Masalah Pendidikan) Dosen : Dra. Zulminiat Oleh : Gardenia Marheta Putra (17065042) Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem, pendidikan tdak mempunyai art apa-apa. Jika tdak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem social budaya sebagai suprasikstem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi yang sedemikian rupa. Sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artnya, suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah diluar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tdak dapat dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yanmg dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini yaitu: • Bagaimana semua warga negara dapat menikmat kesempatan pendidikan. • Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. Perkembangan Nilai Budaya dan Seni Kesenian merupakan aktvitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuha hidup manusia. Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat original (bukan truan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. (Umar Tritahardja , 2005). Aktvitas kesenian memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Dunia seni telah mengalami perkembangan yang pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Keadaan sepert ini sudah barang tentu menimbulkan masalah baru dalam bidang pendidikan. Jika seni dikembangkan melalui sistem pendidikan, maka permasalahan baru akan muncul antara lain ketersediaan sarana dan prasarana srerta ketenagaan kesenian di lembaga pendidikan (sepert sekolah). Dengan memperhatkan alasan-alasan diatas maka sudah seyogianya jika dunia seni dikembangkan melalui sistem pendidikan secara terstruktur dan terprogram. Pengembangan kualitas seni secara terprogram menuntut tersedianya sarana pendidikan. Disinilah tmbulnya masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi begitu pentng tetapi di sekolah –sekolah saat ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya. Itulah sebabnya mengapa kesenian tdak termasuk ebtanas, disamping juga sulit menyediakan tenaga pendidiknya. Lagi pula sarana penunjang umumnya tdak tersedia secara memadai karena mahal. Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Emil Salim (Conny R. Semiawan, 1991: 18) Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut: Dari sekarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan berhasil. Sebabnya karena tngkat kematan menurun labih cvepat yaitu sebesar 4.5 % dari turunnya tnggi kelahiran, yait6u sebesar 3,5 %. Hal tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka penyedian prasarana dan sarana pendidikan serta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berart beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Dan juga terjadi pergeseran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan fasilitas sekloah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjut ke perguruan tnggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan nonformal. Penyebaran Penduduk Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tdak merata. Ada daerah yang dapat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang padat penduduk, terutama dikota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang yaitu didaerah pedalaman khususnya didaerah terpencil yang berlokasi dipegunungan dan pulau-pulau. Sebaran penduduk sepert digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru. Disamping sebaran penduduk sepert digambarkan itu dengan pols yang statc (di kota padat, di desa jarang) juga perlu diperhitungkan adanya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang terusw menerus terjadi. Peristwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang lebih menyulitkan perencanaan penyediaan sarana pendidikan. Pola yang labil ini juga merusak pola pasaran kerja yang seharunya menjadi acuan dalam pengadaan acuan dalam pengadaan tenaga kerja. Aspirasi Masyarakat Dalam dua warsa terakhir ini, aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan , kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantnya anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Apa akibat yang tmbul dari perubahan social tersebut? Gejala yang tmbul ialah membanjinya pelamar pada sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota, di samping pendidikan formal mulia bermunculan beraneka ragam penidikan nonformal. Kecenderugan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah terlihat. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap atau akan meningkatkan starus sosial mereka. Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan anak-anak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbut dan membanjiri sekolah (lembaga pendidikan). Kondisi sepert ini akan menimbulkan masalah sepert sistem seleksi siswa / mahasisiwa baru, rasio guru siswa, waktu belajar permasalahan akan terus berkembang karena saling terkait. Keterbelakangan Budaya dan Saran Keterbelakang budaya adalah suatu istlah yang diberikan oleh sekelompok masyarkat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya, kebudayaanya dipadang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dari kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketnggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektf. Semestnya masyarakat luar bukan harus menilainya hanya melihat bagaimana kesesuaia n kebudayaan tersebut dengan tuntutan zaman. Dan bukankah pendidikan mempunyai misi sebagai transformasi budaya (dalam hali ini adalah kebudayaan nasional). Sebab sebagai system pendidikan yang tangguh adalah yang bertumpu pada initnya sehingga tdak pernah ketnggalan zaman. Jika system pendidikan dapat menggapai masyarakat terbelakang kebudayaannya berart melibatkan mereka untuk berperan serta dalam pembangunan. Masyarakat kita pada umumnya berada di daerah terpencil, yang ekonominya lemah dan kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keadaan sepert ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan. Permasalahannya antara lain bagaimana menyadarkan mereka akan keterbelakangan / ketnggalannya, bagai mana menyediakan sarana kehidupan dengan lebih baik, khusunya bagi sistem pendidikan dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan tersebut. Terima Kasih