Anda di halaman 1dari 10

Makalah Pendidikan Rekreasi

“WISATA TANA TORAJA (BABY GRAVE)”

Di Susun Oleh :

Mujtahid ahmadi (1931041027)


Kelas pjkr b

Fakultas ilmu keolahragaan


Pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi
Universitas negeri Makassar
2021
KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah SWT, kami telah berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Wisata Tana Toraja (Baby Grave)” makalah ini merupakan buku panduan yang dapat
digunakan mahasiswa-mahasiswa jurusan pendidikan olahraga, makalah ini disusun untuk
membantu mahasiswa untuk memahami beberapa pokok bahasan.
Pada kesempatan yang baik ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada para mahasiswa yang dapat memanfaatkan makalah ini sebagai buku panduannya dalam
belajar, makalah ini akan terus disempurnakan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan
sangat dinamis. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk
kesempurnaan materi di dalamnya.

Makassar, 11 April 2021

                                                                                  Mujtahid Ahmadi

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Baby Grave 5

B. Seluk Beluk Objek Wisata Baby Grave 5

C. Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Objek Wisata. 6

D. Peluang dan propek Yng dimiliki 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

BAB I
2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebudayaan dan sastra adalah segala hasil buah
akal manusia yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: Unsur Cipta, Rasa, dan Karsa. Hal
inilah yang mendorong kami sebagai Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
untuk bertolak dari Makassar ke Tana Toraja (Tator). Pengajaran Sastra adalah salah satu
mata kuliah yang sedang kami programkan, bertolak ke Tana Toraja merupakan tugas
yang diberikan oleh dosen mata kuliah Pengajaran Sastra, dan salah satu upaya kami
untuk bisa mengetahui hal-hal yang kami belum ketahui selama ini karena tempat ini
adalah salah satu tempat di mana kelestariannya sangatlah dijaga dan akan terus
dilestarikan serta dibudayakan, karena ini satu-satunya aset terbesar bahkan  menarik
perhatian para wisatawan asing yang datang dari berbagai Negara maupun para
wisatawan dalam negeri seperti kami mahasiswa dari Unismuh jurusan Bahasa dan sastra
Indonesia.
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku bugis sidenreng dan dari luwu. Orang
sidenreng menamakan penduduk daerah ini dengan sebutan Toriaja yang mengandung
arti “Orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang luwu
menyebutnya Toriajang yang artinya adalah ”orang yang berdiam di sebelah barat”. Ada
juga versi lain bahwa kata toraya asal To=Tau (orang), Raya=Dari kata Meraya (besar,
artinya orang-orang besar, bangsawan. Lama-kelamaan penyebutannya menjadi Toraja,
dan kata tana berarti Negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian
dengan Tana Toraja.
Wilayah Tana Toraja juga digelar Tondok Lili’na Lapongan Bulan Tana
Matari’allo arti harfiahnya adalah ”negri yang bulat seperti bulan dan matahari”. Wilayah
ini dihuni oleh satu etnis (Etnis Toraja).
batang pohon. Kuburan bayi tersebut dijadikan objek wisata yang dikenal dengan
Objek Wisata baby Grave Kambira. Rasa penasaran, rasa keingintahuan, tantangan serta
ingin menambah pengetahuan yang masih minim agar dapat lebih mendalam lagi yang
membawa kami untuk bisa bercengkrama dengan alam sekitarnya
B. Rumusan Masalah

3
1. Bagaimana sejarah Baby Grave?
2. Bagaimana seluk beluk objek wisata Baby Grave?
3. Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat terhadap objek wisata?
4. Bagaimana keterkaitan objek dengan faktor ekonomi,budaya nasional, agama dan
politik nasional?

C. Tujuan
Adapun fokus kami dalam penelitian studi wisata Tana Toraja dengan tujuan:
1. Mengetahui seluk beluk objek wisata Baby Grave.
2. Mengetahui sejarah Baby Grave.
3. Mengetahui persepsi dan perilaku masyarakat terhadap objek wisata.
4. Mengetahui keterkaitan objek wisata dengan faktor ekonomi,budaya nasional,agama
dan politik nasional.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Sejarah
Baby Grave merupakan tempat penguburan bayi. Bayi yang dianggap masih suci,
bayi yang belum tumbuh giginya dan yang belum berdosa, karena bayi yang belum
tumbuh gigi dan masih suci menurut kepercayaan orang-orang terdahulu bayi tersebut
akan menyatu dengan pohon dan dianggp masih hidup. “Baby Grave Kambira”. Tempat
wisata yang berada di Sulawesi Selatan tepatnya di kabupaten Tana Toraja (Tator). Baby
Grave dijadikan sebagai objek wisata, salah satu objek wisata yang yang terunik di
Sulawesi Selatan. Dengan kemistisannya dan juga tempatnya yang juga sangat unik.
Tempat wisata ini termasuk tempat wisata yang banyak dikunjungi bukan hanya
wisatawan dalam daerah Sulawesi Selatan saja, di luar Sulawesi Selatan bahkan
wisatawan asing datang dari berbagai Negara banyak yang  mengunjungi tempat yang
begitu unik tersebut. (Ibrahim Zane, 2013).
Tempat tersebut diperkirakan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Banyak
pendapat mengenai hal tersebut, ada yang memperkirakan Baby Grave ada sejak 300
tahun yang lalu, ada juga yang mengatakan Baby Grave masih berumur sekitar 100-200
tahun. Mengapa tempat ini disebut atau diberi nama Baby Grave? Karena ratusan tahun
yang lalu orang-orang dahulu (nenek moyang) mengubur bayi dalam sebuah batang
pohon yang disebut pohon tarra. Mengapa harus dalam pohon Tarra? Karena pohon
tersebut memiliki getah putih, getah putih inilah yang dianggap dapat menjadi air susu
bagi si bayi yang di kubur dalam pohon tersebut. Wahyuni (dalam Mastan, 2013)

B. Seluk Beluk
Kuburan Bayi ini terletak di atas pengunungan kurang lebih 70 meter dari Bari.
Lokasi  ini sekitar 15 km dari kota Rantepao, dimana di tempat ini banyak pohon bambu
besar dalam bahasa tatornya  Pattung ini biasanya digunakan apabilah ada acara baik
acara Rambu Solo maupun Rambu Tuka. Penguburan ini tidak seperti penguburan Bayi
pada umumnya tapi penguburan ini terdapat di pohon seperti gambar dibawa
.

5
Namun tidak semua pohon yang bisa dijadikan sebagai tempat penguburan, hanya
pohon-pohon tertentu yang memenuhi unsur salah satunya yang paling dominan
digunakan yaitu pohon Tarra, di dalam pohon tarra itulah bayi di kubur.
Baby Grave termasuk tempat yang sangat rapi dan indah karena dikelilingi oleh
pepohonan yang rimbun. Suasana di Baby Grave juga sangat nyaman dan damai, dengan
banyaknya pepohonan membuat suasana jadi sejuk dan disekeliling daerah Baby Grave
juga nyaman karena masyarakat setempat begitu mendukung (Ibrahim zane.2013)

C. Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Baby  Grave


“Baby Grave Kambira merupakan salah satu objek wisata yang sangat unik yang
terdapat di Tana Toraja Utara (Tator), mengapa dikatakan sangat unik karena objek
wisata tersebut memiliki cirri khas tersendiri yang tidak ada di tempat wisata yang lain
baik di Sulawesi Selatan maupun di luar Sulawesi bahkan di luar negeri pun tidak
terdapat tempat seperti objek wisata Baby Grave. Oleh karena itu tempat ini sangat
digemari oleh para wisatawan, baik wisata dalam negeri maupun dari touris luar negeri
yang sangat penasaran dengan keunikan Baby Grave tersebut. (Wahyuni, 2013)
Baby Grave adalah nama objek wisata yang kerap digunakan masyarakat, karena
di tempat tersebut merupakan tempat penguburan anak bayi yang baru lahir dan yang
membuat unik adalah anak bayi yang meninggal di kubur dalam sebuah batang pohon
yang warga setempat (tana toraja) sebut dengan pohon Tarra atau pohon Tipulu. Dalam
pohon Tarra inilah anak bayi yang baru meninggal, bayi yang dianggap masih suci atau
belum memiliki dosa di kubur, dan mengapa pohon Tarra menjadi pilihan tempat untuk

