DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
1.1 SKENARIO 5
1.2 IDENTIFIKASI ISTILAH
1.3 RUMUSAN MASALAH 5
1.4 BRAINSTORMING
1.5 PETA KONSEP
1.6 LEARNING OBJECTIVE
BAB 2 7
2.1 DEFINISI DAN IDENTIFIKASI KELAINAN KROMOSOM…………………………...7
2.2 PENYEBAB DAN FACTOR RESIKO KELAINAN KROMOSOM……………………..7
2.3 AKIBAT KELAINAN KROMOSOM…………………………………………………..8
2.4 PEMERIKSAAN KROMOSOM………………………………………………………9
2.5 CARA PENCEGAHAN TERJADINYA KELAINAN KROMOSOM…………………
10 BAB 3…………………………………………………...
……………………………………12 3.1
KESIMPULAN…………………………………………………………………..………12 3.2
DALIL……………………………………………………………………………………12 3.3
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Skenario
Imunisasi
Seorang bayi berusia 2 bulan dibawa oleh ibunya ke puskesmas karena demam sejak 1 hari
yang lalu. Bayi ini baru saja mendapat imunisasi 1 sehari sebelumnya. Pada usia beberapa
hari setelah lahir bayi tersebut pernah mendapatkan imunisasi juga dan tidak mengalami
demam setelahnya. Pemeriksaan tanda vital didapatkan suhu badannya meningkat. Dokter
menjelaskan bahwa keluhan tersebut merupakan reaksi pertahanan tubuh antara antigen
dengan antibodi, dan menyarankan bila tidak ada keluhan yang lainnya agar bayi tersebut
dibawa kembali 2 bulan kemudian untuk imunisasi lanjutan.
2. Identifikasi Istilah
1. Pemeriksaan tanda vital : Cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada dalam tubuh.
2. Antibody : Protein berbentuk besar berbentuk y yang digunakan oleh system imun untuk
mengidentifikasi dan menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus patogen.
4. Antigen : Zat yang mampu menghasilkan anti bodi dan mampu menghasilkan komponen
system imun.
3. Rumusan Masalah
1. Ada berapa jenis antibody?
2. Tujuanya adalah agar memdapatkan imunitas atau kekebalan anak secara individu dan
eradikasi atau pembasmian sesuatu penyakit dari penduduk sesuatu daerah atau negeri.
3. Demam merupakan keadan suatu dimana suhu tubuh berada di atas 38 derajat celcius, dan
juga merupakan proses kekebalan tubuh yang sedang melawan infeksi virus akibat bakteri
atau parasite.
4. Ya, penting karena imunisasi mampu melindungi bayi dari penyakit yang berbahaya.
5. Manfaat imunisasi bagi bayi adalah melindungi bayi dari berbagai resiko penyakit pada
masa yang akan datang.
5. Peta Konsep
Dokter menjelaskan
2. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan pengertian dan fungsi system
imun.
4. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan efek samping dari imunisasi
5. Mahasiswa mampu mengetahui memahami dan menjelaskan jenis jenis imunisasi dan
pemberian imunisasi.
BAB 2
PEMBAHASAN
Definisi demam
Demam adalah salah satu keluhan yang hampir setiap orang pernah mengalaminya, baik
hanya berupa demam ringan biasa atau akibat dari suatu penyakit yang cukup serius. Sampai
saat ini, demam merupakan keluhan kedua terbanyak setelah rasa nyeri. Respon individu
terhadap demam berbeda-beda, tergantung pada keadaan sosial ekonomi dan tingkat
budayanya. Seseorang dengan tingkat sosio-ekonomi rendah, secara umum merasa tidak
perlu berobat bila menderita demam karena ada kebutuhan lain yang baginya lebih mendesak
yaitu sandang pangan. Mereka dengan tingkat sosio-ekonomi dan budaya yang lebih baik
serta telah mengerti masalah kesehatan, merasakan perlunya berobat dan datang lebih cepat
ke klinik. Namun tentu saja hal ini membutuhkan biaya dan waktu. Padahal demam harus
sesegera mungkin diturunkan untuk menghindari efek yang lebih parah. Biasanya
pertolongan pertama dilakukan dengan menggunakan obat-obat sintesis penurun demam
Etiologi Demam
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita anak yaitu demam non-
infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008). 11
1) Demam Non-infeksi Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang
dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain
demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada
jantung, demam karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit
berat misalnya leukimia dan kanker.
2) Demam Infeksi Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan patogen,
misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya ke dalam tubuh.
Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara,
misalnya melalui makanan, udara, atau persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan
penyebab demam infeksi karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan
sengaja memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita
dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa penyakit
yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan demam pada anak antara lain
yaitu tetanus, mumps atau parotitis epidemik, 12 morbili atau measles atau rubella, demam
berdarah, TBC, tifus dan radang paru-paru (Widjaja, 2008). Menurut Febry dan Marendra
(2010) penyebab demam dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam berdarah) dan infeksi
bakteri (demam tifoid dan pharingitis).
2) Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun
(penyakit yang disebabkan sistem imun tubuh itu sendiri).
3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi), suhu udara terlalu panas dan
kelelahan setelah bermain disiang hari. Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering
menyerang anak adalah demam akibat infeksi virus maupun bakteri (Febry & Marendra,
2010).
b. klasifikasi
Diketahui terdapat lima kelas antibodi manusia yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE.
Perbedaan kelas ini berdasarkan jenis atau tipe rantai berat dari antibodi. Selain itu,
pada IgG, IgA, dan IgD, perbatasan antara Fab dan Fc yaitu regio engsel (hinge
region) memiliki struktur yang fleksibel sedangkan pada IgM dan IgE struktur regio
engsel tersebut tersusun atas struktur yang lebih rigid. Profil singkat kelima kelas
antibodi tersebut dapat disimak di bagan di bawah ini:
c.
IgG
IgG merupakan jenis imunoglobulin terbanyak di dalam plasma dan meliputi 70-75% dari
total antibodi di dalam tubuh. Ukuran IgG cukup besar dengan berat molekul sekitar 150
kDa. IgG tersusun atas empat rantai polipeptida dengan dua rantai berat tipe γ. IgG berperan
aktif dalam proses imunitas dan berperan dalam proteksi jangka panjang. imunoglobulin IgG
melindungi tubuh dari serangan bakteri, virus, menetralisir toksin bakteri, memicu aktivasi
sistem komplemen, dan mengikat antigen untuk menambah efektivitas dari proses fagositosis.
IgG dapat menembus sawar darah plasenta. Proses ini memungkinkan imunitas dari ibu dapat
ditransfer ke bayi sambil menunggu proses maturitas dari imuntias dari bayi.
IgM
IgM juga bersirkulasi di dalam darah dan mewakili kira-kira 10% dari imunoglobulin total
tubuh manusia. Antibodi ini memiliki rantai berat tipe μ. Di dalam plasma, IgM sering
membentuk struktur pentamer dimana lima IgM berikatan bersama-sama. IgM disekresikan
sel B saat pertama kali berespon terhadap inveksi bakteri atau virus. Walaupun memiliki
afinitas yang lebih rendah dari IgG, namun IgM mempunyai afiditas yang lebih tinggi karena
struktur pentamer tersebut. IgM beperan dalam pengenalan antigen golongan darah ABO
pada permukaan eritrosit. Selain itu, IgM akan berikatan dengan permukaan sel dan
mengaktivasi jalur persinyalan dari sel. IgM juga berperan dalam peningkatan proses
fagositosis.
IgA
IgA tersusun atas rantai berat tipe α (alpha). IgA kaya di serum, mukus hidung, air liur, air
susu ibu, dan cairan di saluran pencernaan. IgA mewakili 10-15% dari total antibodi dalam
tubuh manusia. Biasanya IgA akan membentuk dimer. IgA dari ASI akan masuk ke saluran
cerna bayi dan memproteksi saluran cerna bayi dari infeksi berbagai jenis patogen.
IgE
Jenis imunoglobulin selanjutnya adalah IgE. Struktur rantai berat dari IgE adalah tipe ε
(epsilon). IgE beredar dengan kadar yang sedikit, tidak lebih dari 0,001% dari total antibodi
tubuh. Sebagian IgE berada di permukaan sel, terutama mastosit dan basofil. Fungsi
fisiologisnya adalah melindungi tubuh dari infeksi parasit. Akan tetapi, ditempat dengan
insiden infeksi parasit rendah, IgG berperan terutama pada reaksi alergi.
IgD
Kelas terakhir dari imunoglobulin manusia adalah IgD. IgD tersusun dari rantai berat tipe δ
(delta). IgD diekspresikan terutama di permukaan membran plasma dari sel limfosit B matur.
