Anda di halaman 1dari 16

PAPER

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

" BIOLOGI, EKOLOGI, PRILAKU HAMA "

Disusun Oleh :
Nalendra Bayu Aji Wibowo (205001516036)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas saya ucapkan kepada Allah

SWT, yang karena bimbingannyalah saya bisa menyelesaikan paper tentang “ Biologi, Ekologi,

Prilaku Hama ”.

paper ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga

menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. saya mengucapkan terimakasih

kepada pihak yang telah membantu saya menghadapi tantangan dalam menyusun paper ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini. Oleh

karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun ilmu pengetahuan ini. Terima kasih.

Jakarta, 8 november 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan produksi pertanian seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan,


salahsatunya gangguan serangan hama tanaman. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup
tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme
kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka menganggu
tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,wereng, tikus, walang sangit
merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hamatanaman.

Kerugian yang ditimbulkannya beragam, tergantung dari beberapa faktor, diantaranya:


faktor makanan, iklim, musuh alami, dan manusia. Sehubungan dengan Indonesia yang
terletak pada daerah tropis, maka masalah gangguan serangan hama tanaman hampir
selalu ada sepanjang tahun, hal ini disebabkan faktor lingkungan yang sesuai bagi
perkembangan populasi hama.Selain itu dikarenakan oleh tanaman inang yang hampir
selalu tersedia sepanjang waktu.Gangguan serangan hama pada tanaman sangat
merugikan, sehingga untuk pengendaliannya harus senantiasa diupayakan

Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut
penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak
tumbuhan dengan mengganggu proses proses dalam tubuh tumbuhan hingga mematikan
tumbuhan.

Gangguan hama dan penyakit pada tumbuhan dapat dialami oleh berbagai sistemorgan
pada tumbuhan. Gangguan ini dapat disebabkan karena kelainan genetis, kondisi
lingkungan yang tidak sesuai, atau karena serangan hama dan penyakit. Gangguan hama
dan penyakit dalam skala besar pada tanaman budidaya dapat mengganggu persediaan
bahan pangan bagi manusia.
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penyusun uraikan, terdapat permasalahan sebagai berikut:

1. Apa itu hama ?


2. Apa yang dimaksud dengan perilaku hama ?
3. Bagaimana cara mengendalikan hama ?
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh hama ?

1.3 Tujuan Paper

Tujuan paper ini adalah :


Untuk membahas tentang biologi, ekologi, prilaku hama
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hama

Hama merupakan salah satu jenis organisme pengganggu tanaman yang keberadaannya
sangat tidak diinginkan karena besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat aktivitas hidup
dari organisme ini pada pertanaman. Apabila dilihat dalam arti luas, Hama adalah semua
bentuk gangguan baik kepada manusia, tanaman, maupun ternak. Namun, dari arti sempit
hama adalah semua hewan yang merusak tanaman yang dapat menimbulkan kerugian.
Jadi, apabila ada seekor hewan pada tanaman namun tidak menimbulkan kerugian maka
hewan tersebut tidak termasuk hama. Hama yang merusak tanaman dapat dilihat secara
jelas dari bekasnya (gerekan atau gigitan). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi
hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar.
Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum
tentu menjadi hama (Dadang : 2006). Pada intinya hama merupakan gangguan yang
meresahkan manusia, gangguan tersebut dapat berasal dari binatang penganggu (kutu,
tikus, wereng, dll), dan juga dapat berasal dari tumbuhan penganggu (bakteri, jamur,
virus).

