Pandangan Islam Mengenai Vaksin Meningitis
Pandangan Islam Mengenai Vaksin Meningitis
Aini Zulalina
Khayun Wismantara
Pratama Ady Putra
Sri Lestari
Nur Rofikoh Bil Karomah
Diah Retnani
( P1337420114051 )
( P1337420114053 )
( P1337420114055 )
( P1337420114057 )
( P1337420114059 )
( P1337420114061 )
Reguler B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Semarang , 7 April 2015
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah dengan judul Pandangan Ialam Dalam Pengunaan Vaksin Meningitis
ini telah disetujui dan disahkan pada
Hari
:
Tanggal :
Tempat
: POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN
KESEHATAN
SEMARANAG
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Nur Aksin, S,Ag.,MSI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian vaksin meningitis..............................................................................4
B. Hukum mengenai vaksin meningitis...................................................................5
C. Hukum vaksin meningitis jika mengandung enzim babi..................................10
D. Hukum vaksin meningitis jika tidak mengandung enzim babi.........................12
E. Analisis..............................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Vaksin meningitis adalah vaksin yang disuntikkan kepada para Jemaah haji
yang hendak melaksanakan ibadah haji dengan tujuan mencegah penularan
meningitis meningokokus.
Sedangkan meningitis itu sendiri merupakan penyakit radang selaput
otak.Penyakit ini terjadi pada meningen, yaitu selaput (membran) yang melapisi
otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri, ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan
berpindah ke dalam cairan otak.Banyak ahli kesehatan berpendapat penyebab
penyakit meningitis adalah virus yang umumnya tidak berbahaya dan akan pulih
tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik.
Namun meningitis yang disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi
serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan
belajar,
bahkan
bisa
menyebabkan
kematian.Sedangkan
meningitis
yang
disebabkan oleh jamur sangat jarang.Jenis ini umumnya dideritaoleh orang yang
daya tahan tubuhnya menurun seperti pada penderita HumanImmunodeficieny
Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya
Streptococcus pneumoniae (pneumonoccus).Bakteri ini yang paling umum
menyebabkan meningitis pada bayi atau anak-anak.Jenis bakteri ini juga yang bisa
menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga hidung (sinus).Bakteri lainnya
adalah jenis Neisseria meningitidis (meningococcus).Bakteri inimerupakan
penyebab kedua terbanyak setelah Streptococcus pneumenie.Meningitis terjadi
akibat adanya infeksi pada saluran nafas bagian atas yang kemudian bakterinya
masuk ke dalam peredaran darah.
Selain itu, meningitis dapat disebabkan oleh virus, ditularkan melalui batuk,
bersin, ciuman, sharingmakan atau sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan
merokok bergantian dalam satu batangnya.Penularan meningitis kerap terjadi,
termasuk dalam pelaksanaan ibadah haji. Dalam pelaksanaan ibadah haji pada
tahun 2000 lalu, sebanyak 14 orang jemaah haji Indonesia tertular penyakit ini.
Sebanyak 6 orang dari 14 penderita meningitis tersebut meninggal di Arab Saudi
dengan penyebab kematian meningitis meningokokus serogrup W-135.Angka
tersebut bertambah pada tahun 2001 menjadi 18 penderita dan enam di antaranya
meninggal di Arab Saudi.4.
Arab
Saudi
memang
dikenal
sebagai
negara
endemik
penyakit
haji, umrah, dan tenaga kerja wanita atau tenaga kerja Indonesia yang akan masuk
ke Arab Saudi. Yang menjadi persoalan, kontroversi tajam kemudian muncul
seputarvaksin ini setelah adanya pernyataan vaksin ini mengandung enzim
babi.Kontroversi ini melibatkan berbagai pihak yang terlibat penyelenggaraan haji
baik langsung atau tidak, seperti Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis Ulama
Indonesia, Departemen Agama, Departemen Kesehatan, dan AMPHURI (Asosiasi
Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia), produsen vaksin, dan
calon jemaah haji.
