Kepemimpinan Dalam Keperawatan Nomor 4
Kepemimpinan Dalam Keperawatan Nomor 4
PENDAHULUAN
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, diperlukan
manajemen keperawatan yang efektif dan efesien. Untuk mampu melaksanakan
manajemen secara efektif dan efesien berbagai ketrampilan dibutuhkan dan salah satu
diantaranya adalah ketrampilan kepemimpinan. Kepemimpinan diperlukan dalam setiap
kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah staf, ketua tim, kepala ruangan, pengawas
atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki ketrampilan kepemimpinan sehingga
efektif dalam mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan.
Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat berupaya memberikan kontribusi dalam
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasinya untuk pencapain tujuan. Agar perawat
mempunyai ketrampilan kepemimpinan diperlukan pemahaman tentang teori, gaya dan
cara-cara bagaimana seorang dapat berperan sebagai pemimipin yan efektif.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Menurut Sullivan dan Decker (1989), kepemimpinan merupakan penggunaan ketrampilan
seseorang, dalam mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya. Kepemimpinan merupakan interaksi antar
kelompok, proses mempengaruhi kegiatan suatu organisasi dalam pencapain tujuan.
Claus dan Bailey dalam Lancaster dan Lancaster (1982), mendefinisikan kepemimpinan
sebagai suatu kelompok kegiatan yang mempengaruhi anggota kelompok, bergerak
menuju pencapain tujuan yang ditentukan.
TIPE KEPEMIMPINAN
Dalam organisasi secara umum terdapat dua macam tipe kepemimpinan, antara lain:
1. Kepemimpinan Formal.
Kepemimpinan formal diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan, duduk
dalam jabatan tertentu pada struktur organisasi dan memiliki hak serta kewajiban,
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ada legitimasi.
b. Kekuasaan dan kewenangan jelas.
c. Memenuhi persyaratan formal.
d. Didukung oleh organisasi formal.
e. Mendapat imbalan/penghargaan.
f. Memperoleh promosi dan mutasi.
g. Dapat dikenai sanksi dan hukuman.
2. Kepemimpinan Informal.
Kepemimpinan informal tidak diangkat secara formal, tetapi memiliki beberapa
keunggulan dan dapat diterima oleh berbagai pihak, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tidak memiliki legitimasi.
b. Ditunjuk dan diakui oleh masyarakat.
c. Tidak mendapat dukungan organisasi formal.
d. Tidak mendapat imbalan jasa / sukarela.
e. Tidak dapat dipromosikan atau dimutasikan.
f. Tidak perlu persyaratan formal.
g. Tidak dapat dihukum secara formal.
2. Demokratik.
Pada gaya kepemimpinan demokratik, pemimpin menghargai karakteristik dan
kemampuan bawahannya. Pemimpin menggunakan posisinya untuk mendapatkan
3. Paternalistik.
Gaya kepemimpinan paternalistik terdapat pada lingkungan tradisional karena
adanya kekuatan ikatan primordial, sistem keluarga besar, komunalistik, peran adat
istiadat, dan hubungan pribadi yang dekat antar anggota masyarakat.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan paternalistik adalah:
a. Terdapat pada lingkungan tradisional: kekuatan ikatan primordial, sistem keluarga
besar, komunalistik, peran adat istiadat, dan hubungan pribadi yang dekat antar
anggota masyarakat.
b. Rasa hormat pada orang yang lebih tua dan keteladanan.
c. Persepsi pemimpin dipengaruhi oleh harapan bawahan.
d. Harapan bawahan: pemimpin tidak mementingkan diri sendiri, tetapi
memperhatikan kepentingan bawahan.
4. Kharismatik.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan kharismatik adalah:
a. Daya tarik memikat dan mampu memperoleh pengikut dalam jumlah besar.
b. Penampilan fisik, usia dan harta bukan prasyarat.
c. Memiliki kekuatan gaib/ajaib.
d. Mampu menggunakan berbagai gaya kepemimpinan.
5. Laissez - Faire.
Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan bebas tindak,
menyerahkan perannya sebagai pimpinan kepada bawahannya, dengan bimbingan
yang minimal atau tidak ada sama sekali. Kepercayaan diberikan kepada bawahan
untuk melaksanakan tugasnya dengan cara yang sesuai dengan pola kerja. Gaya
kepemimpinan ini efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
yang tinggi. Gaya kepemimpinan ini akan menimbulkan keresahan bawahan bila
kurang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab karena mereka tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri dari gaya kepemimpinan laissez-faire adalah:
a. Konsep: organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena anggotanya
cukup mengetahui tujuan dan sasaran organisasi dan tugas yang akan dikerjakan.
b. Berperan pasif dan tidak mau campur tangan.
c. Falsafah: manusia memiliki solidaritas, kesetiaan, taat pada norma-norma dan
peraturan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab terhadap tugas.
d. Mempunyai nilai saling mempercayai.
e. Bersikap permisif, menganggap bawahan sebagai rekan kerja.
f. Kepentingan dan tujuan organisasi tetap difokuskan.
4. Memiliki Energi.
a. Energi tidak dinilai hanya dari fisik tetapi juga dari situasi perasaan.
b. Energi yang tinggi dapat meningkatkan efektifitas dalam memimpin,
karena saat berinteraksi tingkat energi seorang pemimpin akan mempengaruhi
respons orang lain.
c. Enthusiasm, merupakan semangat yang besar, antusias, dan
kegairahan dari seorang pemimpin yang dapat ditularkan kepada orang lain.
d. Seorang pemimpin dapat menjaga dan meningkatkan energi dengan
cara menjaga kondisi kesehatan, relaksasi, rekreasi dan menggunakan teknik
kepemimpinan yang efektif.
5. Memiliki Tujuan.
Kepemimpinan yang efektif harus memperhatikan tujuan yang akan dicapai, meliputi:
a. Tujuan lingkungan (organisasi) dan tujuan kelompok.
b. Tujuan individual (anggota dan pemimpin)
c. Sebuah tujuan, butuh kebersamaan dan pengertian untuk group.
d. Kewajiban pemimpin “bagaimana memulai sesuatu dalam group”.
e. Untuk mencapai kebersamaan, pemimpin harus memberikan informasi
yang tepat.
6. Melakukan Tindakan/aksi.
a. Pemimpin berorientasi pada kemampuan menentukan dan tindakan.
b. Pemimpin tidak dapat menunggu orang lain memberitahu apa yang
harus dikerjakan.
c. Berfikir dahulu sebelum berbuat.
d. Bekerja dengan orang lain.
e. Inisiatif dalam pikiran dan kegiatan.
PENUTUP
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
suatu organisasi. Kepemimpinan merupakan inti manajemen, oleh karena itu setiap
manajer keperawatan berkewajiban mempengaruhi perawat-perawat dibawah
pengawasannya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya secara bersama
sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai. Dalam melaksanakan kepemimpinan,
seorang manajer keperawatan dapat menggunakan gaya otokratik, demokratik atau
bebas tidak tergantung pada situasi termasuk kemampuan perawat yang dipimpinnya.
perawat dalam melaksanakan tugasnya diharapkan tidak saja menjadi manajer tetapi juga
menjadi pemimpin yang efektif.Untuk menjadi pemimpin yang efektif seorang perawat
perlu memiliki inteligensi, dalam arti harus cerdas, mempunyai kepribadian yang mantap
artinya percaya diri, kreatif dan tidak tergantung pada orang lain. Disamping itu juga
mempunyai kemampuan bekerja sama dan hubungan antar manusia yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gillies, D. A., (1994), Nursing management; a system approach, Third Edition,
Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Lancaster, J. & Lancaster, W. (1982), Change agent as leaders in nursing, The nurse as
a change agent, St. Louis: CV Mosby Company.
Tappen, R. M., (1995), Nursing leadership and management: Concepts and practice,
Third edition, Philadelphia: F. A. Davis Company
13
14