Makalah Biologi Laut Full
Makalah Biologi Laut Full
KELOMPOK : 10
Oleh :
FINA SAINDRI (115080101111032 MSP’11)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah untuk Mata Kuliah
Biologi Laut (BIOLA).
Dalam penyusunan makalah “Ekologi Ikan-ikan Karang” Dasar penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah tersebut. Namun
sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari
segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah meskipun tersusun sangat
sederhana. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dukungan kerabat
sehingga kami dapat menyelesaikan mkalah ini tepat pada waktunya
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak
yang bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak potensi alam yang sangat besar seperti wilayah
Selat Madura, terutama Kawasan madura Kepulauan mempunyai potensi
sumberdaya alam laut sangat besar, khususnya terumbu karang yang masih banyak
memiliki keanekaragaman jenis. Kualitas air yang merupakan salah satu komponen
dari habitat turut menentukan kelangsungan kehidupan dalam suatu ekosistem
perairan, sedangkan habitat itu sendiri mempunyai peranan penting dalam
menentukan kecepatan dan sifat pertumbuhan organisme (Guntur, 2000)
Ikan karang merupakan salah satu kelompok hewan yang berasosiasi dengan
terumbukarang, keberadaannya mencolok dan ditemukan pada berbagai mikro-
habitat di terumbu karang. Ikan karang, hidup menetap serta mencari makan di
areal terumbu karang (sedentary), sehingga apabila terumbu karang rusak atau
hancur maka ikan karang juga akan kehilangan habitatnya. Sebagai ikan yang
hidupnya terkait dengan terumbu karang maka kerusakan terumbu karang dengan
sendirinya berpengaruh terhadap keragaman dan kelimpahan ikan karang (Chair
2011).
Ini disebabkan gelombang laut yang keras, yang dapat merupakan penyebab
terlepasnya karang bagian atas dan melemparkannya tertahan oleh kedua pulau
tersebut. Terhadap perairan barat laut P. Paliat yang juga mempunyai terumbu
karang yang cukup baik dengan jenis terumbu karang yang keanekaragaman
jenisnya juga banyak, perlu dijadikan kawasan konservasi pula menyatu dengan
Pulau Paliat yang milik Perum Perhutani. Gugusan terumbu karang yang tersebar di
wilayah-wilayah yang dijadikan sasaran pengamatan potensi sumber daya alam laut,
ternyata telah rusak dan mati atau tak dapat lagi dipertahankan (Guntur,2000).
Perencanaan pengembangan kegiatan pemanfaatan w ilayah laut yang belum
baik menjadi sebab rendahnya sumbangan sumber daya kelautan sebagai salah satu
sektor utama ekonomi nasional maupun daerah. Secara umum, sumbangan sumber
daya kelautan masih sangat terbatas pada kontribusi sektor perikanan beserta
pertambangan minyak dan gas bumi. Padahal, secara nyata telah dibuktikan bahwa
potensi pengembangan kelautan tidak hanya berupa pengembangan kegiatan
perikanan, pertambangan minyak dan gas bumi. Terdapat beberapa kegiatan
penting lainnya yang dapat dan perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan seperti kegiatan jasa
perhubungan dan pelayaran, pariw isata, industri maritim, dan pengembangan
pemanfaatan energi gelombang. Ketiadaan kerangka kebijakan yang terintegrasi
tentang pengelolaan wilayah laut juga telah menjadi sebab munculnya praktek-
praktek eksploitasi sumber daya laut yang secara ekologis jauh dari prinsip
pembangunan berkelanjutan. Selain tidak memunculkan sinergi dalam
pembangunan, perencanaan dan pengelolaan sumber daya kelautan yang bersifat
parsial berpeluang menimbulkan kondisi yang saling mengganggu, sehingga pada
akhirnya terwujud praktek praktek eksploitasi sumber daya yang tidak terkendali
(BRR,2007)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Identifikasi komunitas Ikan yang berasosia dengan terumbu karang pada
2 (dua)kedalaman (3m dan 10m) di perairan Pulau Kapota ditemukan 29 famili
yang terdiri dari 71 genera dan 142 spesies. Komunitas ikan tersebut terdiri dari
kelompok ikan target, indicator dan mayor, dimana ikan mayor lebih dominan
dibandingkan dua kelompok lainnya baik dari jumlah spesies maupun kelimpahan
pada setiap kedalaman. Kondisi kekayaan komunitas ikan yang ditemukan di
perairan ini identik dengan kekayaan komunitas ikan yang di temukan di sekitar
Pulau Hoga dan Karang Keledupa yaitu 142 spesies dan 30 famili (Halim et al.,1995).