Binatang penganggu memempunyai ciri dapat berpindah tempat, jarang mempunyai


klorofil, dan dinding selnya berupa protein. Sedangkan tumbuhan penganggu mempunyai
ciri tidak dapat berpindah tempat, mempunyai klorofil, dinding selnya berupa selulosa
atau hidrokarbon. Jumlah jenis-jenis dari binatang ada lebih kurang 916.000. Filum
Chordata berjumlah lebih kurang 60.000 jenis; filum Arthropoda lebih kurang 713.000
jenis; filum Aschelminthes lebih kurang 8.000 jenis; filum Mollusca lebih kurang 80.000
jenis; selain filum yang disebut tadi, masih ada lebih kurang 12 filum lainnya (Pracaya,
1992).
2.2 Perilaku Hama

Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga, namun demikian
serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1-2 persen saja, sedangkan sisanya
yang 98-99 persen adalah merupakan serangga berguna yang dapat berperan sebagai
parasitoid, predator, penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), dan serangga
industry. Menurut banyak ahli entomologi, serangga terdiri 30 ordo, namun hanya 13
ordo yang merupakan ordo penting dalam perlindungan tanaman. Pengenalan gejala
serangan hama sangat penting untuk diketahui karena untuk menentukan binatang
penyebabnya umumnya lebih mudah diketahui dari gejala serangannya atau perilaku
serangga tersebut. Perilaku serangga hama merusak tanaman sehingga merugikan
pertanian, diantaranya adalah:

a) Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,


menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada akar tanaman
sehingga proses pengisapan/penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
b) Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada batang atau cabang
dan ranting sehingga pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau
terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
c) Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian daun sehingga
proses fotosintesis terganggu (terhambat).
d) Serangga menyerang (menggerek, melubangi, menghisap cairan, menggorok,
menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada bagian buah atau biji
sehingga buah rusak ataupun bijinya hampa.
e) Serangga menyerang atau merusak (menggerek, melubangi, menghisap cairan,
menggorok, menyebabkan kanker, menyebabkan bengkak atau puru) pada titik
tumbuh tanaman.
f) Serangga sebagai vektor atau penular penyakit tanaman.
g) Mengambil bagian-bagian tertentu tanaman untuk dijadikan sarang atau tempat
meletakkan telur, sehingga merusak tanaman.
h) Membawa serangga jenis lain yang berpotensi menjadi hama tanaman.

Bentuk Gejala serangan serangga hama diantaranya ditentukan oleh jenis hama dan tipe
alat mulut dari serangga hama tersebut. Berikut ini adalah contoh gejala serangan
serangga hama menurut ordo serangga.

a) Ordo lepidoptera

Dari ordo ini yang banyak merusak tanaman adalah larvanya (ulat). Tipe alat mulut
larva menggigit-mengunyah. Akibat serangannya ialah bagian organ tanaman
hilang atau rusak, pertumbuhan tidak normal, bahkan dapat menimbulkan
kematian tanaman atau bagian tanaman.

b) Ordo hemiptera.

 Tipe alat mulut ordo Hemiptera adalah menusuk-mengisap. Bagian tanaman yang
diserang akan mengalami kehilangan cairan sel. Bekas tusukan bisa menimbulkan
nekrosa (kematian jaringan tanaman).

c) Ordo orthoptera.

Tipe alat mulut ordo Orthoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan


hama ordo ini ialah bagian organ tanaman, terutama daun, mengalami kerusakan,
bolong-bolong sehingga kemampuan fotosintesis berkurang.

d) Ordo Thysanoptera

Tipe alat mulut ordo Thysanoptera adalah memarut-mengisap atau menusuk-


mengisap. Serangan sering diikuti dengan masuknya udara ke dalam sel-sel yang
telah diisap cairannya, sehingga tampak berwarna putih seperti perak. 
e) Ordo Homoptera

Tipe alat mulut hama ordo Homoptera adalah menusuk-mengisap. Akibat serangan
hama ini tanaman mengalami kehilangan cairan sel sehingga warna daun
menguning. Pada serangan berat, tanaman tampak seperti terbakar.

f) Ordo Diptera
Stadium hama yang banyak merugikan tanaman adalah larvanya. Larva ordo
Diptera sering disebut belatung atau tempayak. Tipe alat mulut tempayak adalah
menggigit-mengunyah. Umumnya tempayak menyerang tanaman dengan cara
menggerek dan masuk ke bagian dalam tanaman, kemudian memakan bagian
dalam tanaman tersebut. Akibat serangannya bisa menim-bulkan perubahan
bentuk, pembusukan, atau pertumbuhan tanaman ter-hambat (kerdil).

g) Ordo Coleoptera
Tipe alat mulut ordo Coleoptera adalah menggigit-mengunyah. Akibat serangan
hama ordo ini ialah bagian organ tanaman hilang atau mengalami kerusakan.
2.3 Pengendalian Hama

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan
koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang
menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama
dan penyakit menjadi sangat penting.

