Anda di halaman 1dari 9

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggali tentang informasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya sabagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau
kelebihan yang sudah ada. Selain itu, peneliti juga menggali referensi dari buku-buku
maupun skripsi dalam rangka mendapatkan informasi yang ada sebelumnya tentang
teori yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori
ilmiah.
Putu, Erwin (2011), dalam penelitiannya “Optimasi Proses Sand Blasting Terhadap
Laju Korosi Hasil Pengecatan Baja AISI 430” Variasi yang digunakan, variasi tekanan
4 ; 4,4 ; 4,7 ;5 bar dan variasi sudut penyemprotan sebesar 60°, 75°, 90° dan mesh pasir
silika 250 serta lama waktu proses sand blasting 10 menit untuk masing-masing
spesimen.
Rosyid (2013) “Pengaruh Tekanan Udara dan Jenis Blasting Nozzle Terhadap Laju
Pengikisan Plat Baja Saat Proses Sandblasting” Dalam penelitiannya, jenis abrasive
yang digunakan adalah iron granullar atau pasir bola dengan ukuran 10 – 20 mesh.
Blasting nozzle yang digunakan terbuat dari bahan silicon carbide dengan diameter 9,5
mm untuk venturi nozzle dan 6,5 mm untuk straight bore nozzle. Plat baja yang
digunakan adalah plat baja ST 37.
Erik (2013) “Analisis Kekasaran Permukaan Pada Proses Sandblasting dengan
Variasi Jarak dan Butiran Pasir Silika pada Plat ST 37” Pada penelitiannya,
Menggunakan butiran pasir mesh 18 dan mesh 40, jarak 45 cm, dan sudut tetap 60°.
2.2 Sandblasting
Sandblasting adalah proses pengerjaan suatu material dimana permukaannya dibuat
menjadi kasar dan merata dengan laju pengikisan tertentu sesuai dengan standart yang
ditentukan yakni dengan cara menembakkan abrasif ke permukaan material yang dituju
dengan tekanan tertentu. dengan bantuan butiran pasir yang ditembakkan langsung dari
sebuah kompresor bertekanan tinggi ke obyek yang dituju. Proses sandblasting bertujuan
agar permukaan logam menjadi kasar, sehingga cat atau bahan pelapis lain dapat
menempel pada permukaan logam dengan baik, tidak mudah terkelupas, dan terhindar
dari korosi. (Dewadas.M, 2007)
2.2.1 Prinsip kerja sanblasting
Tujuan utama sandblasting adalah menyemprotkan pasir bertekanan
udara tinggi ke permukaan pada material bertujuan untuk membuat profile
(kekasaran) pada permukaan dimana permukaannya dibuat menjadi kasar dan
merata sehingga siap untuk di cat dan membuat. cat lebih melekat dan material
tersebut akan lebih tahan lama terhadap korosi. Prinsip kerja sandblasting yaitu
Kompresor berfungsi sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan angin
kemudian selang satu dilewatkan menuju blasting pot dan selang kedua
dilewatkan menuju nozzle lalu udara bertekanan dan pasir keluar melalui
nozzle menuju obyek material yang dituju. Ilustrasi cara kerja sanblasting
dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar.2.1 Ilustrasi Sanblasting


Sumber: Erwin Sulistyo :2011

2.2.2 Alat yang digunakan pada proses sandblasting

Kompresor

Kompresor digunakan sebagai sumber tenaga untuk menghasilkan tekanan udara


yang dibutuhkan untuk penyemprotan pada proses sandblasting kompresor yang
digunakan sangat disarankan memiliki penyaring air dan minyak karena kualitas angin
yang dihasilkan harus benar-benar kering dan tidak boleh mengandung air dan minyak
yang dapat mengkontaminasi permukaan yang dibersihkan

Selang

Selang, digunakan untuk jalan masuk pasir dan udara bertekanan dan juga
sebagai tempat bertemunya pair dan udara menjadi pasir bertekanan sebelum sampai ke
nozel.

Blasting Pot

adalah alat yang digunakan untuk menampung pasir yang akan digunakan untuk
sandblasting Abrasive dan angin dengan tekanan tinggi akan bersatu dalam mesin ini..

Nozzle Blasting

adalah alat yang digunakan untuk menyemprotkan pasir bertekanan untuk


pengerjaan sandblasting

2.3 Material Abrasif Sandblasting


Jenis abrasif yang umum digunakan pada proses sand blasting adalah
a.non metal
Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingkat Penggunaan
jensi bebas debu ulang
Pasirs silica 6-7mohs 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk
Garnet 7-8mohs 4 <1% Coklat Rendah Bagus
Coal Slag 6mohs 2.8 <1% Hitam Tinggi Bagus
<1%
Copper Slag 6mohs 3.3 Hitam Sedang Bagus
<1%
Alumunium Ox 9mohs 4 Coklat Rendah Bagus
<1%
Silicon Carb 8-9mohs 3.2 Hitam Sedang Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014


b.jenis metal

Abrasif Kekerasan Berat Silika Warna Tingkat Penggunaan


jensi bebas debu ulang
Steel shot 42-50RC 2.6 >90% Putih Tinggi Buruk
Steel Grit 42-62RC 4 <1% Coklat Rendah Bagus

Sumber : On The Job Training (PPNS):2014

2.4 Ukuran Mesh


Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam ayakan tiap 1 inchi persegi, Jadi
misalkan ayakan yang ada keterangan 5 mesh artinya tiap 1 inchi persegi terdapat
5 lubang. Kesimpulannya, makin besar jumlah mesh berarti ukuran lubang akan
semakin kecil.
2.5 Kayu Jati

Kayu jati merupakan kayu kelas satu karena kekuatan, keawetan dan
keindahannya. Secara teknis,. Kayu ini sangat tahan terhadap serangan rayap.
Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga
disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus
memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun
pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah.
Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai
kayu mewah. Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel
interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas. Sekalipun relatif mudah
diolah, jati terkenal sangat kuat dan awet, serta tidak mudah berubah bentuk oleh
perubahan cuaca. Atas alasan itulah, kayu jati digunakan juga sebagai bahan dok
pelabuhan, bantalan rel, jembatan, kapal niaga, dan kapal perang.
Tabel. 1 umur pemakaian kayu pada berbagai keadaan

Kelas awet I II III IV V


Selalu Berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek Sangat
dengan tanah pendek
lembab
Hanya dipengaruhi oleh 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa tahun Sangat
cuaca tetapi dijaga agar pendek
tidak terendam air dan
tidak kekurangan udara
Dibawah atap, tidak Tidak Tidak Sangat Beberapa tahun Pendek
berhubungan dengan terbatas terbatas lama
tanah lembab dan tidak
kekurangan udara
seperti diatas tetapi Tidak Tidak Tidak 20 tahun 20 tahun
dipelihara dengan baik terbatas terbatas terbatas
dan dicat
Serangan rayap tanah Tidak jarang Cepat Sangat cepat Sangat cepat
Serangan bubuk kayu Tidak jarang Hampir Tidak berarti Sangat cepat
kering tidak
Sumber: Oey Djoen Seng (1964)

2.6 Kadar Air Kayu


Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu,
dinyatakandalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan
sebelum dilakukan proses coating, sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan
tempat dimana kayu akan digunakan hal ini penting guna menghindari kayu dari proses
penyusutan dan ketahanan cat yang rendah. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang
terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur.
Kadar air kering udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana
pada kondisi ini kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila
digunakan untuk komponen bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami
pengembangan maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak
merusak elemen bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum
digunakan dalam proses pengeceatan harus diketahui terlebih dahulu kadar airnya.
Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada bangunan adalah kadar air kering
udara, untuk Indonesia sekitar 15% - 20% (Budianto, 1996).
Bila kadar air kayu tersebut tinggi, maka harus dilakukan pengeringan kayu.
Pengeringan kayu adalah proses untuk melepas sebagian air yang terkandung didalam
kayu sehingga mencapai kadar air kayu tertentu atau yang diinginkan. Pengukuran
kadar air kayu dapat dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengukuran
kadar air kayu di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat moisturemeter. Pada
alat tersebut akan terbaca secara langsung besaran kadar air kayu yang diukur.
Pengukuran kadar air di laboratorium dapat dilakukan dengan cara : Kadar Air MC

BB = Berat basah
BK = Berat kering tanur

Selain dengan cara menimbang, kadar air kayu dapat diukur dengan menggunakan alat
ukur kadar air kayu (Hydrometer, MC meter)

Keadaan air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas dua macam yaitu :

a. Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam rongga-rongga sel, paling mudah dan
terdahulu keluar. Air bebas umumnya tidak mempengaruhi sifat dan bentuk kayu
kecuali berat kayu.

b. Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu, sangat sulit untuk
dilepaskan. Zat cair pada dinding-dinding sel inilah yang berpengaruh pada sifatsifat
kayu. Bilamana air bebas telah keluar dan masih tertinggal air terikat, dikatakan kayu
telah mencapai titik jenuh serat (fiber saturated point). Tingkatan titik jenuh serat untuk
semua jenis kayu tidak sama, karena adanya variasi susunan kimiawi kayu. Tetapi
umumnya berkisar antara kadar air kayu 25-30%.

2.7 Coating

Proses coating adalah salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia industri.
Coating atau pelapisan sendiri dapat dianggap sebagai suatu proses pelapisan yang
diterapkan pada suatu benda atau substrat. Tujuan dari coating sendiri adalah untuk
dapat meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi. Sifat permukaan tersebut
diharapkan dapat ditambah dalam beberapa hal seperti penampilan, ketahanan terhadap
air atau korosi, ketahanan dari goresan atau bahkan untuk keausan.

2.3.1 Pre-coating(Persiapan)
Permukaan kayu belum bisa langsung diberikan pelapis, karena kualitas
permukaan yang rendah serta kemungkinan adanya kotoran dan minyak
dapat mengganggu sifat adhesive dari pelapisan (coating). Oleh karena itu
perlu dilakukan proses pre-coating terlebih dahulu sebelum dilakukan proses
pelapisan. Proses pre- coating dapat dilakukan dengan cara pembersihan
secara mekanis(mechanical cleaning) yaitu melalui pengerjaan sandblasting

2.3.2 Penyusun coating


Sifat-sifat suatu coating ditentukan dari komposisi coating itu sendiri.
Umumnya coating mengandung empat bahan dasar, yaitu pengikat (binder), zat
pewarna (pigmen), solven dan aditif.
1.Binder
Binder (resin) atau bahan pengikat adalah unsur utama cat berbentuk cairan
kental dan transparan namun tidak menguap dan membentuk lapisan film pada
permukaan setelah cat mongering Berfungsi sebagai bahan perekat, selain itu
berperan penting dalam proses pengeringan cat, serta memberikan kekuatan
lapisan,. Kandungan resin mempunyai pengaruh langsung pada kemampuan cat
misalnya: kekerasan, ketahanan solvent serta ketahanan cuaca. Demikian pula
berpengaruh atas kualitas akhir misalnya tekstur, kilap (gloss),
2.Pigment
Pigment atau bahan pewarna pada cat merupakan partikel padat yang
berfungsi memberikan warna dan menutupi permukaan, serta
memperlambat laju korosi pada permukaan logam. Selain itu memberikan
efek kilap dan menambah ketahanan terhadap cuaca serta turut menguatkan
lapisan film pada cat yang telah kering.
3.Solvent
Solvent adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan
mempermudah pencampuran pigment dan resin dalam proses pembuatan cat.
Solvent sangat cepat menguap apabila cat diaplikasi. Kegunaan solvent
(thinner) ini untuk mengencerkan campuran pigment (zat pewarna) dan resin
(zat perekat) sehingga menjadi agak encer dan dapat disemprotkan selama
proses pengecatan. Thinner juga menurunkan kekentalan cat sampai tingkat
pengenceran tertentu yang tepat untuk pengecatan dengan kuas, semprot atau
roll
4.Additif
Additif adalah suatu bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah
yang kecil untuk meningkatkan kemampuan cat sesuai tujun seperti.
mencegah terjadinya buih pada saat penyemprotan (anti foaming),
mencegah terjadinya pengendapan cat pada saat dipergunakan (antisetting ),
meratakan permukaan cat sesaat setelah disemprotkan (flow additif),
menambah kelenturan
2.3.3
2.4 Adhesi
Adhesi dapat diartikan sebagai kemampuan atau daya rekat cat untuk menempel
pada permukaan yang akan di cat. Jika daya adhesive tidak kuat maka selain
pelapisan (coating) tidak menempel dengan baik, hal ini dapat juga memberi
kesempatan kepada udara lembab masuk ke celah antara coating yang menyebabkan
benda tersebut mudah lapuk seiring daya rekat yang kurang., jika pengecatan
dilakukan dengan "menumpuk" pada permukaan cat lama, maka adhesi yang terjadi
adalah tetap  adhesi  cat lama dengan kayu jati, dan adhesicat baru dengan cat lama.
Pengukuran adhesi bisa dengan cross-cut test 

2.5 cross-cut test 


Tes ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan daya rekat cat pada besi, sehingga
dengan peralatan sederhana yaitu pisau silet cutter dan di goreskan pada permukaan
cat secara tegak lurus dengan jarak 1 mm, apakah cat nya akan pecah atau tidak
dengan jarak cutter tersebut. Hasil uji tes crosscut sendiri bisa dibedakan atas
beberapa level berikut ini: 1B, 2 B, 3B, 4B, hingga 5B, dengan 1B menjadi level
terendah.

Gambar 1. Classification of Adhesion Test Result (ASTM D4541,2011)

Anda mungkin juga menyukai