Kontroversi ini berawal dari pernyataan Ketua Majelis Ulama Indonesia
Sumatera Selatan K.H. Sodikun, 24 April 2009, yang menyatakan bahwa penelitian
Lembaga Pengawasan Penelitian Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI) Sumatera Selatan dan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang
menemukan
kandungan
enzim
babi
pada
vaksin
meningitis
2.
ini bertujuan
1. Mengetahui dan memahami mengenai pengertian vaksin meningitis
Mengetahui dan memahami bagaimana vaksin meningitis menurut hukum islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vaksin Meningitis
Vaksin meningitis adalah sejenis vaksin yang disuntikkan kedalam tubuh agar
tubuh kita kebal terhadap penyakit meningitis.Fungsi meningitis ini adalah sebagai
tameng dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria Meningitis.Banyak
ahli kesehatan berpendapat penyebab penyakit meningitis adalah virus yang
umumnya tidak berbahaya dan akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang
spesifik. Namun meningitis yang disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan
kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya
kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian.Sedangkan meningitis
yang disebabkan oleh jamur sangat jarang.Jenis ini umumnya diderita oleh orang
yang daya tahan tubuhnya menurun seperti pada penderita HIV/AIDS.
Faktor-faktor
pemicu
terjangkitnya
penyakit
meningitis
yaitu:
a. Panas mendadak
b.Perut mual dan muntah
c. Bicara tidak menentu (mengigau)
d. Kaku kuduk
e. Sakit kepala
f. Demam
g.Sakit pada leher
Ada beberapa penjelasan dari hasil Audit Tim Auditor LPPOM MUI ke tiga
perusahaan tentang vaksin meningitis, yaitu :
a. Tim Auditor Glaxo Smith Kline Becham Pharmaceutical Belgium, yang
menyatakan antara lain bahwa dalam prosen produksi vaksin diperusahaan
ini pernah bersentuhan dengan bahan yang tercemar babi.
b. Tim auditor Novartis Vaccine and Diagnostics S.r.i, yang menyatakan antara
lain bahwa dalam proses produksi vaksin di perusahaan ini tidak
bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi dan telah melalui
proses pencucian.
c. Tim auditor Zheijiang Tianyuan Bio Pharmaceutical Co.Ltd., yang
menyatakan antara lain bahwa dalam proses produksi vaksin diperusahaan
ini tidak bersentuhan dengan babi atau bahan yang tercemar babi dan telah
melalui proses pencucian.[6]
B.
10
11
12
2. Sebagian ulama, seperti Imam Abu Hanifah dan sebagian ulama Syafiiyah
(bermazhab Syafii) menghukumi boleh (jawaz) berobat dengan zat-zat yang
najis. (Izzuddin bin Abdis Salam, Qawaidul Ahkam fi Mashalih Al-Ahkam,
[Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah], 1999, Juz II hal. 6; Imam Ash-Shanani,
Subulus Salam, Juz VI hal. 100).
3. Sebagian ulama lainnya, seperti Taqiyuddin an-Nabhani, menyatakan makruh
hukumnya berobat dengan zat yang najis atau yang haram.( Taqiyuddin anNabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Juz III hal. 116).
Menurut kami, pendapat yang rajih (lebih kuat) dalam masalah ini adalah
pendapat ketiga, yang memakruhkan berobat dengan zat yang najis atau yang
haram, karena dalilnya lebih kuat.
Menurut Imam Taqiyuddin An-Nabhani, dalam Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah
(3/116), berobat dengan benda yang najis/haram hukumnya makruh, bukan haram.
Dalil kemakruhannya dapat dipahami dari dua kelompok hadis :Pertama, hadishadis yang mengandung larangan (nahi) untuk berobat dengan sesuatu yang
haram/najis. Kedua, hadis-hadis yang yang membolehkan berobat dengan sesuatu
yang haram/najis.Hadis kelompok kedua ini menjadi indikasi (qarinah) bahwa
larangan yang ada pada kelompok hadis pertama bukanlah larangan tegas (haram),
namun larangan tidak tegas (makruh).
Hadis yang melarang berobat dengan sesuatu yang haram/najis, misalnya
sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,Sesungguhnya Allah-lah yang
menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia menjadikan obat bagi setiap-tiap
penyakit.Maka berobatlah kamu dan janganlah kamu berobat dengan sesuatu yang
haram.(HR Abu Dawud, no 3376). Sabda Nabi SAW janganlah kamu berobat
dengan sesuatu yang haram (wa laa tadawau bi-haram) menunjukkan larangan
(nahi) berobat dengan sesuatu yang haram/najis.
Namun menurut Imam An-Nabhani, hadis ini tidak otomatis mengandung
hukum haram (tahrim), melainkan sekedar larangan (nahi). Maka, diperlukan dalil
13
14
yang tidak tegas (ghairu jazim), yaitu hukumnya sunnah/mandub, bukan perintah
yang tegas (jazim), yang hukumnya wajib. Jadi, hukum berobat adalah sunnah
(mandub). Tidak wajib. (Abdul Qadim Zallum, Hukmu Asy- Syari fi Al-Istinsakh,
hal. 33).
Maka dari itu, hukum vaksin meningitis andai tidak mengandung zat babi,
hukumnya adalah sunnah atau mandub.
E. ANALISIS
Meningitis merupakan penyakit berbahaya dan menular yang disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus atau bakteri, yang menyebar dalam darah dan
menyebabkan radang selaput otak sehingga membawa kerusakan kendali gerak,
pikiran bahkan kematian.Untuk melindungi jamaah haji agar tidak terserang
penyakit tersebut maka diperlukan adanya vaksin meningitis., tentunya dengan
menggunakan vaksin meningitis yang terbuat dari bahan bahan yang halal.
Adapun vaksin meningitis yang terbuat atau tercemar dari enzim babi hukumnya
adalah haram, dengan alasan sebagai berikut:
Artinya:
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam biantang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu memakan hewan) yang disembelih
untuk behala (QS. Al Maidah : 3)
Dari ayat diatas jelas bahwa daging babi itu haram termasuk yang adadidalam
kandungannya.Dan vaksin yang menggunakan bahan yang tercemar atau ada
kandungan enzim babinya adalah haram.
16
fardu
ain
bagi
muslimin
dan
muslimat
yang
sanggup
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Meningitis merupakan penyakit berbahaya dan menular yang disebabkan
oleh mikroorganisme, seperti virus atau bakteri, yang menyebar dalam darah dan
menyebabkan radang selaput otak sehingga membawa kerusakan kendali gerak,
pikiran bahkan kematian.Vaksin meningitis adalah sejenis vaksin yang
disuntikkan kedalam tubuh agar tubuh kita kebal terhadap penyakit
meningitis.Fungsi meningitis ini adalah sebagai tameng dari penyakit yang
disebabkan
oleh
bakteri
Neisseria
Meningitis.Maka
untuk
melindungi
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Habsyi, Bagir. 1999. Fiqih Praktis Menurut Al-Quan, As-Sunnah, dan Pendapat
Para Ulama. Bandung: Mizan
Arifin, Agus. 2009. Peta Perjalanan Haji dan Umrah. Jakarta: PT Gramedia
Ashshiddieqy, TM Hasbi.1999.Pedoman Haji.Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Sudjadi, Bagod. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan.Ghalia Indonesia Printing.
Tim Penyusun. 1975. Himpunan Fatwa MUI sejak 1975. Jakarta: Erlangga
[1]Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Mizan, 2000), cet II, hlm. 378
[2]Tim Penyusun, Himpunan Fatwa, (Jakarta: Erlangga, 1975), hlm. 718
[3]Bagod Sudjadi, Biologi Sains dalam Kehidupan, (Surabaya: Ghalia Indonesia
Printing), cet 1, hlm. 104
[4]Agus Arifin, Peta Perjalanan Haji dan Umrah, (Jakarta: Gramedia, 2009), hlm 98
[5]Op.cit
[6]Ibid, hl
18