Anda di halaman 1dari 9

PENTINGNYA KOLABORASI ANTAR TENAGA KESEHATAN DALAM

MENERAPKAN KESELAMATAN PASIEN

Echa Lisamanda Titania / 181101066

Email : Echalismanda28@mail.com

Abstrak

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi
suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborato.
Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah organisasi. Maka dari itu
Dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk memunculkannya. Walaupun pada kenyataanya
masih sangat sulit dan merupakan tantangan tersendiri untuk Karena setiap profesi dalam
sebuah tim memiliki standar dan budaya profesional tersendiri. Kolaborasi yang efektif
mencakup penerapan strategi dimana setiap profesi yang berbeda budayanya berkerja
sama dalam satu tim untuk mencapai tujuan yang sama dalam menerapkan keselamatan
pasien. Metode : Untuk melakukan penelitian penerapan pengkajian dalam asuhan
keperawatan dirumah sakit yaitu menggunakan metode Deskriptif Dalam pengkajian
menggunakan metode deskriptif yang menggunakan kemampuan , pengetahuan dan
pemahaman mengenai pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menerapkan
keselamatan pasien. yang diambil dari textbook, jurnal dan artikel artikel terpecaya yang
memiliki keterkaitan dengan Pengkajian keperawatan Hasil : digunakan sebagai acuan untuk
memahami pentingnya kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam menerapkan keselamatan
pasien.

Kata Kunci : Kolaborasi , Menerapkan , Keselamatan Pasien.

LATAR BELAKANG antar anggota tim kesehatan


memfasilitasi terselenggaranya
Sistem pelayanan kesehatan saat ini, pelayanan yang berkualitas, dengan
mengutamakan pelayanan yang demikian pengembangan kolaborasi
berpusat pada pasien dan keluarga interprofesi dalam pelayanan kesehatan
untuk memberikan pelayanan yang menjadi hal yang diprioritaskan oleh
berkualitas, kepuasan pasien, dan semua organisasi pemberi pelayanan
terhindar dari kejadian yang tidak kesehatan. Hubungan kolaborasi dalam
diharapkan. Kolaborasi yang efektif pelayanan kesehatan melibatkan
sejumlah tenaga profesi kesehatan, dari segala macam godaan yang
namun kolaborasi antara dokter dan berpotensi mendorong diri pada tingkah
perawat merupakan faktor penentu bagi laku tidak terpuji. Kepribadian yang
peningkatan kualitas proses perawatan selalu patuh diperlukan untuk
(Leever,et.al 2010). Pelayanan menjalankan peraturan, kebijakan,
kesehatan di Rumah Sakit merupakan standar, sistem, dan etika organisasi
bentuk pelayanan yang diberikan secara profesional (Djajendra, 2012).
kepada klien oleh suatu tim pelayanan Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan
kesehatan. Tim pelayanan kesehatan sendirinya dalam sebuah organisasi.
merupakan sekelompok profesional Dalam membentuk kolaborasi
yang mempunyai aturan yang jelas, Dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk
tujuan umum dan keahlian berbeda. Tim memunculkannya. Karena setiap profesi
akan berjalan dengan baik bila setiap dalam sebuah tim memiliki standar dan
anggota tim memberikan kontribusi budaya profesional tersendiri.
yang baik (Faizin & Winarsih, 2008). Kolaborasi yang efektif mencakup
Dalam konteks kerja dan penerapan strategi dimana setiap profesi
organisasi sebuah institusi kesehatan yang berbeda budayanya berkerja sama
dijalankan oleh tim multiprofesional dalam satu tim untuk mencapai tujuan
dimana menangani berbagai macam yang sama. Dalam konteks kesehatan,
prosedur pelayanan pasien. Dalam hal setiap profesi kesehatan harus terjalin
ini, tim terdiri dari berbagai macam dalam arahan yang sama untuk
profesi dimana bertanggung jawab atas mencapai visi yang sama pula. Setiap
tugas dan kewajiban yang berbeda pula. profesi harus mengerti peran dan tugas
Etika kerja yang kolaboratif dapat kerja masing-masing. Seorang
menciptakan suasana damai di tempat pemimpin (leader) juga sangat
kerja. Aspek budaya integritas terfokus dibutuhkan agar sebuah tim tidak
pada cara pengembangan kepribadian kehilangan fokus untuk mencapai
dalam integritas dan etika untuk tujuannya (Dalri, 2010). Tenaga
menciptakan keutuhan kualitas diri profesional yang berada dalam tim
dengan karakter moral yang konsisten pelayanan kesehatan sangat sedikit
terhadap kejujuran dan etika, termasuk pengetahuannya tentang praktek,
kemampuan untuk membentengi diri keahlian, tanggung jawab, ketrampilan,
dan nilai-nilai , perspektif masing-masing bertanggung jawab pada
profesionalime dari disiplin ilmu yang pekerjaannya. Untuk melakukan
lain. Hal ini merupakan suatu penelitian penerapan pengkajian dalam
penghambat utama dalam melakukan asuhan keperawatan dirumah sakit yaitu
praktek kolaborasi. menggunakan metode Deskriptif dan
Pendekatan. Dalam pengkajian
menggunakan metode deskriptif yang
TUJUAN menggunakan kemampuan ,
pengetahuan dan pemahaman untuk
melakukan kolaborasi antar tenaga
kolaborasi tim kesehatan sangatlah
kesehan dalam menerapkan keselamatan
penting karena masing-masing tenaga
pasien.
kesehatan memiliki pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, keahlian,
HASIL
dan pengalaman yang berbeda. Dalam
Kolaborasi adalah hubungan
kolaborasi tim kesehatan, mempunyai
kerja diantara tenaga kesehatan dalam
tujuan yang sama yaitu sebuah
memberikan pelayanan kepada pasien
keselamatan untuk pasien Tujuan dari
atau klien dalam melakukan diskusi
pengkajian Manajemen keselamatan dan
tentang diagnosa, melakukan kerjasama
kesehatan pasien adalah digunakan
dalam asuhan kesehatan, saling
sebagai acuan untuk membentuk
berkonsultasi atau komunikasi serta
kolaborasi antar tenaga kesehatan dalam
masing-masing bertanggung jawab pada
melakukan pelayanan kesehatan.
pekerjaannya. Apapun bentuk dan
tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang
METODE
memberikan perspektif kepada seluruh
Kolaborasi adalah hubungan kerja
kolaborator. Hasil dari pengkajian yang
diantara tenaga kesehatan dalam
menggunakan metode deskriptif ini
memberikan pelayanan kepada pasien
adalah tenaga kesehatan mampu
atau klien dalam melakukan diskusi
melakukan kolaborasi antar tenaga
tentang diagnosa, melakukan kerjasama
kesehatan dalam melakukan pelayanan
dalam asuhan kesehatan, saling
dan menerapkan keselamatan pasien.
berkonsultasi atau komunikasi serta
