Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

ISLAMIC ENTERPRENEURSHIP

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Ardy

Nim : 105200050

Budidaya ikan Nila

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal : Budidaya Ikan Nila

Nama : Muhammad Ardy

Prodi : Ilmu Pemerintahan 3B

Digunakan sebagai tugas pada mata pelajaran Islamic enterpreneurship

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Dewi Priyantini, SE, MM

Dosen Kewirausahaan Dosen Kewirausahaan

Aman Saputra A.Pi, M.S.T.Pi Bambang Murtiyoso Gunawan A.Pi, MM

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah dan pertolongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
proposal usaha ini dengan baik.

Proposal usaha “Budidaya Ikan Nila” ini merupakan proposal usaha yang berisi
konsep dan rencana usaha tersebut.

Di dalam penyusunan proposal usaha ini tentunya penulis menghadapi berbagai


macam hambatan dan rintangan. Akan tetapi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak
maka penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan
proposal ini baik secara materil maupun non materil.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal usaha ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga penulis meminta maaf atas apabila terdapat kekurangan dalam
proposal tersebut. Penulis meminta saran berikut dengan kritik yang kiranya dapat
membantu penulisan proposal ini agar lebih baik lagi.

Penulis berharap bahwa proposal usaha ini dapat memberikan manfaat dan referensi
bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Terimakasih.

Jambi, 16 November 2021

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………….2
2.1 Klasifikasi dan indentifikasi ikan Nila ………………………………………………………………………………………2
2.2 Morfologi ikan Nila…………………………………...................................................................................2
2.3 kualitas air…………….......................................................................................................................3

2.4 Teknik pembenihan………………………………………………………………………………………………………………….4

2.4.1 persiapan wadah pemijahan…………………………………………………………………………………………………4

2.4.2 proses pemijahan………………………………………………………………………………………………………………….4

2.5 pakan……………………………………………………………………………………………………………………………………….5

BAB III ANGGARAN PRODUKSI…………………………………………………………………………………………………….6


BAB IV RENCANA KEUANGAN…………………………………………………………………………………………………….7
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………………….8
TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Budidaya ikan Nila………………………………………………………………………1

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia.
Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta
metrik ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika.
Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau
meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila
sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting
sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa
keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif
cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit.
Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap
kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini
disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan
kotoran. Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa
nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al . (2008) dan
De Schryver
Ikan nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas air tawar
yang memperoleh perhatian cukup besar dari pemerintah dan pemerhati
masalah perikanan dunia, terutama berkaitan dengan usaha peningkatan
gizi masyarakat di negara – negara yang sedang berkembang (Khairuman
dan Amri, 2008). Rukmana (1997), menambahkan bahwa ikan nila
merupakan salah satu jenis ikan air tawar potensial untuk sumber protein
hewani yang dapat dijangkau berbagai lapisan masyarakat.
Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan
penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu
dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan
memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut
akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus
mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan
dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah maupun
airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran
dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima
masyarakat sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya
tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat usaha tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mencari keuntungan/laba.

2. Memberi peluang kerja bagi orang lain.

3. Menarik minat konsumen dengan makanan yang sehat dan bergizi.

iv
Gambar Budidaya Ikan Nila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Klasifikasi dan Identifikasi Ikan Nila.

1. Klasifikasi Ikan Nila

Kingdom          : Animalia

Filum                : Chordata

Sub Filum        : Vertebrata

Kelas                 : Pisces

Sub Kelas         : Teleosin

Ordo                 : Percormorphii

v
Sub Ordo         : Percoidae

Famili               : Cichlidae

Genus               : Oreochromis

Spesies             : Oreochromis Niloticus

Common Name : Nile Tilapia

Local Name     : Nila

2.  Identifikasi Ikan Nila

Ikan Nila berasal dari daerah Afrika bagian timur seperti di bawah sungai
Nil, Danau Tangayika, Nigeria yang pada awal perkembangan ikan nila
masih digolongkan dalam kelompok Tilapia. Dalam perkembangannya
para taksonom menggolongkan ikan ini ke jenis Sarathrodon Niloticus atau
kelompok Tilapia yang yang mengerami telur dalam ikan betina yang
disebut Mouth Breeder. Nama ikan nila diambil dari tempat asalnya yaitu
sungai Nil (Satyani, 2001).

Ikan nila banyak hidup di dareah sungai dan danau. Ikan nila sangat cocok
dengan dipelihara pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan
nila merupakan ikan tropis yang hidup pada perairan hangat yang berasal
dari benua Afrika dan memiliki sifat cepat tumbuh dan berkembang biak
pada umur masih muda, sekitar 3.6 bulan (khoironi, 1996).

Ikan nila akan mampu bertahan hidup pada air dengan salinitas 50 g/l dan
tumbuh baik pada air dengan salinitas 18ppt. sedangkan ikan nila dengan
jenis Tilapia Aurea dan Tilapia Nilotica akan berkembang biak dan tumbuh
baik pada salinitas perairan berkisar 10-20 g/l (Boya, 1990).

2.2 Morfologi Ikan Nila


      Ikan Nila memiliki bagian tubuh yang memanjang ramping dan relative
pipih. Sisinya besar dan kasar, bentuknya ctenoid, gurat sisi terputus-putus
di bagian tengah badan ikan. Warna sisik abu-abu kecoklatan (nila hitam)
dan putih atau merah (nila merah). Posisi mulut terletak di ujung mulut
dan terminal. Pada sirip punggung terdapat jari-jari sirip punggung yang
keras dan garis-garis vertical yang bulat dan berwarna kemerahan.
(Suyanto, 1993).

            Ikan nila memiliki ciri pada tubuh secara fisik perbandingannya


adalah 2:1 antara panjang dan tinggi. Sirip punggung dengan 16-17 duri
tajam dan 11-15 duri lunak dan pada bagian anal terdapat 3 duri dan 8-11
jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita

vi
hitam belang yang semakin memudar atau samar-samar kelihatan pada
saat ikan dewasa. (Satyani, 2001).

            Untuk membedakan antara jantan dan betina dapat dilihat melalui


bentuk dan alat kelamin yang ada pada bagian tubuh ikan. Ikan jantan
memiliki sebuah lubang kelamin yang bentuknya memanjang dan
menonjol. Berfungsi sebagai alat pengeluaran sperma dan air seni. Warna
sirip memerah, terutama pada saat matang gonad. Ikan betina memiliki
dua lubang kelamin di dekat anus, berbentuk seperti bulan sabit dan
berfungsi untuk keluarnya telur. Lubang yang kedua berada di belakang
saluran telur dan berbentuk bulat dan berfungsi sebagai tempat keluarnya
air seni (Hasni, 2008).

Anatomi Ikan Nila.

Sedangkan menurut Djuanda (1989), system anatomi ikan nila memiliki


fungsi masing-masing, yaitu:

1. Sistem pelindung                       : Kulit
2. Sistem otot                                 : Penggerak otot
3. Sistem rangka                             : Pelindung organ dalam
4. Sistem pernafasan                      : Ekskresi dan Sekresi
5. Sistem peredaran darah              : Sirkulasi
6. Sistem pencernaan                     : Metabolisme
7. Sistem saraf                                : Penyusun
8. Sistem Hormon                          : Pengendali
9. Sistem Reproduki                      : Perkembangbiakan

Menurut Etty (2007), struktur anatomi ikan sangat berperan penting


dalam tubuh ikan. Contohnya adalah ginjal. Semua ginjal vertebrata
termasuk ikan nila terdiri atas unit-unit nephrons yang berfungsi sebagai
berikut :

1. Filtrasi glomerulus terhadap air dan molekul yang diperlukan ke


dalam darah.
2. Penyerapan kembali air dan molekul yang diperlukan ke dalam
darah pada bagian mulut.
3. Mensekresi ion dan produk limbah dari kapiler ke dalam tubulus
dista.

 Sistem pencernaan ikan Nila

Menurut Ikbal (2007), langakah-langkah proses pencernaan adalah :

1. Pencernaan di mulut, rongga mulut, makanan digiling menjadi


kecil-kecil oleh gigi dan dibasahi oleh saliva.

vii
2. Disalurkan melalui faring dan esophagus
3. Pencernaan di lambung dan usus halus
4. Absorbs air dalam usus besar, sisa makanan menjadi feses
5. Feses dikeluarkan melalui kloaka

Sistem Ekskresi ikan Nila.


Tubuh ikan air tawar lebih hipertonis dari lingkungannya sehingga air
banyak yang masuk lewat permukaan tubuhnya, akibatnya ikan ini sedikit
minum air. Dan urin yang dihasilkan banyak dan encer. Untuk
mendapatkan air dan garam dari makanan, air masuk secara osmosis lewat
permukaan tubuhnya

Konsentrasi larutan dalam tubuh lebih besar dengan yang ada di


lingkungan supaya mencegah masuknya air dan kehilangan garam agar
tidak minum, kulit diliputi mucus, osmosis melalui insang, produksi urin
encer, pompa garam melalui sel-sel khusus pada insang

Sistem Reproduksi ikan Nila


Pada ikan betina mempunyai indung telur sedangkan ikan jantan
mempunyai testis. Baik indung telur maupun testis ikan semuanya terletak
pada rongga perut di sebelah kandung kemih dam kanal alimentari.
Keadaan gonad ikan sangat menentukan kedewasaan ikan. Kedewasaan
ikan meningkat dengan makin meningkatnya fungsi gonad Ikan Nila
umumnya mempunyai sepasang gonad, terletak pada bagian posterior
rongga perut di sebelah bawah ginjal. Pada saat ikan nila bertelur dan
sperma dikeluarkan oleh ikan jantan, pada saat itu pula terjadilah fertilasi
di luar tubuh induknya (eksternal) yaitu di dalam air tempat dimana ikan
itu berada, kemudian mengerami telur di dalam mulutnya antara 4-5 hari
dan telur tersebut menetas 3-4 hari. Telur ikan yang dibuahi dan menetas
dinamakan larva. Larva tersebut mempunyai kuning telur yang masih
menempel pada tubuhnya digunakan sebagai cadangan makanan untuk
awal kehidupannya

2.3 Kualitas Air

Langkah pertama dalam budidaya ikan nila ialah pemilihan induk ikan
yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih ikan-ikan yang telah cukup
umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk jantan dan betina
adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam
pemeliharaan. Ikan nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi,
pertumbuhannya kurang pesat.

Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam


pemeliharaan. Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan
pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa parameter yang menentukan
kualitas air, di antaranya:

viii
Keramba jala apung untuk memelihara ikan nila di Ranu Pakis, Klakah,
Lumajang

Suhu|
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan
pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang
dikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut
dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C.
Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang
baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.

pH
Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman perairan . Beberapa faktor
yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis, suhu,
dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH yang ditoleransi ikan nila
berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya
yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .

Amonia
Amonia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme
akuatik. Sumber utama amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk
sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan
organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak
mengandung protein, menghasilkan ammonium (NH4+) dan NH3. Bila
proses lanjut dari pembusukan (nitrifikasi) tidak berjalan lancar maka
dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang
membahayakan bagi ikan.

Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan,
aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber
oksigen perairan dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di
atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
fitoplankton. Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan
nila adalah lebih dari 5 mg/l.

Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan
memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air
disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna
hijau kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung
diatom. Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton
biru kurang baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus
dikendalikan.

2.4 Teknik Pembenihan

ix
2.4.1 Persiapan Wadah Pemijahan

Pada lokasi calon pembenihan terdapat sumber air yamg memadai secara
teknis, tersedia sepanjang tahun. Setidaknya, pada pemeliharaan benih,
debit air yang dibutuhkan berkisar 0.5 liter/detik. Nila dapat hidup pada
suhu 25-30 0 C; pH air 6.5 – 8.5; oksigen terlarut > 4 mg/I dan kadar
ammoniak (NH3) < 0.01 mg/I; kecerahan kolam hingga 50 cm. selain itu
ikan Nila juga hidup dalam perairan agak tenang dan kedalaman yang
cukup Kolam pemijahan dapat dibuat berdinding beton.

Kolam pemijahan nila yang berdasar tanah disukai nila karena banyak
dihuni plankton dan tumbuhan air kecilyang menjadi pakan tambahan.
Dasar kolam tanah juga memudahkan nila jantan membuat cekungan
untuk memijah. Untuk kolam pemijahan, padat tebar disarankan 1 – 3 ekor
/ m². Satu paket induk berjumlah 300 ekor. Sistem paket diberlakukan
untuk menekan laju penurunan mutu benih yang dihasilkan bila
keturunannya dijadikan induk kembali setelah melalui seleksi ketat. Bila
induk yang dipijahkan sebanyak 1 paket, luasan kolam yang dibutuhkan
sekitar 100 – 300 m². Ketinggian air sekitar 75 cm dengan tinggi kolam
sekitar 1 m. Debit air nila cukup 1 liter / detik. Jika terlalu deras nila tidak
nyaman memijah. Air yang mengalir diperlukan untuk mengganti
penguapan yang terjadi.

2.4.2 Proses Pemijahan

Ikan Nila dapat berkembang biak secara optimal pada suhu 20 – 30 0 C.


Ikan nila bersifat mengerami telurnya di dalam mulut sampai menetas
kurang lebih 4 hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat
berenang bebas diperairan, mengerami telur dan mengasuh larva
dilakukan oleh induk betina. Nila dapat dipijahkan setelah mencapai berat
100 gr/ekor. Secara alami nila memijah pada sarang yang dibuat oleh ikan
jantan di dasar kolam, sehingga diperlukan dasar kolam yang berlumpur.
Pemijahan ikan nila berdasarkan pengelolaannya dibedakan beberapa
sistim antara lain:

Pemijahan Secara Tradisional/Alami

Pemijahan secara alami dapat dilakukan di kolam. Ikan nila membutuhkan


sarang dalam proses pemijahan. Sarang di buat di dasar kolam oleh induk
jantan untuk memikat induk betina tempat bercumbu dan memijah,
sekaligus merupakan wilayah teritorialnya yang tidak boleh diganggu oleh
pasangan lain. Kegiatan pemijahan alami meliputi antara lain;

Persiapan Kolam

Kolam pemijahan luasnya harus disesuaikan dengan jumlah induk yang


akan dipijahkan. Perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 3 ukuran 250 –
x
500 gr perekor. Dengan padat penebaran 1 ekor/m2. Hal ini berdasarkan
sifat ikan jantan yang membuat sarang berbentuk kobakan didasar kolam
dengan diameter kira-kira 50 cm dan akan mempertahankan kobakan
tersebut dari ikan jantan lainnya. Kobakan tersebut akan digunakan ikan
jantan untuk memikat ikan betina dalam pemijahan. Oleh karena itu
jumlah ikan jantan setiap luasan kolam tergantung pada berapa banyak
kemungkinan kobakan yang dapat dibuat oleh ikan jantan pada dasar
kolam tersebut. Dinding kolam diupayakan kokoh dan tidak ada yang bocor
agar mampu menahan air kolam. Kedalam air kolam 70 cm. Dasar kolam
dilakukan pengolahan, pembuatan kemalir, pemupukan dan pengapuran.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana dasar kolam


berlumpur untuk pembuatan sarang dan meningkatkan kesuburannya agar
cukup tersedia pakan

alami untuk konsumsi induk dan larva hasil pemijahan. Pemupukan dapat
diberikan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan atau kombinasi
dari ketiga macam pupuk tersebut. Pengapuran dilakukan untuk
mengendalikan hama, penyakit dan parasit larva ikan serta meningkatkan.

Kualitas air

Kualitas air yang sesuai yaitu oksigen terlarut > 5 ppm, pH > 5, suhu 20 -30
0 C dan NH3 < 1 ppm. Untuk menciptakan kondisi seperti tersebut,
pengairan kolam harus dilakukan dengan pengaturan yang baik. Air
pemasukan terus menerus dialirkan dengan debit 2 – 5 liter/ menit untuk
luasan kolam 200 m 2 .

Pemberian pakan

Meskipun kolam telah di pupuk dan tumbuh subur pakan alami, pemberian

pakan tambahan mutlak di perlukan. Pemberian pakan tambahan


dimaksudkan untuk menjaga stabilitas produktifitas induk karena selama
masa inkubasi telur 3-4 hari induk berpuasa sehingga pada proses
pemijahan harus cukup cadangan energy dari pakan ikan. Pakan tambahan
dapat berbentuk dedak, bungkil kedelai, bungkil kacang atau pellet. Pellet
dapat diberikan 3 – 6 % per hari dari bobot induk. Selama proses
pemijahan ± 7 hari dan pasca inkubasi telur yaitu setelah hari ke 8 – 12.

Pemijahan Secara Intensif

Metoda ini dilakukan pada kolam yang didesain sedemikian rupa sehingga
setelah pemijahan selesai dapat dipisahkan antara induk jantan, induk
betina dan larva ikan dalam kolam yang berbeda, dengan demikian
pemanenan larva relative mudah dilakukan dan induk akan lebih produktif

xi
karena tidak sering terganggu yang dapat menimbulkan stres dan kematian
pada induk.

Persiapan kolam

Kolam pemijahan dibuat dari pagar bambu yang bersekat-sekat antara


kolam

jantan, kolam betina dan kolam larva. Kolam induk jantan (lingkaran I)
hanya dapat dimasuki ikan betina yang berukuran lebih kecil dari ikan
jantan, kolam induk betina (lingkaran II) hanya dapat dilalui larva sedang
induk betina tidak dapat keluar dari sekat, dan kolam larva (III) untuk
menangkap larva yang dihasilkan. Pengolahan dasar kolam dilakukan
seperti pada persiapan kolam pemijahan alami.

Proses pemijahan

Apabila konstruksi kolam berbentuk lingkaran dengan diameter kolam I


adalah 4 meter dan kolam II adalah 10 meter, serta luas kolam III adalah
44 meter persegi, maka padat penebaran induk adalah antara 250 – 300
ekor induk betina bobot ± 250 gr/ekor dan 40 ekor jantan bobot > 500
gr/ekor.

Induk ikan pada saat pemijahan menempati kolam I. Setelah proses


pemijahan berlangsung dan telur telah menetas, induk betina akan keluar
dari kolam I ke kolam II untuk mengasuh anaknya. Di kolam II ini larva
tumbuh sampai ukuran ± 1 cm, selanjutnya larva akan masuk ke kolam III,
sedangkan induk betina tetap pada kolam II karena ada sekat. Kolam III
hanya dapat di masuki oleh larva dari kolam II ke kolam III, larva akan
terusir dari kolam II, karena terganggu oleh induk betina yang ada.

Pemeliharaan

Pemeliharaan induk dilakukan dengan pemberian pakan tambahan 3 – 6 %

perhari dari bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan sesuai yang


dibutuhkan oleh induk dan larva.

2.5 Pakan

Pakan sangat berperan dalam pertumbuhan ikan, agar pakan yang


diberikan optimal maka jumlah harus tersedia cukup, kualitasnya memadai
serta sesuai dengan jenis atau pun bentuknya. Juga waktu, frekuensi, dan
cara pemberiannya yang tepat.

Kandungan pakan ikan

xii
Pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk memelihara
tubuh dan menganti alat-alat tubuh yang rusak, kelebihannya baru
digunakaan untuk pertumbuhan. Pakan ikan yang diberikan harus
menggunakan protein, karbohidrat dan lemak, zat makanan ini akan di
ubah mejadi energi. Protein merupakan sumber energi utama, kandungan
protein pada pakan harus berkisar antara 28-30% (Hapher, 1975)

Jumlah pakan yang diberikan

Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan. Bila pakan
yang diberikan kurang dari yang di butuhkan kemungkinan yang terjadi
adalah pakan tersebut hanya digunakan hanya untuk memprtahankan
kondisi tubuh saja sedangkan bila berlebihan ikan tidak akan
menghabiskannya, sehingga terjadi pembusukan sisa pakan. Menurut
Admadja dkk (1985) pemberian pakan perhari adalah 2-5% dari bobot ikan
yang dipelihara.

Jenis pakan ikan

Jenis pakan ikan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu pakan alami dan
buatan. Pakan alami adalah pakan yang diberikan pada ikan yang
wujudnya masih asli. Keadannya bias hidup, mati, segar ataupun awetan,
contohnya: infusoria, daphnia, jenis yamuk, cacing, jangkrik, bekicot, dan
lain-lain. Pakan buata adalah pakan yang diberikan pada ikan yang wujud
asalnya tidak nampak lagi. Pakan buatan ini umumnya sudah diramu
sehingga bahan lebih dari satu jenis dan kandungan nutrisinya bias diatur
oleh pembuatnya.

Bentuk pakan ikan

Bentuk pakan yang dimaksud adalah bentuk pakan buatan, karena pakan
buatan bias dibentuk sesuai keinginana pembuat dan peruntuknya.
Macam-macam bentuk pakan ikan ini diantaranya adalah bentuk emulsi,
pasta, tepung, flek, butiran, remah, pellet.

Waktu dan frekuensi pemberian pakan

Waktu frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang dipelihara secara


intensif seperti di jaring apung dan kolam air deras pemberiannya rata-rata
5 kali sehari. Sedangkan ika yang di pelihara secara semi intesif pemberian
pakan 3 kali sehari. Untuk ikan yang di pelihara secara tradisional
umumnya hanya mengandalkan paka alami yang ada dikolam, bila
diberipakan pun hanya sekali-sekali saja dan waktunya pun tidak tentu.

Cara pemberian pakan

xiii
Cara pemberian pakan ikan ada bermacam-macam di antaranya dengan
automatic deman feeder, ditebar, dihamparan. Macam-macam cara
pemberian pakan itu tegantung dari jenis dan ukuran ikan yang dipelihara.

BAB 3 ANGGARAN PRODUKSI

ASPEK PRODUKSI

1. Lokasi usaha

Dalam mendirikan usaha budidaya ikan nila maka harus mencari tempat
yang strategis, karena pada umum nya sebagian konsumennya akan merasa
nyaman jika tempat penjualan produk yang ingin di belinya tidak jauh dari
tempat mereka dan jalan yang di laluinya tidak  hancur. Sehingga para
pemasok yang ingin membeli produk kita tidak susah membawa barang
yang ingin di pesannya tersebut.

Lokasi yang sedang saya incar adalah di tempat orang biasa berlalu lalang.
Terkhusus di daerah yang ramai penduduk. Karena, Lokasi ini lah yang
dapat membuka jalan kesuksesan dalam menjalakan usaha yang sedang
kita tekuni.

1. Penetapan Harga

Harga yang saya tetapkan adalah harga yang diperkirakan akan terjangkau
oleh masyarakat sekitar. Setelah memperhitungkan dengan cukup matang,
akhirnya saya tetapkan sebagai harga yang saya tawarkan agak murah dari
harga umum di pasaran . Jika di pasaran harga perkilo ikan nila di jual
dengan harga 30.000-35.000, maka saya akan menjual ikan nila yang saya
produksi dengan harga kisaran 20.000-25.000 perkilo. Harga itu pun akan
disesuaikan dengan perkembangan selanjutnya.

1. Sumber-sumber Produk / Bahan

Untuk sumber-sumber bahan baku atau supplier saya mengambil dari


pembibitan yang di lakukan oleh pemerintah yaitu di Dinas Perikanan yang
sudah terjamin dan terbukti kualitasnya. Dengan harga yang murah
sehingga dengan begitu tidak merugikan bagi saya sebagai pelaku budidaya
ikan.

1. Tenaga kerja

Karena masih tahap awal mungkin tenaga kerja masih belum di perlukan
karena masih tahap awal mungkin semua kegiatan masih di lakukan
sendiri dan beum memerlukan bantuan orang lain.
xiv
1. Biaya Produksi
2. a)Modal Awal

No Data Usaha Pembesaran Ikan Nila

1 Bibit ikan 3 cm Rp 250 250 x 6.000 1.500.000

2 Pakan apung Rp 300.000 5 sak x 300.000 1.500.000

3 Dedak Rp 300.000 5 sak x 300.000 1.500.000

4 Obat 50.000 2 x 50.000 100.000

Jaring tempat
5 penampungan ikan yang 150.000 5 x 150.000 750.000
siap panen

6 Serok 25.000 4 x 25.000 100.000

7 Pembersihan kolam 100.000 7 x 100.000 700.000

Jumlah 6.150.000

1. b) Biaya Lain-lain

– Simpanan modal berikutnya/bulan        Rp. 1.000.000,-

– Transportasi                                           Rp.    300.000,-

– Pemeliharaan dan peraatan kolam         Rp.    700.000,-   +


Jumlah biaya lain-lain                           Rp.  2.000.000,-

Total seluruh biaya produksi

Modal produksi                                        Rp. 6.150.000,-

Biaya lain-lain                                          Rp.   2.000.000,-    +

Total                                                                  Rp. 8.150.000

BAB IV

Rencana Keuangan

1. Perencanaan Laba Rugi


2. Pengeluaran

xv
·      Biaya Tetap
Penyusutan kolam dan peralatan Rp    850.000,-

·      Modal awal

Keseluruhan modal awal Rp 6.150.000,-

·      Biaya Lain-lain

Rp 1.000.000,-
Simpanan modal berikutnya/bulan
Rp    300.000,-
Transportasi
Rp    700.000,-  +
Pemeliharaan dan peralatan kolam
Rp 2.000.000

TOTAL PENGELUARAN Rp 9.000.000,-

2. Keuntungan

o   Harga konsumsi ikan Nila  Rp.25.000/kg

o   Dengan perkiraan kematian sebesar 10% sehingga menghasilkan 5400


ekor. Perkiraan hasil penghitungan umum selama 5-6 bulan, panen 1kg isi
5 ekor . Jadi 5.400 ekor ikan Nila di bagi 5 ekor = 1.080 kg dikalikan harga
konsumsi Rp.25.000/kg =Rp.27.000.000

o   Pendapatan jual = Rp.27.000.000 di kurangi pengeluaran Rp.


9.000.000,-

o   Keuntungan = Rp.18.000.000,00

o   Pendapatan perbulan = 18.000.000/6 = Rp 3.000.000,-

( anggaran perkiraan biaya di ambil dari


sumber : http://tahubulatsetengahdewa.blogspot.com)

BAB 4 PENUTUP

1. Perencanaan Laba Rugi

2. Pengeluaran

·      Biaya Tetap

Penyusutan kolam dan peralatan Rp    850.000,-

xvi
·      Modal awal

Keseluruhan modal awal Rp 6.150.000,-

·      Biaya Lain-lain

Rp 1.000.000,-
Simpanan modal berikutnya/bulan
Rp    300.000,-
Transportasi
Rp    700.000,-  +
Pemeliharaan dan peralatan kolam
Rp 2.000.000

TOTAL PENGELUARAN Rp 9.000.000,-

2. Keuntungan

o   Harga konsumsi ikan Nila  Rp.25.000/kg

o   Dengan perkiraan kematian sebesar 10% sehingga menghasilkan 5400


ekor. Perkiraan hasil penghitungan umum selama 5-6 bulan, panen 1kg isi
5 ekor . Jadi 5.400 ekor ikan Nila di bagi 5 ekor = 1.080 kg dikalikan harga
konsumsi Rp.25.000/kg =Rp.27.000.000

o   Pendapatan jual = Rp.27.000.000 di kurangi pengeluaran Rp.


9.000.000,-

o   Keuntungan = Rp.18.000.000,00

o   Pendapatan perbulan = 18.000.000/6 = Rp 3.000.000,-

TINJAUAN PUSTAKA

http://tahubulatsetengahdewa.blogspot.com
https://gudangilmufaz.blogspot.com
http://martinasihombing.blogspot.com

xvii
xviii
1

Anda mungkin juga menyukai