusi.
2) Pimpinan institusi yang telah menerima surat usulan pembentukan UPZ
diberi waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari untuk memberikan
jawaban.
3) Dalam hal pimpinan institusi tidak memberikan jawaban sebagaimana
dimaksud pada ayat dua BAZNAS, BAZNAS Provinsi, atau BAZNAS
Kabupaten/Kota berhak menyampaikan laporan kepada atasan pimpinan
institusi.

PASAL 29

1) Usulan oleh pimpinan institusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 27


huruf b dilakukan dengan mengajukan surat tertulis kepada BAZNAS,
BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota untuk membentuk
UPZ dengan melampirkan persyaratan administratif.
2) BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan/atau BAZNAS Kabupaten /Kota
diwajibkan memberikan jawaban tertulis atas usulan pembentukan UPZ
dari pimpinan institusi paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah surat
usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima oleh BAZNAS,
BAZNAS Provinsi, atau BAZNAS Kabupaten/Kota sesuai dengan
tingkatannya.
3) BAZNAS, BAZNAS Provinsi atau BAZNAS Kabupaten/Kota melakukan
verifikasi administratif atas pengajuan pembentukan UPZ.
4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Susunan calon pengurus dan penasehat UPZ;
b. Surat keterangan dari institusi yang bersangkutan bahwa calon
pengurus dan penasehat UPZ merupakan pejabat, pegawai, pekerja,
anggota atau jamaah dari institusi yang bersangkutan.

xvii
5) Dalam hal persyaratan administratif telah terpenuhi, BAZNAS, BAZNAS
Provinsi, atau BAZNAS Kabupaten/Kota menetapkan keputusan
pembentukan UPZ dengan Lampiran keputusan pengangkatan pengurus
dan penasehat UPZ.
6) Keputusan pembentukan UPZ sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dan disahkan oleh ketua BAZNAS sesuai dengan tingkatannya.

PASAL 30

1) Dalam hal masa jabatan Pengurus dan  Penasehat UPZ akan segera
berakhir, BAZNAS sesuai dengan tingkatannya memberikan surat
pemberitahuan kepada pimpinan institusi masing masing yang ditembus
kepada pengurus dan penasehat update paling lambat 90 (sembilan puluh)
hari sebelum habis masa waktu.
2) Dalam masa waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan
Institusi masing masing mengajukan pergantian Pengurus dan Penasehat
UPZ kepada ketua BAZNAS sesuai dengan tingkatannya paling lambat 60
(enam puluh) hari sebut setelah surat pemberitahuan diterima.
3) BAZNAS sesuai dengan tingkatannya melakukan verifikasi administratif
atas pengajuan pergantian Pengurus dan Penasehat UPZ.
4) Dalam hal persyaratan administratif telah terpenuhi, Ketua BAZNAS
sesuai dengan tingkatannya menetapkan pengangkatan pengurus dan
penasehat UPZ yang baru.

PASAL 31

1) Dalam kondisi khusus, BAZNAS sesuai dengan tingkatannya dapat


melakukan pergantian Pengurus dan/atau Penasehat sebelum habis masa
jabatan.
2) Kondisi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

xviii
a. UPZ tidak mampu menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam pasal delapan huruf a sampai dengan f;
b. Terjadi konflik di internal UPZ atau konflik UPZ dengan pimpinan
institusi yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu 90 (sembilan
puluh) hari.
3) Dalam hal terjadi pergantian pengurus dan atau penasehat UPZ atas
Inisiatif Institusi yang bersangkutan, Pimpinan Institusi mengajukan secara
tertulis usulan pergantian Pengurus dan/atau Penasehat UPZ kepada
BAZNAS sesuai dengan tingkatannya dengan melampirkan persyaratan
administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (4) peraturan
badan 
4) BAZNAS sesuai dengan tingkatannya melakukan verifikasi administratif
atas pengajuan pergantian pengurus UPZ.
5) Dalam hal persyaratan administratif telah terpenuhi, Ketua BAZNAS
sesuai dengan tingkatannya dapat menetapkan surat keputusan
pengangkatan pengurus dan penasehat UPZ yang baru.

MEKANISME KERJA UPZ


Sesuai BAB VI tentang “MEKANISME KERJA UPZ” terdapat beberapa
pasal yang menjelaskan terkait “MEKANISME KERJA UPZ” diantaranya15 :

PASAL 35

1) UPZ melaksanakan mandat pengumpulan zakat dari BAZNAS sesuai


dengan tingkatannya.
2) Seluruh hasil pengumpulan dana UPZ wajib disetorkan kepada BAZNAS
sesuai dengan tingkatannya.
3) Dalam hal diperlukan, UPZ dapat melakukan tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

15
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 35,36,37,38,39,40, dan 41

xix
4) Tugas pembantuan pendistribusian dan Pendayagunaan zakat BAZNAS
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) paling besar sebesar 70% (tujuh
puluh persen) dari dana yang dikumpulkan oleh UPZ.
5) Update masjid negara, masjid raya, masjid, mushalla, langgar, surau, atau
nama lainnya, atau maksud institusi sebagaimana dimaksud pada pasal 3
ayat (1) huruf G, pasal empat ayat (1) huruf f, dan pasal lima ayat (1)
huruf f dapat melakukan tugas pembantuan pendistribusian dan
Pendayagunaan dana zakat sebesar 100% (seratus persen).
6) Dana zakat untuk tugas pembantuan pendistribusian dan Pendayagunaan
zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) disalurkan kepada
UPZ paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah dana pengumpulan UPZ
diterima di rekening BAZNAS sesuai dengan tingkatannya.
7) Dalam hal tugas pembantuan pendistribusian dan Pendayagunaan zakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat Terlaksana secara penuh
dalam waktu 1 (satu) tahun anggaran, seluruh sisa dana harus diserahkan
kembali kepada BAZNAS sesuai dengan tingkatannya.
8) UPZ mendapatkan bagian hamil paling banyak 12,5% (dua belas koma
lima persen) dari realisasi tugas pembantuan pendistribusian dan
Pendayagunaan zakat.
9) Dalam hal tugas pembantuan pendistribusian dan Pendayagunaan zakat
tidak terlaksana secara penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka
bagian hak ambil yang sudah dibayarkan BAZNAS sesuai dengan
tingkatannya kepada UPZ dikompensasi pada pembayaran bagian hak
ambil periode berikutnya.
10) UPZ yang hanya melakukan tugas pengumpulan zakat dapat menggunakan
dana pengumpulan zakat paling besar sebesar 5% (lima persen) dari hasil
pengumpulan untuk operasional UPZ.

PASAL 36
1) UPZ melakukan pengumpulan zakat melalui sistem pemotongan langsung
dari penerimaan gaji (payrioll system).

xx
2) UPZ berbasis masjid negara, masjid Raya, masjid mushola, Langgar,
Surau atau nama lainnya atau masjid-institusi sebagaimana dimaksud pada
pasal tiga ayat (1) huruf g, pasal empat ayat (1) huruf f, dan pasal lima
ayat (1) huruf f dapat membuka gerai pembayaran zakat, Infaq, sedekah,
dan DSKL di institusi yang bersangkutan.
3) Pengumpulan zakat UPZ melalui sistem pemotongan langsung dari
penerimaan gaji (payroll system) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. Bekerjasama dengan institusi berkaitan; atau
b. Inisiatif calon Muzaki yang bersangkutan
4) Pengumpulan zakat UPZ melalui gerai zakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan cara pembayaran zakat secara langsung oleh
Muzaki di gerai UPZ pada masing masing institusi.

PASAL 37

1) Pengumpulan zakat UPZ melalui sistem pemotongan langsung dari


penerimaan gaji (payroll system) dilakukan oleh petugas pengelolaan
administrasi belanja pegawai (PPABP) atau petugas yang melaksanakan
fungsi sejenis di institusi yang bersangkutan.
2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPBAP
atau petugas yang melaksanakan fungsi sejenis bertugas membuat daftar
calon Muzaki yang meliputi pejabat, pegawai, karyawan, anggota
komunitas, atau jamaah di institusi yang bersangkutan.
3) Daftar calon Muzaki sebagaimana dimaksud pada ayat dua paling sedikit
memuat:
a. nama lengkap
b. nomor induk pegawai atau karyawan atau anggota atau jamaah
c. nomor pokok wajib pajak  (NPWP)
d. unit institusi
e. alamat rumah

xxi
f. nomor telepon / handphone
g. alamat email
4) Calon Muzaki yang merasa keberatan dikenakan pemotongan zakat secara
pemotongan langsung dari penerimaan gaji (payroll system) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat menyampaikan keberatan secara tertulis
yang ditujukan kepada pimpinan institusi yang bersangkutan.
5) Dana pemotongan langsung dari penerimaan gaji (payroll system) dikirim
ke rekening BAZNAS sesuai dengan tingkatannya.
6) PPABP atau petugas yang melaksanakan fungsi sejenis menyerahkan
daftar yang berisi nama Muzaki yang membayar zakat, NPWZ, dan jumlah
zakat yang dibayarkan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah
tanggal pemotongan gaji untuk pembayaran zakat.

PASAL 38

1) Pengumpulan UPZ melalui gerai zakat disetorkan ke rekening BAZNAS


sesuai dengan tingkatannya paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
2) Setoran hasil pengumpulan UPZ diserahkan dengan melampirkan daftar
yang berisi nama Muzaki yang membayar zakat, NPWZ, dan jumlah zakat
yang dibayarkan.

PASAL 39
UPZ wajib menyerahkan BSZ yang diterbitkan oleh BAZNAS sesuai dengan
tingkatannya dengan melampirkan daftar nama Muzaki,NPWZ, dan jumlah
zakat yang dibayarkan.

PASAL 40
Seluruh pengumpulan dana oleh UPZ sebagaimana dimaksud dalam pasal 35
ayat (2) dicatat ke dalam sistem informasi yang disiapkan oleh BAZNAS.

xxii
PASAL 41
Tugas pembantuan pendistribusian dan Pendayagunaan zakat BAZNAS sesuai
dengan tingkatan yang dilakukan UPZ mengacu pada prinsip prinsip
pendistribusian dan Pendayagunaan zakat yang diatur oleh BAZNAS.

xxiii
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dari tulisan ini adalah bahwa BAZNAS sebagai Lembaga


Pemerintah non struktural dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengelolaan
zakat belum mengoptimalkan Unit Pengelola Zakat atau  UPZ. UPZ yang
dibentuk BAZNAS hanya mampu membentuk di Institusi Pemerintah saja, tapi
belum mampu membentuk UPZ pada Institusi atau Lembaga Swasta dan UPZ di
kelompok masyarakat.

Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis berpendapat bahwa peran UPZ


sangat membantu dalam mendekatkan Muzaki mengeluarkan zakat nya dan juga
meningkatkan jumlah perolehan pengumpulan zakat. Sehingga semakin banyak
Muzaki yang disasar maka pengumpulan zakat semakin meningkat. UPZ juga
lebih mengetahui data para mustahik sesungguhnya yang berhak menerima
distribusi zakat dari BAZNAS, karena UPZ garda terdepan di tengah tengah umat,
semoga semoga peran Baznas dan object dapat dirasakan oleh umat dan dapat
meningkatkan kesejahteraan serta mengurangi angka kemiskinan. 

xxiv
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta:


Gema Insani Press.
Karman, M, Supiana. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Keputusan Ketua Baznas No. 25 Tahun 2018, tentang Pedoman Pengelolaan
zakat
UU RI No. 23 Tahun 2011 Pasal 17 tentang Pengelolaan zakat
PP Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 1 ayat 18
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 2,3,4 dan 5
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 2,3 dan 5
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 6
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 8
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 27,28,29,30, dan 31
Perbaznas No. 2 Tahun 2016, Pasal 35,36,37,38,39,40, dan 41
https: // id. m. Wikipedia. org/ wiki/ Badan_Amil_Zakat_Nasional
https: // id. wikipedia. org. unit pengumpul zakat
https: // opi110 . com/AlQur’an & Terjemahnya Hadist web

xxv

Anda mungkin juga menyukai