6
mengubur bayi yang meninggal tersebut karena pohon tersebut memiliki getah putih yang
cukup banyak dan getah itulah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu (ASI) bayi
tersebut.
Masyarakat setempat memperkirakan Baby Grave ada sekitar 100-300 tahun yang
lalu. Anggapan masyarakat inilah yang membuat Baby Grave semakin digemari para
pengunjung karena umur Baby Grave yang dianggap sudah cukup tua membuat para
wisatawan semakin penasaran untuk mengunjungi tempat wisata tersebut.  Masyarakat
setempat juga sangat menjaga kelestarian lingkungan Baby Grave  karena tempat tersebut
dianggap sebagai warisan dari nenek moyang atau orang-orang terdahulu tana toraja yang
harus dijaga dan dilestarikan serta diabadikan keberadaannya. (Wahyuni dalam
Mastan,2013)merupakan saa satu kawasan yang menyimpan beragam kekayaan alam
maupun kekayaan budaya dan adat istidat yang

D. PELUAMG DAN PROSPEK YANG DIMILIKI


Kabupaten tana torajah sebagai sala satu daerah yang terdapat di Sulawesi selatan merupakan
sala satu kawasan yang menyimpan beragam kekayaan alam maupun kekayaan budaya
dan adat istidat yan selalu mengisis setiap ruang dalam aktivitas tradisional yang trdapat
di masarakat tanah toraja selain memiliki pemandangan yang sejuk dan menenangkan,
Kambira di Makale juga secara tidak langsung memberikan pengunjungnya spot menarik
untuk berfoto. Pohon bambu yang tumbuh sekenanya bukan memberikan kesan seram,
tapi malah menjadikan Kambira Instagenic.
Hasil foto kamu pun bisa terlihat seperti sedang berada di Arashiyama, Jepang, karena
deretan bambunya yang menawan. Untuk bisa menyambanginya, kamu cukup
mengeluarkan biaya sebesar Rp 10 ribu per orang untuk tiket masuk, lho. Murah, kan?
Sepulang dari eksplorasi passiliran, kamu juga bisa membeli beragam cenderamata
sebagai buah tangan kepada orang-orang tercinta yang telah menunggumu kembali.
Bagaimana denganmu, berniat menyambangi pohon tarra yang jadi pemakaman bayi
Toraja di masa lampau ini
 

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Tana Toraja merupakan salah kabupaten yang berada di provinsi Sulawesi Selatan
yang memiliki banyak kebudayaan daerah serta tempat wisata yang begitu unik dan
menarik.Budaya masyarakat Tana Toraja memiliki nilai-nilai kehidupan sosial yang telah
diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang kepada generasi selanjutnya yang
masih terjaga hingga saat ini.
Tana Toraja menjadi tempat wisata yang begitu banyak di minati dari berbagai
kalangan. Tempat wisata yang ada di Toraja harus tetap di jaga dan dilestarikan.
Terkhusus objek wisata baby grave, objek wisata yang sangat unik, yang banyak
menyimpan misteri.Objek wisata Baby Grave yang merupakan objek wisata yang hanya
ada di Tana Toraja provinsi Sulawesi Selatan memiliki keunikan tersendiri yang tetap
harus dijaga dan dilestarikan sebagai warisan nenek moyang masyarakat toraja yang
harus selalu dikenang.

8
B. Saran
Segala bentuk kebudayaan dan objek wisata yang ada di Toraja hendakanya tetap
dijaga dan dilestarikan, dan hal ini pastinya membutuhkan perhatian serta tidak lepas dari
peranan masyarakat Sulawesi selatan khususnya masyarakat toraja itu sendiri.
Tana toraja adalah daerah yang memiliki potensi wisata yang luar biasa oleh
karena itu objek wisata tersebut juga membutuhkan perhatian dari pemerintah Tana
Toraja agar memiliki kebijakan untuk tetap menjadikan daerah Tana Toraja sebagai
tempat wisata yang terkenal, yang sanggup berkompetisi di dunia kepariwisataan.

DAFTAR PUSTAKA

Almerio, Yudha. 2015. Analisis kuburan baby grave di tanah toraja (Baby Grave). eJournal Ilmu
Komunikasi, Volume 3, Nomor 4, 2015: 158-172. Palebangan, Frans B. 2007. Aluk, Adat, dan
Adat-Istiadat Toraja. Toraja: Sulo. Panggarra, Robi. 2014. Konflim Kebdayaan Menurut Teori
Lewis Alfred Coser dan Relevansinya Dalam Upacara Pemakaman (Rambu Solo’) di Tanah
Toraja. Jurnal Jaffray ; Vol. 12, No. 2 .Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Said, Abdul Azis, 2004.
Simbolisme Unsur Visual Kuburan Baby Grave Dan Perubahan Aplikasinya Pada Desain
Modern (Yogyakarta: Ombak).

Anda mungkin juga menyukai