didefinisikan atau dijelaskan dengan
PEMBAHASAN mudah. Kolaborasi adalah dimana
dokter dan perawat merencanakan
Kolaborasi perawat dan dokter praktek bersama sebagai kolega, bekerja
dipandang sebagai faktor penting dalam saling ketergantungan dalam batasan-
pemberian asuhan keperawatan yang batasan lingkup praktek mereka dengan
berkualitas (Nelson, King & Brodine, berbagi nilai-nilai dan saling mengakui
2008). Kolaborasi dapat berjalan baik dan menghargai terhadap setiap orang
jika setiap anggota saling memahami yang berkontribusi untuk merawat
peran dan tanggung jawab masing- individu, keluarga dan masyarakat.
masing profesi memiliki tujuan yang Praktik kolaboratif menekankan
sama, mengakui keahlian masing- tanggung jawab bersama dalam
masing profesi, saling bertukar manajemen perawatan pasien, dengan
informasi dengan terbuka, memiliki proses embuatan keputusan bilateral
kemampuan untuk mengelola dan didasarkan pada pendidikan dan
melaksanakan tugas baik secara kemampuan praktisi (Shortridge, 1986
individu maupun bersama kelompok. dalam Paryanto, 2006). Pelaksanaan
Terwujudnya suatu kolaborasi kolaborasi tidak hanya bermanfaat bagi
tergantung pada beberapa kriteria, yaitu pasien tetapi juga akan memberikan
adanya saling percaya dan kepuasan kepada tenaga kesehatan
menghormati, saling memahami dan karena kolaborasi akan meningkatkan
menerima keilmuan masingmasing, dan mengoptimalkan peran serta aktif
memiliki citra diri positif, memiliki antara perawat dan dokter dalam
kematangan professional yang setara pengambilan keputusan tentang
yang timbul dari pendidikan dan pengobatan dan perawatan berfokus
pengalaman, mengakui sebagai mitra pada kebutuhan pasien secara
kerja bukan bawahan, keinginan untuk komprehensif dengan memperhatikan
bernegoisasi. Apapun bentuk dan kontribusi masing-masing (Herbert,
tempatnya, kolaborasi meliputi suatu 2005 & Ushiro, 2009).
pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh Kerjasama interprofesi dokter
kolaborator. Kolaborasi tidak dapat dan perawat yang efektif memerlukan
adanya pemahaman yang benar tentang efektif antar profesi. Terkait hal itu
kolaborasi interprofesi dan penguasaan maka perlu diadakannya praktik
kompetensi adalah inti praktek kolaborasi sejak dini dengan melalui
kolaborasi. Elemen dalam koloaborasi proses pembelajaran yaitu dengan
efektif meliputi saling menghargai, melatih mahasiswa Pendidikan
komunikasi, assertive, tanggung jawab, kesehatan. Sebuah grand design tentang
kerjasama, tanggung jawab dan pembentukan karakter kolaborasi dalam
otonomi, Melalui kolaborasi efektif praktik sebuah bentuk pendidikan yaitu
perawat-dokter dalam tim,adanya interprofessional education (IPE)
pengetahuan dan skill atau keahlian dari (WHO, 2010, Department of Human
dokter dan perawat akan saling Resources for Health).IPC merupakan
melengkapi. Pasien akan mendapat wadah kolaborasi efektif untuk
keuntungan dari koordinasi yang lebih meningkatkan pelayanan kesehatan
baik melalui kolaborasi interprofesi. kepada pasien yang didalamnya terdapat
Kerja sama tim dalam kolaborasi adalah profesi tenaga kesehatan meliputi
proses yang dinamis yang melibatkan dokter, perawat, farmasi, ahli gizi, dan
dua atau lebih profesi kesehatan yang fisioterapi (Health Professional
masing-masing memiliki pengetahuan Education Quality (HPEQ), 2011).
dan keahlian yang berbeda, membuat Hambatan dalam kolaborasi antar
penilaian dan perencanaan bersama, petugas kesehatan terutama antara
serta mengevaluasi bersama perawatan dokter dan perawat menjadi penyebab
yang diberikan kepada pasien. Hal kejadian yang akan menimbulkan
tersebut dapat dicapai melalui kerugian dan bahaya, bahkan dapat
kolaborasi yang independen, mengancam jiwa pasien. Hambatan
komunikasi yang terbuka, dan berbagi dalam kolaborasi dapat menjadi
dalam pengambilan keputusan penyebab utama terjadinya medical
(Xyrinchis& Ream, 2008 : WHO, 2010) error, nursing error atau kejadian tidak
. Pendekatan kolaborasi yang masih diharapkan (KTD).
berkembang saat ini yaitu
interprofessional collaboration (IPC) PENUTUP
sebagai wadah dalam upaya
mewujudkan praktik kolaborasi yang
Kolaborasi adalah hubungan Cahyono, J. B. S. B. (2008)
kerja diantara tenaga kesehatan dalam
Membangun Budaya
memberikan pelayanan kepada pasien
Keselamatan Pasien dalam
atau klien dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama Praktik Kedokteran.
dalam asuhan kesehatan, saling
Yogyakarta: Kanisius.
berkonsultasi atau komunikasi serta
masing-masing bertanggung jawab pada Canadian Health Service Research
pekerjaannya. Kolaborasi dapat berjalan
Foundation.(2006). Teamwork
baik jika setiap anggota saling
memahami peran dan tanggung jawab in Healthcare: Promoting