Ikan indicator adalah ikan kepe kepe dari suku chaetodontidae yang
kehadirannya dapat merefleksikan kondisi kesehatan karang. Ikan major adalah ikan
hias dan non hias yang berasosiasi dengan karang sebagai pelengkap ataupun
pelintas. Ikan target yaitu ikan yang dapat dikonsumsi (Guridno, 2008)
Interaksi antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitatnya dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu: (1) interaksi langsung sebagai tempat
berlindung dari predator pemangsa terutama bagi ikan-ikan muda; (2) interaksi
dalam mencari makanan yang meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang
hidup pada karang termasuk alga; dan (3) interaksi tidak langsung sebagai akibat
struktur karang dan kondisi hidrologis dan sedimen (Coat dan Bellwood, 1991.,
dalam Bawole, 1998).
75% ikan yang hidup di terumbu karang sebagian besar merupakan ikan yang
bersifat diurnal (beraktivitas pada siang hari). Sebagian ikan ikan yang tinggal di
daerah terumbu karang, memiliki warna yang menarik dan umumnya sangat erat
hubungannya dengan terumbu karang. Contohnya ikan Cina-cina (Labridae), ikan
Betok (Pomancentridae), ikan nona manis (Serranidae), ikan kepe kepe
(Chaentodontidae), ikan enjil (Pomacanthidae). Indonesia memiliki jumlah spesies
ikan karang terbanyak di dunia, Allen & Adrim (2003) melaporkan bahwa di perairan
Indonesia terdapat 2.057 spesies ikan karang dari 113 famili. Allen & Adrim (2003)
memperkirakan setidaknya ada 6 species ikan karang yang endemik di perairan
utara dan barat Aceh.
BAB III
METODE ILMIAH
Rapid reef assessment dilakukan sebagai alternatif dari line intercept transect
dengan mempertimbangkan luas lahan dan teknis pengaturan waktu penyelaman
bebas dekompresi (no decompression limit). Lokasi untuk penempatan transek rapid
reef assessment ditentukan 20 titik dan untuk line intercept transect 12 titik. Rapid
reef assessment juga dilakukan pada penyelaman pendahuluan untuk membuat
daftar spesies baku yang akan digunakan pada sensus visual. Sensus visual ikan
karang mengikuti titik titik transek, dimana pada setiap titik transek tersebut
ditentukan posisi geofrafis. Pengambilan data ikan karang denagn metode rapid reef
assessment dilakukan dengan cara snorkeling pada titik transek rapid reef
assessment yang sudah ditentukan dengan luas sensus 100m2 selama 15 menit.
Rol meter dan SCUBA equipments khusus digunakan untuk pengambilan data
dengan cara line intercept transect. Data ikan karang dukumpullkan dengan jalan
sensus visual yang dikerjakan oleh penyelam sepanjang garin transek 50 m dengan
luas lahan jelajah dan pandang 500m2 (English et al 1994). Jenis dan perikiraan
jumlah ikan dicatat dalam data sheet kedap air. Identifikasi jenis ikan menggunakan
buku petunjuk bergambar (kulter,199;Lieske &Myere, 1994). Ikan karang
dikelompokkan berdasarkan pada status, seperti pada ikan indicator, ikan majordan
ikan target (English et al., 1994). Analisa keanekaragaman hayati ikan karang
menggunakan beberapa indeks yang dianggap penting sebagai baselin data. Indeks
indeks tersebut adalah indeks kekayaan jenis (Richnesa indices), indeks
keanekaragaman (Diversity indices) dan indeks keanekaragaman jenis (Evenness
indices) (Ludwig & raynold.,1988).
