Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjat kan kehadirat tuhan yang mahaesa karena atas
rahmat-nya penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah yang berjudul “Small Group
Discussion Lbm 4”.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai SGD. Dalam
penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Ronanarasafa, S. Ked selaku Fasilitator SGD kelompok 3 yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD.
3. Bapak/ ibu dosen universitas islam al-azhar yang telah memberikan masukan terkait
makalah yang penulis buat.
4. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karna itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
- Skenario LBM 3 4
- Deskripsi masalah 4
BAB II
- Pembahasan LBM 3 8
BAB III
- Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO LBM IV
BADANKU SEMAKIN MEMBESAR
Ny. R berusia 50 tahun seorang ibu rumah tangga datang ke puskesmas dengan keluhan
tengkuk terasa kaku dan pegal, serta berat badan semakin meningkat, pusing serta cepat lelah
sejak sebulan yang lalu. Ny. R sering mengalami hal seperti ini sebelumnya, tetapilebih ringan
sehingga cukup dengan istirahat. Ny. R suka mengkonsumsi fast food dan makanan berlemak.
Enam bulan yang lalu Ny. R pernah berobat ke dokter praktek di desanya dan disarankan untuk
menurunkan berat badan dan menjaga pola makannya.
Dokter puskesmas kemudian melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, didapatkan TD:
130/90 mmHg, N: 88x/menit, Tax: 36,7 C, RR: 20x/menit. Pemeriksaan antropometri BB: 95 kg,
TB: 155 cm, lingkar pinggang 110 cm. Dokter di puskesmas kemudian memberikan terapi
farmakologi dan non farmakologi pada pasien. Menurut anda apa yang dialami oleh pasien
tersebut dan pemeriksaan penunjang apa saja yang dibutuhkan?
Kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang didapatkan hasil: kolesterol total: 360
mg/dL, trigliceride 285 mg/dL, LDL: 190 mg/dL, HDL: 25 mg/dL, GDS: 189 mg/dL.
Tatalaksana apa yang perlu diberikan pada pasien?
DESKRIPSI MASALAH
Dari skenario dijelaskan bahwa Ny. R datang ke puskesmas dengan keluhan tengkuk
terasa kaku dan pegal, serta berat badan semakin meningkat, pusing serta cepat lelah sejak
sebulan yang lalu. Ny. R sering mengalami hal seperti ini sebelumnya, tetapilebih ringan
sehingga cukup dengan istirahat. Ny. R suka mengkonsumsi fast food dan makanan berlemak.
Enam bulan yang lalu Ny. R pernah berobat ke dokter praktek di desanya dan disarankan untuk
menurunkan berat badan dan menjaga pola makannya. Berdasarkan identifikasi masalah yang
telah ditentukan oleh kelompok kami yaitu apa yang menyebabkan tengkuk Ny. R sakit. Pada
skenario disebutkan bahwa kadar kolesterol Ny. R 360 mg/dl, yang mana itu termasuk kolesterol
tinggi. Kolesterol tinggi adalah kolesterol dengan kadar di atas batas normal yaitu lebih dari 200
mg/dl. Kondisi ini juga disebut sebagai hiperkolesterolemia. Terlalu banyak mengonsumsi
makanan berlemak tinggi dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah. Kadar
kolesterol jahat yang tinggi dapat membuat timbunan lemak menumpuk di pembuluh darah. Hal
tersebut dapat mempersulit aliran darah yang cukup ke arteri, sehingga menyebabkan masalah
pada tubuh. Adanya penumpukan plak di pembuluh darah pada area leher akibat kolesterol tinggi
tersebut dapat menghalangi aliran darah yang ada di leher dan menuju ke otak sehingga
menimbulkan tengkuk sakit seperti yang dialami Ny. R.
Kolesterol adalah salah satu komponen dalam membentuk lemak. Di dalam lemak
terdapat berbagai macam komponen yaitu seperti zat trigliserida, fofolipid, asam lemak bebas,
dan juga kolesterol. Secara umum kolesterol berfungsi untuk membangun dinding dalam sel
(membrane sel) dalam tubuh dan juga berperan penting dalam memproduksi hormone seks,
vitamin D, serta berperan penting dalam menjalankan fungsi saraf dan otak.Kolesterol
merupakan suatu zat lemak yang dibuat dalam hati dan lemak jenuh dalam makanan. Jika terlalu
tinggi kadar kolesterol dalam darah maka akan semakin meningkat factor resiko terjadinya
penyakit arteri koroner. Kolesterol jenisnya ada 2, yaitu LDL dan HDL.
Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan: Kolesterol total: 360 mg/dl, Trigliserida: 285
mg/dl, LDL: 190 mg/dl, HDL : 25 mg/dl, TD: 130/90, N: 88x/menit, Tax: 36,7 C, RR:
20x/menit, BB: 95 kg, TB: 155 cm, Lingkar pinggang 110 cm. Dari hasil tersebut didapatkan
diagnosis sementara yaitu sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan sekumpulan faktor
risiko metabolik yang meningkatkan penyakit kardiovaskular dan penyakit metabolik lainnya.
Faktor risikonya adalah obesitas sentral, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Dimana
faktor risiko yang terbesar adalah obesitas sentral dan juga resistensi insulin. Untuk
penatalaksanaannya adalah mengubah gaya hidup, dari pola makan dan juga nutrisi makanannya,
aktivitas fisik dan olahraga yang bertujuan untuk penurunan berat badan dan penurunan profil
lipid. Jika tidak ada hasilyang didapatkan dengan mengubah gaya hidup, maka dibutuhkan
beberapa obat-obatan untuksetiap faktor risikonya untuk tercapainya tujuan pengobatan sindrom
metabolik ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan definisi dari obesitas, sindrom metabolic dan displidemia!
a. Definisi obesitas
Obesitas merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktorial yang ditandai
dengan kelebihan berat badan karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah energi yang masuk
dan jumlah energi yang dikeluarkan sehingga berat badan menjadi lebih berat
dibandingkan berat badan ideal karena adanya penumpukan lemak di dalam tubuh.
(Wijaksana, 2016)
b. Definisi Sindrom Metabolic
Sindrom Metabolik merupakan sekumpulan faktor risiko metabolik
yangmeningkatkan penyakit kardiovaskular dan penyakit metabolik lainnya. Faktor
risikonya adalahObesitas Sentral, Resistensi Insulin, Dislipidemia dan Hipertensi.
Dimana faktor risiko yangterbesar adalah obesitas sentral dan juga resistensi
insulin. Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko
metabolik yang dapatmeningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, serta gangguan
kesehatan lainnya, seperti diabetes,stroke, perlemakan hati, dan beberapa kanker
(Sudoyo, 2014).
WHO pada tahun 1999 melakukan tata cara diagnostik sindrom metabolik yang
memberipersyaratan harus ada komponen seperti berikut.
1) Resistensi Insulin atau Hiperinsulinemia yang ditandai dengankadar glukosa
darah puasa > 110 mg/dl.
2) Ditambah dengan komponen lain, yaitu 2 dari kriteriaberikut ini.
a) Tekanan darah : ≥ 140/90 mmHg.
b) Dislipidemia : trigliserida (TG): ≥ 150 mg/dlatau high-density
lipoprotein kolesterol (HDL-C) ≤ 35 mg/dl.
c) Sentral obesitas : WHR > 0,90, (laki-laki); > 0,85 (wanita).
d) Indeks massa tubuh :> 30 kg/m3.
e) Mikroalbuminuria : >20µg.
1) Obesitas abdominal (lingkarpinggang > 88 cm untuk wanita dan untuk pria > 102
cm).
2) Peningkatan kadar trigliseridadarah (≥ 150 mg/dl).
3) Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dl pada pria dan pada wanita< 50
mg/dl).
4) Peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg, tekanan
darahdiastolik ≥ 85 mmHg atau sedang memakai obat anti hipertensi).
5) Peningkatan glukosa darahpuasa (kadar glukosa puasa ≥ 110 mg/dl atau sedang
memakai obat anti diabetes).
1) Peningkatan trigliserida: > 150 mg/dlatau perawatan spesifik untuk kelainan lipid
ini.
2) Penurunan HDL kolesterol: < 40 mg/dl padalaki-laki, 50 mg/dl pada wanita, atau
perawatan spesifik untuk kelainan lipid ini.
3) Hipertensi: tekanan darah sistolik > 130 atau diastolik > 85 mmHg, atau
pengobatan hipertensididiagnosis sebelumnya.
4) Peningkatan gula darah puasa: > 100 mg/dl atau sebelumnyadidiagnosis diabetes
tipe 2 (Sudoyo, 2014).
c. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, yang ditandai dengan kelainan fraksi
lipid berupa kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar LDL, kenaikan kadar
trigliserida dan penurunan kadar HDL.
a. Obesitas
Secara umum obesitas dapat ditandai dengan gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh adanya penimbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding
dada yang dapat menekan paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun
melakukan aktivitas ringan dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya
pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari sering
mengantuk. Menurut Irwan (2016) obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala
sebagai berikut :
1) Dagu rangkap
2) Leher relatif pendek
3) Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak
4) Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat
5) Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling
menempel sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap.
b. Sindrom metabolic
c. Dislipidemia
Gejala dislipidemia bermacam-macam, tetapi yang penting untuk diketahui
diantaranya nyeri perut, pusing, stroke, nyeri dada, sakit kepala, sesak napas, penyakit
jantung, penurunan berat badan, nafsu makan berkurang, nyeri betis saat berjalan. Oleh
karena penyebab utama gejala penyakit dislipidemia ini adalah kandungan lemak maka
pengobatan yang dilakukan biasanya berupa diet keras dalam mengurangi kadar lemak
dalam makanan. Selain itu, konsultasi pada dokter sangat diperlukan dalam hal ini.
Biasanya akan dilakukan pengecekan melalui tes darah, untuk mengetahui perkembangan
dislipidimea yang berkembang dalam tubuh. Tentu saja bertujuan untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat dan aman (Anies, 2018).
Hiperlipidemia biasanya tidak terdeteksi dini sehingga baru ditemukan ketika
evaluasi atau pemeriksaan penyakit aterosklerosis atau penyakit kardiovaskuler. Tanda
dan gejalanya yaitu xantoma, xanthelasma, nyeri dada, nyeri perut, hepatosplenomegali,
kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, serangan jantung, obesitas, intoleransi glukosa,
lesi menyerupai jerawat pada sekujur tubuh, plak ateromatosus pada pembuluh darah
arteri, arkus senilis, dan xantomata (Putri, 2017).
Pemeriksaan di atas berfungsi untuk menilai apakah kadar parameter yang diukur
memenuhi kriteria diagnosis sindrom metabolik. Fungsi tiroid juga perlu dinilai apabila
gejala klinis mengindikasikan diagnosis banding ke arah gangguan tiroid.
Untuk penatalaksanaannya adalah mengubah gaya hidup, dari pola makan dan juga
nutrisi makanannya, aktivitas fisik dan olahraga yang bertujuan untuk penurunan berat badan dan
penurunan profil lipid. Jika tidak ada hasilyang didapatkan dengan mengubah gaya hidup, maka
dibutuhkan beberapa obat-obatan untuksetiap faktor risikonya untuk tercapainya tujuan
pengobatan sindrom metabolik.
LDC-C meningkat
Dislipidemia Aterogenik
Pilihan beresiko sedang: < TD ≥ 120/80 mmHg (modifikasi gaya hidup pada
Target Tersier:HDL-C
berkurang. Untuk GDPT, turunkan berat badan dan meningkatkan
aktivitas fisik.
TD Meningkat
Diabetes melitus tipe 2, bila perlu, tetapi gaya hidup
Turunkan TD serendah
dan farmakoterapi perlu dipakai agar HbA1C
mungkin hingga setidaknya
mendekati normal (<7%).
mencapai TD < 140/ 90 mmHg
Modifikasi faktor-faktor risiko lainnya dan modifikasi
(atau < 130/80 mmHg bila
perilaku (yakni obesitas abdominal), inaktivasi fisik,
terdapat diabetes).
TD meningkat, abnormalitas lipid)
Kondisi Protrombotik.
Kondisi Proinflamasi.
Sindrom metabolik adalah kelompok abnormalitas metabolik pada seorang individu yang
dihubungkan dengan risiko yang meningkat dari penyakit kardiovaskular. Komponen utama
meliputi disregulasi metabolisme glukosa, obesitas sentral, disregulasi lipid plasma, dan
peningkatan tekanan darah. Obesitas akan mempengaruhi metabolisme lipid dan glukosa,
pengaturan tekanan darah, pengaturan proses trombosis dan fibrinolisis, serta reaksi inflamasi.
Komponen-komponen kelainan metabolisme ini dapat menimbulkan komplikasi berupa penyakit
arteri koroner (Coronary Artery Disease/CAD). Coronary Artery Disease (CAD) merupakan
kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan arteri koroner
menyempit.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh terkumpulnya kolestrol sehingga membentuk plak
pada dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama yang disebut aterosklerosis. CAD
dapat menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan komplikasi seperti gagal jantung
dan gangguan irama jantung. Akhir dari penyakit arteri koroner ini bisa berupa kematian dan
bisa terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan. Komponen sindrom metabolik dapat
mengalami perbaikan dengan tata laksana yang memprioritaskan program tata laksana berat
badan yang intensif disamping modifikasi gaya hidup dan tata laksana faktor risiko klinis lain
terkait dengan penyakit kardiovaskular.
KIE
Dokter keluarga mempunyai peran besar dalam penatalaksanaan pasien dengan sindrom
metabolik, karena mereka dapat mengetahui dengan pasti tentang gaya hidup pasien serta
hambatan-hambatan yang dialami mereka dalam usaha memodifikasi gaya hidup tersebut.
Dokter keluarga juga diharapkan dapat mengetahui pengetahuan pasien tentang hubungan gaya
hidup dengan kesehatan, yang kemudian memberikan pesan-pesan tentang peranan diet dan
latihan fisik yang teratur dalam menurunkan risiko penyulit dari sindrom metabolik. Dokter
keluarga hendaklah mencoba membantu pasien mengidentifikasi sasaran jangka pendek dan
jangka panjang dari diet dan latihan fisik yang diterapkan serta membantu mengidentifikasi
adanya hambatan dalam menerapkan perubahan gaya hidup.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa, sindrom metabolic merupakan
sekumpulan faktor risiko metabolik yangmeningkatkan penyakit kardiovaskular dan penyakit
metabolik lainnya. Faktor risikonya adalah Obesitas Sentral, Resistensi Insulin, Dislipidemia dan
Hipertensi. Menurut NHLBI dan AHA diagnosis sindrom metabolik ditegakkan apabila terdapat
minimal 3 dari 5 kriteria yaitu gula darah puasa >100 mg/dL , tekanan darah >130/85 mmHg,
trigliserida >150 mg/dl, HDL < 40 mg/dL pada laki-laki dan < 50 mg/dL pada wanita, serta
lingkar pinggang >90 cm pada laki-laki dan >80 cm pada wanita. Untuk penatalaksanaan dari
sindrom metabolik itu ada tatalaksana penyebab (obesitas dan inaktifitas fisik) serta tatalaksana
resiko lipid dan non lipid.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi revisi berwarna ke-13. Elsevier :
Singapore.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II.
VI. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Ed-9 ; alih bahasa, Lydia I.
Mandera, H.H. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Miranti Iskandar. Jakarta: EGC.
Tortora, GJ, Derrickson, B. 2012. Principles of Anatomy & Physiology 13th Edition. United
States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Abbas, A.K. 2015. Basic Pathology Robbins. 9th Ed. Canada: Elsevier.
PERKENI. 2015. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia 2015. Jakarta: Pusat Penerbit
PB PERKENI.
Saunderajen. 2010. Pengaruh Sindroma Metabolik Terhadap Gangguan Fungsi Kognitif:
Universitas Diponegoro.
Aulia Dewi Listiyana. 2013. Obesitas Sentral Dan Kadar Kolesterol Darah Total. Jurnal
Kesehatan Masyarakat.
Dean. (2015). Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB). Bali: Sanur Paradise.
Soleha, T. U., & Bimandama, M. A. (2016). Hubungan Sindrom Metabolik Dengan Penyakit
Kardiovaskular. Majority, 49.
Sylvia A. Prince. Lorraine M. Wilson. 2019. “Buku Ajar Patofisiologi”. Edisi Keenam. Volume
1. Elsevier. Singapore.
Vinay, Kumar. 2013. “Buku Ajar Patofisiologi Robbins”. Edisi 9. Elsevier.
Huether, Sue E & Kathryn L. McCance. 2019. “Buku Ajar Patofisiologi”. Edisi Keenam.Volume
1. Elsevier. Singapore.