Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nur alisa

NIM : 1810211030

Tugas : kuliah umum Dr. dr. Taufiq F Pasiak, M.kes, M.Pd.i

Altruisme dan Resiliensi Relawan dalam keadaan bencana

Menurut Auguste Comte altruisme berasal dari Bahasa perancis, autrui yang artinya orang
lain. Comte mempecayai bahwa individu-individu mempunyai kewajiban moral untuk berkidmat bagi
kepentingan orang lain atau kebaikan manusia yang lebih besar. Dalam bahasa Inggris altruisme
disebut altruism yang berarti mementingkan kepentingan orang lain. Sedangkan Myers. D.G. (2012),
memaparkan bahwa altruisme merupakan motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa
sadar untuk kepentingan pribadi seseorang. Jadi perilaku altruisme merupakan suatu sifat suka
mempertahankan juga mengutamakan kepentingan orang lain, cinta kasih yang tidak terbatas pada
sesama manusia, juga merupakan sifat manusia yang berupa dorongan untuk berbuat jasa dan
kebaikan terhadap orang lain.

Myers dan Sampson (dalam Wahid, 2008) menyatakan bahwa seseorang dapat memiliki
kecenderungan altruisme bila di dalam dirinya memiliki : rasa empati, sukarela dan keinginan
memberi bantuan kepada orang lain yang memburuhkaan. Suatu Tindakan dapat perilaku altruisme
apabila memenuhi tiga kriteria : Tindakan tersebut bukan kepentingan pribadi, Tindakan tersebut
dilakukan secara sukarela, Hasilnya baik bagi yang menolong maupun yang ditolong.

Reivich dan Shatte (1999) menyebutkan bahwa resiliensi adalah kapasitas seseorang untuk
merespons secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, di mana hal tersebut
penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Resiliensi ini dibutuhkan oleh setiap orang karena
akan menjadi sumber kekuatan yang membuatnya mampu bertahan dalam kondisi apa pun.

Diawal tahun 2020, masyarakat dunia digemparkan dengan kejadian infeksi berat yang
disebabkan oleh coronavirus jenis baru, yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2) (Setiadi et al., 2020). Infeksi ini pertama kali dilaporkan pada akhir desember 2019 di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei China dan diberi nama oleh WHO sebagai Coronavirus Disease 2019
atau yang dikenal dengan istilah COVID-19 pada 11 Februari 2020. Jumlah kasus kian bertambah
secara pesat dan menyebar secara global seiring berjalannya waktu, kemudian 11 Maret 2020 WHO
mengumumkan COVID-19 ini sebagai pandemi dunia

Pandemik Covid-19 ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan manusia mulai dari
aspek spiritual, aspek sosial, aspek finansial, aspek keluarga, aspek mental dan emosional. Berbagai
upaya untuk mengendalikan pandemi telah dilakukan pemerintah, mulai dari tingkat pusat hingga
tingkat daerah. Namun, hal tersebut tak akan cukup jika tidak dibarengi dukungan dari semua pihak
untuk memikirkan dampak nyata yang dihadapi masyarakat. Keberadaan para relawan menjadi sangat
berarti dalam penanganan pandemi Covid-19. Per 03 Juli 2020 Tim Relawan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 (Gugus Tugas Nasional) mencatat sebanyak 30.924 relawan medis maupun non
medis terdaftar untuk membantu percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia.

Beberapa sikap Altruisme dan Resiliensi Relawan selama masa pandemic diantaranya yaitu
membantu menyebarkan informasi akurat kepada masyarakat, mengedukasi dan memberikan
dukungan psikologi untuk mengurangi kepanikan masyarakat selama wabah COVID-19, Membantu
dalam mengorganisasi dan mengarahkan masyarakat yang memerlukan informasi terkait alur tes
maupun alur tindakan di masyarakat maupun di rumah sakit, Membantu dalam menyalurkan
kebutuhan pokok masyarakat, khususnya untuk OTG dan ODP dalam karantina rumah maupun
kelompok rentan, Untuk relawan medis, dapat memberikan dukungan kepada para dokter, perawat,
pekerja rumah sakit, petugas ambulans, dll. Relawan medis yang terlatih jika dibutuhkan dapat
melakukan edukasi pencegahan dan rapid test kepada kelompok OTG di fasilitas umum dengan
menggunakan APD (masker dan sarung tangan non steril sekali pakai) dan hasil tes dilaporkan
melalui mekanisme pelaporan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.

Tetapi disamping itu, mungkin relaan juga mengalami masalah psikologis. Penelitian yang
dilakukan oleh Agustin dkk. (2020) menyatakan kemungkinan masalah fisik maupun psikologis bagi
tenaga kesehatan maupun relawan yang harus merawat pasien Covid-19. Beberapa respon psikologis
yang muncul yaitu emosi negatif seperti kelelahan, ketidaknyamanan, dan ketidakberdayaan
disebabkan oleh pekerjaan intensitas tinggi, serta munculnya ketakutan dan kecemasan. Untuk itu,
pembekalan seperti manajemen kecemasan, depresi dan stress untuk relawan juga diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai