Anda di halaman 1dari 77

Tata Laksana Cairan dan

Nutrisi pada Anak Sakit


Annisa Rahmania Yulman
Disclaimer
• Presentasi ini tidak berkaitan dengan produk atau tujuan tertentu
Pendahuluan
• Terapi cairan dan nutrisi merupakan terapi suportif yang penting pada
anak sakit
• Terapi cairan pada anak  mempertahankan volume normal dan
komposisi dari cairan tubuh
• Penentuan status hidrasi  penting sejak awal dikenali dan segera
dilakukan tata laksana yang tepat
• Pada anak sakit  peningkatan metabolisme, gangguan fungsi
saluran cerna, cadangan energi rendah, pemberian nutrisi sub-
optimal  risiko malnutrisi
• Cegah risiko malnutrisi dengan dukungan nutrisi optimal selama sakit
Uraian materi
Status hidrasi dan kebutuhan cairan

Gangguan elektrolit

Nutrisi pada anak sakit


Status hidrasi dan
kebutuhan cairan
Komposisi cairan tubuh
• Total body water (usia, jenis kelamin, massa otot skeletal, kandungan
lemak)
• Neonatus 75-80%
• Usia 6 bulan 70%
• 1 tahun 65%
• Dewasa 60%
• Komposisi
• Kompartemen intraselular (ICF/ICV)
• Kompartemen ekstraseluler (ECF/ECV) Perbedaan komposisi
• Intravaskular elektrolit
• Ekstravaskular (intertisial, transeluler)
Anigilaje EA, Frontiers in Pediatrics. 2008
Status hidrasi
• Cairan cukup
Klinis  anamnesis dan PF
• Cairan kurang (hypovolemia/dehidrasi) Balans cairan
Diuresis
• Cairan lebih (fluid overload)
Anamnesis
• Cairan yang masuk  jumlah minum
• Cairan yang keluar  muntah, diare, perdarahan
• Frekuensi
• Konsistensi
• Volume
• Rewel, lemas
• Rasa haus
• BAK terakhir  waktu, jumlah, warna
• Demam
• Riwayat penyakit sebelumnya
• BB sebelum sakit
Pemeriksaan fisis
• Keadaan umum
• Tanda vital
• Tekanan darah  sesuai usia
• Nadi  frekuensi, pulsasi, nadi perifer vs nadi sentral
• Napas  frekuensi, pola napas
• Suhu
• Dehidrasi: UUB cekung, mata cekung, air mata berkurang, mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun, akral dingin, waktu pengisian
kapiler (capillary refill time)
• Overload: edema (palpebra, ekstremitas), ronki basah, gallop jantung,
hepar teraba dengan tepi tumpul
Balans cairan dan Diuresis
• Input  jumlah minum, jumlah cairan parenteral yang masuk (obata-
obatan cairan rumatan, dll)
• Output  on going loss, sensible water losses, insensible water losses
• Target = seimbang antara input dan output
• Input < Output  dehidrasi?
• Input> Output  overload?
• Perhitungan insensible water loss  berdasarkan usia dan BB
• Usia < 1 bulan : BB x 50ml/kg
• Usia 1bulan- <1 tahun: BB x 40ml/kg
• Usia 1- < 5 tahun: BB x 30ml/kg
• Usia 5 tahun keatas : BBx 20ml/kg
• Diuresis  sesuai dengan target
• anak usia < 12 tahun : ≥ 1 ml/kg/jam
• anak usia > 12 tahun : ≥ 0,5 ml/kg/jam
• Warna dan kepekatan  berat jenis urin
Kebutuhan cairan
• Cairan rumatan  mempertahankan status hidrasi anak
• Faktor yang menentukan kebutuhan status hidrasi:
• Kehilangan cairan yang sedang terjadi (on going loss)  muntah, diare,
perdarahan
• Kehilangan cairan yang disadari (sensible water losses)  urin, BAB
• Kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water losses)  keringat,
cairan saluran napas
• Rumus Holiday Segar  berdasarkan BB
• BB 0-10 kg = BB x 100ml/kg
• BB 11-20 kg = 1000ml + 50ml/kg (setiap kg BB antara 11-20kg)
• BB > 20 kg = 1500ml + 20ml/kg (setiap kg BB lebih dari 20 kg)
Kebutuhan pada kondisi tertentu
Demam
• Setiap peningkatan suhu diatas 1◦C (diatas 38◦C ) kebutuhan cairan naik 10%

Luka bakar
• kebutuhan cairan ↑, 24 jam pertama
• Rumus: (4ml/kgBB x % luas luka bakar)+ cairan rumatan

Penyakit ginjal kronis


Pemilihan cairan
• Cairan rumatan:
• D 5% -NaCl 0,9%
• D5% -NaCl 0,45%
• D5% -NaCl 0,225%
• D10% -NaCl 0,18%
• Cairan rehidrasi
• Kristaloid
• Isotonik
• Hipertonik
• hipotonik
• Koloid
Pemantauan cairan
• Dilakukan harian
• Pada anak dengan pemantauan status hidrasi dapat dilakukan lebih
sering  tergantung klinis
• Anamnesis dan pemeriksaan fisis
• Balans cairan dan diuresis
• Disesuaikan dengan target
• Toleransi 5-10% (plus-minus)
• Pada penyakit tertentu seperti PGK, gagal jantung  target balans cairan
seimbang atau negatif
Contoh kasus
• Anak laki-laki usia 1 tahun, dirawat dengan hiperpireksia 41◦C selama
2 hari karena viral infection. Tidak ada
muntah/diare/batuk/pilek/sesak. BB saat ini 10 kg, sama dengan BB
saat sakit. Anak sulit makan dan minum. Tidak ditemukan tanda
dehidrasi. Pasien kemudian dirawat untuk dilakukan pemantauan.
• Berapa kebutuhan cairan rumatan pada pasien?
a. 1000ml/24 jam
b. 1100ml/24 jam
c. 1200ml/24 jam
d. 1300ml/24 jam
• Bagaimana kebutuhan cairan pasien selanjutnya:
a. 1000ml/24 jam
b. 1100ml/24 jam
c. 1200ml/24 jam
d. 1300ml/24 jam
Hipovolemia / dehidrasi
• Anamnesis  cairan masuk lebih sedikit dari cairan keluar, BB sebelum dan
setelah sakit
• Pemeriksaan fisis ditemukan tanda dehidrasi
• Penyebab  gastrointestinal loss, urine loss, skin
• Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
• Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah
• Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit: napas cepat dan
dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Volume depletion vs dehydration
• Volume depletion : effective circulating volume is
reduced (ECV)  salt and water loss
• Dehydration : water loss alone. consequence of
hypernatremia Secara klinis, kedua
• Hypernatraemic dehydration: in this type of istilah tersebut dipakai
dehydration, the serum sodium is greater than 145 secara bergantian atau
mmol/L dengan maksud yang
• Hyponatraemic dehydration: the condition of sama
hyponatraemia (serum sodium less than 135 mmol/L)
• Isonatraemic dehydration: dehydration is
accompanied by normal serum sodium levels between
135-145 mmol/L
Anigilaje EA, Frontiers in Pediatrics. 2008
Derajat hipovolemia/dehidrasi
• Derajat dehidrasi
• Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
• Ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
• Berat (kehilangan cairan 10-15% berat badan)
• Renjatan hipovolemik
Tata laksana Dehidrasi WHO
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi berat
Klinis • Tidak ditemukan tanda • 2 tanda utama + ≥ 2 • 2 tanda utama + ≥ 2
utama dan tanda tanda tambahan tanda tambahan
tambahan • Keadaan umum • Keadaan umum lemah,
• Keadaan umum baik, gelisah atau cengeng letargi atau koma
sadar • Ubun ubun besar • Ubun-ubun sangat
• Ubun ubun besar tidak sedikut cekung, mata cekung, mata sangat
cekung, mata tidak sedikit cekung, air cekung, air mata tidak
cekung, air mata ada, mata kurang, mukosa ada, mukosa mulut
mukosa mulut dan mulut dan bibir dan bibir sangat kering
bibir basah sedikit kering • Turgor sangat kurang
• Turgor abdomen baik, • Turgor kurang, akral dan akral dingin
bising usus normal hangat
• Akral hangat
Cont..
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi berat
Tata laksana awal Cairan rumatan, Cairan rehidrasi oral (CRO) Cairan rehidrasi parenteral:
penggantian cairan hipoosmolar 75 mL/kgBB dalam ringer laktat atau ringer asetat
sesuai ongoing loss, 3 jam 100 mL/kgBB dengan cara
dapat diberikan pemberian:
peroral bila Rehidrasi parenteral • Umur < 12 bulan: 30 mL/kgBB
toleransi baik (intravena)pada kondisi tidak dalam 1 jam pertama, 70
bisa oral/enteral diberikan : mL/kgBB dalam 5 jam
ringer laktat atau KaEN 3B® berikutnya
dengan perhitungan • Umur ≥12 bulan: 30 mL/kgBB
• BB 3-<10 kg: 200 dalam ½ jam pertama, 70
mL/kgBB/hari mL/kgBB dalam 2,5 jam
• BB 10-<15 kg: 175 berikutnya
mL/kgBB/hari
• BB> 15 kg: 135 mL/kgBB/hari
Cont..
Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan sedang Dehidrasi berat
Pemantauan Klinis, balans cairan dan Pemantauan pasca Pemantauan pasca
diuresis per hari rehidrasi 3 jam, bila status rehidrasi, nilai ulang
hidrasi baik, kembalikan status hidrasi, selanjutnya
cairan rumatan, evaluasi pemantauan tiap 4-6 jam
balans cairan dan diuresis
tiap 8-12 jam Pemberian CRO dimulai
dengan 5 mL/kgBB
Pemberian CRO 5-10 mL/
kgBB setiap loss Koreksi kelainan asam
(diare/muntah) basa dan gangguan
elektrolit
Cairan rehirasi oral
Pemeriksaan penunjang
• Darah perifer lengkap
• Elektrolit darah (Na/K/Cl), Analisa gas darah, laktat
• Gula darah
• Fungsi ginjal
• Urin lengkap
• Fese lengkap
Contoh kasus
• An. A, laki-laki usia 14bulan, masuk ke IGD RS X dengan keluhan
mntah-muntah berulang sejak 7 jam SMRS. Muntah lebih dari 10x,
volume banyak, setiap kali diberi minum. Pasien tampak lebih haus
dan badan lemas. Tidak ada demam atau diare. BAK terakhir 2 jam
SMRS, di popok dengan volume yang lebih sedikit dan warna lebih
pekat. Pada pemeriksaan fisis ditemukan anak kompos mentis, TD
92/55mmHg, laju nadi 135x/menit, kuat angkat, laju napas
22x/menit, suhu 36,6C. Pada status generalis ditemukan mata agak
cekung, air mata berkurang. UUB datar terbuka, mukosa kering
dengan turgor kulit cukup. BB 10 kg. TB 78 cm.
Apakah diagnosis pada pasien
a. Vomitus dehidrasi berat
b. Renjatan hipovolemik
c. Vomitus dehidrasi ringan sedang
d. Vomitus tanpa dehidrasi
• Diagnosis pada pasien
• Berdasarkan WHO (2 tanda utama (lemas, rasa haus) dan (mata agak cekung,
air mata berkurang)
• Vomitus dehidrasi ringan sedang (c)
Tata laksana awal rehidrasi pada pasien
a. Loading cairan ringer laktat 200ml secepatnya
b. IVFD KaEN3B® 73 ml/jam selama 3 jam kemudian evaluasi status
hidrasi
c. Tidak perlu tata laksana rehidrasi pada pasien
d. IVFD RL 300ml selama 30 menit, dilanjutkan dengan 700ml selama
2,5 jam
Apakah perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang?
a. Ya
b. Tidak
Renjatan
• Sindrom klinis tidak adekuatnya pengantaran oksigen dan substrat
metabolik memenuhi kebutuhan metabolik sel dan jaringan
Hipoksia jaringan
Tipe renjatan Preload Afterload Kontraktilitas

Disfungsi organ Hipovolemik ↓  N

Kardiogenik   ↓
Asidosis laktat Distributif ↓, , atau N ↓ 

Obstruktif ↓  N
Aktivasi inflamasi jaringan

Wheeler DS, Baru RK. Pediatic shock: an overview. The Open Pediatric Medical Jurnal. 2013
Metabolisme anaerob Kushartono H., Pudjiadi A. Renjatan. Dalam Buku Ajar Pediatri Gawat Darurat. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2013
Sistem organ Renjatan terkompensasi Renjatan tidak terkompensasi Renjatan ireversibel

Sistem saraf pusat Agitasi Penurunan kesadaran Hypoxic-ischemic injury


Kecemasan , letargi, somnolen Ensefalopati Hypoxic-ischemic injury Nekrosis sel

Jantung Takikardia Takikardia  bradikardia Iskemia miokard, nekrosis sel

Paru-paru Takipnea, peningkatan usaha napas Gagal napas akut Gagal napas akut

Ginjal Oligouri Nekrosis tubular akut Nekrosis tubular


 osmolalitas urin Gagal ginjal akut
 natrium urin
FENa< 1
Gastrointestinal (GI) Ileus Pankreatitis Perdarahan GI
Intoleransi makanan Acalculouscholecystitis Pengelupasan
Gastritis akibat stres Perdarahan GI
Translokasi usus
Metabolik Glukogenolisis Deplesi glikogen Hipoglikemia
Glukoneogenesis Hipoglikemia
Lipolisis
Wheeler DS, dkk. The Open Pediatric Medical Jurnal. 2013
proteolisis
Pengukuran TD
• Manset sesuai ukuran
• Pemeriksaan di lengan,
bila meragukan
konfirmasi di beberapa
tempat
• Penilaian nilai normal
TD anak berdasarkan
table (menurut usia,
jenis kelamin dan TB)
Nilai normal laju nadi dan laju napas anak
Tata laksana
• Fase resusitasi  “golden hour” • Preload
• Fase stabilisasi • Kontraktilitas
• Fase tata laksana lanjutan • Afterload

• Ringer Laktat/Ringer Asetat


20ml/kg secepatnya
• Maksimal 60ml/kg
• Pertimbangkan pemberian
inotropik
Wheeler DS, Baru RK. Pediatic shock: an overview. The Open Pediatric Medical Jurnal. 2013
Overload cairan
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisis
• Kapan diperlukan tata laksana
• Target diuresis tidak tercapai
• Ditemukan tanda kegawatan  edema, sesak napas, takikardi, gallop jantung
• Pembatasan cairan
• Diuretik  Furosemid 0,5 -1 mg/kg/kali
• Dialisis  CRRT, HD, dll
Gangguan elektrolit
Keseimbangan elektrolit
Keseimbangan elektrolit
• Osmolalitas  konsentrasi solut dalam sejumlah berat air
• Osmolalitas plasma (plasma osmolality: Posm) dihitung melalui:
Posm (mOsm/kg)= 2 [Na(mEq/L) + BUN (mg/dL)/2,8] + [Glucose
(mg/dL)/18] = 280-290 mOsm/kg

• Secara umum, pengeluaran cairan tubuh diatur oleh atrial natriuretic


peptide (ANP), aldosteron, dan antidiuretic hormone (ADH) 
mekanisme retensi garam natrium dan reabsorbsi cairan
Hiponatremia
• Kadar natrium serum < 135 mEq/L
• Ringan 130-134 mEq/L
• Sedang 120-129 mEq/L
• Berat < 120 mEq/L
• Hiponatremia akut(dalam waktu kurang dari 48 jam) vs kronik
• Pad hyponatremia akut , 125 mEq/L  sering menimbulkan klinis (kejang,
penurunan kesadaran, dll)
• Penyebab:
1. Peningkatan free water intake  susu formula hiperdilusi, kondisi polidipsi
2. Peningkatan resistensi cairan  pada gagal ginjal, SIADH
3. Peningkatan pengeluaran natrium  diare, muntah, penggunaan diuretik, insufisiensi adrenal
Koreksi hiponatremia
• Hiponatremia :
• Normovolemia
• Hipovolemia
• Hipervolemia
• Koreksi hiponatremia:
• Rumus: 0,6 x BB x (delta Na)
• Koreksi cepat: target Na 120- 125 mEq/L, atau kejang berhenti, kecepatan
1-2 mEq/kg/jam
• Koreksi lambat: target Na 135 mEq/L, kenaikan 12 mEq/hari
• Pemilihan cairan:
• Nacl 3%  513 mEq/L  1026 mOsm
• Nacl 0.9%  154 mEq/L  508 mOsm
Hipokalemia
• Kalium serum < 3,5 mEq/L
• Penyebab: asupan yang kurang, renal losses, B-agonist (meningkatkan
masuknya K ekstrasel ke intrasel), insulin terapi, diuretik
• Tatalaksana dilakukan per oral bila asimptomatik  meningkatkan
asupan kalium, dosis oral 1-3 mEq/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis
• Simtomatik: gambaran hipokalemia pada EKG, hipomotilitas usus
• Koreksi intravena tergantung kadar kalium
• K serum 3-3.5 mEq/L: 0.25 mEq/kg KCl dalam 1 jam
• K serum 2.5-3 mEq/L: 0.5 mEq/kg KCl dalam 2 jam
• K serum 2-2.5 mEq/L: 0.75 mEq/kg KCl dalam 3 jam
Contoh kasus
• Anak usia 2 tahun, 12 kg dengan diagnosis diare akut dengan klinis
renjatan hipovolemik dan penurunan kesadaran. Pasca loading cairan,
klinis terdapat kejang dengan nilai gula darah 120 mg/dL, natrium
serum 118 mEq/L, kalium serum 4,5 mEq/L, Cl serum 88 mEq/L.
Bagaimana tata laksana koreksi hiponatremia pada pasien?
Nutrisi pada anak sakit
Asuhan nutrisi pediatri

Evaluasi/pengkajian
Menentukan respons 
Membuat diagnosis Memilih rute Memilih bentuk
kebutuhan nutrisi akseptansi, toleransi,
masalah nutrisi pemberian sedian
(requirement) kenaikan BB,
penyembuhan sakit
1. Membuat diagnosis asalah nutrisi
• Tentukan status nutrisi berdasarkan antropometri
• Gizi baik
• Gizi kurang/gizi buruk
• Gizi lebih/ obesitas
• Penilaian klinis nutisi
• Organomegali
• Edema anasarka
• Penyakit ginjal kronis, penyakit jantung bawaan
Antropometri
• Pengukuran BB
• Pengukuran PB/TB
• Pengukuran IMT
• BB ideal : BB ideal berdasarkan PB/TB
• Height age : usia berdasarkan tinggi

• Kurva WHO 2006  usia 0-5 tahun


• https://www.who.int/childgrowth/standards/en/
• Kurva CDC 2000  usia > 5 tahun
• https://www.cdc.gov/growthcharts/cdc_charts.htm
Penentuan status gizi berdasarkan kurva
Status gizi BB/TB (Skor Z, WHO) BB/TB (% median IMT/Usia (WHO usia 0-2
Waterlow, CDC) tahun, CDC usia 2-18
tahun)
Obesitas > +3 > 120 Z skor > +3SD atau >
p95
Gizi lebih > +2 hingga +3 SD > 110 Z skor > +2 SD atau p85
– p95
Gizi baik -2 SD hingga +2 SD >90

Gizi kurang -3 SD hingga < -2 SD > 70-90

Gizi buruk < -3 SD < 70


Kurva WHO Kurva CDC
• TB/U  perawakan pendek
dibawah p3
Penentuan status gizi pada kondisi tertentu
• Edema anasarka: menentukan status gizi berdasarkan BB kering atau
BB sebelum bengkak, menggunakan lingkar lengan atas
• Organomegali: menggunakan lingkar lengan atas
• Pengukuran status gizi berdasarkan lingkar lengan atas (LiLA)/U
• Usia 6-59 (WHO):
• Gizi buruk <11,5 cm
• Gizi kurang < 12,5 cm
• Usia 5 tahun keatas (persentase Waterlow berdasarkan kurva Fisancho)
• Gizi baik > 90%
• Gizi kurang 70-90%
• Gizi buruk < 70%
Tabel Lila/U (Frisancho)
Tabel Lila/U (Frisancho)
2. Menentukan kebutuhan kalori
• Menentukan kalori harian
• Pada kasus gizi baik, gizi kurang, atau gizi lebih, tanpa kegawatan
• Tentukan BB ideal dan height age
• Menghitung kebutuhan nutrisi berdasarkan RDA
• BB age
Height ideal x RDA berdasarkan
(tahun) height(kkal/kg)
RDA laki-laki age RDA perempuan
(kkal/kg)
0-1 110-120
2-3 100
4-6 90
7-9 80-90 60-80
10-14 50-70 40-65
15-18 40-50 40
Contoh kasus
• Anak perempuan, usia 4 tahun, BB 15 kg, PB 100cm dengan diagnosis
demam berdarah dengue hari ke-5. Pasien sudah melewati fase kritis.
Saat ini makan dan minum sudah mulai baik. Pasien sudah tidak
terpasang cairan rumatan parenteral. Berapa kebutuhan kalori yang
dibutuhkan pasien?
a. 1350 kkal
b. 1500 kkal
c. 1200 kkal
d. 1700 kkal
HA = 3 tahun 7 bulan
Bb ideal 15 kg
3. Pemilihan rute pemberian nutrisi
• Oral  alamiah
• Enteral  sesuai indikasi
• Nasogastric tube (NGT)
• Orogastric tube (OGT)
• Nasojejunal tube (NJT)
• Percutaneus endoscopic gastrostomy (PEG) tube
• Parenteral
• tidak bisa cerna secara oral
• gangguan dari digesti, absorpsi, motilitas gastrointestinal
• Kebutuhan 
• Psikiatri
Indikasi • Penyakit metabolik bawaan atau diabetes melitus, pankreatitis akut atau kronis
Enteral • Diet tertentu

• Absolut  Ileus, obstruksi intestinal, perdarahan saluran cerna aktif, instabilitas


hemodinamik
• Relatif  abses divertikular, fistula usus halus, stadium dini pada short bowel
Indikasi syndrome, malabsorpsi berat
parenteral

Seron-Arbeloa C, dkk. J Clin Med Res. 2013.


Forchielli M, dkk. Enteral nutrition. 1995.
Rute parenteral
• Fase akut
• Glukosa
• Elektrolit (elektrolit utama: Na, Cl, K, Ca)
• Pertimbangkan pemberian
• Nutrisi parenteral jangka panjang (kontraindikasi enteral 3 hari atau
lebih)
• Glukosa
• Elektrolit (Na, K, Cl, Ca, P, Mg)
• Protein
• Lipid
• Parenteral total dan sebagian
4. Memilih bentuk sediaan nutrisi
• Makan cair : ASI, susu formula, oral nutrition supplement
• Makan padat :
• Bubur
• Nasi tim
• Makan lunak
• Makan biasa
• Makronutrien karbohidrat, protein, lemak, serat
• Mikronutrien vitamin dan mineral
5. Evaluasi/pengkajian respons
• Akseptansi : tekstur, rasa, porsi yang dihabiskan
• Toleransi : muntah, diare, diuresis
• Kenaikan BB, penyembuhan sakit
Tata laksana nutrisi pada
kondisi tertentu
Gizi buruk
Kebutuhan kalori sesuai fase
• Usia 0-5 tahun
• Fase stabilisasi: 80-100 kkal/kg x BB aktual
• Fase transisi: 100-150 kkal/kg x BB aktual
• Fase rehabilitasi: 150-200 kkal/kg x BB actual
• Usia diatas 5 tahun
• Fase stabilisasi: 50 % kebutuhan kalori berdasarkan RDA BB ideal
• Fase transisi: 75% kebutuhan kalori berdasarkan RDA BB ideal
• Fase rehabilitasi: 100% kebutuhan kalori berdasarkan RDA BB ideal
Rute pemberian dan sediaan makanan
• Rute pemberian:
• Oral
• Enteral
• Sediaan
• F 75
• F 100
• F 135
• Makan biasa untuk anak usia diatas 2 tahun, atau anak sudah ingin makan
Contoh kasus
• Anak perempuan usia 1 tahun 3 bulan, masuk IGD RS.X dengan keluhan demam
sejak 3 hari yang lalu. Demam terus menerus dengan peak suhu 40C. Terdapat
keluhan batuk dan pilek sejak 1 minggu sebelumnya. Nafsu makan sedikit.
Muntah tidak ada. BB turun 120 gram selama sakit (BB sebelum sakit 6,78 kg,
setelah sakit 6,66kg)
• Pada pemeriksaan fisis didapatkan anak kompos mentis, keadaan umum tampak
sakit sedang RR 40x/menit, tidak ada NCH, Nadi 120x/menit (anak menangis).
Pada pemeriksaan paru terdengar bunyi napas ronki basah halus di kedua lapang
paru. Esktremitas: wasting (+), baggy pants (+). Pemeriksaan fisis lain dalam batas
normal.
• BB 6,66 kg, PB 75 cm, LK 46 cm
• Pemeriksaan rotngen toraks: infiltrat di parakardial kanan-kiri
• Laboratorium: Hb 11,6 g/dL, hematokrit 34,7%, leukosit 5600/uL, trombosit
287.000/uL, hitung jenis B/E/N/L/M : 1/3/20/67/9
• Apa status gizi pasien:
a. Gizi baik
b. Gizi kurang
c. Gizi buruk
d. Gizi lebih
• Bagaimana pemberian kalori pada pasien?
• Obesitas
• Pada anak dengan obesitas, kebutuhan cairan dan kalori berdasarkan BB ideal
• Menilai food diary pasien, mengurangi jumlah kalori secara bertahap
• Hipertensi
• Retensi garam 2g/ hari
• Gangguan fungsi ginjal
• Kebutuhan protein berdasarkan derajat fungsi ginjal
• Kebutuhan cairan rumatan berdasarkan luas permukaan tubuh
• Retensi garam 1-2 g/hari
• Gagal jantung
• Pemberian kalori tinggi dengan kebutuhan cairan terbatas
• Pemilihan ONS dengan tinggi kalori
Anak sakit kritis
• anak yang memiliki masalah serius pada jalan napas (airway), bernapas
(breathing), sirkulasi (circulation), atau penurunan status kesadaran
• Anak sakit kritis  teindikasi perawatan di ruang rawat intensif anak
• gangguan/potensi gangguan respirasi berat
• gangguan kardiovaskular
• kelainan neurologis
• gangguan hematologi dan onkologi
• gangguan endokrin dan metabolik
• gangguan saluran cerna
• gangguan ginjal dan saluran kemih
• pasca bedah dengan gangguan hemodinamik atau respirasi, transplantasi organ, trauma multipel,
kehilangan darah dalam jumlah besar
• keracunan atau overdosis obat dengan potensi kegagalan organ, hipernatremia maligna, trauma
elektrik, luka bakar > 10% luas permukaan kulit
Dukungan nutrisi pada anak sakit kritis
mempertahankan fungsi organ dan mencegah disfungsi sistem
kardiovaskular, respirasi, atau imun, mengurangi efek puasa,
mencegah defisiensi nutrisi, sampai respons inflamasi fase akut
berakhir
• Faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi:
• Sakit kritis memicu kebutuhan katabolik, meningkatkan konsentrasi hormon
counter regulatory  resistensi insulin dan hormon pertumbuhan
katabolisme cadangan protein serta metabolisme karbohidrat dan lemak
endogen untuk sumber energi
• tersedasi dan aktivitasnya rendah, tidak terjadi proses pertumbuhan, suhu
lingkungan di ruang perawatan intensif terkontrol dan insensible energy loss
sangat menurun  jumlah energi yang dibutuhkan berkurang
Metha NM, dkk. 2008
Perhitungan kalori berdasarkan REE
• Schofield formula (jumlah kkal)
• Menggunakan BB dan PB/TB aktual
Usia (tahun) Rumus untuk lelaki (W= BB, H= PB/TB) Rumus untuk perempuan (W= BB, H= PB/TB)
0-3 0,167(W) + 15,174(H) – 617,6 16,252(W) + 10,232(H) – 413,5
3-10 19,49(W) + 1,303(H) + 414,9 16,969(W) + 1,618(H) + 371,2
10-18 16,25(W) + 1,004(H) + 705,8 8,365(W) + 23,8(H) + 98,2
• Pemilihan rute pemberian :
• Enteral vs parenteral  lihat indikasi dan kontraindikasi
• Memilih bentuk sediaan
• Enteral: makanan cair
• Parenteral: dextrose, elektrolit, protein, lipid
• Pemantauan/evaluasi
TAKE HOME MASSAGE
• Pada anak sakit, dukungan cairan dan nutrisi adekuat sangat penting
untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas, mencegah
malnutrisi rumah sakit, mempercepat proses penyembuhan penyakit
• Penilaian status hidrasi dan pemberian cairan yang tepat sudah
dimulai dari awal pasien masuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
• Asuhan nutrisi pediatrik diterapkan pada setiap anak dalam masa
perawatan, dilanjutkan saat rawat jalan
• Pada pemberian terapi cairan dan nutrisi adekuat memerlukan
pemantauan dan evaluasi/respon terapi secara berkala selama
perawatan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai