Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EPIDEMOLOGI WABAH DIARE DI LONDON

Dibuat Oleh :

Kelompok 4

- Vidyazahra Arasha D 20119052


- Ruhaeli Sympton 20119059
- Dewanti Siti S 20119060
- Emma Santika 20119062
- Noer Octaviani 20119067
- Nadya Meilany 20119068
- Raihanah Zahra 20119076
- Nira Nurmala 20119082
- Angga Wiwaha 20118015

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena atas segala Karunia
nya berupa nikmat Iman Islam kesehatan dan seluruh nikmat kehidupan sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah wabah diare di London ini pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapatkan iya Ilmu


mengenai Epidemiologi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini semoga bantuannya mendapatkan balasannya setempat dari Tuhan
Yang Maha esa.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya kritik konstruktif dari pembaca Sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya

Tasikmalaya, 7 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

A. SEJARAH 1
B. PENEMU DAN SINGKAT KEHIDUPAN 2
C. PENGERTIAN 3
D. RIWAYAT ALAMIAH 3
E. PENCEGAHAN DIARE 5
F. PENANGGULANGAN DIARE 7

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

ii
A. Sejarah

Pada tahun 1848 di kota London terjadi wabah besar pada jaman revolusi
industri tersebut yaitu wabah kolera. Pada masa itu kota yang terkenal kota
terbesar, terkaya dan paling padat penduduknya sedang dilanda krisis yang
mengancam. Ancaman yaitu timbulnya penyakit baru pada kota ini yang
meresahkan semua kalangan. Penyakit baru ini berasal dari kotoran manusia
akibat populasi penduduk berlipat ganda dalam lima puluh tahun.

Pada masa itu kota London sedang menghadapi wabah kolera saat sistem
sanitasi rusak. Hal ini di buktikan dengan adanya cairan kotoran manusia yang
banyak di jumpai disekeliling terutama di sungai Themes. Bertahun-tahun komisi
saluran air metropolitan Inggris berusaha mencari solusi terbaik namun tidak
pernah muncul kata sepakat. Konsep-konsep yang telah di rancang tidak ada yang
berhasil dikerjakan.

Selain disibukannya kota London untuk membuat pembuangan kotoran


tersebut, kota ini pun juga disibukan oleh wabah kolera. Banyak yang
menganggap bahwa wabah ini diakibatkan oleh miasma (racun yang keluar dari
tanah) yang dipercaya oleh Florence Nihtgale, Edwin Chadwick dan William Farr.

John Snow meragukan teori miasma menurutnya bila kolera disebabkan oleh
racun tanah maka kedua sisi jalan akan benasib sama. Ia pun curiga dengan teori
tersebut dan John Snow pun terus meneliti dengan menandai tempat penyebaran
penyakit. Distribusinya pun luar biasa.

Ia meneliti di Broad Street disekitar pompa yang terkenal dengan rasa dan
kejernihan airnya. Di tempat tersebut ada sebelas pompa air. Dan di Soho
seseorang makan dan minum dari pompa yang berbeda dan meninggal dalam
beberapa jam. Selain itu di kedai kopi menghidangkan para pelanggannya dengan
air yang sama saat makan malam, sembilan orang meninggal keesokan harinya.

Kolera adalah penyakit yang berasal dari air. Tetapi teorinya di tolak oleh
komite kesehatan William Farr. Walaupun ditolak, Snow berhasil meminta agar
pompa Broad Street diganti. Dalam beberapa hari wabah mulai menghilang dari

1
wilayah itu. Tetapi komite kesehatan tetap beranggapan bahwa kolera disebabkan
oleh racun tanah. Setelah proyek Joseph Bazalgatte selesai dan saat itu teori John
snow terbukti. Bahwa penyakit kolera berasal dari air. Namun saat teorinya
terbukti benar, John Snow telah meninggal delapan tahun yang lalu.

B. Penemu dan Singkat kehidupan

John Snow lahir di York, Inggris, pada tahun 1813. Lingkungan tempat dia
lahir termasuk daerah paling miskin di kota York. Kondisi rumahnya lumayan
parah, kondisinya tidak sehat dan sering kebanjiran. Ayahnya seorang buruh batu
bara, bekerja sehari-hari untuk menghidupi istri dan 9 anak. Sama sekali bukan
dari keluarga kaya.

Pada umur 14 tahun, John Snow menjadi asisten seorang dokter di


Newcastle. Kemudian sekitar tahun 1831-32, wabah Kolera masuk ke Newcastle.
John Snow merawat sejumlah pasien Kolera di sana, berusaha menerapkan
berbagai teknik yang diketahui ilmu kedokteran pada zaman itu. Tapi tentu saja,
banyak pasien yang tetap meninggal karena pengetahuan ilmu kedokteran pada
zaman itu masih sangat terbatas. Teori yang dipakai para dokter di zaman itu
untuk menjelaskan penyebab penyakit juga salah.

Selama masa studinya, John Snow mempelajari banyak hal tentang


anestesi (pembiusan). Dokter pada zaman itu sudah mengenal kloroform sebagai
alat anestesi. Tapi John Snow adalah salah satu pelopor dalam menyelidiki dan
mengkalkulasi dosis penggunaan ether dan kloroform. Keberhasilan John Snow
dalam melakukan anestesi membuat dia dipercaya untuk melakukan anestesi
terhadap Ratu Victoria, Inggris. Anestesi kemudian menjadi semakin populer
semenjak peristiwa itu.

Ketika John Snow berumur 35 tahun, wabah kolera muncul lagi di London
di tahun 1848. Kali ini, John Snow melalukan investigasi lebih dalam;
mengunjungi berbagai pasien, mengumpulkan data dari pemerintah, membaca
laporan berbagai dokter sebelumnya yang pernah menangani pasien kolera, dan

2
sebagainya. Selama proses investigasi tersebut, John Snow mendapatkan beberapa
temuan penting

1. Kolera menular dari satu pasien ke pasien lain


2. Kolera menular melalui mulut
3. wabah kolera di daerah pertambangan
4. Kolera menular melalui air yang terkontaminasi
C. Pengertian

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan


konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya
hingga 3 kali atau lebih dalam sehari. Kandungan air dalam tinja lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml per jam) atau frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan 3 kali pada anak (Fida dan Maya, 2012). Diare merupakan
penyakit pada sistem pencernaan dengan pengeluaran tinja encer berwarna hijau
atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ambarwati dan
Nasution, 2012).

Menurut Saydam (2011:134) dalam Kurniawati (2018) diare merupakan


salah satu penyakit yang berulang-ulang buang air besar yang sifatnya encer
(cair). Bila seseorang dihinggapi dan menderita penyakit ini ia akan sangat sering
ke toilet untuk membuang hajat yang memang sifatnya cair dan tidak bisa ditahan-
tahan.

Menurut Kemenkes RI (2014) Diare merupakan suatu penyakit dengan


tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi pada tinja, yang melembek
atau mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, neonatus dinyatakan diare bila
frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi yang
berumur lebih dari satu bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali.

D. Riwayat Alamiah Penyakit Diare


1. Tahap Prepatogenesis

3
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit,
maupun virus diantaranya rotavirus, E.coli, dan shigella. Penyebaran
mikroorganisme in dapat terjadi melalui jalan fecal dan oral. Pada tahap
ini belum di temukan tanda-tanda penyakit bila daya tahan tubuh penjamu
baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan apabila daya tubuh penjamu
lemah maka sangat mudah bagi virus masuk dalam tubuh.
2. Tahap Patogenesis
 Tahap inkubasi
Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam
tubuh dengan menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan
colon. Setelah virus menginfeki usus virus menembus sel dan
mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan memproduksi
enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4hari,pasien sudah
buang air bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
 Tahap Penyakit Dini
- Kehilangan cairan 5% berat badan
- Kesadaran baik (somnolen)
- Mata agak cekung
- Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal
-Berak cair 1-2 kali perhari
- Berak cair 1-2 kali perhari
- Ubun-ubun besar agak cekung
3. Tahap Postpatogenesis
 Tahap Penyakit Lanjut
- Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan
- Keadaan umum gelisah
- Rasa haus (++)
- Denyut nadi cepat dan pernapasan agak cepat
- Mata cekung
- Turgor dan tonus otot agak berkurang
- Ubun-ubun besar cekung

4
- Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-
2 detik
- Selaput lendir agak kering

 Tahap Akhir
- Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan
- Keadaan umum dan kesadaran koma atau apatis
- Denyut nadi cepat sekali
- Pernapasan kusmaull (cepat dan dalam)
- Ubun-ubun besar cekung sekali
- Mata cekung sekali
- Turgor/tonus kurang sekali
- Selaput lendir kurang/asidosis
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien
dapat sembuh sempurna tetapi bila tahap ini tidak mendapat
penanganan yang baik maka dapat mengancam jiwa(kematian)
E. Pencegahan Diare
1. Penyediaan air bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir
70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum,
mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut
WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain
dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar
dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare (Sanropie, 1984).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber
yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari
kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus
ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan
menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko

5
menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).

2. Tempat pembuangan tinja


Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung
terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain
penyakit diare (Haryoto, 1983). Keluarga yang tidak memiliki jamban harus
membuat dan keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga
dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga
harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain dan
paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).
Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat
kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah,
tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak
menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo,
1996).

Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan


meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali
lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang
memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).

3. Status gizi
Status gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi.
Menurut Gibson (Gibson, 1990) metode penilaian tersebut adalah;

 konsumsi makanan;

6
 pemeriksaan laboratorium,
 pengukuran antropometri dan
 pemeriksaan klinis.
Metode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk
mendapatkan hasil yang lebih efektif. Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata
makin banyak episode diare yang dialami. Mortalitas bayi dinegara yang jarang
terdapat malnutrisi protein energi (KEP) umumnya kecil (Canada, 28,4 permil).
Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-
sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan
nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).

4. Kebiasaan mencuci tangan


Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan
penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab
diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan
perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme
patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang
peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman
tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.

Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan oleh


Bozkurt et al (Bozkurt, 2003) di Turki, orang tua yang tidak mempunyai
kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko lebih
besar terkena diare.

5. Imunisasi
Diare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian
imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi
terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia sembilan bulan
(Andrianto, 1995)

F. Penanggulangan Diare
1. Cukup cairan

7
Menghidrasi atau mencukupi kebutuhan tubuh akan cairan sangat penting
untuk memulihkan diri dari diare. Hal ini karena penyakit ini
menyebabkan kita kehilangan banyak cairan, termasuk elektrolit seperti
sodium dan klorin. Dehidrasi adalah kondisi yang berbahaya, terutama
pada anak-anak dan orang lanjut usia. Itu sebabnya, saat diare, pastikan
kebutuhan cairan tubuh mereka tercukupi.
2. Makanan yang tepat
Untuk mempercepat pemulihan diare, makanan dalam porsi kecil tapi
sering lebih baik dibandingkan makan tiga kali sehari dalam porsi besar.
Makanan yang dianjurkan untuk penderita diare antara lain buah-buahan,
makanan yang tinggi potasium seperti kentang atau ubi, makanan yang
mengandung elektrolit.
3. Hindari makanan tertentu
Ada makanan yang sebaiknya dihindari karena bisa mengiritasi atau
menyebabkan tekanan pada saluran pencernaan. Misalnya saja makanan
tinggi lemak, makanan berminyak, pedas, makanan yang mengandung
pemanis buatan, serta makanan dengan kadar gula fruktosa tinggi.
4. Konsumsi probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme yang bermanfaat bagi sistem pencernaan
dan melawan infeksi. Penelitian menyimpulkan, probiotik dapat
memperpendek durasi diare. Sumber probiotik antara lain yogurt dan
makanan yang difermentasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lamberti, L.M, Walker, C.L.F, Noiman. A, Breastfeeding and the risk for
diarrhea morbidity and mortality. BMC Public Health; 2011

Dinkes Kabupaten Gunung Kidul. Angka Kejadian Diare Tahun 2017.


Yogyakarta: Ruangan P2P; 2017

Sintamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita


[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang; 2006

Latief, Abdul. Ilmu Kesehatan Anak jilid I. Jakarta : EGC; 2007 Depkes RI.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL;2007

Palupi, A. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare pada Anak
Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia,2009; vol 6, No. 1

Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan; 2011

Agus, S., Handoyo, & Widiyanti, D. A. Analisis Faktor-Faktor Resiko Yang


Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Ambal 1 Kecamatan
Ambal Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan; 2015
11(2),71–78.

9
10

Anda mungkin juga menyukai