Pengambilan data ikan dan karang dilakukan secara berurutan. Setelah
pendataan ikan selesai, selang beberapa menit diikuti pendataan karang
(Manuputty, 2006). Dengan pertimbangan waktu dan persediaan oksigen yang
terbatas, kegiatan pendataan ikan karang dimulai beberapa menit setelah
pemasangan transek. Kelimpahan ikan tiap jenis mulai dihitung dengan batasan
jarak pantau 2,5 meter pada sisi kiri dan kanan transek (English et al., 1997).
Identifikasi jenis ikan karang dilakukan secara langsung di lapangan (untuk jenis
ikan yang dikenali pada saat pengamatan) dengan merujuk pada Allen (2000) dan
Kuiter & Tonozuka (2001).
Keterkaitan antara keragaman dan kelimpahan ikan karang dengan kondisi
habitat yaitu rugositas, variasi habitat dan tutupan dasar terumbu karang dianalisis
dengan analisis multivariate dengan teknik Principal Component Analysis (PCA).
BAB IV
PEMBAHASAN
Gambar 1. Komposisi ikan karang berdasarkan jumlah jenis (a) dan kelimpahan individu (b)
Kelimpahan ikan karang yang tertinggi di stasiun Stasiun II (340 ekor/50m2)
dan berbeda nyata dengan Stasiun IV (27 ekor/50m2) (Gambar 2). Sedangkan
dengan Stasiun I dan III tidak memiliki perbedaan yang nyata (p>0,05). Total
kelimpahan individu yang terpantau selama penelitian sebanyak 1468 ekor.
Gambar 2. Rata-rata kelimpahan (ekor/50 m2) ikan karang dan tutupan karang hidup di Pulau
Barranglompo. Huruf yang berbeda di atas grafik menunjukkan perbedaan yang nyata pada α 5%
berdasarkan analisis ragam.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peniliti yang telah diambil
dari berbagai sumber, dapat disimpulkan bahwa :
1. Indonesia memiliki banyak sekali terumbu karang yang harus dilestarikan,
memiliki banyak spesies ikan karang.
2. Komunitas ikan karang yang ada di berbagai daerah memiliki jenis ikan yang
berbeda beda tergantung pada kondisi daerah terumbu karangnya sendiri.
3. Daerah termbu karang harus dijaga demi kelestarian ikan karang yang ada di
Wilayah Indonesia.
4. ± 500 spesies ikan karang yang terdapat di wilayah perairan Indonesia yang
menyebar di seluruh perairan Indonesia
5. Menjaga kelestarian terumbu karang dapat mempengaruhi banyak jumlah
ikan yang ada di perairan Indonesia.
5.2 Saran
Di perairan wilayah Indonesia memiliki banyak sekali potensi terumbu karang
yang sangat berpengaruh oleh kelestarian ikan karang. Jadi jaga terumbu karang di
wilayah perairan Indonesia, jangan menggunakan alat alat yang berbahaya untuk
menangkap ikan. Tetapi gunakan alat tangkap ikan dengan menggunakan alat
tangkap yang ramah lingkungan guna untuk melestarikan terumbu karang dan Biota
Laut di perairan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Chair Rani; A. Iqbal Burhanuddin; dan Andi Arham Atjo, 2011. Sebaran dan
keragaman Ikan Karang di Pulau Barranglompo : Kaitannya dengan Kondisi dan
Kompleksitas Habitat. Sumber : repository.unhas.ac.id
Diakses pada tanggal 14 April 2012 pada pukul 19.00 WIB
Guridno Bintar, S; Nisa Nagib Edrus, 2007. Sumber Daya Ikan Karang Perairan
Kabupaten Banggai, Sulawesi tengah. Sumber:
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1410873114_0853-5884.pdf
Diakses pada tanggal 14 April 2012 pada pukul 14.35 WIB
Hamid., halili., sara.lala, Jurnal Mita Bahari : Kondisi Padang Lamun, Terumbu
Karang dan Komunitas Ikan di Pulau kapota Kabupaten Wakatobi (Jakarta : DKP -
Pusat Riset Perikanan Tangkap , LIPI