Ada empat prinsip dasar yang mendorong penerapan PHT secara nasional,terutama
dalam rangka program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
Beberapa prinsip yang mengharuskannya PHT pada tanaman sayuran adalah seperti
dinyatakan dalam uraian berikut ini.

1. Budidaya tanaman sehat

Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program
pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan
terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat
serangan hama dan penyakit tersebut. Oleh karena itu, setiap usaha dalam
budidaya tanaman paprika seperti pemilihan varietas, penyemaian, pemeliharaan
tanaman sampai penanganan hasil panen perlu diperhatikan agar diperoleh
pertanaman yang sehat, kuat dan produktif, serta hasil panen yang tinggi.

2. Pemanfaatan musuh alami

Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial


merupakan tulang punggung PHT. Dengan adanya musuh alami yang mampu
menekan populasi hama, diharapkan di dalam agroekosistem terjadi keseimbangan
populasi antara hama dengan musuh alaminya, sehingga populasi hama tidak
melampaui ambang toleransi tanaman.
3. Pengamatan rutin atau pemantauan

Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling


mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat mengikuti perkembangan populasi
hama dan musuh alaminya serta untuk mengetahui kondisi tanaman, harus
dilakukan pengamatan secara rutin. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai
dasar tindakan yang akan dilakukan.

4. Petani sebagai ahli PHT

Penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat.


Rekomendasi PHT hendaknya dikembangkan oleh petani sendiri. Agar petani
mampu menerapkan PHT, diperlukan usaha pemasyarakatan PHT melalui
pelatihan baik secara formal maupun informal.

Hal-hal yang diperlukan untuk penerapan PHT

Berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikemukakan, maka untuk penerapan PHT


diperlukan komponen teknologi, sistem pemantauan yang tepat, dan petugas atau petani
yang terampil dalam penerapan komponen teknologi PHT
2.4 Dampak Hama

Hama adalah sekelompok organisme pengganggu tanaman yagn dapat merusak tanaman
budidaya baik secara fisik maupun fisiologisnya. Dampak kerugian akibat serangan hama
tersebut adalah :

1. Gagal Panen

Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal
panen. Kegagalan ini dikarenakan hama yang menyerang tanaman menjadikan
tanaman sebagai bahan makanan, dan tempat tinggal bagi  mereka. Hama merusak
tanaman dengan cara :

a) Menghisap cairan tanaman


b) Memotong batang tanaman baik yang muda maupun tua
c) Memakan daun muda dan tua serta tunas-tunas muda pada tanaman
d) Menghisap cairan dan memakan daging buah yang dapat menurunkan nilai
ekonomis buah
e) Memnbuat rumah atau sarang sebagai tempat tinggal dan berkembang biak
baik pada batang, daun maupaun buah

2. Menurunnya Jumlah Produksi Tanaman

Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak
akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan
pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan
karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta
tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman
tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik
bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis
3. Pertumbuhan Tanaman yang Terganggu

Serangan hama dapat meyebabkan pertumbuh tanaman menjadi terhambat dan


bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Seperti serangan
hama wereng pada tanaman padi yang dapat mengakibatkan tanaman padi menjadi
kerdi dan tidak dapat berproduksi.

4. Menurunkan Nilai Ekonomis Hasil Produksi

Hama yang menyerang pada buah atau bagian tanaman yang memiliki nilai
ekonomis akan menjadi menurun. Hal ini disebabkan, hama merusak bagian-bagian
buah mupun daun tanaman. Dimana penurunan ini karena adanya bagian yang
diseranga oleh hama mengalami cacat dan busuk serta mengandung ulat atau larva-
larva hama. Sehingga produksi tidak dapat dikonsumsi.

5. Kerugian bagi para Petani

Dampak ini timbul karena tidak adanya produksi yang dihasilkan oleh tanaman atau
gagal panen serta turunnya nilai ekonomis hasil produksi. Kerugian ini disebabkan
tidak adanya pendapatan petani sedangkan biaya budidaya tanaman telah mereka
keluarkan dalam jumlah yang sangat besar baik dari segi pengolahan lahan, benih,
penanaman serta perawatan. Sedangkan hasilnya tidak meraka dapatkan. Hal ini
semakain memperpuruk kondisi dan iklim pertanian di indonesia

6. Terjadinya Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan dilakukan oleh para petani dikarenakan pendapatan yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan pengeluaran yang dilakakan dalam usaha pertanian.
Sehingga muncul pemikiran untuk mengalih fungsikan lahan pertanian yagn subur
ke bidang usaha lain yang lebih menjanjikan keuntungan bagi mereka. Kondisi
seperti ini semakin memperpuruk iklim pertanian di indonesia serta ketahan bahan
pangan dalam negri.
7. Degradasi Agroekosistem

Degradasi ekosistem terjadi karena adanya usaha yng dilakukan oleh para petani
dalam penaggulangan serangan hama yang tidak memikirikan dampak negatif
terhadap lingkungan serta komponen-komponen penyusun agroekosistem.
Pencemaran lingkungan tersebut kerena adanya zat-zat yang berbahaya akibat
digunakannya pestisida. Dengan adanya penanggulanag serangan hama yang tida
sesuai ini menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem alami.

8. Munculnya resistensi dan returgensi hama

Dengan penanggulangan serangan  hama yang tidak sesuai akan menyebabkan


resistensi atau kekebalan hama terhadap pestisida dan returgensi atau ledakan
jumlah populasi hama yang berakibat pada damapa kerugian aygn lebih komplek
dalam usaha budidaya tanaman itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyebab hama sebagian besar adalah berasal dari golongan serangga, namun demikian
serangga yang berperan sebagai hama ternyata hanya 1-2 persen saja, sedangkan sisanya
yang 98-99 persen adalah merupakan serangga berguna yang dapat berperan sebagai
parasitoid, predator, penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer), dan serangga
industry. Menurut banyak ahli entomologi, serangga terdiri 30 ordo, namun hanya 13
ordo yang merupakan ordo penting dalam perlindungan tanaman. Bentuk Gejala serangan
serangga hama diantaranya ditentukan oleh jenis hama dan tipe alat mulut dari serangga
hama tersebut. Berikut ini adalah contoh gejala serangan serangga hama menurut ordo
serangga. Dari ordo ini yang banyak merusak tanaman adalah larvanya (ulat).

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan
koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang
menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama
dan penyakit menjadi sangat penting

Akibat serangan hama yang paling ditakuti oleh para petani adalah terjadinya gagal
panen. Dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak
akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan
pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan
karena proses fisiologi tanaman yang terganggu
DAFTAR PUSTAKA

Astriah, E., Useng, D., & Prawitosari, T. 2017. Analisis Jenis dan Tingkat Serangan Hama dan
Penyakit Pada Tanaman Padi Menggunakan Alat Spektrometer. Jurnal Agritechno, 10(2), 71 -
88.
Siregar, A.Z. 2015. Hama-hama Tanaman Padi. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Fakultas Pertanian. USU. Medan.
Siregar, A.S., D. Bakti., Z.Fatimah., 2014. Keragaman Jenis Serangga di Berbagai Tipe Lahan
Sawah. J. Agrotek., 2(4): 1640-1647.

Untung, K. 2010. Diktat dasar-dasar ilmu hama tanaman. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan
UGM.

Djafaruddin.2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Cetakan ketiga. PT.Bumi Aksara. Jakarta

Pracaya. (2008). Hama dan Penyakit Tanaman. Edisi Revisi. Cetakan ke 11. Penebar Swadaya.

Untung, K.,1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Yogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai