Anda di halaman 1dari 6

RESUME MATERI KELOMPOK DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

ANALISIS TERHADAP FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Meldi Ade Kurnia Yusri, S.T., M.Pd.T.

Seksi : 202111270229

ANGGOTA KEOMPOK 11:

Salsabila Anisa ( 21045095 )

Shalehani ( 21033122 )

Sharvina Salsabil ( 21033123 )

Shindy Verlita ( 21033124 )

Shinta Rinaldi Utari ( 21045096 )

Silfa Aulia ( 21329144 )

Silvia Nilam Sari ( 20052078 )

Stevi Erlina ( 21033125 )

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
Analisis Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan
Pendidikan

A. Perkembangan Nilai Budaya dan Seni


1. Perkembangan Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai - nilai yang disepakati dan tertanam dalam
suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada
suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu
yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa
yang akan terjadi atau sedang terjadi. (Ardian, 2013). Nilai nilai budaya akan tampak
pada simbol-simbol, slogan, moto, visimisi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan
pokok motto suatu lingkungan atau organisasi. Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-
nilai budaya yaitu (1). Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang
kelihatankasatmata (jelas) ; (2) Sikap, tindaklaku, gerak gerik yang muncul akibat
slogan, moto tersebut; dan (3) Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang
mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak
terlihat).
Nilai-nilai budaya yang berlaku di sekolah ini, akan membentuk sistem
budaya yang merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam
adatistiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep –
konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu
masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam
hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan
orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri. Nilai – nilai budaya
ini bersifat umum, luas dan tak konkret, maka nilai–nilai budaya dalam suatu
kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai nilai budaya yang lain dalam waktu yang
singkat.
Pendidikan yang merupakan media pewarisan, transformisi, transfer of value,
atau alat yang penting dalam fungsinya mewariskan nilai ini, menjadi sangat sulit
posisinya, karena sesuatu "nilai budaya" yang ingin diwariskan ini justru dalam
posisi yang transisi adanya. 'Maka istilah terhimpit tersebut merupakan posisi yang
benar benar sulit bagi Negara Nasional termasuk Indonesia adanya. Dan tentu saja
sistem Pendidikan Nasional itu sendiri menjadi sulit juga.
2. Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun
kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan
hidup manusia. Malalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi
(mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam
menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dengan memperhatikan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika
dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan
terprogram.
Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana
pendidikan. Disinilah timbulnya masalah pendidikan kesenian yang mempunyai
fungsi begitu penting tetapi di sekolah –sekolah saat ini menduduki kelas dua.
Aktivitas kesenian mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk manusia
Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus kesenian dapat
mengembangkan domain / aspek afektif dari peserta didik.
Dunia seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan semakin mendapat
tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan seperti ini, sudah barang tentu akan
menimbulkan masalah baru dalam bidang pendidikan. Jika seni dikembangkan
melalui sistem pendidikan, maka permasalahan baru akan muncul antara lain
ketersediaan sarana dan prasarana serta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan
(seperti sekolah).
Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi
pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tidak termasukebtanas, disamping
juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang umumnya
tidak tersedia secara memadai karena mahal.
B. Laju Pertumbuhan Pendidik
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan
penduduk adalah sebagai berikut: Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan
pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meski pungerakan berhasil.
Sebabnya karena tingkat kematian menurun labih cepat yaitu sebesar 4.5 % dari
turunnya tinggi kelahiran, yaitu sebesar 3,5 %. Hal tersebut juga mengakibatkan
berubahnya susunan umur penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana
pendidikan serta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan
ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran
permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih
meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekolah dasar. Jika daya tampung
suatu sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak
bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan. Tetapi apabila
jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi
ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini
dipertahankan, maka mutu dan relevansi pendidikan tidak akan dapat dicapai dengan
baik. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut keperguruan tinggi juga
meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan
pendidikan non formal.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Ada daerah yang
dapat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang padat penduduk, terutama
dikota kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman
khususnya didaerah terpencil yang berlokasi dipegunungan dan pulau-pulau. Sebaran
penduduk seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan
penempatan guru. Disamping sebaran penduduk seperti digambarkan itu dengan pols
yang static (di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus
perpindahan penduduk dari desa kekota (urbanisasi) yang terus menerus terjadi.
Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan
perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola
pasaran kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan
tenaga kerja.
C. Aspirasi Masyarakat
Dalam dua warsa terakhir ini, aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat,
khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan
dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga
social. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua
mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak-anaknya memperoleh
pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Apa akibat yang timbul dari
perubahan social tersebut? Gejala yang timbul ialah membanjinya pelamar pada sekolah-
sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal
mulai bermunculan beraneka ragam penidikan nonformal. Kecendrungan aspirasi
masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah terlihat. Masyarakat sudah
melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin memperoleh pekerjaan yang layak dan
menetap atau akan meningkatkan status sosial mereka.
Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan
anak-anak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbut dan membanjiri sekolah (lembaga
pendidikan). Kondisi seperti ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti sistem
seleksi siswa / mahasiswa baru, ratio guru-ssiwa, waktu belajar, permasalahan akan terus
berkembang karena saling kait seperti yang telah dikemukakan pada Bab terdahulu.
D. Keterbelakang Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakang budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok
masyarkat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung
suatu budaya, kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas
dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman.
Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif. Semestinya masyarakat
luar bukan harus menilainya hanya melihat bagaimana kesesuaian kebudayaan tersebut
dengan tuntutan zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai
transformasi budaya (dalam hali ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai system
pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada intinya sehingga tidak pernah
ketinggalan zaman. Jika system pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang
kebudayaannya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan.
Keadaan seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan.
Masyarakat kita yang umumnya berada didaerah terpencil, yang ekonominya lemah dan
kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keadaan
seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan , permasalahannya
antara lain bagaimana menyadarkan mereka akan keterbelakangan/ketinggalannya
bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan dengan lebih baik, khususnya bagaimana
sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar
dari keterbelakangan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA :

https://www.kompasiana.com/fadlulrahman7849/60bce2b48ede484fed09fa22/analisis-
terhadap-faktor-yang-mempengaruhi-berkembangnya-permasalahan-
pendidikan?page=4&page_images=1

Anda mungkin juga menyukai