masing-masing profesi memiliki tujuan Effective Teamwork in


yang sama, mengakui keahlian masing-
Healthcare in Canada.
masing profesi, saling bertukar
informasi dengan terbuka, memiliki
Canadian Medical Association.
kemampuan untuk mengelola dan
(2007). Putting patient first:
melaksanakan tugas baik secara
individu maupun bersama kelompok. patient-centered collaborative
Terwujudnya suatu kolaborasi
care, a discussion paper.
tergantung pada beberapa kriteria, yaitu
adanya saling percaya dan Departemen Kesehatan R.I. (2007).
menghormati, saling memahami dan
Panduan Nasional Keselamatan
menerima keilmuan masingmasing,
memiliki citra diri positif, memiliki Pasien Rumah (Patient Safety).

kematangan professional yang setara Jakarta : Depkes.


yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman, mengakui sebagai mitra Departemen Kesehatan R.I. (2008).
kerja bukan bawahan, keinginan untuk Upaya Peningkatan Mutu
bernegoisasi.
Pelayanan Rumah Sakit.

REFRENSI (konsep dasar dan prinsip).

Jakarta: Depkes.
Family Health Teams. (2005). Guide to Lestari, Trisasi. Knteks Mikro dalam

Collaborative Team Implementasi Patient Safety:

Practice. Canada: Ontario. Delapan Langkah Untuk

Mengembangkan Budaya

Patient Safety. Buletin IHQN


Ismaniar,Hetty .(2015). Keselamatan
Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Pasien di Rumah Sakit.
Maghfiroh, L. and Rochmah, T. N.
Yogyakarta : Deepublish
(2017) ‘Analisis Kesiapan
Kementerian Kesehatan Republik
Puskesmas Demangan Kota
Indonesia. (2015). Peraturan
Madiun Dalam Menghadapi
Menteri Kesehatan Republik
Akreditasi’, Jurnal MKMI,
Indonesia Nomor 46 Tahun
13(4), pp. 329–336
2015 tentang Akreditasi
Mukti, A.G. (2007). Strategi Terkini
Puskesmas, Klinik Pratama,
Peningkatan Mutu Pelayanan
Tempat Praktik Mandiri Dokter,
Kesehatan: Konsep dan
dan Tempat Praktik Mandiri
Implementasi, Pusat
Dokter Gigi. Indonesia.
Pengembangan Sistem
Kementerian Kesehatan Republik
Pembiayaan dan Manajemen
Indonesia .(2017). Peraturan
Asuransi/Jaminan Kesehatan.
Menteri Kesehatan Republik
Yogyakarta: Fakultas
Indonesia Nomor 11 Tahun
Kedokteran Universitas Gajah
2017 tentang Keselamatan
Mada.
Pasien. Indonesia.
Muninjaya, A.G. (2004). Manajemen Technology Research. Vol. 8

Kesehatan. Jakarta: Penerbit NO. 09. Hal 1884-1886.

Buku Kedokteran ECG. Simamora R. H (2019).

Pengaruh Penyuluhan

Identifikasi Pasien
Nasir, A. Muhith, A. dkk. (2009).
dengan Menggunakan
Komunikasi Dalam
Media Audiovisual
Keperawatan Teori dan
Terhadap Pengetahuan
Aplikasi. Jakarta: Salemba
Pasien Rawat Inap. Jurnal
Medika.
Keperawatan Silampari.

Vol. 3. No. 1 Hal 342-351

Putra, A. Setia. Firawati dan Pabuty, Simamora. R.H (2019). Buku Ajar

Aumas (2012). Pelaksana Pelaksanaan Identifikasi Pasien.

Program Keselamatan Paisen Ponorogo Jawa Timur : Uwals

Di RSUD Solok. Jurnal Inspirasi Indonesia.

Kesehatan Masyarakat. Vol 6,

No. 2.

Simamora R. H (2019)

Documentation of Patients

Identification into the Electronic

System to Improve the Quality of

Nursing service. International

Journal Of Scientific &

Anda mungkin juga menyukai