Kadarnya kurang dari 1% dari jumlah total antibodi tubuh manusia. Fungsi utamanya tidak
diketahui namun dipercayai berperan dalam induksi produksi antibodi oleh sel limfosit B.
b. Hepatitis B
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
(Departemen Kesehatan RI,2006,p.28)
• Vaksin Hepatitis B (HB). HB pertama (monovalen) paling baik diberikan dalam waktu 12
jam setelah lahir dan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal30 menit sebelumnya.
Jadwal pemberian vaksin HB monovalen adalah usia 0,1, dan 6 bulan. Bayi lahir dari ibu
HBsAg positif, diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas
yang berbeda. Apabila diberikan HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal pemberian pada
usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi dengan DTPa, maka jadwal pemberian
pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
• Vaksin Polio. Pemberian vaksin polio apabila lahir di rumah segera berikan OPV-0. Apabila
lahir di sarana kesehatan, OPV-0 diberikan saat bayi dipulangkan. Selanjutnya, untuk polio-1,
polio-2, polio-3, dan polio booster diberikan OPV atau IPV. Paling sedikit harus mendapat
satu dosis vaksin IPV bersamaan dengan pemberian OPV-3.
• Vaksin BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum usia 3 bulan, optimal usia 2
bulan. Apabila diberikan pada usia 3 bulan atau lebih, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu.
• Vaksin DTP. Vaksin DTP pertama diberikan paling cepat pada usia 6 minggu. Dapat
diberikan vaksin DTPw atau DTPa atau kombinasi dengan vaksin lain. Apabila diberikan
vaksin DTPa maka interval mengikuti rekomendasi vaksin tersebut yaitu usia 2, 4, dan 6
bulan. Untuk anak usia lebih dari 7 tahun diberikan vaksin Td atau Tdap. Untuk DTP 6 dapat
diberikan Td/Tdap pada usia 10-12 tahun dan booster Td diberikan setiap 10 tahun.
• Vaksin Pneumokokus (PCV). Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu
booster pada usia lebih dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak
usia di atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
• Vaksin Rotavirus.Vaksin rotavirus monovalent diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan
pada usia 6-14 minggu (dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 24 minggu.
Vaksin rotavirus pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama diberikan usia 6-14 minggu
(dosis pertama tidak diberikan pada usia >15 minggu), dosis kedua dan ketiga diberikan
dengan interval 4-10 minggu. Batas akhir pemberian pada usia 32 minggu.
• Vaksin Influenza. Vaksin influenza diberikan pada usia lebih dari 6 bulan, diulang setiap
tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization) pada anak usia kurang dari 9
tahun diberi dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Untuk anak 6-36 bulan, dosis 0,25
mL. Untuk anak usia 36 bulan atau lebih, dosis 0,5 mL.
• Vaksin Campak. Vaksin campak kedua (18 bulan) tidak perlu diberikan apabila sudah
mendapatkan MMR.
• Vaksin MMR/MR. Apabila sudah mendapatkan vaksin campak pada usia 9 bulan, maka
vaksin MMR/MR diberikan pada usia 15 bulan (minimal interval 6 bulan). Apabila pada usia
12 bulan belum mendapatkan vaksin campak, maka dapat diberikan vaksin MMR/MR.
• Vaksin Varisela.Vaksin varisela diberikan setelah usia 12 bulan, terbaik pada usia sebelum
masuk sekolah dasar. Apabila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu.
• Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) Vaksin HPV diberikan mulai usia 10 tahun. Vaksin
HPV bivalen diberikan tiga kali dengan jadwal 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV tetravalen dengan
jadwal 0,2,6 bulan. Apabila
diberikan pada remaja usia 10-13 tahun, pemberian cukup 2 dosis dengan interval 6-12 bulan;
respons antibodi setara dengan 3 dosis.
• Vaksin Japanese Encephalitis (JE). Vaksin JE diberikan mulai usia 12 bulan pada daerah
endemis atau turis yang akan bepergian ke daerah endemis tersebut. Untuk perlindungan
jangka panjang dapat diberikan booster1-2 tahun berikutnya.
• Vaksin Dengue. Diberikan pada usia 9-16 tahun dengan jadwal 0, 6, dan 12 bulan.
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 DALIL
Daftar Pustaka
Sri., dkk (2008). Penyuluhan Pengenalan Dan Pemahaman Tipe Demam Serta Pertolongan
Pertamanya Melalui Pemanfaatan Potensi Tumbuhan Obat Di Desa Pasir Jambu Kecamatan
Pasir Jambu Kabupaten Bandung.
Cecep Suryani Sobur, (2021), Antibodi/ Imunoglobulin: Struktur dan Fungsi, 1-5.